Sunday, September 30, 2018

Jam Kerahiman Ilahi

Dalam penampakan-Nya kepada St Faustina pada bulan Oktober 1937, Tuhan kita menghendaki suatu doa dan meditasi khusus akan Sengsara-Nya setiap jam tiga siang, jam di mana Ia wafat di salib.

“Pada jam tiga, mohonlah belas kasih-Ku, teristimewa bagi para pendosa; dan, meski hanya sesaat saja, benamkanlah dirimu dalam Sengsara-Ku, teristimewa ketika Aku ditinggalkan seorang diri saat meregang nyawa. Inilah jam kerahiman agung…. Pada jam ini Aku tak akan menolak jiwa yang memohon pada-Ku demi Sengsara-Ku (1320).”

“Begitu engkau mendengar jam berdentang pada pukul tiga, benamkanlah dirimu sepenuhnya ke dalam kerahiman-Ku, sembari sujud menyembah dan memuliakannya; mohonlah kemahakuasaan-Nya bagi seluruh dunia, teristimewa bagi orang-orang berdosa yang malang; sebab saat itu belas kasih dibuka lebar bagi setiap jiwa. Pada jam ini engkau dapat memperoleh apa saja yang engkau minta bagi dirimu sendiri dan bagi orang-orang lain; inilah jam kerahiman bagi seluruh dunia - belas kasih menang atas keadilan….”

“Berdoalah Jalan Salib pada jam ini, sejauh hal itu mungkin; jika engkau tak dapat melakukan Jalan Salib, maka setidaknya mampirlah sebentar ke dalam kapel dan bersembah sujudlah di hadapan Sakramen Mahakudus, Hati-Ku yang berlimpah belas kasih; dan jika engkau tak dapat mampir ke kapel, walau hanya sesaat saja benamkanlah dirimu dalam doa di mana pun engkau berada saat itu (1572).”

Dalam Kej 18:16-32, Abraham mohon kepada Allah untuk meringankan persyaratan yang diperlukan agar Allah berbelas kasih kepada penduduk Sodom dan Gomora. Di sini, Kristus Sendiri menawarkan untuk meringankan persyaratan yang diperlukan karena berbagai tuntutan tugas kewajiban kita, dan Ia `mohon' kepada kita agar kita memohon, dengan cara yang paling sederhana sekalipun, belas kasih-Nya, agar Ia dapat mencurahkan belas kasih-Nya atas kita semua.

Mungkin kita tak dapat berdoa Jalan Salib atau bersembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus, tetapi kita semua dapat secara rohani berhenti sejenak, merenungkan Yesus yang sama sekali ditinggalkan seorang diri saat Ia meregang nyawa, dan mendaraskan suatu doa singkat seperti “Yesus, kasihanilah,” atau “Demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasih-Mu kepada kami dan seluruh dunia.”

Renungan akan Sengsara Yesus ini, walau singkat, menghantar kita berhadapan muka dengan muka dengan Salib, dan seperti ditulis Paus Yohanes Paulus II dalam Dives In Misericordia, “Di atas Salib-lah perwujudan cinta yang berbelas kasih mencapai puncaknya.” Tuhan mengundang kita, lanjut Bapa Suci, “untuk `berbelas kasih' pada Putra TunggalNya, Dia yang tersalib.” Dengan demikian, renungan kita akan Sengsara hendaknya menghantar kita pada suatu bentuk kasih yang “bukan hanya merupakan tindakan solidaritas terhadap Putra Manusia yang menderita, melainkan juga semacam tindakan `belas kasih' yang ditunjukkan oleh masing-masing kita kepada Putra Bapa yang Kekal.”     


  DOA JAM KERAHIMAN

Ya Yesus, Engkau telah wafat,
namun sumber kehidupan telah memancar bagi jiwa-jiwa
dan terbukalah lautan kerahiman bagi segenap dunia.
O, Sumber Kehidupan,
kerahiman Ilahi yang tak terselami,
naungilah segenap dunia dan curahkanlah diri-Mu pada kami.

Darah dan Air,
yang telah memancar dari Hati Yesus
sebagai sumber kerahiman bagi kami.
Engkaulah andalanku!


  SERUAN KEPADA KERAHIMAN ILAHI

Setiap seruan dimulai dengan:
`Bapa yang kekal,
kupersembahkan kepada-Mu
Tubuh dan Darah
Jiwa dan Ke-Allah-an
PutraMu yang terkasih,
Tuhan kami Yesus Kristus,
sebagai pemulihan dosa-dosa kami
dan dosa seluruh dunia.'

Hening sejenak, renungkanlah Sengsara Yesus. Kemudian, daraskanlah seruan berikut diakhiri dengan: kasihanilah kami dan seluruh dunia.

1.Demi Yesus yang menetapkan Ekaristi sebagai kenangan akan Sengsara-Nya, ….
2.Demi Yesus yang menderita sakrat maut di Taman Getsemani, ….
3.Demi Yesus yang didera dan dimahkotai duri, ….
4.Demi Yesus yang dijatuhi hukuman mati, ….
5.Demi Yesus yang memanggul salib-Nya, ….
6.Demi Yesus yang jatuh di bawah beban berat salib, ….
7.Demi Yesus yang berjumpa dengan BundaNya yang berduka, ….
8.Demi Yesus yang menerima uluran tangan dalam memanggul salib-Nya, ….
9.Demi Yesus yang menerima belas kasih Veronica, ….
10.Demi Yesus yang menghibur para perempuan, ….
11.Demi Yesus yang ditelanjangi, ….
12.Demi Yesus yang disalibkan, ….
13.Demi Yesus yang wafat di Salib, ….
14.Demi Yesus yang dimakamkan, ….
15.Demi Yesus yang dibangkitkan dari antara orang mati, ….

`Allah yang Kudus,
Kudus dan berkuasa,
Kudus dan kekal,
kasihanilah kami
dan seluruh dunia' (diserukan tiga kali)

Saturday, September 29, 2018

Minggu Kerahiman Ilahi

BukCatatan Harian St Faustina memuat setidak-tidaknya empatbelas bagian di mana Tuhan kita meminta suatu “Pesta Kerahiman Ilahi” ditetapkan secara resmi dalam Gereja.

“Pesta ini muncul dari lubuk kerahiman-Ku yang terdalam, dan diperteguh oleh kedalaman belas kasih-Ku yang paling lemah lembut (420)…. Adalah kehendak-Ku agar pesta ini dirayakan dengan khidmad pada hari Minggu pertama sesudah Paskah.… Aku menghendaki Pesta Kerahiman Ilahi menjadi tempat perlindungan dan tempat bernaung bagi segenap jiwa-jiwa, teristimewa para pendosa yang malang. Pada hari itu, lubuk belas kasih-Ku yang paling lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku (699)”

Tergerak oleh permenungan akan Allah sebagai Bapa yang Maharahim, maka Bapa Suci Yohanes Paulus II menghendaki agar sejak saat ditetapkannya, Minggu Paskah II secara resmi dirayakan sebagai Minggu Kerahiman Ilahi oleh segenap Gereja semesta. Hal ini dimaklumkan beliau pada tanggal 30 April 2000, tepat pada hari kanonisasi St Faustina Kowalska. Lebih lanjut, Paus Yohanes Paulus II memberikan tugas kepada para imam, sebagaimana tercantum dalam Dekrit Penitensiary Apostolik 29 Juni 2002, untuk memberikan penjelasan kepada umat Katolik mengenai Minggu Kerahiman Ilahi ini.   

  PENGHORMATAN LUKISAN KERAHIMAN ILAHI

Lukisan Yesus, Allah yang Maharahim, hendaknya mendapat tempat terhormat yang istimewa pada Pesta Kerahiman Ilahi, sebagai suatu sarana pengingat yang kelihatan atas segala yang telah Yesus lakukan bagi kita melalui Sengsara, Wafat dan Kebangkitan-Nya .… dan juga, sebagai sarana pengingat akan apa yang Ia kehendaki dari kita sebagai balasannya, yaitu percaya penuh kepada-Nya dan berbelas kasih kepada sesama.

“Aku menghendaki lukisan ini diberkati secara khidmad pada hari Minggu pertama sesudah Paskah, dan Aku menghendaki lukisan ini dihormati secara umum agar setiap jiwa dapat tahu mengenainya (341).

  INDULGENSI KHUSUS PADA MINGGU KERAHIMAN ILAHI

Tuhan kita berjanji untuk menganugerahkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman pada Pesta Kerahiman Ilahi, seperti dicatat sebanyak tiga kali dalam Buku Catatan Harian St Faustina; setiap kali dengan cara yang sedikit berbeda:

“Aku akan menganugerahkan pengampunan penuh kepada jiwa-jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus pada Pesta Kerahiman Ilahi (1109).”

“Jiwa yang menghampiri Sumber Hidup pada hari ini akan dianugerahi pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman (300).”

“Jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus akan mendapatkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman (699).”

Sebagai kelanjutan dari dimaklumkannya hari Minggu pertama sesudah Paskah sebagai Minggu Kerahiman Ilahi, Imam Agung di Roma, terdorong semangat yang berkobar untuk menggairahkan semaksimal mungkin praktek Devosi Kerahiman Ilahi dalam diri umat Kristiani dengan harapan mendatangkan buah-buah rohani yang berguna bagi kaum beriman, maka pada tanggal 13 Juni 2002 beliau memaklumkan bahwa Gereja memberikan indulgensi, baik indulgensi penuh maupun sebagian, kepada mereka yang mempraktekkan Devosi Kerahiman Ilahi dengan syarat-syarat seperti yang ditetapkan Gereja.

  RAHMAT-RAHMAT LUAR BIASA

Satu hal tampak jelas: melalui janji di atas, Tuhan kita menekankan nilai tak terhingga Sakramen Tobat dan Komuni Kudus sebagai mukjizat-mukjizat belas kasih-Nya. Tuhan ingin kita menyadari bahwa karena Ekaristi adalah Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an-Nya Sendiri, maka Ekaristi adalah “Sumber Hidup” (300). Ekaristi adalah Yesus, Ia Sendiri, Allah yang Hidup, yang rindu mencurahkan DiriNya sebagai Belas kasih ke dalam hati kita.

Dalam penampakan-penampakan-Nya kepada St Faustina, Tuhan kita menunjukkan dengan jelas apa yang Ia tawarkan kepada kita dalam Komuni Kudus dan betapa amat melukai hati-Nya apabila kita acuh tak acuh terhadap kehadiran-Nya:

“Sukacita-Ku yang besar adalah mempersatukan DiriKu dengan jiwa-jiwa. Apabila Aku datang ke dalam hati manusia dalam Komuni Kudus, tangan-tangan-Ku penuh dengan segala macam rahmat yang ingin Aku limpahkan atas jiwa. Namun, jiwa-jiwa bahkan tak mengindahkan Aku; mereka mengacuhkan DiriKu dan menyibukkan diri dengan hal-hal lain. Oh, betapa sedih Aku sebab jiwa-jiwa tak mengenali Kasih! Mereka memperlakukan-Ku bagaikan suatu benda mati (1385)….”

“Sungguh amat menyakitkan hati-Ku apabila jiwa-jiwa religius menerima Sakramen Cinta Kasih hanya karena kebiasaan belaka, seolah mereka tak mengenali santapan ini. Aku tak mendapati baik iman maupun kasih dalam hati mereka. Aku datang ke dalam jiwa-jiwa demikian dengan keengganan besar. Akan lebih baik seandainya mereka tak menerima Aku (1258)….”

“Betapa menyakitkan Aku bahwa jiwa-jiwa begitu jarang mempersatukan dirinya dengan-Ku dalam Komuni Kudus. Aku menanti jiwa-jiwa, dan mereka acuh tak acuh terhadap-Ku. Aku ingin mencurahkan rahmat-rahmat-Ku atas mereka, tetapi mereka tak hendak menerimanya. Mereka memperlakukan-Ku bagaikan suatu benda mati, padahal Hati-Ku penuh cinta dan belas kasih. Agar engkau dapat memahami setidak-tidaknya sedikit rasa sakit-Ku, bayangkanlah seorang ibu yang paling lembut hati, yang amat mengasihi anak-anaknya, namun anak-anaknya itu menolak kasihnya. Bayangkan betapa pilu hatinya. Tak seorang pun akan mampu menghibur hatinya. Begitulah, gambaran akan kasih-Ku (1447).”

Jadi, janji Tuhan kita akan pengampunan penuh merupakan suatu peringatan sekaligus panggilan. Suatu peringatan bahwa Ia nyata hadir dan nyata hidup dalam Ekaristi, berlimpah kasih bagi kita, menanti kita datang kepada-Nya dengan penuh kepercayaan. Suatu panggilan bagi kita semua untuk dibasuh bersih dalam Kasih-Nya melalui Sakramen Tobat dan Komuni Kudus - tak peduli betapa berat dosa-dosa kita - dan kita memulai hidup baru kembali. Yesus menawarkan kepada kita suatu permulaan yang baru, suatu lembaran yang bersih.

Agar dapat sungguh memahami janji ini, kita perlu melihatnya dalam konteks janji-janji lain yang Tuhan Yesus tawarkan kepada kita dalam Pesta Kerahiman. Ia tidak hanya menawarkan satu rahmat saja, melainkan rahmat-rahmat yang tak terhingga:

“Pada hari itu, lubuk belas kasih-Ku yang paling lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku. Jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus akan mendapatkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman. Pada hari itu seluruh pintu-pintu rahmat Ilahi dari mana rahmat-rahmat mengalir akan dibuka (699).”

Dalam “Penilaian Resmi” Sensor Teologis Kedua atas catatan-catatan St Faustina, kita dapati penjelasan terperinci mengenai limpahan rahmat istimewa ini:

“Agar Pesta Kerahiman Ilahi dapat sungguh menjadi suatu pengungsian bagi segenap jiwa-jiwa, kemurahan hati Yesus yang terdalam dibuka lebar pada hari ini guna mencurahkan ke atas jiwa-jiwa, tanpa menahan-nahan sedikit pun, segala macam dan segala tingkatan rahmat - bahkan yang belum pernah dikenal sekalipun. Kemurahan hati ini merupakan … motivasi untuk memohon kepada Kerahiman Ilahi, dengan kepercayaan penuh serta tanpa batas, segala karunia rahmat yang ingin Tuhan curahkan pada hari Minggu ini….”

Apakah yang harus kita lakukan agar memperoleh rahmat-rahmat yang ingin Tuhan curahkan atas kita? Lagi, “Penilaian Resmi” Sensor Teologis Kedua menyajikan jawabnya:

“Karena kepercayaan penuh merupakan sarana menghampiri Belas Kasih Ilahi, patut kita simpulkan bahwa makna mendalam dari harapan dan janji-janji sehubungan dengan Pesta Kerahiman Ilahi adalah sebagai berikut: Pada hari Pesta-Nya, Yesus ingin menganugerahkan kepada kita semua - teristimewa orang-orang berdosa - suatu limpahan rahmat yang luar biasa. Dan karenanya, pada hari ini Ia menanti kita datang menghampiri Kerahiman-Nya dengan kepercayaan semaksimal mungkin.

  BAGAIMANA MEMPERSIAPKAN DIRI DENGAN PANTAS?

Salah satu cara yang terpenting, tentu saja, dengan menyambut Komuni Kudus pada hari Minggu Kerahiman Ilahi dan menerima Sakramen Tobat yang bahkan dapat dilakukan sebelum Pekan Suci; sepanjang Masa Prapaskah merupakan persiapan untuk menyambut Minggu Kerahiman Ilahi!

Tetapi, kita tidak hanya sekedar dipanggil untuk mohon belas kasih Tuhan dengan penuh kepercayaan, melainkan kita juga dipanggil untuk berbelas kasih kepada sesama. Perkataan Tuhan kita kepada St Faustina mengenai tuntutan untuk berbelas kasih kepada sesama sangat tegas dan jelas:

“Ya, hari Minggu pertama sesudah Paskah adalah Pesta Kerahiman Ilahi, namun demikian haruslah ada perbuatan-perbuatan belas kasih…. Aku menuntut dari kalian perbuatan-perbuatan belas kasih yang timbul karena kasih kepada-Ku. Hendaklah kalian menunjukkan belas kasih kepada sesama di setiap waktu dan di setiap tempat. Janganlah kalian berkecil hati atau berusaha mencari-cari alasan untuk tidak melakukannya” (742).


Novena Kerahiman Ilahi

Pada hari Jumat Agung 1937, Yesus meminta St Faustina mendoakan suatu novena khusus menjelang Pesta Kerahiman Ilahi; novena dimulai pada hari Jumat Agung hingga Sabtu sebelum Minggu Paskah II. Yesus Sendiri yang mendiktekan intensi-intensi novena untuk tiap-tiap hari. Dengan novena ini, St Faustina diminta untuk membawa kepada Hati Yesus Yang Mahakudus sekelompok jiwa-jiwa yang berbeda setiap hari dan membenamkan mereka ke dalam samudera belas kasih-Nya, mohon pada Allah Bapa - dengan mengandalkan jasa-jasa Sengsara Yesus - rahmat-rahmat bagi mereka.

Tidak seperti Novena Koronka, yang dengan jelas Tuhan kehendaki agar setiap orang mendaraskannya, Novena Kerahiman tampaknya diperuntukkan terutama bagi kepentingan pribadi St Faustina. Hal ini dapat dilihat dari perintah Tuhan, di mana Tuhan menyebutkan kata “kamu” dalam bentuk tunggal.

Namun demikian, karena St Faustina diperintahkan untuk menuliskannya, pastilah Tuhan bermaksud agar novena didoakan oleh yang lain juga. Begitu diterbitkan, novena segera menjadi sangat populer; orang banyak mendoakan novena, bukan hanya sebagai persiapan merayakan Minggu Kerahiman Ilahi, melainkan mereka mendoakannya di waktu-waktu lain juga.

Dengan mendoakan Novena kepada Kerahiman Ilahi, kita sungguh menjadikan intensi-intensi Tuhan Yesus sebagai intensi kita sendiri - sungguh suatu perwujudan nyata yang indah dari hak dan kewajiban istimewa Gereja, sebagai Mempelai Kristus, menjadi pendoa di sisi Kristus yang bertahta di atas singgasana belas kasih.

Novena kepada Kerahiman Ilahi dapat dilihat pada booklet “Devosi kepada Kerahiman Ilahi” oleh Stefan Leks; penerbit Kanisius 1993.

Friday, September 28, 2018

Koronka (Chaplet) Kerahiman Ilahi

 


Koronka berasal dari bahasa Polandia, artinya mahkota kecil atau untaian manik-manik indah yang kita hadiahkan kepada orang yang kita kasihi secara istimewa. Pada tahun 1935, St Faustina mendapat suatu penglihatan akan seorang malaikat yang diutus Tuhan untuk melaksanakan murka Allah atas dunia. St Faustina mulai berdoa mohon belas kasihan Tuhan, namun doanya tanpa kuasa di hadapan murka ilahi. Sekonyong-konyong ia melihat Tritunggal Mahakudus dan merasakan kuasa rahmat Yesus melingkupinya. Pada saat yang sama ia mendapati dirinya memohon dengan sangat belas kasih Tuhan dengan kata-kata yang ia dengar dalam batinnya. Sementara ia terus-menerus memanjatkan doa yang diinspirasikan kepadanya, malaikat pelaksana murka ilahi menjadi tak berdaya dan tak kuasa melaksanakan hukuman yang memang sudah sepantasnya. Keesokan harinya, sementara St Faustina memasuki kapel, lagi ia mendengar suara dalam batinnya, Setiap kali engkau masuk ke dalam kapel, ucapkanlah segera doa yang kemarin Ku-ajarkan kepadamu.”

Selanjutnya Yesus mengajarkan Koronka (= Rosario) Kerahiman Ilahi kepada St Faustina:

“Doa ini dimaksudkan sebagai sarana untuk memadamkan murka-Ku. Hendaknya engkau mendaraskannya selama sembilan hari pada rosario biasa dengan cara ini: Pertama-tama hendaknya engkau mengucapkan satu Bapa Kami, satu Salam Maria dan satu Aku Percaya, kemudian,

pada manik-manik “Bapa kami” hendaknya engkau berdoa:

"Bapa yang kekal,
kupersembahkan kepada-Mu
Tubuh dan Darah
Jiwa dan Ke-Allah-an
PutraMu yang terkasih,
Tuhan kami Yesus Kristus,
demi penebusan dosa-dosa kami
dan dosa seluruh dunia."

pada manik-manik “Salam Maria” hendaknya engkau berdoa:

"Demi sengsara Yesus yang pedih,
kasihanilah kami dan seluruh dunia"

Sebagai penutup hendaknya engkau mendaraskan tiga kali doa berikut:

"Allah yang Kudus,
Kudus dan berkuasa,
Kudus dan kekal,
kasihanilah kami
dan seluruh dunia' (474-476).”

Dalam penampakan-penampakan selanjutnya, Yesus menjelaskan bahwa Koronka ini tidak hanya diperuntukkan baginya, melainkan bagi seluruh dunia.

“Doronglah jiwa-jiwa untuk mendaraskan Koronka yang telah Aku berikan kepadamu (1541)…. Barangsiapa mendaraskannya akan menerima rahmat berlimpah di saat ajal (67)…. Apabila koronka ini didaraskan di hadapan seorang yang di ambang ajal, Aku akan berdiri di antara BapaKu dengan dia, bukan sebagai Hakim yang adil, melainkan sebagai Juruselamat yang Penuh Belas Kasih (1541)…. Para imam akan menganjurkannya kepada para pendosa sebagai harapan keselamatan mereka yang terakhir. Bahkan andai ada seorang pendosa yang paling keras hati sekalipun, jika ia mendaraskan koronka ini sekali saja, ia akan menerima rahmat dari belas kasih-Ku yang tak terhingga (687)…. Aku hendak menganugerahkan rahmat-rahmat yang tak terbayangkan kepada jiwa-jiwa yang percaya kepada kerahiman-Ku (687)…. Melalui Koronka ini, engkau akan mendapatkan segala sesuatu, jika yang engkau minta itu sesuai dengan kehendak-Ku (1731).”

Koronka Kerahiman Ilahi adalah doa permohonan yang merupakan kelanjutan dari Kurban Ekaristi, jadi teristimewa tepat jika didaraskan setelah kita ikut ambil bagian dalam Misa Kudus. Koronka dapat didaraskan kapan saja, tetapi Tuhan kita secara khusus mengatakan kepada St Faustina untuk mendaraskannya selama sembilan hari berturut-turut menjelang Pesta Kerahiman Ilahi yang jatuh pada hari Minggu pertama sesudah Paskah (yaitu Minggu Paskah II). “Dengan Novena [Koronka Kerahiman Ilahi], Aku akan menganugerahkan segala rahmat yang mungkin bagi jiwa-jiwa (796).”

Tepat juga mendaraskan Koronka pada “Jam Kerahiman Ilahi” - setiap jam tiga siang, guna mengenangkan wafat Kristus di salib.

Thursday, September 27, 2018

Lukisan Kerahiman Ilahi

Pada tanggal 22 Februari 1931, Tuhan kita menampakkan diri kepada St Faustina dalam suatu penglihatan. Ia melihat Yesus berjubah putih dengan tangan kanan-Nya terangkat untuk menyampaikan berkat, sementara tangan kiri-Nya menunjuk pada hati-Nya, darimana dua sinar besar memancar, satu berwarna merah dan yang lainnya berwarna pucat. St Faustina terpaku menatap Tuhan dalam keheningan, jiwanya diliputi rasa takut sekaligus sukacita yang besar. Yesus berkata kepadanya:

“Buatlah sebuah lukisan menurut gambar yang engkau lihat dengan tulisan di bawahnya: Yesus, Engkau Andalanku…. Aku berjanji, jiwa yang menghormati lukisan ini tak akan binasa. Aku juga menjanjikan kemenangan atas para musuhnya bahkan sejak di bumi ini, dan teristimewa pada saat ajal. Aku Sendiri yang akan membelanya sebagai kemuliaan-Ku (47,48).… Aku menawarkan timba kepada jiwa-jiwa dengan mana hendaknya mereka terus-menerus menimba rahmat-rahmat dari sumber belas kasih. Timba itu adalah lukisan ini dengan tulisan: `Yesus, Engkau Andalanku' (327)…. Aku menghendaki lukisan ini dihormati, pertama-tama di kapelmu, dan lalu di seluruh dunia (17).”

Taat pada permintaan pembimbing rohaninya, St Faustina menanyakan kepada Tuhan makna kedua sinar yang memancar dari hati-Nya. Maka, ia mendengar kata-kata berikut sebagai jawaban:

“Kedua sinar itu melambangkan Darah dan Air. Sinar pucat melambangkan Air yang menguduskan jiwa-jiwa. Sinar merah melambangkan Darah yang adalah hidup jiwa-jiwa. Kedua sinar ini memancar dari kedalaman belas kasih-Ku saat Hati-Ku yang sengsara dibuka oleh sebilah tombak di atas Salib… Berbahagialah jiwa yang tinggal dalam naungannya, sebab tangan keadilan Tuhan tidak akan menimpanya (299).… Dengan sarana lukisan ini, Aku akan menganugerahkan banyak rahmat kepada jiwa-jiwa. Lukisan ini akan menjadi sarana pengingat akan tuntutan-tuntutan belas kasih-Ku, sebab bahkan iman yang terkuat sekalipun tak akan ada gunanya tanpa perbuatan (742).”

Pada tanggal 2 Januari 1934, Sr Faustina untuk pertama kali meminta Tn. Kazimierowski melukis gambar Yesus Yang Maharahim.
Pada bulan Juni 1934 lukisan selesai dibuat, tetapi Faustina menangis kecewa karena lukisan tidak seindah penampakan yang disaksikannya. Kepada Yesus ia mengeluh, “Siapakah kiranya yang akan dapat melukis Engkau seagung Engkau sendiri?” Sebagai jawab, ia mendengar kata-kata berikut:

“Keagungan lukisan ini bukan terletak pada indahnya warna ataupun goresan kuas, melainkan dalam rahmat-Ku (313).”   

Oleh karenanya, walau sekarang ini ada banyak versi lukisan “Yesus, Engkau Andalanku,” kita dapat senantiasa yakin bahwa tak peduli lukisan versi mana yang kita pilih, lukisan tersebut merupakan sarana rahmat Tuhan jika kita menghormatinya dengan penuh kepercayaan akan kerahiman-Nya.

Wednesday, September 26, 2018

ABC Kerahiman Ilahi

Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebut anak bapa” (Luk 15:18-19)

Pesan utama Kerahiman Ilahi adalah bahwa Allah mengasihi kita - semuanya, tak peduli betapa berat dosa kita. Tuhan ingin kita tahu bahwa belas kasih-Nya jauh lebih besar daripada segala dosa kita; Tuhan mengundang kita untuk datang kepada-Nya dengan penuh kepercayaan, menerima belas kasih-Nya dan membiarkannya mengalir melalui kita kepada sesama. Dengan demikian segenap umat manusia akan ikut ambil bagian dalam sukacita-Nya. Pesan ini dapat dengan mudah kita ingat melalui ABC Kerahiman Ilahi:

  Ask for His Mercy ~ Mohon Belas Kasih Allah
Tuhan menghendaki kita datang kepada-Nya dalam doa secara terus-menerus, menyesali dosa-dosa kita dan mohon kepada-Nya untuk mencurahkan belas kasih-Nya atas kita dan atas dunia.

  Be Merciful ~ Berbelas Kasih kepada Sesama
Tuhan menghendaki kita menerima belas kasih-Nya dan membiarkannya mengalir melalui kita kepada sesama. Tuhan menghendaki kita memperluas kasih serta pengampunan kepada sesama seperti yang Ia lakukan kepada kita.

  Completely Trust ~ Percaya Penuh kepada-Nya
Tuhan ingin kita tahu bahwa rahmat-rahmat belas kasih-Nya tergantung pada besarnya kepercayaan kita. Semakin kita percaya kepada-Nya, semakin berlimpah rahmat yang kita terima.

  ASK FOR HIS MERCY ~ MOHON BELAS KASIH ALLAH

Melalusengsara dan wafat Yesus, suatu samudera belas kasih yang tak terhingga tersedia bagi kita semua. Tetapi Tuhan, yang memberikan kebebasan kepada manusia, tak hendak memaksakan suatu pun pada kita, juga belas kasih-Nya. Ia menanti kita berbalik dari dosa-dosa kita dan mohon pada-Nya.

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu…. Karena setiap orang yang meminta, menerima” (Mat 7:7-8).

Paus Yohanes Paulus II menggemakan pesan Injil ini dengan kegentingan masa sekarang, “Tak pernah… teristimewa pada masa segenting masa kita sekarang ini - Gereja dapat melupakan doa yang adalah seruan mohon belas kasih Allah… Gereja mengemban tugas dan kewajiban untuk datang kepada Allah yang berbelas kasih `dengan seruan-seruan lantang'” (Dives in Misericordia).

Kepada St Faustina, Yesus sekali lagi menyatakan pesan yang sama ini. Yesus memberinya tiga cara baru untuk mohon belas kasih-Nya dengan mengandalkan jasa-jasa sengsara-Nya, yaitu: Lukisan Kerahiman Ilahi, Koronka, dan Jam Kerahiman. Yesus mengajarkan bagaimana mengubah hidup sehari-hari menjadi suatu doa yang tak kunjung henti mohon belas kasih Allah. Melalui rasul kerahiman-Nya, Yesus memanggil kita semua untuk mohon belas kasih-Nya.

“Jiwa-jiwa yang mohon belas kasih-Ku menyenangkan hati-Ku. Kepada jiwa-jiwa ini aku menganugerahkan bahkan lebih banyak dari yang mereka minta. Aku tak dapat menghukum bahkan seorang pendosa besar sekalipun, jika ia mohon belas kasih-Ku (1146)…. Mohonlah belas kasih bagi seluruh dunia (570)…. Tak satu jiwa pun yang mohon belas kasih-Ku akan dikecewakan (1541).

  BE MERCIFUL ~ BERBELAS KASIH KEPADA SESAMA

Belas kasih adalah kasih yang berusaha meringankan penderitaan sesama. Belas kasih adalah kasih yang hidup, yang dicurahkan atas sesama guna menyembuhkan, melegakan, menghibur, mengampuni, menghapus rasa sakit. Itulah kasih yang Tuhan tawarkan kepada kita dan itulah kasih yang Ia kehendaki kita tawarkan kepada sesama.

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yoh 13:34)

Betapa Tuhan kita menekankan hal ini kepada St Faustina!

Aku menghendaki dari kalian perbuatan-perbuatan belas kasih yang timbul karena kasih kepada-Ku. Hendaklah kalian menunjukkan belas kasih kepada sesama di setiap waktu dan di setiap tempat. Janganlah kalian berkecil hati atau berusaha mencari-cari alasan untuk tidak melakukannya…. Bahkan iman yang terkuat sekalipun tak akan ada gunanya tanpa perbuatan (742)…. Apabila jiwa tak melakukan perbuatan belas kasih dengan cara apapun, ia tak akan mendapatkan belas kasih-Ku pada hari penghakiman (1317).”

  COMPLETELY TRUST ~ PERCAYA PENUH KEPADA-NYA

Kepercayaapenuh kepada Yesus merupakan intisari pesan kerahiman. Apabila kita pergi ke sumber mataair umum, kita dapat menimba sepuasnya asal saja kita memiliki timba sebagai wadah air. Dalam pernampakan berulang kepada St Faustina, Juruselamat Ilahi kita menegaskan bahwa sumber mataair adalah Hati-Nya, air adalah belas kasih-Nya, dan timba adalah kepercayaan kita.

“Aku telah membuka Hati-Ku sebagai sumber belas kasih yang hidup. Biarlah segenap jiwa menimba hidup darinya. Biarlah mereka menghampiri samudera belas kasih ini dengan penuh kepercayaan (1520)…. Di salib, sumber belas kasih-Ku dibuka lebar-lebar dengan tombak bagi segenap jiwa - tak suatu jiwa pun Aku kecualikan! (1182)…. Aku menawarkan kepada manusia suatu timba dengan mana hendaknya mereka terus-menerus datang menimba rahmat-rahmat dari sumber belas kasih. Timba itu adalah lukisan dengan tulisan, `Yesus, Engkau Andalanku' (327) …. Rahmat-rahmat belas kasih-Ku diperoleh dengan sarana satu timba saja, yaitu - kepercayaan. Semakin suatu jiwa percaya, semakin banyak ia menerima (1578)”

“Aku adalah Kasih dan Belas Kasih itu sendiri (1074)…. Janganlah suatu jiwa pun takut menghampiri-Ku, walau dosanya merah bagaikan kirmizi (699)…. Belas kasih-Ku jauh lebih besar dari dosa-dosamu dan dosa-dosa seluruh dunia (1485)…. Aku membiarkan Hati-Ku Yang Mahakudus ditikam sebilah tombak agar terbuka lebarlah sumber belas kasih bagi kalian. Sebab itu, marilah, dengan penuh kepercayaan menimba rahmat-rahmat dari sumber ini. Tak pernah Aku menolak hati yang bertobat (1485)…. Lebih cepat langit dan bumi lenyap daripada belas kasih-Ku menolak mendekap jiwa yang percaya (1777)

Percaya penuh berarti membiarkan Tuhan menjadi Tuhan atas kita, dan bukannya menjadikan diri sebagai Tuhan; berarti membiarkan Tuhan menuliskan skenario hidup kita, dan bukannya memaksakan skenario kita sendiri; berarti kita menepati janji luhur yang kita ucapkan dalam Doa Bapa Kami, “Jadilah kehendak-Mu (bukan kehendakku); di atas bumi seperti di dalam surga”; berarti bahkan di saat-saat menderita, kita berseru seperti Yesus di Taman Getsemani“Bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi (Luk 22:42).

ABKerahiman saling berhubungan satu sama lain, dan unsurnya yang utama adalah kepercayaan penuh kepada Yesus. Kita tidak sekedar mohon belas kasih Tuhan, atau sekedar berbelas kasih kepada sesama; melainkan kita mohon belas kasih Tuhan dengan kepercayaan penuh dan Tuhan memenuhi kita dengan rahmat-Nya agar kita dapat berbelas kasih sebab Bapa Surgawi kita penuh belas kasih.

“Aku adalah Kasih dan Belas Kasih itu sendiri. Apabila jiwa datang kepada-Ku dengan penuh kepercayaan, Aku akan memenuhinya dengan rahmat yang begitu berlimpah hingga jiwa tak mampu menampungnya seorang diri, melainkan menyalurkannya kepada jiwa-jiwa lain juga (1074)

Tuesday, September 25, 2018

Bagaimana Mempraktekkan Devosi Kerahiman Ilahi?


1. Menghormati Lukisan Kerahiman Ilahi
2. Mendaraskan Koronka (Chaplet) Kerahiman Ilahi
3. Merayakan Minggu Kerahiman Ilahi
4. Mendoakan Jam Kerahiman Ilahi
5. Menyebarluaskan Devosi Kerahiman Ilahi

Monday, September 24, 2018

Tiga Tingkatan Belas Kasih Dalam Devosi Kerahiman Ilahi

Pertama-tama: perbuatan belas kasih, apa pun jenisnya. Kedua: ucapan belas kasih, yaitu belas kasih kata, bila kita tak dapat mewujudkannya dalam perbuatan. Ketiga: doa; kita selalu dapat menunjukkan belas kasih dengan doa. “Dalam tiga tingkatan belas kasih ini,” demikian Yesus mengatakan kepada St Faustina, “terkandung kepenuhan belas kasih (742).”

Kita semua dipanggil untuk mengamalkan ketiga tingkatan belas kasih ini, tetapi tidak semua kita dipanggil dengan cara yang sama. Kita perlu datang dan bertanya kepada Tuhan, yang memahami pribadi dan situasi kita masing-masing yang unik, untuk menolong kita mengenali berbagai macam cara dengan mana kita masing-masing dapat menyatakan belas kasih-Nya dalam hidup kita sehari-hari.

Baiklah kita melihat kembali apa yang telah diajarkan Gereja mengenai karya-karya belas kasih kepada sesama.

  Karya-karya Belas Kasih Jasmani:
1. memberi makan kepada yang lapar
2. memberi minum kepada yang haus
3. memberi tumpangan kepada tunawisma
4. mengenakan pakaian kepada yang telanjang
5. mengunjungi orang miskin
6. mengunjungi orang tahanan
7. menguburkan orang mati

  Karya-karya Belas Kasih Rohani:
1. mengajar
2. memberi nasehat
3. menghibur
4. membesarkan hati
5. mengampuni
6. menanggung dengan sabar hati
7. mendoakan mereka yang hidup dan mati