(701) Pada hari yang memprihatinkan
itu, ketika aku merasa bahwa kesehatanku begitu buruk dan masih harus tetap
bekerja, pada setiap detik aku merasa sakit. Cuaca panas sekali sehingga tanpa
bekerja pun, rasanya sudah amat nyeri; bayangkan betapa nyerinya ketika aku
masih harus bekerja sementara cuaca panas sekali. Maka, sebelum tengah hari,
aku membereskan pekerjaanku, menengadah ke langit dengan penuh harapan dan
berkata kepada Tuhan, “Yesus, tutupilah matahari karena aku tidak tahan dengan
panas ini lebih lama lagi.” Dan, oh ajaib, pada saat itu juga suatu awan putih
menutupi matahari dan, sejak saat itu, panas menjadi kurang menyengat. Ketika
sesaat kemudian aku mulai mencela diriku sendiri karena tidak mampu menahan
panas, tetapi meminta kelegaan, Yesus sendiri menenangkan aku.
(702) 13 Agustus 1936. Malam ini
kehadiran Allah meliputi aku dan dalam sekejap aku menyaksikan kekudusan besar
Allah. Oh, betapa keagungan Allah menyelubungi aku! Kemudian aku menyaksikan
seluruh lubuk kehampaanku. Ini adalah suatu siksaan yang berat karena
penglihatan ini langsung disusul dengan kasih. Jiwaku mengikat diri erat-erat
dengan Allah, dan kedua kasih saling bertatap muka: Sang Pencipta dan
ciptaan-Nya; satu tetes kecil berusaha membandingkan dirinya dengan samudra
raya. Mula-mula, tetes kecil itu ingin merengkuh samudra yang tak terbatas itu
dalam dirinya; tetapi pada saat yang sama, ia mengetahui bahwa dirinya hanyalah
satu tetes kecil, dan karena itu ia lenyap dan larut sama sekali dalam Allah
seperti satu tetes air larut dalam samudra. Mula-mula, saat ini merupakan
siksaan, tetapi kemudian sedemikian manis sehingga waktu mengalaminya, jiwa
merasa bahagia.
(703) Sekarang ini, topik khususku
dalam pemeriksaan batin yaitu kesatuanku dengan Kristus yang maha rahim.
Latihan ini memberi aku kekuatan yang luar biasa; hatiku selalu disatukan
dengan Dia yang dirindukannya, dan kegiatan hatiku diatur oleh kerahiman yang
mengalir dari kasih.
(704) Aku menggunakan setiap waktu
luang pada kaki Allah yang tersembunyi. Dialah Guruku; kepada-Nya aku
menanyakan segala sesuatu; dengan-Nya aku membicarakan segala sesuatu. Di sini,
aku mendapatkan kekuatan dan terang; di sini, ak mempelajari segala sesuatu; di
sini aku diberi terang untuk mengetahui bagaimana berlaku terhadap sesamaku.
Sejak saat aku meninggalkan novisiat, aku telah mengurung diri di dalam
tabernakel bersama dengan Yesus, Guruku. Ia sendiri menarik aku ke dalam api
kasih yang bernyala-nyala, tempat semuanya berpusat.
(705) 25 September. Aku menderita
rasa sakit yang nyeri pada tangan, kaki, dan lambung, tempat-tempat tubuh Yesus
ditusuk. Aku mengalami rasa skit ini khususnya ketika aku berjumpa dengan jiwa
yang tidak berada dalam keadaan rahmat. Kemudian, aku berdoa dengan khusyuk
supaya kerahiman Allah merangkul jiwa itu.
(706) 29 September. Pada Pesta
St.Mikael Malaikat Agung, aku melihat Pemimpin Agung itu berada di sampingku;
ia mengucapkan kata-kata ini kepadaku, “Tuhan
telah menyuruh aku untuk menjagamu secara istimewa. Ketahuilah bahwa engkau
dibenci oleh roh jahat; tetapi jangan takut - ‘Siapa seperti Allah!’” -
Sesudah itu ia menghilang. Tetapi, aku tetap merasakan kehadiran dan
bantuannya.
(707) 2 Oktober 1936. Jumat pertama
dalam bulan. Sesudah komuni kudus, tiba-tiba aku melihat Tuhan Yesus, yang
menyampaikan kata-kata ini kepadaku, “Kini Aku tahu bahwa engkau mengasihi Aku
bukan karena rahmat atau anugerah, tetapi karena kehendak-Ku yang lebih
kausayangi daripada hidupmu sendiri. Itulah sebabnya Aku menyatukan diri-Ku
dengan engkau sedemikian mesra seperti belum pernah terjadi dengan makhluk lain
mana pun.”
(708) Saat itu juga Yesus
menghilang. Tetapi, jiwaku dipenuhi dengan kehadiran Allah. AKu tahu bahwa
tatapan mata Sang Mahakuasa terarah kepadaku. Aku tenggelam sepenuhnya dalam
sukacita yang mengalir dari Allah. AKu melanjutkan pengalaman ini sepanjang
seluruh hari tanpa disela, dan dengan demikian aku terus tenggelam dalam Allah.
Pada petang hari, aku merasa seolah-olah berada dalam sejenis sakratulmaut yang
tidak begitu jelas dan neh. Kasihku ingin mengimbangi kasih Sang Mahakuasa. AKu
ditarik kepada-Nya dengan sedemikian dahsyat sehingga tanpa suatu rahmat khusus
dari Allah, tidak mungkin aku menanggung berlimpahnya rahmat yang seperti itu
dalam hidup ini. Tetapi, aku melihat dengan jelas bahwa Yesus sendiri menopang
aku dan menguatkan aku serta membuat aku mampu mempersatukan diri dengan-Nya.
Dalam semua ini, jiwaku sangat aktif.
(709) 3 Oktober 1936. Dalam doa
rosario hari ini, tiba-tiba aku melihat sebuah sibori dengan Sakramen Mahakudus.
Sibori itu tidak ditutup dan sangat penuh dengan Hosti. Dari sibori itu muncul
suatu suara, “Inilah Hosti-hosti yang sudah disambut oleh jiwa-jiwa yang bertobat
berkat doa dan penderitaanmu.” Pada saat ini, aku merasakan kehadiran
Allah seperti dirasakan oleh seorang anak; aku sungguh-sungguh merasa seperti
seorang anak.
(710) Pada suatu hari, ketika aku
merasa tidak akan mampu bertahan sampai pukul sembilan dan kepada Sr. N aku
minta sesuatu untuk dimakan sebab aku akan pergi tidur lebih awal karena aku
merasa kurang sehat, Sr. N menjawab, “Tetapi engkau tidak sakit, Suster; mereka
hanya ingin engkau sedikit beristirahat; mereka hanya mengada-ada tentang
penyakit itu.” O Yesusku, penyakitku semakin parah sehingga dokter memisahkan
aku dari para suster untuk mencegah jangan sampai mereka tertular, dan aku
masih dihakimi dengan cara ini. Tetapi, itu baik; semua ini bagi-Mu, o Yesusku.
Aku tidak mau menulis banyak mengenai masalah-masalah eksternal karena ini
memang bukan alasan aku ingin menuliskan ini; tetapi, secara khusus aku ingin
mencatat rahmat yang diberikan Tuhan kepadaku sebab ini tidak hanya untukku,
tetapi juga untuk banyak jiwa yang lain.
(711) 5 Oktober 1936. Hari ini, aku
menerima surat dari Pastor Sopocko. Ia memberitahukan bahwa ia bermaksud
menerbitkan gambar Kristus yang maharahim. Ia minta kepadaku untuk mengirimkan
doa tertentu yang ingin ia cetak pada belakang kartu, kalau Uskup Agung
berkenan memberikan pengesahan. Oh, betapa besarnya sukacita yang memenuhi hatiku
bahwa Allah telah mengizinkan aku menyaksikan karya kerahiman-Nya mulai
bekerja! Betapa besarnya karya Allah yang mahatinggi ini! Aku hanyalah
alat-Nya. Oh, betapa berkobar keinginanku untuk menyaksikan Pasta Kerahiman
Ilahi yang diminta Allah lewat aku. Tetapi, kalau memang dikehendaki Allah
bahwa pesta ini baru akan dirayakan secara meriah sesudah aku mati, aku sudah
bersukacita karenanya, dan dengan izin bapak pengakuanku aku merayakannya dalam
hati.
(712) Hari ini aku melihat Pastor
Andrasz berlutut dan tenggelam dalam doa; tiba-tiba Yesus berdiri di sampingnya
dan, sambil mengulurkan kedua tangan-Nya atas kepalanya, Ia berkata kepadaku,
“Ia akan terus menuntun engkau; jangan takut.”
(713) 11 Oktober. Petang ini,
ketika aku sedang menulis tentang kerahiman Allah yang besar ini dan
keuntungannya yang luar biasa bagi jiwa-jiwa, setan menyeruak masuk ke dalam
kamarku dengan sangat marah dan ganas. Ia merenggut tirai, lalu merobek dan
mencabik-cabiknya. Mula-mula aku agak ketakutan, tetapi segera aku membuat
tanda salib dengan salib kecilku, dan makhluk buas itu pun tenang tak berdaya
lagi lalu menghilang dengan seketika.
Hari
ini, aku tidak melihat sosok yang menjijikkan itu tetapi hanya merasakan
kemarahannya. Kemarahan setan itu mengerikan, tetapi tirai tidak robek dan
tidak tercabik-cabik, dan aku terus menulis dengan tenang. Aku sungguh-sungguh
tahu bahwa si jahat tidak akan menyentuh aku tanpa dikehendaki oleh Allah,
tetapi apa yang direncanakan si jahat? Ia mulai menyerang aku secara terang-terangan,
dengan sangat ganas dan penuh kebencian; tetapi tidak sedetik pun ia mengganggu
damaiku, dan kesabaranku ini membuatnya semakin garang.
(714) Hari ini Tuhan berkata
kepadaku, “Pergilah kepada Superior dan katakan kepadanya bahwa Aku menghendaki
agar semua suster dan siswa mendaras Koronka yang telah Aku ajarkan kepadamu.
Selama sembilan hari mereka harus mendarasnya di kapel untuk meredakan murka
Bapa-Ku dan untuk memohon kerahiman Allah bagi Polandia.” Aku menjawab
kepada Tuhan bahwa aku akan mengatakan kepadanya, tetapi aku harus berbicara
lebih dulu dengan Pastor Andrasz. Maka aku memutuskan untuk langsung berbicara
dengan Pastor Andrasz mengenai masalah ini segera sesudah ia tiba. Ketika
Pastor Andrasz tiba, situasinya sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan aku
bertemu dengan dia. Mestinya aku tetap harus pergi menghadapnya dan menjelaskan
masalah ini tanpa mempedulikan sedikit pun situasi itu. Tetapi, aku malah
berpikir dalam hati, “Baiklah, aku akan
melakukannya kalau ia datang lagi.”
(715) Oh, betapa hal itu sangat
tidak menyenangkan Allah! Dalam sekejap, aku merasa ditinggalkan oleh kehadiran
Allah, yakni kehadiran agung Allah yang secara amat jelas terus-menerus
kurasakan dalam hatiku. Tetapi, pada saat itu, kehadiran itu sama sekali meninggalkan
aku. Suatu kegelapan menguasai jiwaku sampai-sampai aku tidak tahu apakah aku
dalam keadaan rahmat atau tidak. Oleh karena itu, aku tidak menyambut komuni
kudus selama empat hari. Sesudah itu, aku melihat Pastor Andrasz dan
menyampaikan segala sesuatu kepadanya. Ia meneguhkan hatiku dengan berkata, “Engkau tidak kehilangan rahmat Allah,
tetapi bagaimana pun juga, setialah kepada-Nya.” Pada saat aku meninggalkan
kamar pengakuan, kehadiran Allah menyelimuti aku seperti sebelumnya. Aku
memahami bahwa rahmat Allah harus diterima sebagaimana diturunkan oleh Allah,
dengan cara yang Ia kehendaki, dan orang harus menerimanya dalam bentuk yang Ia
gunakan untuk menurunkan rahmat itu kepada kita.
(716) O Yedusku, pada saat ini juga
aku mengambil keputusan yang teguh dan abadi berkat kekuatan rahmat dan
kerahiman-Mu, yaitu: setia kepada rahmat-Mu yang paling kecil.
(717) Semalam suntuk, aku
mempersiapkan diri untuk menyambut komuni kudus sebab aku tidak dapat tidur
karena penderitaan fisik. Jiwaku terbenam dalam kasih dan tobat.
(718) Sesudah komuni kudus, aku
mendengar kata-kata ini, “Engkau menyaksikan keadaanmu yang sesungguhnya,
tetapi jangan takut akan hal ini. Seandainya Aku mau menyatakan kepadamu
seluruh kepapaanmu, engkau akan mati ketakutan. Tetapi, sadarilah dirimu
sepenuhnya. Karena kepapaanmu sedemikian besar, Aku telah menyatakan kepadamu
seluruh lautan kerahiman-Ku. Aku mencari dan merindukan jiwa-jiwa seperti
jiwamu, tetapi tidak banyak yang ada. Kepercayaanmu yang besar kepada-Ku
memaksa Aku untuk terus-menerus memberikan rahmat kepadamu. Engkau memiliki hak
yang besar dan tak terselami atas Hati-Ku karena engkau adalah seorang putri
yang sungguh-sungguh memiliki kepercayaan. Engkau mestinya tidak mampu memegang
besarnya kasih-Ku terhadapmu kalau AKu menyatakannya dengan sepenuhnya kepadamu
di bumi ini. Seringkali hanya sekilas kasih itu Kuperlihatkan kepadamu, tetapi
ketahuilah bahwa ini sungguh rahmat istimewa dari-Ku. Kasih dan kerahiman-Ku
tidak mengenal batas.
(719) Hari ini, aku mendengar
kata-kata ini, “Ketahuilah, anak-Ku bahwa demi keselamatanmu Aku memberikan berkat
kepada seluruh lingkungan sekitarmu ini. Tetapi, engkau harus berterima kasih
kepada-Ku atas nama mereka sebab mereka tidak bersyukur kepada-Ku atas kebaikan
yang telah Aku rentangkan kepada mereka. Karena ucapan syukurmu, AKu akan terus
memberkati mereka.”
(720) O Yesusku, Engkau tahu betapa
sulitnya kehidupan berkomunitas, betapa banyaknya salah paham dan salah tafsir
meskipun kadang-kadang ada kehendak baik yang amat tulus pada kedua belah
pihak. Tetapi, ini adalah misteri-Mu, ya Tuhan. Kami akan mengetahuinya di alam
abadi; namun semua penilaian kami harus selalu penuh kelembutan.
(721) Memiliki seorang pembimbing
rohani sungguh merupakan rahmat yang besar dari Allah, suatu rahmat yang luar
biasa besarnya. Kini, aku merasa bahwa tanpa pembimbing rohani, aku tidak akan
mampu berjalan sendirian meniti kehidupan rohaniku. Sungguh besar kuasa seorang
imam. Tanpa henti, aku bersyukur kepada Allah karena memberi kepadaku seorang
pembimbing rohani.
(722) Hari ini, aku mendengar
kata-kata ini, “Engkau menyadari betapa lemahnya engkau; oleh karena itu, kapan Aku
akan dapat mengandalkan engkau?” Aku menjawab, “Yesus, sertailah aku selalu karena aku ini anak-Mu yang kecil. Yesus,
Engkau tahu apa yang dapat dikerjakan oleh seorang anak kecil.”
(723) Hari ini, aku mendengar
kata-kata ini, “Rahmat yang Aku berikan kepadamu bukan untuk dirimu sendiri, tetapi
juga untuk sejumlah besar jiwa lain ... Hatimu adalah tempat kediaman-Ku yang
lestari meskipun sangat papalah engkau. Aku menyatukan diri-Ku denganmu,
menghapus kepapaanmu, dan memberikan kerahiman-Ku kepadamu. Aku melaksanakan
karya-karya kerahiman di dalam setiap jiwa. Semakin besar dosa seseorang,
semakin besar pula haknya atas kerahiman-Ku. Kerahiman-Ku diteguhkan untuk
setiap karya tangan-Ku. Ia yang berharap pada kerahiman-Ku tidak akan binasa
karena semua masalahnya akan menjadi masalah-Ku, dan musuhnya akan tercerai
berai di bawah tumpuan kaki-Ku.”
(724) Pada malam menjelang retret,
aku berdoa agar Tuhan Yesus memberi aku sedikit kesehatan supaya aku dapat
ambil bagian dalam retret sebab aku merasa sedemikian sakit sampai-sampai aku
berpikir barangkali ini adalah retretku yang terakhir. Tetapi, segera sesudah
mulai berdoa, aku merasakan suatu ketidakpuasan yang luar biasa. Aku
menghentikan doa permohonan dan mulai bersyukur kepada Tuhan atas segala
sesuatu yang Ia berikan kepadaku, sambil menyerahkan diriku sepenuhnya kepada
kehendak-Nya. Maka, aku merasakan damai jiwa yang sangat mendalam.
Penyerahan
diri setia kepada kehendak Allah, selalu dan di mana-mana, dalam segala
peristiwa dan situasi hidup, memberikan kemuliaan besar kepada Allah.
Penyerahan diri kepada kehendak Allah seperti itu lebih berkenan pada-Nya
daripada puasa yang panjang, mati raga dan laku tobat yang paling keras. Oh,
betapa besarnya anugerah yang kita terima atas satu tindakan penyerahan diri
yang penuh kasih kepada kehendak Allah! Begitu aku menulis, jiwaku sungguh
terpesona memikirkan betapa Allah sangat mencintai penyerahan diri; juga jiwaku
sungguh terpesona menyadari damai yang sudah dinikmati oleh jiwaku, di bumi
ini.
O Kehendak Ilahi, jadilah
kecintaanku!
(725) Retret Delapan Hari, 20
Oktober 1936.
O Yesus, hari ini aku mau pergi ke
padang gurun untuk berbicara hanya dengan Engkau, Guruku dan Tuhanku. Ya Yesus,
Engkau tahu bahwa aku tidak mengenal satu suara pun selain suara-Mu, o Gembala
Yang Baik. Dalam lubuk hatikulah padang gurun itu; pintunya tertutup rapat bagi
setiap ciptaan. Di sana hanya Engkaulah yang bertakhta sebagai Raja.
(726) Ketika aku memasuki kapel
untuk adorasi lima menit, aku bertanya kepada Tuhan Yesus bagaimana aku harus
menjalani retret ini. Kemudian, aku mendengar suara ini di dalam jiwaku, “Aku
ingin agar engkau sepenuhnya berubah menjadi kasih dan agar engkau
berkobar-kobar sebagai kurban yang murni demi kasih ...”
(727) O Kebenaran Kekal, berilah
aku seberkas sinar terang-Mu supaya aku dapat mengenal Engkau, ya Tuhan, dan
pantas memuliakan kerahiman-Mu yang tak terbatas. Dan pada saat yang sama,
buatlah aku mengenal diriku sendiri, yang melulu jurang kepapaan.
(728) Aku telah memilih St.Klaudius
de la Colombiere dan St.Gertrudis sebagai pelindung kudusku selama retret ini,
supaya mereka mendoakan aku di hadapan Bunda Allah dan Juru Selamat yang
maharahim.
(729) Dalam meditasi tentang
penciptaan ... pada titik tertentu, jiwaku menjadi begitu erat bersatu dengan
Tuhan dan Penciptanya.
Dalam
kesatuan ini, aku mengenal tujuan dan misi hidupku. Tujuanku adalah bersatu
erat dengan Allah lewat kasih, dan misiku adalah memuji serta memuliakan
kerahiman ilahi.
Tuhan
telah mengizinkan aku mengetahui dan mengalami hal ini secara jelas dan bahkan
secara fisik. Aku tenggelam dalam kekaguman ketika aku mengetahui dan mengalami
kasih Allah yang tak terselami ini; dengan kasih itu Allah mengasihi aku.
Siapakah Allah - dan siapakah aku? - Aku tidak dapat merenungkan masalah ini
lebih lanjut. Hanya kasih yang dapat memahami perjumpaan antara dua roh ini,
yakni Allah-Roh dan jiwa-yang-tercipta. Semakin aku mengenal Allah, semakin
dalam aku tenggelam di dalam Dia dengan segenap kekuatanku.
(730) “Dalam retret ini, Aku akan terus
membuat engkau berada di dekat Hati-Ku sehingga engkau dapat mengenal
kerahiman-Ku dengan lebih baik, yakni kerahiman-Ku terhadap umat manusia,
khususnya terhadap orang-orang berdosa yang malang.”
(731) Pada hari pembukaan retret,
aku dikunjungi oleh salah seorang suster yang telah datang untuk mengikrarkan
kaul kekal. Ia mencurahkan isi hatinya kepadaku bahwa ia tidak percaya akan
Allah dan berkecil hati saat menghadapi hal-hal sepele sekalipun. Aku menjawab
kepadanya, “Baik sekali bahwa engkau
mengatakan hal ini kepadaku, Suster; aku akan mendoakan engkau.” Dan aku
berbicara singkat kepadanya mengenai betapa hati Tuhan Yesus sangat terluka
karena ketidakpercayaan, khususnya ketidakpercayaan dari pihak jiwa yang
terpilih. Ia mengatakan kepadaku bahwa mulai dengan kaul kekalnya, ia akan mengamalkan
pengharapan. Kini aku tahu bahwa bahkan jiwa yang sudah dipilih dan sudah
sangat maju dalam hidup membiara atau hidup rohani tidak memiliki keberanian
untuk mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah. Dan ini terjadi karena
jiwa-jiwa itu tidak mengenal kerahiman Allah yang tak terselami serta
kebaikan-Nya yang sungguh besar.
(732) Hari ini, aku diselimuti oleh
kemuliaan Allah yang agung, yang terus bertahan sepanjang hari. Kemuliaan itu
membangkitkan dalam diriku rasa takut yang besar, suatu rasa takut yang penuh
hormat, dan bukan rasa takut seorang budak, yang sangat berbeda dari rasa takut
karena hormat. Ketakutan ini dijawab oleh hormat yang hari ini muncul dalam
hatiku karena kasih dan pengetahuan akan keagungan Allah, dan hal itu merupakan
sukacita jiwa yang besar. Jiwaku gemetar menyadari pelanggaran yang paling
kecil pun terhadap Allah; tetapi kegentaran ini tidak mengganggu atau
mengurangi kebahagiaan jiwaku. Jika kasih menuntun, semuanya berjalan baik.
(733) Kadang-kadang terjadi,
sementara aku mendengarkan renungan, suatu kata tiba-tiba mengantarku ke dalam
kesatuan yang amat erat dengan Tuhan, dan aku tidak lagi tahu apa yang
selanjutnya dikatakan oleh imam. AKu tahu bahwa aku bersatu erat dengan Hati
Yesus yang Maharahim; seluruh rohku sama sekali tenggelam di dalam Dia, dan
dalam sekejap aku memahami lebih banyak hal daripada yang dapat aku peroleh
dengan analisis intelek dan meditasi selama beberapa jam. Semua ini merupakan
pencerahan mendadak yang memungkinkan aku memahami berbagai hal sebagaimana
dilihat oleh Allah, baik yang menyangkut masalah-masalah batiah maupun
lahiriah.
(734) Aku tahu bahwa selama retret
ini Yesus sendiri bertindak dalam jiwaku. Dan, sejauh menyangkut diriku, aku
hanya berusaha setia kepada rahmat-Nya. Aku menyerahkan jiwaku sepenuhnya
kepada pengaruh Allah. Penguasa Surga yang Mahakuasa ini telah menguasai jiwaku
sepenuhnya. AKu merasa bahwa aku sedang diangkat mengatasi bumi dan surga masuk
ke dalam kehidupan batin Allah; di sana aku mulai mengenal Bapa, Putra, dan Roh
Kudus, yang selalu satu dalam kemuliaan.
(735) Aku akan mengikutsertakan
diriku dalam piala Yesus sehingga aku dapat menghibur Dia terus-menerus. Dalam
batas kekuatanku, aku akan melakukan segala sesuatu untuk menyelamatkan
jiwa-jiwa, dan aku akan melakukannya lewat doa serta penderitaan.
Aku
selalu berusaha untuk menjadikan diriku ibarat Betania bagi Yesus, tempat Ia
dapat beristirahat sesudah banyak kesusahan. Dalam komuni kudus, kesatuanku
dengan Yesus sedemikian erat dan tak terselami sehingga kalaupun aku ingin
melukiskannya dalam tulisan, aku tidak dapat melakukannya sebab aku tidak
memiliki cukup kata-kata.
(736) Pada petang hari, aku melihat
Tuhan Yesus sama seperti waktu Ia sedang menjalani sengsara-Nya. Mata-Nya
terarah kepada Bapa, dan Ia berdoa bagi kita.
(737) Meskipun aku sakit, hari ini
aku berniat melaksanakan ibadat Jam Kudus seperti biasa. Dalam ibadat itu, aku
melihat Tuhan Yesus sedang didera pada tiang penyiksaan. Di tengah siksaan yang
memilukan itu, Yesus berdoa. Sesaat kemudian, Ia berkata kepadaku, “Sedikit
sekali jiwa yang merenungkan sengsara-Ku dengan penuh perasaan; rahmat yang
paling banyak akan Kuanugerahkan kepada jiwa-jiwa yang merenungkan sengsara-Ku
dengan penuh perasaan.”
(738) “Tanpa bantuan khusus dari Aku,
engkau bahkan tidak akan mampu menerima rahmat-Ku. Engkau tahu siapa dirimu.”
(739) Sesudah komuni kudus hari
ini, aku berbicara panjang lebar dengan Tuhan Yesus mengenai orang-orang yang
sangat istimewa bagiku. Kemudian aku mendengar kata-kata ini, “Putri-Ku,
janganlah engkau terlalu banyak bicara. Orang-orang yang engkau kasihi secara
istimewa, juga Aku kasihi secara istimewa, dan demi engkau, Aku mencurahkan
rahmat atas mereka. Aku senang sekali kalau engkau bercerita tentang mereka
kepada-Ku, tetapi jangan melakukannya dengan begitu berlebihan.”
(740) O Juru Selamat dunia, aku
menyatukan diri dengan kerahiman-Mu. O Yesusku, aku memadukan segala
penderitaanku dengan penderitaan-Mu, dan simpanlah semua ini dalam khazanah
Gereja agar bermanfaat bagi jiwa-jiwa.
(741) Hari ini, aku dituntun oleh
Malaikat ke jurang neraka. Itu adalah suatu tempat yang penuh dengan siksaan
yang mengerikan; sungguh luar biasa luas jangkauannya! Beragam siksaan aku saksikan.
SIksaan pertama yang menciptakan nereka adalah rasa kehilangan Allah; siksaan
kedua adalah kekacauan hati nurani untuk selama-lamanya; ketiga adalah keadaan
yang tidak pernah akan berubah; yang keempat adalah api yang terus menerus
membakar jiwa tanpa menghancurkannya - suatu penderitaan yang mengerikan karena
api itu adalah api rohani, yang dinyalakan oleh murka Allah; siksaan yang
kelima adalah kegelapan yang tak ada akhirnya, bau busuk yang luar biasa
menyengat, dan meskipun gelap gulita, roh-roh jahat dan jiwa-jiwa yang terhukum
dapat melihat satu sama lain dan dapat menyaksikan semua kejahatan diri
sendiri; siksaan yang keenam adalah persekutuan dengan setan yang terus
menerus; siksaan ketujuh adalah keputusasaan yang mengerikan, kebencian terhadap
Allah, caci maki, kutuk dan hujat. Inilah siksaan yang diderita oleh semua yang
terhukum bersama-sama, tetapi semua itu bukanlah akhir dari penderitaan. Masih
ada siksaan-siksaan khusus yang diperuntukkan bagi jiwa-jiwa tertentu, yakni
siksaan indra. Setiap jiwa menjalani penderitaan yang mengerikan dan tak
terlukiskan, yang terkait dengan jenis dosa yang dilakukannya. Di sana, ada gua
raksasa dengan lorong penyiksaan tempat setiap orang menjalani sakratulmautnya
masing-masing, yang satu berbeda dari yang lain. Andaikata tidak ditopang oleh
kemahakuasaan Allah, aku pasti sudah mati menyaksikan siksaan yang mengerikan
itu. Biarlah setiap orang berdosa tahu bahwa sampai kekal ia akan disiksa pada
indra yang ia pakai untuk berbuat dosa. Aku menulis semua ini atas perintah
Allah agar tidak satu jiwa pun akan mempunyai alasan untuk mengatakan bahwa
neraka itu tidak ada, atau bahwa tidak seorang pun pernah ke sana, dan tidak
ada seorang pun dapat melukiskan seperti apa.
Atas
perintah Allah, aku, Sr.Faustina, telah mengunjungi jurang neraka sehingga aku
dapat memberikan kesaksian bahwa neraka sungguh ada dan memberitahukan kepada
jiwa-jiwa seperti apa neraka itu. Sekarang, aku tidak dapat berbicara mengenai
neraka itu; tetapi aku telah menerima suatu perintah dari Allah untuk
menuliskannya dan meninggalkannya dalam bentuk tulisan. Setan penuh dengan
kebencian terhadapku tetapi, atas perintah Allah, mereka harus menaati aku. Apa
yang telah aku tulis hanyalah bayangan kabur dari hal-hal yang sudah aku lihat.
Tetapi, satu hal yang kulihat dengan jelas, yakni kebanyakan jiwa yang ada di
sana adalah mereka yang tidak percaya bahwa neraka itu sungguh ada. Ketika tiba
di sana, aku hampir tidak dapat terbebas dari ketakutan. Sungguh mengerikan
penderitaan jiwa-jiwa di sana! Oleh karena itu, aku berdoa bahkan lebih khusyuk
lagi untuk bertobatnya orang-orang berdosa. Tanpa henti, aku memohon kerahiman
Allah untuk mereka. O Yesusku, aku lebih senang menjalani sakratulmaut sampai
akhir dunia, di tengah penderitaan-penderitaan yang luar biasa berat, daripada
melukai Hati-Mu dengan dosa yang paling ringan sekalipun.
(742) “Putri-Ku, kalau melalui engkau
Aku minta agar manusia menghormati kerahiman-Ku, hendaknya engkau menjadi orang
pertama yang unggul dalam harapan kepada kerahiman-Ku ini. Aku minta agar
engkau melaksanakan perbuatan-perbuatan kerahiman, yang harus muncul dari kasih
kepada-Ku. Kapan saja dan di mana saja, engkau harus mengamalkan belas kasihan
kepada sesama. Engkau tidak boleh menghindarinya atau berusaha mencari-cari
dalih untuk membebaskan diri darinya.”
“Aku memberi engkau tiga cara untuk
mengamalkan belas kasihan terhadap sesama: yang pertama: perbuatan, yang
kedua: perkataan, yang ketiga: doa. Dalam tiga cara inilah
tercakup sepenuhnya karya belas kasih, dan semua itu merupakan bukti kasihmu
kepada-Ku yang tidak dapat dibantah. Dengan sarana-sarana ini, suatu jiwa
memuji dan menghormati kerahiman-Ku. Sungguh, hari Minggu pertama sesudah
Paskah adalah Pesta Kerahiman Ilahi, yang juga harus menjadi hari untuk karya
belas kasihan. AKu menuntut penghormatan kepada kerahiman-Ku dengan perayaan
yang meriah dan dengan penghormatan terhadap gambar yang sudah dilukis itu.
Dengan menggunakan gambar itu, Aku akan memberikan banyak rahmat kepada
jiwa-jiwa. Dan, gambar itu dimaksudkan untuk mengingatkan orang akan
tuntutan-tuntutan kerahiman-Ku sebab bahkan iman yang paling kuat pun akan
sia-sia kalau tidak disertai dengan perbuatan.”
“ O Yesusku, Engkau sendiri harus
menolong aku dalam segala sesuat sebab Engkau tahu betapa sangat kecillah aku,
dan karena itu aku bergantung sepenuhnya pada kebaikan-Mu, ya Allah.”
(743) Pemeriksaan batin khusus.
Kesatuan dengan Kristus yang
maharahim. Dengan hatiku, aku mencakup seluruh dunia, khususnya negara-negara
yang terbelakang atau yang dirundung penganiayaan. AKu sedang berdoa memohon
kerahiman bagi mereka.
Dua keputusan penting:
Pertama: Mengupayakan sungguh-sungguh keheningan batin dan mematuhi
peraturan silentium secara ketat.
Kedua: Setia kepada bisikan batin; mengamalkan dalam kehidupan dan
kegiatanku seturut nasihat pembimbing rohaniku.
Dalam penyakit yang sekarang ini,
aku ingin memuliakan kehendak Allah. AKu akan berusaha, sejauh aku mampu, untuk
ambil bagian dalam semua latihan komunitas. Dengan segenap hati, aku akan
melambungkan syukur kepada Tuhan Allah atas setiap duka dan penderitaan.
(744) Aku sering merasakan bahwa
tanpa Yesus, aku tidak mendapatkan pertolongan dari siapa pun meskipun
kadang-kadang aku sangat membutuhkan penjelasan mengenai permintaan-permintaan
Tuhan.
Petang ini, tiba-tiba aku menerima
terang dari Allah mengenai masalah tertentu. Sudah dua belas tahun aku selalu
memikirkannya, tetapi tidak dapat memahaminya. Hari ini, Yesus membuatku
mengerti betapa hal itu sangat menyenangkan hati-Nya.
Pesta Kristus Raja [25 Oktober
1936]
(745) Dalam misa kudus, aku
sedemikian dikobarkan oleh api kasih Allah yang bernyala-nyala dan oleh
keinginan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang tidak dapat aku lukiskan. Aku
merasa bahwa diriku terbakar hangus. Aku siap memerangi semua kejahatan dengan
senjata kerahiman. Aku sedang dibakar oleh keinginan untuk menyelamatkan
jiwa-jiwa. Aku siap menjelajahi seantero dunia dan pergi sampai ke ujung-ujung
bumi yang paling jauh dan ke tanah-tanah yang paling ganas untuk menyelamatkan
jiwa-jiwa. Aku melakukan semua ini lewat doa dan kurban. Aku ingin setiap jiwa
memuliakan kerahiman Allah karena setiap jiwa mengalami buah kerahiman itu pada
dirinya sendiri. Para kudus di surga memuji kerahiman Tuhan. Aku ingin
memujinya juga sekarang, di bumi ini, dan menyebarluaskan devosi kepada-Nya
dengan cara yang diminta Allah dariku.
(746) Aku sudah tahu bahwa pada
saat-saat tertentu dan pada saat-saat yang paling sulit aku akan sendirian,
ditinggalkan oleh setiap orang. Aku tahu juga bahwa aku harus menghadapi segala
badai serta pergulatan dengan segenap kekuatan jiwaku meskipun di dekatku ada
orang-orang yang darinya aku berharap mendapat pertolongan.
Tetapi,
aku tidak sendirian sebab Yesus meyertaiku, dan bersama Dia aku tidak takut
akan suatu pun. Aku sungguh sadar akan segala sesuatu, dan aku tahu apa yang
diminta Allah dariku. Penderitaan, penghinaan, cemooh, penganiayaan, dan
pelecehan akan terus menerus menjadi bagianku. Aku tidak mengenal jalan lain.
Untuk kasih yang tulus, aku mendapat balasan berupa sikap tidak tahu terima
kasih; inilah jalanku, yang sudah ditandai dengan jejak kaki Yesus.
O
Yesusku, Kekuatanku dan Harapanku satu-satunya, hanya dalam Engkaulah seluruh
harapanku. Pengharapanku tidak akan dikecewakan.
(747) Hari pembaruan kaul. Kehadiran
Allah menyelimuti jiwaku, tidak hanya secara rohani, tetapi juga secara ragawi.
(748) 2 November [1936]. Pada
petang hari sesudah Ibadat Sore, aku pergi ke pemakaman. Aku berdoa selama
beberapa waktu ketika aku melihat salah seorang suster kami yang berkata
kepadaku, “Kami ada di kapel.” Aku
mengerti bahwa aku harus pergi ke kapel dan berdoa serta memperoleh indulgensi
di sana. Hari berikutnya, dalam misa kudus, aku melihat tiga merpati putih
terbang dari altar menuju surga. Aku tahu bahwa tidak hanya tiga jiwa yang
telah pergi ke surga, tetapi juga banyak yang lain yang telah meninggal di luar
leingungan biara kami. Oh, sungguh baik dan maharahimlah Tuhan!
(749) Percakapan dengan Pastor
Andrasz, pada akhir retret. Aku sangat heran satu hal yang aku tangkap dalam
setiap percakapan, saat aku minta nasihat dan arahan dari Pastor itu, yakni aku
memperhatikan bahwa Pastor Andrasz menjawab semua pertanyaan yang kusampaikan
kepadanya mengenai hal-hal yang diminta Tuhan dariku dengan jelas dan dengan
keyakinan yang begitu besar seolah-olah ia sendiri sudah mengalaminya. O
Yesusku, kalau saja ada lebih banyak pembimbing rohani seperti ini, jiwa-jiwa
yang ada di bawah asuhannya akan sangat cepat mencapai puncak-puncak kekudusan
dan tidak akan membuang-buang begitu banyak rahmat! Tanpa henti aku bersyukur
kepada Allah karena rahmat yang sedemikian besar; yakni bahwa dalam
kebaikan-Nya yang luar biasa Ia telah berkenan menempatkan tiang-tiang cahaya
di sepanjang jalan kehidupan rohaniku. Cahaya itu menerangi jalanku sehingga
aku tidak tersesat atau berlambat-lambat dalam perjalananku menuju kesatuan
yang erat dengan Tuhan. Aku memiliki kasih yang besar terhadap Gereja, yang
mendidik jiwa-jiwa dan menuntun mereka kepada Allah.
(750) 31 Oktober 1936.
Percakapan dengan Muder Jenderal.
Ketika aku berbicara dengan Muder
Jenderal mengenai permintaanku untuk
meninggalkan Kongregasi, aku menerima jawaban ini, “Kalau Yesus meminta engkau supaya meninggalkan Kongregasi, biarlah Ia
memberiku suatu tanda bahwa ia adalah kehendak-Nya. Suster, mintalah tanda
seperti itu sebab aku takut jangan-jangan engkau akan jatuh menjadi mangsa
khayalan. Di lain pihak, aku tidak mau menghalangi atau menentang kehendak
Allah karena aku pun ingin melakukan kehendak Allah.” Jadi, kami sepakat bahwa
aku masih akan tinggal sama seperti sekarang, sampai tiba saatnya Tuhan akan
membuat Muder Jenderal tahu bahwa Tuhan sungguh meminta agar aku meninggalkan
Kongregasi ini. Dengan demikian, masalah ini dibekukan untuk sementara.
No comments:
Post a Comment