Saturday, December 20, 2014

Sakramen Pertobatan (Rekonsiliasi): Pengadilan Kerahiman Ilahi




Guna membantu kita mempersiapkan diri dalam menyambut Tubuh dan Darah, Jiwa dan ke-Allah-an Juruselamat kita yang Maharahim dalam Ekaristi, Tuhan meninggalkan bagi kita suatu “mukjizat belas kasih” yang lain, yaitu Sakramen Rekonsiliasi. Di sini, juga, Yesus menghadirkan diri bagi kita - kita semua, tak peduli betapa berat dosa kita - sebagai Juruselamat yang Maharahim, sumber belas kasih yang membasuh, menghibur, mengampuni dan memulihkan hidup kita.

“Apabila engkau datang dalam Sakramen Tobat, kepada sumber belas kasih ini, Darah dan Air yang memancar dari HatiKu senantiasa tercurah merasuki jiwamu (1602).… Dalam Pengadilan Belas Kasih (Sakramen Rekonsiliasi) … mukjizat-mukjizat terbesar terjadi dan berulang tak kunjung henti (1448).… Di sini, sengsara jiwa bertemu dengan Allah yang berbelas kasih (1602).…”

“Datanglah penuh iman di hadapan wakil-Ku (1448).… Aku Sendiri yang menantikan engkau di sana. Aku hanya tersamar dalam diri imam … Aku Sendiri yang bertindak dalam jiwamu (1602).… Akuilah segala dosamu di hadapan-Ku. Pribadi imam, bagi-Ku, hanyalah sekedar selubung. Janganlah pernah menilai imam macam apa yang sedang Aku pergunakan sebagai alat; bukalah jiwamu dalam pengakuan seperti yang akan engkau lakukan terhadap-Ku, dan Aku akan memenuhi jiwamu dengan terang-Ku (1725).…”

“Walau suatu jiwa rusak bagaikan bangkai yang membusuk, hingga dari sudut pandang manusia tidak akan ada lagi harapan pemulihan dan segalanya akan menjadi sia-sia, namun tidak demikian bagi Allah. Mukjizat Belas Kasih memulihkan jiwa itu sepenuhnya …. Dari sumber belas kasih ini, jiwa-jiwa menimba rahmat, semata-mata hanya dengan timba kepercayaan. Jika kepercayaan mereka besar, tak akan ada batas dalam kemurahan hati-Ku (1448).”

Guna menekankan pentingnya kedua sakramen belas kasih yang luar biasa ini, Tuhan kita menetapkan keduanya sebagai prasyarat untuk mendapatkan janji-Nya akan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman bagi mereka yang merayakan Pesta Kerahiman Ilahi. Paus Yohanes Paulus II, yang telah berulang kali menekankan pentingnya pesan kerahiman, menasehati kita, “Gereja dari Masa Adven yang baru… haruslah Gereja Ekaristi dan Tobat” (Redemptor Hominis).

Dalam pidato penutup pada Sinode Uskup di Roma tahun 1983, Bapa Suci menjelaskan bahwa kedua sakramen ini ditetapkan di Senakel dan saling berhubungan erat satu dengan yang lainnya:

“Sesungguhnya, segera sesudah sengsara dan wafat-Nya, tepat pada hari Kebangkitan-Nya, dalam peristiwa kunjungan pertama kepada para Rasul yang berkumpul di Senakel, [di mana dilaksanakan penetapan Ekaristi] Yesus Kristus mengucapkan kata-kata ini: `Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada' (Yoh 20:22-23). Pentingnya kata-kata dan peristiwa ini sebegitu rupa hingga hendaknya dianggap sejajar dengan pentingnya Ekaristi itu sendiri” (Penitential Catechesis).

No comments:

Post a Comment