(801) Hari ini, aku masih dapat
mengadakan kunjungan singkat kepada Tuhan sebelum pergi tidur. Rohku
membenamkan diri dalam Dia sebagai satu-satunya harta. Hatiku beristirahat
sejenak di dekat Hati Mempelaiku. AKu memperoleh pencerahan mengenai bagaimana
aku harus bertindak terhadap orang-orang yang ada di sekelilingku, dan kemudian
aku kembali ke pengasinganku. Dokter memberikan perawatan yang baik kepadaku;
semua yang ada di sekelilingku sangat ramah kepadaku.
(802) 10 Desember [1936]. Hari ini,
aku bangun lebih pagi dan melakukan meditasiku sebelum misa kudus. DI sini,
misa kudus dirayakan pada pukul enam. Sesudah komuni kudus, rohku membenamkan
diri dalam Tuhan seolah-olah dalam satu-satunya sasaran cintanya. Aku merasakan
diriku terserap dalam kemahakuasaan Tuhan. Ketika aku kembali ke kamar
pribadiku, aku merasa sakit dan harus segera membaringkan diri. Suster membawa
kepadaku obat cairan, tetapi sepanjang hari itu kesehatanku tidak menjadi lebih
baik. Pada petang hari, aku ingin melaksanakan Jam Kudus, tetapi aku tidak
dapat melaksanakannya; yang dapat aku lakukan hanyalah menyatukan diriku dengan
Yesus yang menderita.
(803) Kamarku dekat dengan asrama
laki-laki. Aku baru tahu bahwa laki-laki begitu banyak ngobrol. Dari pagi
sampai larut malam, mereka bicara mengenai bermacam-macam hal. Ruangan
perempuan selalu dipersalahkan karena terlalu banyak bicara; tetapi aku beroleh
kesempatan untuk meyakinkan diriku bahwa yang benar adalah sebaliknya. Sangat
sulit bagiku untuk memusatkan perhatian pada doa di tengah lelucon dan tawa ria
itu. Apabila aku dikuasai sepenuhnya oleh rahmat Allah, aku tidak merasa
terganggu olehnya sebab pada saat seperti itu aku tidak tahu apa yang terjadi
di sekelilingku.
804) Oh, Yesusku, betapa sedikitnya
orang-orang itu berbicara tentang Engkau. Mereka berbicara tentang apa saja
kecuali Engkau. Dan kalaupun mereka begitu sedikit berbicara [tentang Engkau],
sangatlah mungkin bahwa mereka sama sekali tidak berpikir tentang Engkau.
Seluruh dunia sangat menarik minat mereka; tetapi tentang Engkau, Pencipta
mereka, tidak sepatah kata pun keluar dari mulut mereka. Ya Yesus, aku sangat
sedih menyaksikan sikap acuh tak acuh dan tidak tahu terima kasih dari
ciptaan-ciptaan. O Yesusku, aku mencintai Engkau sebagai ganti mereka dan,
dengan cintaku, aku mau mempersembahkan doa penyilihan kepada-Mu.
(805) Bunda Allah Dikandung Tanpa
Noda.
Sejak pagi buta, aku merasakan
kedekatan Bunda kudus. Dalam misa kudus, aku melihat dia, begitu manis dan elok
sehingga aku tidak mempunyai kata-kata untuk mengungkapkan bahkan sebagian
kecil saja dari keelokan itu. Ia mengenakan pakaian serba putih, dengan ikat
pinggang biru melingkar di pinggangnya. Mantolnya juga biru, dan ada mahkota
pada kepalanya. Sinar yang mengagumkan memancar dari seluruh sosoknya. “Aku adalah Ratu surga dan bumi, tetapi
khususnya aku adalah Bunda [Kongregasi] mu.” Ia mendekapkan aku ke hatinya
dan berkata, “Aku senantiasa menaruh
belas kasihan kepadamu.” Aku merasakan kekuatan Hatinya yang tak tercela
menyatukan diri dengan jiwaku. Kini aku mengerti mengapa aku mempersiapkan
pesta ini dengan kerinduan yang begitu besar. Semenjak hari ini, aku akan
mengupayakan kemurnian jiwa yang lebih besar sehingga sinar rahmat Allah dapat
terpantul dengan segenap kecemerlangannya. Aku ingin menjadi suatu kristal
supaya Ia sungguh merasakan sukacita tatkala memandang aku.
(806) Pada hari yang sama, aku
melihat seorang imam yang diselubungi sinar memancar dari Bunda kita; jelas,
jiwa ini mengasihi Bunda yang tak bernoda.
(807) Suatu kerinduan yang luar
biasa memenuhi jiwaku. Aku heran bahwa kerinduan itu tidak memisahkan jiwaku
dari ragaku. Aku merindukan Allah; aku ingin membenamkan diri di dalam Dia. Aku
tahu bahwa aku berada dalam pembuangan yang mengerikan; jiwaku mendambakan
Allah dengan segenap kekuatannya. O kalian, penduduk Tanah Airku, perhatikanlah
orang buangan ini! Kapan selubung-selubung itu pun akan diambil dariku?
Meskipun aku melihat dan merasakan, dalam batas tertentu, betapa tipisnya
selubung yang memisahkan aku dari Tuhan itu, aku ingin memandang Dia dari muka
ke muka; tetapi biarlah segala sesuatu terjadi menurut kehendak-Mu.
(808) 11 Desember. Hari ini, aku
tidak dapat menghadiri seluruh misa. Aku hanya hadir pada bagian-bagian yang
paling penting, dan sesudah menyambut komuni kudus aku langsung kembali ke
pengasinganku. Tiba-tiba, kehadiran Allah menyelimuti aku, dan pada saat yang
sama, dalam waktu yang sangat singkat, aku merasakan sengsara Tuhan. Pada saat
itu, aku memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang karya kerahiman.
(809) Pada malam hari, tiba-tiba
aku terjaga; aku tahu bahwa suatu jiwa sedang meminta doaku, dan bahwa ia
sangat membutuhkan doa itu. Singkat, tetapi dengan segenap hatiku, aku minta
kepada Tuhan agar memberikan rahmat kepadanya.
(810) Petang berikutnya, sesudah
pukul dua belas, ketika aku memasuki aula, aku melihat seseorang sedang
menghadapi ajal, dan aku diberi tahu bahwa ia sudah mengalami sakratulmaut
sejak tadi malam. Ketika aku menyelidikinya - itulah saatnya ketika ia meminta
doaku. Dan tidak lama kemudian aku mendengar suatu suara dalam jiwaku, “Daraskanlah
Koronka yang sudah Kuajarkan kepadamu.” Aku lari mengambil rosarioku,
lalu berlutut di samping orang yang menghadapi ajal itu dan dengan segenap
gairah jiwaku, aku mulai mendaras Koronka. Tiba-tiba orang yang menghadapi ajal
itu membuka matanya dan memandangku; belum lagi selesai aku mendaras seluruh
Koronka, ia sudah menghembuskan napasnya, dengan damai yang luar biasa. Dengan
sungguh-sungguh, aku minta kepada Tuhan untuk memenuhi janji yang telah Ia
berikan kepadaku sehubungan dengan pendarasan Koronka itu. Tuhan memberitahukan
kepadaku bahwa jiwa itu telah diberi rahmat yang Ia janjikan kepadaku. Itulah
jiwa pertama yang menerima karunia yang dijanjikan Tuhan. Aku dapat merasakan
bahwa kuasa kerahiman menyelimuti jiwa itu.
(811) Ketika aku memasuki kamar
pengasinganku, aku mendengar kata-kata ini, “Pada jam kematiannya, setiap
orang yang mendaras Koronka akan Aku bela seperti kemuliaan-Ku sendiri; atau
kalau ada orang lain yang mendaras Koronka bagi orang yang sedang menghadapi
ajal, dia ini akan mendapatkan indulgensi yang sama. Kalau Koronka ini didaras
di dekat pembaringan orang yang sedang menghadapi ajal, murka Allah akan
dipadamkan dan kerahiman yang tak terselami akan meliputi jiwanya. Dan, lubuk
kerahiman-Ku yang mesra akan tergerak karena sengsara Putra-Ku yang memilukan.”
Oh, kalau saja setiap orang
menyadari betapa besarnya kerahiman Tuhan dan betapa banyaknya kita semua
membutuhkan kerahiman itu, khususnya pada saat-saat yang genting itu!
(812) Hari ini, aku telah melakukan
pertempuran dengan roh-roh kegelapan untuk memenangkan satu jiwa. Betapa
mengerikan kebencian setan terhadap kerahiman Allah! Aku menyaksikan bagaimana
ia menentang seluruh karya ini.
(813) O Yesus yang maharahim, yang
terentang di salib, ingatlah akan saat kematian kami. O Hati Yesus yang
maharahim, yang dibuka dengan tombak, lindungilah aku pada saat-saat terakhir
hidupku. O Darah dan Air, yang memancar dari Hati Yesus sebagai sumber
kerahiman yang tak terselami bagiku pada saat kematianku; O Yesus yang
menghadapi ajal, Jaminan kerahiman, redakanlah murka ilahi pada saat
kematianku.
(814) 12 Desember [1936]. Hari ini,
aku hanya menerima komuni kudus dan hanya sebentar tinggal dalam misa. Seluruh
kekuatanku ada di dalam Engkau, o Roti Yang Hidup. Sangatlah sulit bagiku untuk
menjalani hari ini kalau aku tidak menyambut komuni kudus. Komuni kudus adalah
perisaiku! Tanpa Engkau, ya Yesus, aku tidak tahu bagaimana menjalani hidup
ini.
(815) Hari ini Yesus, Kasihku,
membuat aku memahami betapa besar cinta-Nya kepadaku meskipun ada kesenjangan
yang luar biasa antara kami berdua: Sang Pencipta dan ciptaan; tetapi, dalam
arti tertentu, di sana ada suatu kesetaraan, kasih menimbun jurang kesenjangan
itu. Ia sendiri merendahkan diri kepadaku dan membuat aku mampu mempersatukan
diriku dengan Dia. Aku membenamkan diriku dalam Dia, seolah-olah diriku sama
sekali lebur di dalam Dia; tetapi, di bawah tatapan mata-Nya yang penuh kasih,
jiwaku memperoleh tenaga dan kekuatan serta kesadaran bahwa ia mengasihi dan dikasihi
secara istimewa. Jiwaku tahu bahwa Yang Mahakuasa melindunginya. Doa seperti
ini, meskipun singkat, membawa manfaat yang amat besar bagi jiwa, dan
pencerahan yang diberikan kepada jiwa oleh saat singkat dari bentuk doa yang
lebih tinggi ini tidak diberikan oleh seluruh jam doa yang biasa.
(816) Hari ini, lepas tengah hari,
untuk pertama kalinya aku beristirahat di alam terbuka. Suster Felicja hari ini
mengunjungi aku. Ia membawakan beberapa barang yang kubutuhkan dan beberapa
apel yang sedap serta salam dari Muder Superior kami yang terkasih serta para
suster yang baik.
(817) 13 Desember [1936]. Pengakuan
Dosa di Hadapan Yesus.
Ketika aku merenungkan bahwa aku
tidak akan mengaku dosa selama lebih dari tiga minggu, aku menangis melihat
kedosaan jiwaku dan sejumlah kesulitan. Aku tidak pergi ke pengakuan dosa sebab
situasi memang tidak memungkinkannya. Pada hari pengakuan dosa, aku harus
tinggal di tempat tidur. Pekan berikutnya, pengakuan dosa dilaksanakan pada
petang hari, dan aku telah pergi ke rumah sakit pagi itu. Petang ini, Pastor
Andrasz datang ke kamarku dan duduk untuk mendengarkan pengakuanku. Sebelumnya,
kami tidak bertukar kata sepatah pun. Aku sangat bersukacita karena aku sangat
gelisah memikirkan bagaimana pergi ke pengakuan. Seperti biasa, aku
mengungkapkan seluruh jiwaku. Pastor Andrasz memberikan suatu jawaban terhadap
setiap hal yang aku sampaikan. Aku merasa luar biasa bahagia karena dapat
mengatakan segala sesuatu seperti yang kulakukan. Sebagai penitensi, Pastor
Andrasz memberiku Litani Nama Yesus yang Tersuci. Ketika aku mau menyampaikan
kepadanya kesulitan yang kuhadapi untuk mendaras litani ini, ia bangkit dan
mulai memberiku absolusi. Tiba-tiba, sosoknya memancarkan sinar cemerlang, dan
aku melihat bahwa dia bukan Pastor Andrasz, tetapi Yesus. Pakaian-Nya
berkilau-kilauan seperti salju, dan serta merta Ia menghilang. Mula-mula, aku
merasa gelisah, tetapi tidak lama kemudian suatu perasaan damai memasuki
jiwaku; dan aku mencatat peristiwa Yesus mendengarkan pengakuan dosa persis seperti
yang dilakukan oleh para bapak pengakuan; tetapi secara mengagumkan sesuatu
terjadi di dalam hatiku selama pengakuan dosa ini; mula-mula aku tidak dapat
memahami apa artinya semua ini.
(818) 16 Desember [1936]. Aku
mempersembahkan hari ini untuk Rusia. Aku mempersembahkan semua penderitaan dan
doa-doaku untuk negara yang malang itu. Sesudah komuni kudus, Yesus berkata
kepadaku, “Aku tidak dapat menanggung negeri itu lebih lama lagi. Jangan
membelenggu tangan-Ku, hai Putri-Ku!” Aku menyadari bahwa kalau bukan
karena doa-doa yang dipanjatkan oleh jiwa-jiwa yang berkenan di Hati Allah,
seluruh bangsa itu tentulah sudah terjerumus ke dalam kehampaan. Oh, betapa
beratnya penderitaanku demi bangsa yang telah membuang Allah ke luar dari
perbatasan negaranya!
(819) O Mata Air Kerahiman Ilahi
yang tak kunjung kering, curahkanlah diri-Mu ke atas kami! Kebaikan-Mu sungguh
tidak mengenal batas! Teguhkanlah, o Tuhan, kekuatan kerahiman-Mu atas jurang
kepapaanku karena Engkau tidak memiliki batas untuk kerahiman-Mu. Kerahiman-Mu
sungguh mengagumkan dan tiada tara, memesona pikiran insan dan malaikat.
(820) Malaikat Pelindungku menyuruh
aku berdoa untuk jiwa tertentu, dan pada pagi harinya aku tahu bahwa ada orang
yang tepat pada saat itu memasuki sakratulmaut. Secara istimewa, Tuhan Yesus
memberitahukan hal itu kepadaku tepat ketika seorang membutuhkan doaku. Secara
istimewa, aku tahu kapan doaku diperlukan untuk seseorang yang menghadapi ajal.
Sekarang, hal ini lebih sering terjadi daripada di masa yang lalu.
(821) Tuhan Yesus memberitahukan
kepadaku betapa menyenangkan Hati-Nya jiwa yang hidup sesuai dengan kehendak
Allah. Dengan cara itu, jiwa tersebut mempersembahkan kemuliaan yang amat besar
kepada Allah...
(822) Hari ini, aku paham bahwa
kalau aku tidak dapat memenuhi salah satu hal yang diminta Tuhan dariku, aku
tetap akan mendapat pahala seperti kalau aku sudah memenuhi semuanya sebab
Tuhan memperhatikan niat yang mendorong aku untuk memulainya. Bahkan, kalaupun
hari ini Ia memanggil aku, pekerjaan itu tidak akan terbengkalai sama sekali
sebab Dia sendiri adalah Tuhan, baik atas pekerjaan maupun atas pekerjanya.
Bagianku adalah mengasihi Dia dengan sepenuh hati; semua pekerjaanku tidak
lebih daripada satu tetes kecil di hadapan-Nya. Kasihlah yang memiliki arti, kekuatan,
dan pahala. Ia telah membuka cakrawala yang luas di dalam jiwaku - kasih
menyempurnakan segala kekurangan.
(823) 17 Desember [1936]. Aku
mempersembahkan hari ini bagi para imam. Hari ini, aku merasakan lebih banyak
penderitaan daripada kapan pun sebelumnya, baik secara batin maupun secara
lahir. Aku tidak habis pikir bahwa aku dapat menanggung begitu banyak penderitaan
dalam satu hari. Tatkala rohku merasakan kepahitan Taman Getsemani, aku
berusaha melaksanakan suatu Jam Kudus. Ditopang oleh lengan-Nya, aku bergulat
sendirian melawan segala kesulitan yang menghadang aku laksanakan tembok yang
tak mungkin dirobohkan. Tetapi, aku percaya akan kekuasaan nama-Nya dan aku
tidak takut akan suatu pun.
(824) Dalam tempat pengasingan ini,
Yesus sendirilah Guruku. Ia sendiri mendidik dan mengajar aku. Aku merasakan
bahwa aku menjadi sasaran kegiatan-Nya yang istimewa. Demi maksud-Nya yang tak
dapat dimengerti dan keputusan-keputusan-Nya yang tak terselami, Ia menyatukan
aku dengan diri-Nya secara istimewa dan mengizinkan aku masuk ke dalam
misteri-misteri-Nya yang tak dapat dipahami. Ada satu misteri yang menyatukan
aku dengan Tuhan; tak seorang pun - juga para malaikat - boleh mengetahui
misteri ini. Dan kalaupun aku ingin menjelaskannya, aku tidak tahu bagaimana
mengungkapkannya. Tetapi, aku hidup karena misteri ini dan akan terus hidup
olehnya untuk selama-lamanya. Misteri ini membedakan aku dari setiap jiwa lain,
baik di bumi ini maupun di alam abadi.
(825) O hari yang cerah dan
cemerlang, saat segala impianku akan menjadi kenyataan; O hari yang begitu
dirindukan orang, hari terakhir hidupku! Dengan penuh sukacita, aku menatap ke
depan, ke coretan terakhir yang akan digoreskan oleh Seniman ilahi pada jiwaku,
yang akan memberi jiwaku suatu keindahan yang unik yang akan membedakan aku
dari keindahan semua jiwa yang lain. O hari yang agung, saat kasih ilahi akan
menetap di dalam diriku. Pada hari itu untuk pertama kalinya aku akan melagukan
di hadapan surga dan bumi nyanyian kerahiman Tuhan yang tak terselami. Inilah
karya dan misiku yang ditentukan Tuhan bagiku sejak awal dunia. Agar supaya
nyanyian jiwaku itu dapat menyenangkan Tritunggal yang mahakudus, o Roh Allah,
arahkan dan bentuklah sendiri jiwaku. Aku mempersenjatai diriku dengan
kesabaran dan menantikan kedatangan-Mu, ya Allah yang maharahim. Dan, berhubung
dengan penderitaan yang pedih serta ketakutan yang mengerikan pada saat ini
lebih dari kapan pun, aku berharap akan samudra kerahiman-Mu, dan aku
mengingkatkan Engkau, ya Yesus yang maharahim, Juru Selamat yang manis, akan
semua yang telah Engkau janjikan kepadaku.
(826) Pagi ini, aku mengalami suatu
peristiwa. Jamku mati, aku tidak tahu kapan harus bangun, dan aku berpikir
betapa malangnya aku tidak dapat menyambut komuni kudus. Hari masih ge;ap
sehingga aku tidak bisa mengetahui apakah sudah waktunya bangun tidur. Aku
mengenakan jubah, melakukan meditasi, dan pergi ke kapel, tetapi semuanya masih
terkunci, dan keheningan menyelimuti semua tempat. AKu membenamkan diri dalam
doa, khususnya untuk orang sakit. Kini, aku sadar betapa banyaknya orang sakit
membutuhkan doa. Akhirnya, kapel dibuka. Aku mengalami kesulitan untuk berdoa
sebab aku merasa sudah kehabisan tenaga; maka, langsung sesudah komuni kudus
aku kembali ke kamarku. Tiba-tiba, aku melihat Tuhan yang berkata kepadaku, “Putri-Ku,
ketahuilah bahwa semangat hatimu menyenangkan Aku. Dan, sama seperti engkau
sangat ingin bersatu dengan-Ku dalam komuni kudus, demikian juga Aku ingin
memberikan diri-Ku seutuhnya kepadamu; dan sebagai suatu ganjaran untuk
semangatmu, beristirahatlah dalam Hati-Ku.” Pada saat itu, rohku
tenggelam di dalam Tuhan, laksana setetes air dalam samudra yang dalamnya tak
terhingga. Aku membenamkan diriku di dalam Dia sebagai satu-satunya hertaku.
Dengan demikian, aku menjadi tahu bahwa Tuhan membiarkan kesulitan-kesulitan
tertentu agar Ia semakin dimuliakan.
(827) 18 Desember [1936]. Hari ini,
aku merasa sedih karena satu pekan sudah berlalu dan tak seorang pun datang
mengunjungi aku. Ketika aku mengeluh kepada Tuhan, Ia menjawab, “Tidak
cukupkah bagimu bahwa Aku mengunjungimu setiap hari?” Aku minta maaf
kepada Tuhan dan kepedihanku pun lenyap. Ya Allah, Kekuatanku, Engkau sudah
cukup bagiku.
(828) Petang ini, aku merasakan
bahwa suatu jiwa membutuhkan doaku. Aku berdoa dengan khusyuk, tetapi aku
merasa bahwa itu belum cukup; maka aku melanjutkan doaku lebih lama lagi. Pada
hari berikutnya, aku tahu bahwa tepat pada saat itu suatu jiwa mulai mengalami
sakratulmaut yang terus berlangsung sampai pagi. Aku menyadari betapa beratnya
pergulatan yang telah ia jalani. Dengan cara yang ajaib, Tuhan Yesus membuat
aku mengerti bahwa seseorang yang menghadapi ajal membutuhkan doaku. Secara
nyata dan jelas, aku merasakan kedatangan roh yang meminta aku doakan. Aku
tidak sadar bahwa jiwa-jiwa itu disatukan dengan begitu erat, dan sering kali
Malaikat Pelindunglah yang memberitahukan hal itu kepadaku.
(829) Dalam misa kudus, Bayi Yesus
yang mungil adalah sukacita jiwaku. Seringkali, jarak tidak ada lagi - aku
melihat seorang imam tertentu yang membawa Dia turun. Dengan kerinduan yang
besar, aku sedang menantikan Natal; bersama dengan Bunda yang amat kudus, aku
hidup dalam pengharapan.
(830) O Terang Kekal, yang telah
datang ke bumi, terangilah budiku dan kuatkanlah kehendakku agar aku tidak
menyerahkan pada saat-saat mengalami himpitan yang berat. Semoga terang-Mu
mengenyahkan semua bayangan keragu-raguan. Semoga kemahakuasaan-Mu bertindak
lewat aku. Aku percaya pada-Mu, o Terang Yang Tak Tercipta! Engkau, ya Bayi
Yesus, adalah teladan yang harus kuikuti dalam menggenapi kehendak Bapa-Mu,
Engkau yang berkata, “Lihatlah, aku
datang melakukan kehendak-Mu.” Bantulah agar aku pun dapat melaksanakan
kehendak Allah dengan setia dalam segala hal. O Bayi Ilahi, berilah aku rahmat
ini!
(831) O Yesusku, jiwaku merindukan
hari-hari pencobaan, tetapi jangan meninggalkan aku sendirian dalam kegelapan
jiwaku. Sebaliknya aku sendirian dalam kegelapan jiwaku. Sebaliknya, rengkuhlah
aku erat-erat, dekapkan pada diri-Mu. Jagalah bibirku, supaya hanya Engkaulah
yang mengetahui harumnya penderitaanku dan menjadi senang karenanya.
(832) O Yesus yang maharahim,
betapa besarnya kerinduan-Mu untuk bergegas ke Ruang Senakel guna
mengkonsekrasikan Hosti yang harus kusambut dalam hidupku. Ya Yesus, Engkau
rindu tinggal di dalam hatiku. Darah-Mu yang segar berpadu dengan darahku.
Siapa yang dapat memahami kesatuan yang erat ini? Hatiku merengkuh Dia Yang
Mahakuasa, Dia yang Tak Terbatas. O Yesus, teruslah memberikan kepadaku
kehidupan Ilahi-Mu. Biarlah Darah-Mu yang murni dan mulia mengalir dalam hatiku
dengan seluruh kekuatannya. Aku menyerahkan seluruh diriku kepada-Mu. Ubahlah
aku menjadi Engkau sendiri dan buatlah aku mampu melaksanakan kehendak-Mu yang
kudus dalam segala hal dan mampu membalas kasih-Mu. O Mempelaiku yang manis,
Engkau tahu bahwa hatiku hanya mengenal Engkau. Engkau telah membuka dalam
hatiku kedalaman kasih kepada-Mu yang tak pernah terpuaskan. Sejak saat pertama
kali mengenal Engkau, hatiku telah mengasihi Engkau dan telah membenamkan diri
di dalam Engkau sebagai satu dan satu-satunya sasaran kasih. Semoga kasih-Mu
yang murni dan mahakuasa menjadi kekuatan yang mengarahkan seluruh kegiatanku.
Siapakah yang akan pernah mengetahui dan memahami lubuk kerahiman yang telah
memancar dari Hati-Mu?
(833) Aku telah mengalami betapa
banyaknya kedengkian hati, juga dalam kehidupan membiara. Aku melihat bahwa
tidak banyak orang yang sungguh berjiwa luhur, yang siap mengabaikan segala
sesuatu yang bukan Allah. O jiwa-jiwa, kalian tidak akan menemukan keindahan
apa pun di luar Allah. Oh, betapa rapuhnya landasan hidup mereka yang
meninggikan diri dengan mengurbankan orang lain! Sungguh besar kerugian mereka!
(834) 19 Desember [1936]. Petang
ini, aku merasakan dalam jiwaku bahwa ada orang yang membutuhkan doaku. Aku
langsung mulai berdoa. Tiba-tiba, dalam hati aku menyadari dan mengetahui siapa
roh yang minta doaku ini; aku berdoa sampai aku merasa damai. Dalam Koronka,
ada pertolongan besar bagi orang yang menghadapi ajal. Aku sering berdoa untuk
ujud yang telah kuketahui dalam hati. Aku selalu berdoa sampai aku merasakan
dalam jiwaku bahwa doa itu telah bekerja.
(835) Khususnya sekarang, sementara
aku di rumah sakit, aku mengalami persekutuan batin yang erat sekali dengan
orang yang menghadapi ajal yang minta kudoakan ketika mereka mulai menjalani
sakratulmaut.
Allah
telah memberiku suatu ikatan yang mengagumkan dengan orang-orang yang
menghadapi ajal! Karena hal ini semakin sering terjadi, aku sudah dapat
mengetahuinya, bahkan sampai pada saatnya secara tepat.
Hari
ini aku tiba-tiba terjaga pada pukul sebelas malam, dan dengan jelas aku
merasakan di dekatku kehadiran beberapa roh yang minta kudoakan. Suatu kekuatan
mendorong aku untuk berdoa. Penglihatanku murni rohani, lewat suatu penerangan
yang mendadak yang diberikan Allah kepadaku seketika itu juga. Aku terus berdoa
sampai aku merasakan damai dalam jiwaku, dan tidak selalu untuk waktu yang sama
panjangnya; sebab kadang-kadang terjadi bahwa dengan satu “Salam Maria” aku
sudah merasakan damai; kemudian, aku mendaras De Profundis dan selesaikan doaku. Kadang-kadang terjadi bahwa aku
mendaras seluruh Koronka, dan baru kemudian aku merasa damai. Kadang-kadang,
aku juga mengalami bahwa aku merasa dipaksa untuk berdoa lebih lama; artinya,
aku mengalami kegelisahan batin, sementara jiwa itu mengalami suatu pergulatan
yang berat dan lebih lama menjalani sakratulmaut yang terakhir.
Beginilah
caraku mengetahui saat yang tepat: aku memiliki arloji dan aku mengamatinya
untuk melihat pukul berapa. Pada hari berikutnya ketika mereka memberitahukan
kepadaku tentang kematian orang itu, aku menanyakan pukul berapa ia meninggal,
dan itu tepat sesuai dengan lamanya orang itu menjalani sakratulmautnya yang
terakhir. Mereka berkata kepadaku, “Orang ini dan itu sedang bergumul berat
sekali.” Lain kali mereka berkata, “Begini dan begitu seseorang meninggal hari
ini, tetapi ia meninggal dengan cepat dan tenang.” Kadang-kadang, terjadi bahwa
orang yang menghadapi ajal itu ada di gedung kedua atau ketiga, tetapi bagi
roh, jarak itu tidak ada. Kadang-kadang terjadi, aku mengetahui kematian yang
terjadi beberapa ratus kilometer jauhnya dariku. Ini sudah terjadi beberapa
kali dalam kaitan dengan keluarga dan kaum kerabatku, dan juga para suster
se-Kongregasi, bahkan dalam kaitan dengan jiwa-jiwa yang belum aku kenal dalam
masa hidup mereka.
Ya
Allah yang maharahim, yang mengizinkan aku memberikan kelegaan dan pertolongan
kepada orang yang menghadapi ajal lewat doaku yang tidak pantas, terpujilah
Engkau beribu-ribu kali sebanyak bintang di langit dan tetes air di seluruh
samudra! Biarlah kerahiman-Mu bergaung di seluruh muka bumi, dan biarlah
kerahiman itu naik ke tumpuan takhta-Mu, sambil memberikan pujian kepada
sifat-Mu yang paling agung, yakni kerahiman-Mu yang tak terpahami.
Ya
Allah, kerahiman yang tak terukur ini membarui semua jiwa kudus dan semua roh
yang ada di surga. Tatkala memuliakan kerahiman Allah yang tak terselami ini,
roh-roh yang murni itu membenamkan diri dalam pesona kudus, yang kemudian
membangkitkan kekaguman yang bahkan lebih besar dalam diri mereka, dan dengan
demikian pujian mereka dilaksanakan dengan cara yang sempurna. Ya Allah Kekal, betapa
bernyala-nyala keinginanku untuk memuliakan sifat-Mu yang paling agung ini,
yakni kerahiman-Mu yang tak terselami. Aku menyaksikan segenap kekecilanku, dan
tidak dapat membandingkan diriku sendiri dengan penghuni-penghuni surga yang
memuji kerahiman Tuhan dengan kekaguman kudus. Tetapi, aku juga menemukan suatu
cara untuk memberikan pujian sempurna kepada kerahiman Allah yang tak dapat
dipahami.
(836) O Yesus yang amat manis, yang
telah berkenan mengizinkan aku yang papa ini memperoleh pengetahuan tentang
kerahiman-Mu yang tak terselami; O Yesus yang amat manis, yang dengan murah
hati meminta agar aku berbicara tentang kerahiman-Mu yang tak dapat dipahami ke
seluruh dunia, hari ini aku mengambil dengan tanganku kedua berkas sinar yang
memancar dari Hati-Mu yang maharahim, yakni Darah dan Air. Kedua berkas sinar
itu kupancarkan ke seluruh muka bumi supaya setiap jiwa mengalami kerahiman-Mu,
dan sesudahnya meluhurkannya tanpa henti sepanjang segala masa. O Yesus yang
amat manis, dalam kebaikan-Mu yang tak dapat dipahami, Engkau telah berkenan
menyatukan hatiku yang malang dengan Hati-Mu yang maharahim, maka dengan
Hati-Mu sendiri aku memuliakan Allah, Bapa kita, melebihi semua jiwa yang sudah
memuliakan Dia sebelumnya.
(837) 21 Desember [1936]. Radio
selalu disetel selepas tengah hari sehingga aku merasa kehilangan keheningan.
Sepanjang pagi, terdengar percakapan dan kegaduhan yang tanpa henti. Ya
Allahku, aku berharap untuk tinggal dalam keheningan, untuk menikmati
kebahagiaan di tempat aku hanya bercakap-cakap dengan Tuhan, dan yang terjadi
di sini persis sebaliknya. Tetapi sekarang, tidak suatu pun menggangguku, entah
percakapan orang entah suara radio. Pendek kata, aku sama sekali tidak
terganggu. Berkat rahmat Allah, ketika aku berdoa, aku bahkan tidak tahu di
mana aku; yang aku tahu hanyalah bahwa jiwaku bersatu dengan Tuhan. Demikianlah
aku melewatkan hari-hariku di rumah sakit ini.
(838) Aku kagum akan banyaknya
penghinaan dan penderitaan yang harus ditanggung oleh imam itu dalam kaitan
dengan seluruh masalah ini (Ini
mengacu kepada penderitaan dan penistaan yang dialami oleh Pastor Michael
Sopocko dalam usahanya untuk menyebarluaskan devosi kepada Kerahiman Ilahi dan
mendirikan suatu Kongregasi baru. Suster Faustina menerima pengetahuan batin
tentang penderitaan ini dan menulisnya dalam surat kepada Pastor Sopocko). Aku
menyaksikannya pada saat-saat khusus, dan aku mendukungnya dengan doa-doaku
yang tidak pantas. Hanya Allah yang dapat memberikan keberanian sebesar itu
kepada seseorang; kalau tidak, orang pasti sudah menyerah. Tetapi, aku melihat
dengan penuh sukacita bahwa semua penderitaan ini membuat Allah semakin
dimuliakan. Tuhan memiliki sedikit jiwa seperti itu. O Allah Yang Kekal dan Tak
Terbatas, Engkau akan membeberkan usaha jiwa-jiwa yang gigih itu sebab bumi
membalas usaha mereka dengan kebencian dan sikap tak tahu terima kasih.
Jiwa-jiwa seperti itu tidak memiliki sahabat; mereka sendirian. Dalam
kesendiriannya ini, mereka memperoleh kekuatan; mereka menimba kekuatan mereka
hanya dari Allah. Dengan kerendahan hati, tetapi juga dengan keberanian, mereka
berdiri teguh menghadapi semua badai yang menerpa mereka. Laksana pohon jati
yang menjulang tinggi, mereka tak tergoyahkan. Dan dalam hal ini hanya ada satu
rahasia: bahwa dari Allahlah mereka menimba kekuatan, dan apa pun juga yang
mereka perlukan, mereka miliki baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk
orang-orang lain. Mereka tidak hanya memikul beban mereka sendiri, tetapi juga
tahu bagaimana memikul beban orang-orang lain, dan bahkan mampu memikulnya.
Mereka laksana tiang-tiang lampu di sepanjang jalan Allah; mereka sendiri hidup
dalam terang itu dan memancarkan terangnya atas orang-orang lain. Mereka
sendiri berada di ketinggian, dan tahu bagaimana menunjukkan jalan kepada
orang-orang yang berada di tempat yang lebih rendah kepada orang-orang yang
berada di tempat yang lebih rendah dan membantu mereka mencapai ketinggian itu.
(839) O Yesusku, Engkau tahu bahwa
aku kurang pandai menulis dengan baik dan, di atas semua itu, aku bahkan tidak memiliki
pena yang baik. Seringkali pena itu begitu jelek sehinga untuk menyusun kalimat
aku harus menulis huruf demi huruf. Dan ini beum semua. AKu juga mengalami
kesulitan dalam menjaga agar hal-hal yang sudah aku tulis tidak dibaca oleh
para suster, dan sangat sering aku harus menutup buku catatanku setiap beberapa
menit untuk mendengarkan dengan sabar cerita seseorang, dan kemudian waktu yang
aku sisihkan untuk menulis telah lewat. Dan apabila aku menutup buku catatan
secara mendadak, maka tintanya lengket. AKu menulis dengan izin pada superiorku
dan atas perintah bapak pengakuanku. Ini adalah hal yang aneh. Kadang-kadang
aku dapat menulis dengan sangat baik, tetapi pada waktu-waktu lain, aku hampit
tidak dapat membaca tulisanku sendiri.
(840) 23 Desember [1936]. Aku
meluangkan hari ini bersama Bunda Allah dan mempersiapkan diriku untuk perayaan
meriah kedatangan Tuhan Yesus. Bunda Allah mengajariku tentang kehidupan batin
jiwaku bersama Yesus, khususnya dalam komuni kudus. Hanyalah di alam abadi kita
akan mengetahui misteri agung yang dihasilkan oleh komuni kudus dalam diri
kita. Sungguh saat-saat yang berharga dalam hidupku!
(841) O Penciptaku, aku merindukan
Engkau! Engkau mengetahui diriku, o Tuhanku! Semua yang ada di bumi tampak
bagiku seperti bayangan yang kabur. Engkaulah yang aku rindukan dan aku
inginkan. Memang, Engkau melakukan bagiku banyak hal yang sedemikian tak
terselami karena Engkau sendiri mengunjungi aku secara istimewa. Tetapi,
kunjungan-kunjungan itu tidak menyejukkan luka hatiku; sebaliknya, malah
membuat aku semakin merindukan Engkau, o Tuhan. Oh, ambillah aku, ya Tuhan,
kalau memang demikianlah kehendak-Mu! Engkau tahu bahwa aku sangat menderita,
dan aku sangat menderita karena merindukan Engkau; tetapi aku tidak dapat
meninggal. Hai Sang Kematian, di manakah Engkau? Engkau, ya Tuhan, menyeret aku
masuk ke lubuk ke-Allahan-Mu, tetapi Engkau menyelubungi diri-Mu dengan
kegelapan. Seluruh diriku terbenam di dalam Diri-Mu, tetapi aku ingin melihat
Engkau dari muka ke muka. Kapan hal ini akan terjadi padaku?
(842) Hari ini, Suster Chryzostoma
mengunjungi aku. Ia membawa beberapa jeruk dan apel serta pohon Natal kecil.
Aku sangat senang menerima semua itu. Lewat Suster Chryzostoma, Muder Superior
minta kepada dokter untuk mengizinkan aku pulang ke biara untuk merayakan
Natal, dan dengan senang hati ia menyetujuinya. Aku sangat bahagia dan
mencucurkan air mata seperti anak kecil. Suster Chryzostoma sangat heran bahwa
kesehatanku begitu menurun dan aku sangat kurus. Maka ia berkata kepadaku, “Engkau tahu, Faustina Mungil, barangkali
engkau akan meninggal. Pasti engkau sangat menderita, Suster.” Aku menjawab
bahwa pada hari ini aku memang menderita lebih banyak daripada hari-hari lain,
tetapi itu tidak ada artinya apa-apa bagiku; demi keselamatan jiwa-jiwa,
penderitaan itu tidak dapat dikatakan terlalu banyak. O Yesus yang maharahim,
berilah kepadaku jiwa orang-orang berdosa!
(843) 24 Desember [1936]. Dalam
misa pada hari ini, aku menyatukan diri secara istimewa dengan Allah dan
Bunda-Nya yang tak bernoda. Kerendahan hati dan kasih Perawan tak bernoda itu
meresapi jiwaku. Semakin aku meneladan Bunda Allah, semakin dalam aku mengenal
Allah. Oh, betapa luar biasa kerinduan yang membakar jiwaku! Yesus, bagaimana
Engkau masih dapat membiarkan aku berada di tempat pembuangan ini? Aku merana
karena merindukan Engkau. Setiap sentuhan-Mu pada jiwaku menciptakan luka yang
sangat mendalam. Cinta dan penderitaan berjalan seiring, tetapi aku tidak akan menukar
rasa sakit yang Kautimbulkan ini dengan harta apa pun sebab inilah penderitaan
yang timbul karena sukacita yang tak dapat dipahami, dan luka-luka jiwa ini
disebabkan oleh suatu tangan yang penuh kasih.
(844) Selepas tengah hari, Suster K
( Suster Kajetana-Maria Bartkowiak) datang dan membawa aku pulang untuk
berlibur. Aku sangat bahagia berhimpun kembali dengan Kongregasi. Sementara
berkendara lewat kota, aku membayangkan kota ini sebagai Bethlehem. Ketika
menyaksikan semua orang serba tergesa-gesa, aku berpikir: siapa yang hari ini
masih meluangkan waktu untuk bermdeitasi, dalam ketenangan dan keheningan,
mengenai misteri yang tak terselami ini? O Perawan yang murni, hari ini Engkau
menempuh perjalanan jauh, dan demikian juga aku. Aku merasa bahwa perjalanan
hari ini memiliki suatu makna. O Perawan yang cemerlang, murni laksana kristal,
yang sepenuhnya tenggelam dalam Allah, aku mempersembahkan kepadamu kehidupan
batinku; aturlah segala sesuatu supaya kehidupan rohaniku dapat menyenangkan
Putramu. O Bundaku, betapa berkobar keinginanku agar engkau memberikan diriku
kepada Bayi Yesus dalam Misa Malam Natal. Dan, aku merasakan kehadiran Allah
yang sangat nyata dalam lubuk hatiku sehingga hanya dengan kekuatan kehendak
yang kokoh aku dapat menahan sukacitaku untuk tidak menunjukkan secara lahiriah
apa yang sedang terjadi dalam jiwaku.
(845) Pada vigili Natal, sebelum
makan malam, aku masuk ke kapel sejenak untuk berbagi oplatek secara rohani dengan mereka yang aku kasihi. Aku
menyerahkan mereka semua, dengan menyebut nama masing-masing, kepada Yesus dan
aku memohon rahmat bagi mereka. Tetapi, itu belum semuanya. Aku menyerahkan
kepada Tuhan semua orang yang dianiaya, mereka yang menderita, mereka yang
tidak mengenal nama Tuhan, dan khususnya orang-orang berdosa yang malang. O
Yesus yang kecil, dengan sungguh-sungguh aku mohon kepada-Mu, benamkan mereka
dalam lautan kerahiman-Mu yang tak terselami. O Yesus kecil yang manis, inilah
hatiku; biarlah hatiku menjadi tempat tinggal mungil yang nyaman bagi-Mu. O
Keagungan yang tak terbatas, dengan kemanisan yang tiada tara, Engkau
menghampiri kami. Di sini, tidak ada kegentaran karena halilintar yang dikirim
oleh Yahweh yang agung; yang ada di sini adalah Yesus kecil yang manis. Di
sini, tidak ada jiwa yang takut meskipun keagungan-Mu tidak berkurang, tetapi
hanya tersembunyi. Sesudah makan malam, aku merasakan sangat letih dan badanku
sakit sekali. Aku harus berbaring. Tetapi, aku tetap berjaga bersama Bunda yang
amat kudus, sambil menantikan kedatangan Si Bayi Mungil.
(846) 25 Desember [1936], Misa
tengah malam. Dalam misa, kehadiran Allah menembus diriku terus menerus. Sesaat
sebelum pengangkatan Hosti dalam Doa Syukur Agung, aku melihat Bunda Allah dan
Bayi Yesus dan Orang Tua yang kudus. Bunda yang amat kudus mengucapkan kata-kata
ini kepada, “Putri-Ku, Faustina, ambillah Harta yang paling berharga ini,” dan
ia menyerahkan Bayi Yesus kepadaku. Ketika aku menerima Yesus dengan tanganku,
jiwaku merasakan sukacita yang tak terperikan sehingga aku tidak dapat
melukiskannya. Anehnya, sesaat kemudian, Yesus menjadi menakutkan, tampak
mengerikan, sudah dewasa dan menderita; dan kemudian penglihatan itu lenyap,
dan tak terasa misa sudah sampai pada komuni kudus. Ketika aku menyambut Tuhan
Yesus dalam komuni kudus, jiwaku gemetar karena pengaruh kehadiran Allah. Hari
berikutnya, aku melihat Bayi Ilahi sekilas pada saat pengangkatan Hosti dalam
Doa Syukur Agung.
(847) Pada hari kedua Pesta Natal,
Pastor Andrasz datang untuk merayakan misa bersama kami, dan dalam misa itu aku
sekali lagi melihat Yesus kecil. Petang hari aku pergi mengaku dosa. Pastor
[Andrasz] tidak memberikan jwaban atas sejumlah pertanyaanku yang berkaitan
dengan karya itu. Ia berkata, “Apabila
kesehatanmu sudah pulih, kita akan membicarakan langkah-langkah konkret; dan
sekarang, berusahalah memanfaatkan rahmat yang diberikan Allah kepadamu dan
berusahalah untuk sungguh memulihkan kesehatan. Untuk hal-hal lain, engkau tahu
panduan apa yang harus diikuti dan arah mana yang harus diambil dalam hubungan
dengan masalah ini.”
(848) Sebagai penitensi, Pastor
Andrasz menyuruh aku mendaraskan Koronka yang telah diajarkan Yesus kepadaku.
Sementara aku mendaras Koronka, aku mendengar suara yang berkata, “O,
betapa banyaknya rahmat yang akan Aku berikan kepada jiwa-jiwa yang mendaras
Koronka ini. Lubuk kerahiman-Ku yang mesra tergerak melihat mereka yang
mendaras Koronka ini. Tulislah kata-kata ini, Putri-Ku! Berbicaralah kepada
dunia tentang kerahiman-Ku; biarlah seluruh umat manusia mengenal kerahiman-Ku
yang tiada tara. Itulah tanda untuk akhir zaman, dan sesudah itu akan tiba hari
pengadilan. Sementara masih ada waktu, biarlah mereka datang ke sumber
kerahiman-Ku. Semoga mereka mengambil manfaat dari Darah dan Air yang mengalir
untuk mereka.”
O
jiwa-jiwa insani, ke mana kalian menyembunyikan diri pada hari murka Allah? Bernaunglah sekarang juga pada sumber
kerahiman Allah. O betapa besarnya himpunan jiwa-jiwa yang aku lihat!
Mereka menyembah Kerahiman Ilahi dan
akan melambungkan madah pujian sampai
selama-lamanya.
(849) 27 Desember. Hari ini, aku
kembali ke tempat pengasingan. Aku menikmati perjalanan yang indah ketika
berkendara bersama seorang yang membawa bayinya untuk dibaptis. Kami memberi
dia tumpangan sampai ke gereja di Podgorze. Ketika mau turun, ia menaruh
bayinya dalam pelukanku. Ketika memandangnya, aku mempersembahkannya, dengan
doa yang khusyuk, kepada Allah supaya suatu saat nanti ia dapat memuliakan
Allah secara istimewa. Aku merasakan dalam jiwaku bahwa Tuhan memandang jiwa
mungil ini dengan perhatian khusus. Ketika kami tiba di Pradnik, Suster N
membantuku membawa barang-barangku. Ketika kami memasuki kamarku, kami melihat
kartu yang indah dengan gambar malaikat dan tulisan “Gloria in ...” Aku menduga gambar itu dikirim oleh seorang suster
yang sakit yang aku kirimi pohon Natal.
(850) Demikianlah, liburan sudah
usai. Tidak ada lagi yang dapat melegakan kerinduanku. Aku hanya merindukan
Engkau, o Pencipta dan Allahku yang kekal! Tidak ada perayaan atau madah indah
yang menyejukkan jiwaku; sebaliknya, membuat aku semakin rindu. Setiap kali aku
ingat nama-Mu, rohku meluncur menuju Engkau, o Tuhan.