Saturday, December 20, 2014

EKARISTI: Kehadiran Kerahiman Ilahi



Dalam kasih-Nya yang begitu besar bagi kita, Tuhan Yesus menganugerahkan kepada kita suatu mukjizat yang luar biasa: Sakramen Ekaristi Kudus.

Kebangkitan Kristus ke dalam kemuliaan bukanlah akhir dari tujuan Inkarnasi, ketika Allah menjadi manusia. Salah satu tujuan Inkarnasi adalah agar Yesus senantisa tinggal bersama kita hingga akhir jaman dalam Ekaristi. Dengan mukjizat kasih-Nya yang terbesar ini, Yesus tinggal bersama kita dalam rupa roti dan anggur, bukan hanya bagi santapan rohani kita saja, melainkan juga agar ditemani oleh kita juga.

Dalam Ekaristi, Kristus sepenuhnya hadir seperti Ia di surga. Ekaristi merupakan inti dari Devosi Kerahiman Ilahi; banyak unsur devosi ini pada dasarnya Ekaristis - terutama lukisan, koronka, dan Pesta Kerahiman Ilahi. Lukisan, dengan kedua sinarnya yang berwarna merah dan yang berwarna pucat, menggambarkan Tuhan Yesus yang Ekaristis, yang Hati-Nya ditikam dan memancarlah daripadanya darah dan air sebagai sumber belas kasih bagi kita. Lukisan Kerahiman Ilahi merupakan gambaran akan anugerah kurban belas kasih Tuhan yang dihadirkan dalam setiap Misa.

Beberapa kali dalam Buku Catatan Hariannya, St Faustina menulis ia melihat kedua sinar yang berwarna merah dan berwarna pucat memancar, bukan dari lukisan, melainkan dari Hosti Kudus; dan suatu ketika, sementara imam mengunjukkan Sakramen Mahakudus, ia melihat kedua sinar yang berasal dari lukisan menembusi Hosti Kudus dan dari Hosti memancar ke segenap penjuru dunia. Jadi, dengan mata iman, hendaknya kita juga melihat dalam setiap Hosti Kudus, Juruselamat yang Maharahim, yang mencurahkan DiriNya Sendiri sebagai sumber belas kasih kepada kita.

Konsep Ekaristi sebagai sumber rahmat dan belas kasih bukan hanya didapati dalam Buku Catatan Harian, melainkan juga dalam ajaran Gereja. Gereja dengan jelas mengajarkan bahwa segala sakramen yang lain diarahkan kepada Ekaristi dan menimba kekuatan darinya.

Dalam Konstitusi Liturgi Kudus (#10), misalnya, dijelaskan, “terutama dari Ekaristi, bagaikan dari sumber, mengalirlah rahmat kepada kita.” Dan dalam suatu catatan dalam Katekese Konsili Trente, para imam didorong untuk “memperbandingkan Ekaristi sebagai suatu sumber mataair sementara sakramen-sakramen lainnya sebagai anak-anak sungai. Ekaristi Kudus sungguh nyata dan penting disebut sebagai sumber segala rahmat, sebab di dalamnya terkandung sumber karunia dan rahmat surgawi itu sendiri, Sang Pencipta segala sakramen, Tuhan kita Yesus Kristus, daripada-Nya, sebagai sumber dari segalanya, berasal segala kebajikan dan kesempurnaan dari sakramen-sakramen lainnya.”

Maka, tak mengherankan jika St Faustina begitu berdevosi kepada Ekaristi dan menulis begitu mengagumkan mengenainya dalam Buku Catatan Harian:

“O, betapa suatu misteri yang menakjubkan terjadi dalam Misa Kudus! ... Suatu hari kelak kita akan tahu apa yang Tuhan perbuat bagi kita dalam setiap Misa, dan karunia-karunia apa yang Ia sediakan bagi kita di dalamnya. Hanya kasih ilahi-Nya yang dapat memperkenankan suatu karunia yang sedemikian disediakan bagi kita… sumber hidup ini memancar dengan kemanisan dan kuasa yang begitu rupa (914)….”

“Segala yang baik dalam diriku berasal dari Komuni Kudus (1392)…. Di sinilah terletak segala rahasia kekudusanku (1489)…hanya satu hal saja yang menopangku, yaitu Komuni Kudus. Daripadanya aku menimba segala kekuatanku; daripadanyalah segala penghiburanku…. Yesus yang tersamar dalam Hosti Kudus adalah segalanya bagiku…. Aku tak akan tahu bagaimana memuliakan Tuhan jika aku tak memiliki Ekaristi dalam hatiku (1037)….”

“O Hosti yang hidup, satu-satunya daya dan kekuatanku, sumber cinta dan belas kasih, rengkuhlah seluruh dunia, perteguhlah jiwa-jiwa yang lemah. O, diberkatilah saat ketika Yesus menempatkan dalam diri kita HatiNya yang Maharahim! (223)


No comments:

Post a Comment