Sunday, October 18, 2015

Dairi St.Faustina: 801 - 850


(801) Hari ini, aku masih dapat mengadakan kunjungan singkat kepada Tuhan sebelum pergi tidur. Rohku membenamkan diri dalam Dia sebagai satu-satunya harta. Hatiku beristirahat sejenak di dekat Hati Mempelaiku. AKu memperoleh pencerahan mengenai bagaimana aku harus bertindak terhadap orang-orang yang ada di sekelilingku, dan kemudian aku kembali ke pengasinganku. Dokter memberikan perawatan yang baik kepadaku; semua yang ada di sekelilingku sangat ramah kepadaku.

(802) 10 Desember [1936]. Hari ini, aku bangun lebih pagi dan melakukan meditasiku sebelum misa kudus. DI sini, misa kudus dirayakan pada pukul enam. Sesudah komuni kudus, rohku membenamkan diri dalam Tuhan seolah-olah dalam satu-satunya sasaran cintanya. Aku merasakan diriku terserap dalam kemahakuasaan Tuhan. Ketika aku kembali ke kamar pribadiku, aku merasa sakit dan harus segera membaringkan diri. Suster membawa kepadaku obat cairan, tetapi sepanjang hari itu kesehatanku tidak menjadi lebih baik. Pada petang hari, aku ingin melaksanakan Jam Kudus, tetapi aku tidak dapat melaksanakannya; yang dapat aku lakukan hanyalah menyatukan diriku dengan Yesus yang menderita.

(803) Kamarku dekat dengan asrama laki-laki. Aku baru tahu bahwa laki-laki begitu banyak ngobrol. Dari pagi sampai larut malam, mereka bicara mengenai bermacam-macam hal. Ruangan perempuan selalu dipersalahkan karena terlalu banyak bicara; tetapi aku beroleh kesempatan untuk meyakinkan diriku bahwa yang benar adalah sebaliknya. Sangat sulit bagiku untuk memusatkan perhatian pada doa di tengah lelucon dan tawa ria itu. Apabila aku dikuasai sepenuhnya oleh rahmat Allah, aku tidak merasa terganggu olehnya sebab pada saat seperti itu aku tidak tahu apa yang terjadi di sekelilingku.

804) Oh, Yesusku, betapa sedikitnya orang-orang itu berbicara tentang Engkau. Mereka berbicara tentang apa saja kecuali Engkau. Dan kalaupun mereka begitu sedikit berbicara [tentang Engkau], sangatlah mungkin bahwa mereka sama sekali tidak berpikir tentang Engkau. Seluruh dunia sangat menarik minat mereka; tetapi tentang Engkau, Pencipta mereka, tidak sepatah kata pun keluar dari mulut mereka. Ya Yesus, aku sangat sedih menyaksikan sikap acuh tak acuh dan tidak tahu terima kasih dari ciptaan-ciptaan. O Yesusku, aku mencintai Engkau sebagai ganti mereka dan, dengan cintaku, aku mau mempersembahkan doa penyilihan kepada-Mu.

(805) Bunda Allah Dikandung Tanpa Noda.

Sejak pagi buta, aku merasakan kedekatan Bunda kudus. Dalam misa kudus, aku melihat dia, begitu manis dan elok sehingga aku tidak mempunyai kata-kata untuk mengungkapkan bahkan sebagian kecil saja dari keelokan itu. Ia mengenakan pakaian serba putih, dengan ikat pinggang biru melingkar di pinggangnya. Mantolnya juga biru, dan ada mahkota pada kepalanya. Sinar yang mengagumkan memancar dari seluruh sosoknya. “Aku adalah Ratu surga dan bumi, tetapi khususnya aku adalah Bunda [Kongregasi] mu.” Ia mendekapkan aku ke hatinya dan berkata, “Aku senantiasa menaruh belas kasihan kepadamu.” Aku merasakan kekuatan Hatinya yang tak tercela menyatukan diri dengan jiwaku. Kini aku mengerti mengapa aku mempersiapkan pesta ini dengan kerinduan yang begitu besar. Semenjak hari ini, aku akan mengupayakan kemurnian jiwa yang lebih besar sehingga sinar rahmat Allah dapat terpantul dengan segenap kecemerlangannya. Aku ingin menjadi suatu kristal supaya Ia sungguh merasakan sukacita tatkala memandang aku.

(806) Pada hari yang sama, aku melihat seorang imam yang diselubungi sinar memancar dari Bunda kita; jelas, jiwa ini mengasihi Bunda yang tak bernoda.

(807) Suatu kerinduan yang luar biasa memenuhi jiwaku. Aku heran bahwa kerinduan itu tidak memisahkan jiwaku dari ragaku. Aku merindukan Allah; aku ingin membenamkan diri di dalam Dia. Aku tahu bahwa aku berada dalam pembuangan yang mengerikan; jiwaku mendambakan Allah dengan segenap kekuatannya. O kalian, penduduk Tanah Airku, perhatikanlah orang buangan ini! Kapan selubung-selubung itu pun akan diambil dariku? Meskipun aku melihat dan merasakan, dalam batas tertentu, betapa tipisnya selubung yang memisahkan aku dari Tuhan itu, aku ingin memandang Dia dari muka ke muka; tetapi biarlah segala sesuatu terjadi menurut kehendak-Mu.

(808) 11 Desember. Hari ini, aku tidak dapat menghadiri seluruh misa. Aku hanya hadir pada bagian-bagian yang paling penting, dan sesudah menyambut komuni kudus aku langsung kembali ke pengasinganku. Tiba-tiba, kehadiran Allah menyelimuti aku, dan pada saat yang sama, dalam waktu yang sangat singkat, aku merasakan sengsara Tuhan. Pada saat itu, aku memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang karya kerahiman.

(809) Pada malam hari, tiba-tiba aku terjaga; aku tahu bahwa suatu jiwa sedang meminta doaku, dan bahwa ia sangat membutuhkan doa itu. Singkat, tetapi dengan segenap hatiku, aku minta kepada Tuhan agar memberikan rahmat kepadanya.

(810) Petang berikutnya, sesudah pukul dua belas, ketika aku memasuki aula, aku melihat seseorang sedang menghadapi ajal, dan aku diberi tahu bahwa ia sudah mengalami sakratulmaut sejak tadi malam. Ketika aku menyelidikinya - itulah saatnya ketika ia meminta doaku. Dan tidak lama kemudian aku mendengar suatu suara dalam jiwaku, “Daraskanlah Koronka yang sudah Kuajarkan kepadamu.” Aku lari mengambil rosarioku, lalu berlutut di samping orang yang menghadapi ajal itu dan dengan segenap gairah jiwaku, aku mulai mendaras Koronka. Tiba-tiba orang yang menghadapi ajal itu membuka matanya dan memandangku; belum lagi selesai aku mendaras seluruh Koronka, ia sudah menghembuskan napasnya, dengan damai yang luar biasa. Dengan sungguh-sungguh, aku minta kepada Tuhan untuk memenuhi janji yang telah Ia berikan kepadaku sehubungan dengan pendarasan Koronka itu. Tuhan memberitahukan kepadaku bahwa jiwa itu telah diberi rahmat yang Ia janjikan kepadaku. Itulah jiwa pertama yang menerima karunia yang dijanjikan Tuhan. Aku dapat merasakan bahwa kuasa kerahiman menyelimuti jiwa itu.

(811) Ketika aku memasuki kamar pengasinganku, aku mendengar kata-kata ini, “Pada jam kematiannya, setiap orang yang mendaras Koronka akan Aku bela seperti kemuliaan-Ku sendiri; atau kalau ada orang lain yang mendaras Koronka bagi orang yang sedang menghadapi ajal, dia ini akan mendapatkan indulgensi yang sama. Kalau Koronka ini didaras di dekat pembaringan orang yang sedang menghadapi ajal, murka Allah akan dipadamkan dan kerahiman yang tak terselami akan meliputi jiwanya. Dan, lubuk kerahiman-Ku yang mesra akan tergerak karena sengsara Putra-Ku yang memilukan.”
Oh, kalau saja setiap orang menyadari betapa besarnya kerahiman Tuhan dan betapa banyaknya kita semua membutuhkan kerahiman itu, khususnya pada saat-saat yang genting itu!

(812) Hari ini, aku telah melakukan pertempuran dengan roh-roh kegelapan untuk memenangkan satu jiwa. Betapa mengerikan kebencian setan terhadap kerahiman Allah! Aku menyaksikan bagaimana ia menentang seluruh karya ini.

(813) O Yesus yang maharahim, yang terentang di salib, ingatlah akan saat kematian kami. O Hati Yesus yang maharahim, yang dibuka dengan tombak, lindungilah aku pada saat-saat terakhir hidupku. O Darah dan Air, yang memancar dari Hati Yesus sebagai sumber kerahiman yang tak terselami bagiku pada saat kematianku; O Yesus yang menghadapi ajal, Jaminan kerahiman, redakanlah murka ilahi pada saat kematianku.

(814) 12 Desember [1936]. Hari ini, aku hanya menerima komuni kudus dan hanya sebentar tinggal dalam misa. Seluruh kekuatanku ada di dalam Engkau, o Roti Yang Hidup. Sangatlah sulit bagiku untuk menjalani hari ini kalau aku tidak menyambut komuni kudus. Komuni kudus adalah perisaiku! Tanpa Engkau, ya Yesus, aku tidak tahu bagaimana menjalani hidup ini.

(815) Hari ini Yesus, Kasihku, membuat aku memahami betapa besar cinta-Nya kepadaku meskipun ada kesenjangan yang luar biasa antara kami berdua: Sang Pencipta dan ciptaan; tetapi, dalam arti tertentu, di sana ada suatu kesetaraan, kasih menimbun jurang kesenjangan itu. Ia sendiri merendahkan diri kepadaku dan membuat aku mampu mempersatukan diriku dengan Dia. Aku membenamkan diriku dalam Dia, seolah-olah diriku sama sekali lebur di dalam Dia; tetapi, di bawah tatapan mata-Nya yang penuh kasih, jiwaku memperoleh tenaga dan kekuatan serta kesadaran bahwa ia mengasihi dan dikasihi secara istimewa. Jiwaku tahu bahwa Yang Mahakuasa melindunginya. Doa seperti ini, meskipun singkat, membawa manfaat yang amat besar bagi jiwa, dan pencerahan yang diberikan kepada jiwa oleh saat singkat dari bentuk doa yang lebih tinggi ini tidak diberikan oleh seluruh jam doa yang biasa.

(816) Hari ini, lepas tengah hari, untuk pertama kalinya aku beristirahat di alam terbuka. Suster Felicja hari ini mengunjungi aku. Ia membawakan beberapa barang yang kubutuhkan dan beberapa apel yang sedap serta salam dari Muder Superior kami yang terkasih serta para suster yang baik.

(817) 13 Desember [1936]. Pengakuan Dosa di Hadapan Yesus.

Ketika aku merenungkan bahwa aku tidak akan mengaku dosa selama lebih dari tiga minggu, aku menangis melihat kedosaan jiwaku dan sejumlah kesulitan. Aku tidak pergi ke pengakuan dosa sebab situasi memang tidak memungkinkannya. Pada hari pengakuan dosa, aku harus tinggal di tempat tidur. Pekan berikutnya, pengakuan dosa dilaksanakan pada petang hari, dan aku telah pergi ke rumah sakit pagi itu. Petang ini, Pastor Andrasz datang ke kamarku dan duduk untuk mendengarkan pengakuanku. Sebelumnya, kami tidak bertukar kata sepatah pun. Aku sangat bersukacita karena aku sangat gelisah memikirkan bagaimana pergi ke pengakuan. Seperti biasa, aku mengungkapkan seluruh jiwaku. Pastor Andrasz memberikan suatu jawaban terhadap setiap hal yang aku sampaikan. Aku merasa luar biasa bahagia karena dapat mengatakan segala sesuatu seperti yang kulakukan. Sebagai penitensi, Pastor Andrasz memberiku Litani Nama Yesus yang Tersuci. Ketika aku mau menyampaikan kepadanya kesulitan yang kuhadapi untuk mendaras litani ini, ia bangkit dan mulai memberiku absolusi. Tiba-tiba, sosoknya memancarkan sinar cemerlang, dan aku melihat bahwa dia bukan Pastor Andrasz, tetapi Yesus. Pakaian-Nya berkilau-kilauan seperti salju, dan serta merta Ia menghilang. Mula-mula, aku merasa gelisah, tetapi tidak lama kemudian suatu perasaan damai memasuki jiwaku; dan aku mencatat peristiwa Yesus mendengarkan pengakuan dosa persis seperti yang dilakukan oleh para bapak pengakuan; tetapi secara mengagumkan sesuatu terjadi di dalam hatiku selama pengakuan dosa ini; mula-mula aku tidak dapat memahami apa artinya semua ini.

(818) 16 Desember [1936]. Aku mempersembahkan hari ini untuk Rusia. Aku mempersembahkan semua penderitaan dan doa-doaku untuk negara yang malang itu. Sesudah komuni kudus, Yesus berkata kepadaku, “Aku tidak dapat menanggung negeri itu lebih lama lagi. Jangan membelenggu tangan-Ku, hai Putri-Ku!” Aku menyadari bahwa kalau bukan karena doa-doa yang dipanjatkan oleh jiwa-jiwa yang berkenan di Hati Allah, seluruh bangsa itu tentulah sudah terjerumus ke dalam kehampaan. Oh, betapa beratnya penderitaanku demi bangsa yang telah membuang Allah ke luar dari perbatasan negaranya!

(819) O Mata Air Kerahiman Ilahi yang tak kunjung kering, curahkanlah diri-Mu ke atas kami! Kebaikan-Mu sungguh tidak mengenal batas! Teguhkanlah, o Tuhan, kekuatan kerahiman-Mu atas jurang kepapaanku karena Engkau tidak memiliki batas untuk kerahiman-Mu. Kerahiman-Mu sungguh mengagumkan dan tiada tara, memesona pikiran insan dan malaikat.

(820) Malaikat Pelindungku menyuruh aku berdoa untuk jiwa tertentu, dan pada pagi harinya aku tahu bahwa ada orang yang tepat pada saat itu memasuki sakratulmaut. Secara istimewa, Tuhan Yesus memberitahukan hal itu kepadaku tepat ketika seorang membutuhkan doaku. Secara istimewa, aku tahu kapan doaku diperlukan untuk seseorang yang menghadapi ajal. Sekarang, hal ini lebih sering terjadi daripada di masa yang lalu.

(821) Tuhan Yesus memberitahukan kepadaku betapa menyenangkan Hati-Nya jiwa yang hidup sesuai dengan kehendak Allah. Dengan cara itu, jiwa tersebut mempersembahkan kemuliaan yang amat besar kepada Allah...

(822) Hari ini, aku paham bahwa kalau aku tidak dapat memenuhi salah satu hal yang diminta Tuhan dariku, aku tetap akan mendapat pahala seperti kalau aku sudah memenuhi semuanya sebab Tuhan memperhatikan niat yang mendorong aku untuk memulainya. Bahkan, kalaupun hari ini Ia memanggil aku, pekerjaan itu tidak akan terbengkalai sama sekali sebab Dia sendiri adalah Tuhan, baik atas pekerjaan maupun atas pekerjanya. Bagianku adalah mengasihi Dia dengan sepenuh hati; semua pekerjaanku tidak lebih daripada satu tetes kecil di hadapan-Nya. Kasihlah yang memiliki arti, kekuatan, dan pahala. Ia telah membuka cakrawala yang luas di dalam jiwaku - kasih menyempurnakan segala kekurangan.

(823) 17 Desember [1936]. Aku mempersembahkan hari ini bagi para imam. Hari ini, aku merasakan lebih banyak penderitaan daripada kapan pun sebelumnya, baik secara batin maupun secara lahir. Aku tidak habis pikir bahwa aku dapat menanggung begitu banyak penderitaan dalam satu hari. Tatkala rohku merasakan kepahitan Taman Getsemani, aku berusaha melaksanakan suatu Jam Kudus. Ditopang oleh lengan-Nya, aku bergulat sendirian melawan segala kesulitan yang menghadang aku laksanakan tembok yang tak mungkin dirobohkan. Tetapi, aku percaya akan kekuasaan nama-Nya dan aku tidak takut akan suatu pun.

(824) Dalam tempat pengasingan ini, Yesus sendirilah Guruku. Ia sendiri mendidik dan mengajar aku. Aku merasakan bahwa aku menjadi sasaran kegiatan-Nya yang istimewa. Demi maksud-Nya yang tak dapat dimengerti dan keputusan-keputusan-Nya yang tak terselami, Ia menyatukan aku dengan diri-Nya secara istimewa dan mengizinkan aku masuk ke dalam misteri-misteri-Nya yang tak dapat dipahami. Ada satu misteri yang menyatukan aku dengan Tuhan; tak seorang pun - juga para malaikat - boleh mengetahui misteri ini. Dan kalaupun aku ingin menjelaskannya, aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Tetapi, aku hidup karena misteri ini dan akan terus hidup olehnya untuk selama-lamanya. Misteri ini membedakan aku dari setiap jiwa lain, baik di bumi ini maupun di alam abadi.

(825) O hari yang cerah dan cemerlang, saat segala impianku akan menjadi kenyataan; O hari yang begitu dirindukan orang, hari terakhir hidupku! Dengan penuh sukacita, aku menatap ke depan, ke coretan terakhir yang akan digoreskan oleh Seniman ilahi pada jiwaku, yang akan memberi jiwaku suatu keindahan yang unik yang akan membedakan aku dari keindahan semua jiwa yang lain. O hari yang agung, saat kasih ilahi akan menetap di dalam diriku. Pada hari itu untuk pertama kalinya aku akan melagukan di hadapan surga dan bumi nyanyian kerahiman Tuhan yang tak terselami. Inilah karya dan misiku yang ditentukan Tuhan bagiku sejak awal dunia. Agar supaya nyanyian jiwaku itu dapat menyenangkan Tritunggal yang mahakudus, o Roh Allah, arahkan dan bentuklah sendiri jiwaku. Aku mempersenjatai diriku dengan kesabaran dan menantikan kedatangan-Mu, ya Allah yang maharahim. Dan, berhubung dengan penderitaan yang pedih serta ketakutan yang mengerikan pada saat ini lebih dari kapan pun, aku berharap akan samudra kerahiman-Mu, dan aku mengingkatkan Engkau, ya Yesus yang maharahim, Juru Selamat yang manis, akan semua yang telah Engkau janjikan kepadaku.

(826) Pagi ini, aku mengalami suatu peristiwa. Jamku mati, aku tidak tahu kapan harus bangun, dan aku berpikir betapa malangnya aku tidak dapat menyambut komuni kudus. Hari masih ge;ap sehingga aku tidak bisa mengetahui apakah sudah waktunya bangun tidur. Aku mengenakan jubah, melakukan meditasi, dan pergi ke kapel, tetapi semuanya masih terkunci, dan keheningan menyelimuti semua tempat. AKu membenamkan diri dalam doa, khususnya untuk orang sakit. Kini, aku sadar betapa banyaknya orang sakit membutuhkan doa. Akhirnya, kapel dibuka. Aku mengalami kesulitan untuk berdoa sebab aku merasa sudah kehabisan tenaga; maka, langsung sesudah komuni kudus aku kembali ke kamarku. Tiba-tiba, aku melihat Tuhan yang berkata kepadaku, “Putri-Ku, ketahuilah bahwa semangat hatimu menyenangkan Aku. Dan, sama seperti engkau sangat ingin bersatu dengan-Ku dalam komuni kudus, demikian juga Aku ingin memberikan diri-Ku seutuhnya kepadamu; dan sebagai suatu ganjaran untuk semangatmu, beristirahatlah dalam Hati-Ku.” Pada saat itu, rohku tenggelam di dalam Tuhan, laksana setetes air dalam samudra yang dalamnya tak terhingga. Aku membenamkan diriku di dalam Dia sebagai satu-satunya hertaku. Dengan demikian, aku menjadi tahu bahwa Tuhan membiarkan kesulitan-kesulitan tertentu agar Ia semakin dimuliakan.

(827) 18 Desember [1936]. Hari ini, aku merasa sedih karena satu pekan sudah berlalu dan tak seorang pun datang mengunjungi aku. Ketika aku mengeluh kepada Tuhan, Ia menjawab, “Tidak cukupkah bagimu bahwa Aku mengunjungimu setiap hari?” Aku minta maaf kepada Tuhan dan kepedihanku pun lenyap. Ya Allah, Kekuatanku, Engkau sudah cukup bagiku.

(828) Petang ini, aku merasakan bahwa suatu jiwa membutuhkan doaku. Aku berdoa dengan khusyuk, tetapi aku merasa bahwa itu belum cukup; maka aku melanjutkan doaku lebih lama lagi. Pada hari berikutnya, aku tahu bahwa tepat pada saat itu suatu jiwa mulai mengalami sakratulmaut yang terus berlangsung sampai pagi. Aku menyadari betapa beratnya pergulatan yang telah ia jalani. Dengan cara yang ajaib, Tuhan Yesus membuat aku mengerti bahwa seseorang yang menghadapi ajal membutuhkan doaku. Secara nyata dan jelas, aku merasakan kedatangan roh yang meminta aku doakan. Aku tidak sadar bahwa jiwa-jiwa itu disatukan dengan begitu erat, dan sering kali Malaikat Pelindunglah yang memberitahukan hal itu kepadaku.

(829) Dalam misa kudus, Bayi Yesus yang mungil adalah sukacita jiwaku. Seringkali, jarak tidak ada lagi - aku melihat seorang imam tertentu yang membawa Dia turun. Dengan kerinduan yang besar, aku sedang menantikan Natal; bersama dengan Bunda yang amat kudus, aku hidup dalam pengharapan.

(830) O Terang Kekal, yang telah datang ke bumi, terangilah budiku dan kuatkanlah kehendakku agar aku tidak menyerahkan pada saat-saat mengalami himpitan yang berat. Semoga terang-Mu mengenyahkan semua bayangan keragu-raguan. Semoga kemahakuasaan-Mu bertindak lewat aku. Aku percaya pada-Mu, o Terang Yang Tak Tercipta! Engkau, ya Bayi Yesus, adalah teladan yang harus kuikuti dalam menggenapi kehendak Bapa-Mu, Engkau yang berkata, “Lihatlah, aku datang melakukan kehendak-Mu.” Bantulah agar aku pun dapat melaksanakan kehendak Allah dengan setia dalam segala hal. O Bayi Ilahi, berilah aku rahmat ini!

(831) O Yesusku, jiwaku merindukan hari-hari pencobaan, tetapi jangan meninggalkan aku sendirian dalam kegelapan jiwaku. Sebaliknya aku sendirian dalam kegelapan jiwaku. Sebaliknya, rengkuhlah aku erat-erat, dekapkan pada diri-Mu. Jagalah bibirku, supaya hanya Engkaulah yang mengetahui harumnya penderitaanku dan menjadi senang karenanya.

(832) O Yesus yang maharahim, betapa besarnya kerinduan-Mu untuk bergegas ke Ruang Senakel guna mengkonsekrasikan Hosti yang harus kusambut dalam hidupku. Ya Yesus, Engkau rindu tinggal di dalam hatiku. Darah-Mu yang segar berpadu dengan darahku. Siapa yang dapat memahami kesatuan yang erat ini? Hatiku merengkuh Dia Yang Mahakuasa, Dia yang Tak Terbatas. O Yesus, teruslah memberikan kepadaku kehidupan Ilahi-Mu. Biarlah Darah-Mu yang murni dan mulia mengalir dalam hatiku dengan seluruh kekuatannya. Aku menyerahkan seluruh diriku kepada-Mu. Ubahlah aku menjadi Engkau sendiri dan buatlah aku mampu melaksanakan kehendak-Mu yang kudus dalam segala hal dan mampu membalas kasih-Mu. O Mempelaiku yang manis, Engkau tahu bahwa hatiku hanya mengenal Engkau. Engkau telah membuka dalam hatiku kedalaman kasih kepada-Mu yang tak pernah terpuaskan. Sejak saat pertama kali mengenal Engkau, hatiku telah mengasihi Engkau dan telah membenamkan diri di dalam Engkau sebagai satu dan satu-satunya sasaran kasih. Semoga kasih-Mu yang murni dan mahakuasa menjadi kekuatan yang mengarahkan seluruh kegiatanku. Siapakah yang akan pernah mengetahui dan memahami lubuk kerahiman yang telah memancar dari Hati-Mu?

(833) Aku telah mengalami betapa banyaknya kedengkian hati, juga dalam kehidupan membiara. Aku melihat bahwa tidak banyak orang yang sungguh berjiwa luhur, yang siap mengabaikan segala sesuatu yang bukan Allah. O jiwa-jiwa, kalian tidak akan menemukan keindahan apa pun di luar Allah. Oh, betapa rapuhnya landasan hidup mereka yang meninggikan diri dengan mengurbankan orang lain! Sungguh besar kerugian mereka!

(834) 19 Desember [1936]. Petang ini, aku merasakan dalam jiwaku bahwa ada orang yang membutuhkan doaku. Aku langsung mulai berdoa. Tiba-tiba, dalam hati aku menyadari dan mengetahui siapa roh yang minta doaku ini; aku berdoa sampai aku merasa damai. Dalam Koronka, ada pertolongan besar bagi orang yang menghadapi ajal. Aku sering berdoa untuk ujud yang telah kuketahui dalam hati. Aku selalu berdoa sampai aku merasakan dalam jiwaku bahwa doa itu telah bekerja.

(835) Khususnya sekarang, sementara aku di rumah sakit, aku mengalami persekutuan batin yang erat sekali dengan orang yang menghadapi ajal yang minta kudoakan ketika mereka mulai menjalani sakratulmaut.
            Allah telah memberiku suatu ikatan yang mengagumkan dengan orang-orang yang menghadapi ajal! Karena hal ini semakin sering terjadi, aku sudah dapat mengetahuinya, bahkan sampai pada saatnya secara tepat.
            Hari ini aku tiba-tiba terjaga pada pukul sebelas malam, dan dengan jelas aku merasakan di dekatku kehadiran beberapa roh yang minta kudoakan. Suatu kekuatan mendorong aku untuk berdoa. Penglihatanku murni rohani, lewat suatu penerangan yang mendadak yang diberikan Allah kepadaku seketika itu juga. Aku terus berdoa sampai aku merasakan damai dalam jiwaku, dan tidak selalu untuk waktu yang sama panjangnya; sebab kadang-kadang terjadi bahwa dengan satu “Salam Maria” aku sudah merasakan damai; kemudian, aku mendaras De Profundis dan selesaikan doaku. Kadang-kadang terjadi bahwa aku mendaras seluruh Koronka, dan baru kemudian aku merasa damai. Kadang-kadang, aku juga mengalami bahwa aku merasa dipaksa untuk berdoa lebih lama; artinya, aku mengalami kegelisahan batin, sementara jiwa itu mengalami suatu pergulatan yang berat dan lebih lama menjalani sakratulmaut yang terakhir.
            Beginilah caraku mengetahui saat yang tepat: aku memiliki arloji dan aku mengamatinya untuk melihat pukul berapa. Pada hari berikutnya ketika mereka memberitahukan kepadaku tentang kematian orang itu, aku menanyakan pukul berapa ia meninggal, dan itu tepat sesuai dengan lamanya orang itu menjalani sakratulmautnya yang terakhir. Mereka berkata kepadaku, “Orang ini dan itu sedang bergumul berat sekali.” Lain kali mereka berkata, “Begini dan begitu seseorang meninggal hari ini, tetapi ia meninggal dengan cepat dan tenang.” Kadang-kadang, terjadi bahwa orang yang menghadapi ajal itu ada di gedung kedua atau ketiga, tetapi bagi roh, jarak itu tidak ada. Kadang-kadang terjadi, aku mengetahui kematian yang terjadi beberapa ratus kilometer jauhnya dariku. Ini sudah terjadi beberapa kali dalam kaitan dengan keluarga dan kaum kerabatku, dan juga para suster se-Kongregasi, bahkan dalam kaitan dengan jiwa-jiwa yang belum aku kenal dalam masa hidup mereka.
            Ya Allah yang maharahim, yang mengizinkan aku memberikan kelegaan dan pertolongan kepada orang yang menghadapi ajal lewat doaku yang tidak pantas, terpujilah Engkau beribu-ribu kali sebanyak bintang di langit dan tetes air di seluruh samudra! Biarlah kerahiman-Mu bergaung di seluruh muka bumi, dan biarlah kerahiman itu naik ke tumpuan takhta-Mu, sambil memberikan pujian kepada sifat-Mu yang paling agung, yakni kerahiman-Mu yang tak terpahami.
            Ya Allah, kerahiman yang tak terukur ini membarui semua jiwa kudus dan semua roh yang ada di surga. Tatkala memuliakan kerahiman Allah yang tak terselami ini, roh-roh yang murni itu membenamkan diri dalam pesona kudus, yang kemudian membangkitkan kekaguman yang bahkan lebih besar dalam diri mereka, dan dengan demikian pujian mereka dilaksanakan dengan cara yang sempurna. Ya Allah Kekal, betapa bernyala-nyala keinginanku untuk memuliakan sifat-Mu yang paling agung ini, yakni kerahiman-Mu yang tak terselami. Aku menyaksikan segenap kekecilanku, dan tidak dapat membandingkan diriku sendiri dengan penghuni-penghuni surga yang memuji kerahiman Tuhan dengan kekaguman kudus. Tetapi, aku juga menemukan suatu cara untuk memberikan pujian sempurna kepada kerahiman Allah yang tak dapat dipahami.

(836) O Yesus yang amat manis, yang telah berkenan mengizinkan aku yang papa ini memperoleh pengetahuan tentang kerahiman-Mu yang tak terselami; O Yesus yang amat manis, yang dengan murah hati meminta agar aku berbicara tentang kerahiman-Mu yang tak dapat dipahami ke seluruh dunia, hari ini aku mengambil dengan tanganku kedua berkas sinar yang memancar dari Hati-Mu yang maharahim, yakni Darah dan Air. Kedua berkas sinar itu kupancarkan ke seluruh muka bumi supaya setiap jiwa mengalami kerahiman-Mu, dan sesudahnya meluhurkannya tanpa henti sepanjang segala masa. O Yesus yang amat manis, dalam kebaikan-Mu yang tak dapat dipahami, Engkau telah berkenan menyatukan hatiku yang malang dengan Hati-Mu yang maharahim, maka dengan Hati-Mu sendiri aku memuliakan Allah, Bapa kita, melebihi semua jiwa yang sudah memuliakan Dia sebelumnya.

(837) 21 Desember [1936]. Radio selalu disetel selepas tengah hari sehingga aku merasa kehilangan keheningan. Sepanjang pagi, terdengar percakapan dan kegaduhan yang tanpa henti. Ya Allahku, aku berharap untuk tinggal dalam keheningan, untuk menikmati kebahagiaan di tempat aku hanya bercakap-cakap dengan Tuhan, dan yang terjadi di sini persis sebaliknya. Tetapi sekarang, tidak suatu pun menggangguku, entah percakapan orang entah suara radio. Pendek kata, aku sama sekali tidak terganggu. Berkat rahmat Allah, ketika aku berdoa, aku bahkan tidak tahu di mana aku; yang aku tahu hanyalah bahwa jiwaku bersatu dengan Tuhan. Demikianlah aku melewatkan hari-hariku di rumah sakit ini.

(838) Aku kagum akan banyaknya penghinaan dan penderitaan yang harus ditanggung oleh imam itu dalam kaitan dengan seluruh masalah ini (Ini mengacu kepada penderitaan dan penistaan yang dialami oleh Pastor Michael Sopocko dalam usahanya untuk menyebarluaskan devosi kepada Kerahiman Ilahi dan mendirikan suatu Kongregasi baru. Suster Faustina menerima pengetahuan batin tentang penderitaan ini dan menulisnya dalam surat kepada Pastor Sopocko). Aku menyaksikannya pada saat-saat khusus, dan aku mendukungnya dengan doa-doaku yang tidak pantas. Hanya Allah yang dapat memberikan keberanian sebesar itu kepada seseorang; kalau tidak, orang pasti sudah menyerah. Tetapi, aku melihat dengan penuh sukacita bahwa semua penderitaan ini membuat Allah semakin dimuliakan. Tuhan memiliki sedikit jiwa seperti itu. O Allah Yang Kekal dan Tak Terbatas, Engkau akan membeberkan usaha jiwa-jiwa yang gigih itu sebab bumi membalas usaha mereka dengan kebencian dan sikap tak tahu terima kasih. Jiwa-jiwa seperti itu tidak memiliki sahabat; mereka sendirian. Dalam kesendiriannya ini, mereka memperoleh kekuatan; mereka menimba kekuatan mereka hanya dari Allah. Dengan kerendahan hati, tetapi juga dengan keberanian, mereka berdiri teguh menghadapi semua badai yang menerpa mereka. Laksana pohon jati yang menjulang tinggi, mereka tak tergoyahkan. Dan dalam hal ini hanya ada satu rahasia: bahwa dari Allahlah mereka menimba kekuatan, dan apa pun juga yang mereka perlukan, mereka miliki baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk orang-orang lain. Mereka tidak hanya memikul beban mereka sendiri, tetapi juga tahu bagaimana memikul beban orang-orang lain, dan bahkan mampu memikulnya. Mereka laksana tiang-tiang lampu di sepanjang jalan Allah; mereka sendiri hidup dalam terang itu dan memancarkan terangnya atas orang-orang lain. Mereka sendiri berada di ketinggian, dan tahu bagaimana menunjukkan jalan kepada orang-orang yang berada di tempat yang lebih rendah kepada orang-orang yang berada di tempat yang lebih rendah dan membantu mereka mencapai ketinggian itu.

(839) O Yesusku, Engkau tahu bahwa aku kurang pandai menulis dengan baik dan, di atas semua itu, aku bahkan tidak memiliki pena yang baik. Seringkali pena itu begitu jelek sehinga untuk menyusun kalimat aku harus menulis huruf demi huruf. Dan ini beum semua. AKu juga mengalami kesulitan dalam menjaga agar hal-hal yang sudah aku tulis tidak dibaca oleh para suster, dan sangat sering aku harus menutup buku catatanku setiap beberapa menit untuk mendengarkan dengan sabar cerita seseorang, dan kemudian waktu yang aku sisihkan untuk menulis telah lewat. Dan apabila aku menutup buku catatan secara mendadak, maka tintanya lengket. AKu menulis dengan izin pada superiorku dan atas perintah bapak pengakuanku. Ini adalah hal yang aneh. Kadang-kadang aku dapat menulis dengan sangat baik, tetapi pada waktu-waktu lain, aku hampit tidak dapat membaca tulisanku sendiri.

(840) 23 Desember [1936]. Aku meluangkan hari ini bersama Bunda Allah dan mempersiapkan diriku untuk perayaan meriah kedatangan Tuhan Yesus. Bunda Allah mengajariku tentang kehidupan batin jiwaku bersama Yesus, khususnya dalam komuni kudus. Hanyalah di alam abadi kita akan mengetahui misteri agung yang dihasilkan oleh komuni kudus dalam diri kita. Sungguh saat-saat yang berharga dalam hidupku!

(841) O Penciptaku, aku merindukan Engkau! Engkau mengetahui diriku, o Tuhanku! Semua yang ada di bumi tampak bagiku seperti bayangan yang kabur. Engkaulah yang aku rindukan dan aku inginkan. Memang, Engkau melakukan bagiku banyak hal yang sedemikian tak terselami karena Engkau sendiri mengunjungi aku secara istimewa. Tetapi, kunjungan-kunjungan itu tidak menyejukkan luka hatiku; sebaliknya, malah membuat aku semakin merindukan Engkau, o Tuhan. Oh, ambillah aku, ya Tuhan, kalau memang demikianlah kehendak-Mu! Engkau tahu bahwa aku sangat menderita, dan aku sangat menderita karena merindukan Engkau; tetapi aku tidak dapat meninggal. Hai Sang Kematian, di manakah Engkau? Engkau, ya Tuhan, menyeret aku masuk ke lubuk ke-Allahan-Mu, tetapi Engkau menyelubungi diri-Mu dengan kegelapan. Seluruh diriku terbenam di dalam Diri-Mu, tetapi aku ingin melihat Engkau dari muka ke muka. Kapan hal ini akan terjadi padaku?

(842) Hari ini, Suster Chryzostoma mengunjungi aku. Ia membawa beberapa jeruk dan apel serta pohon Natal kecil. Aku sangat senang menerima semua itu. Lewat Suster Chryzostoma, Muder Superior minta kepada dokter untuk mengizinkan aku pulang ke biara untuk merayakan Natal, dan dengan senang hati ia menyetujuinya. Aku sangat bahagia dan mencucurkan air mata seperti anak kecil. Suster Chryzostoma sangat heran bahwa kesehatanku begitu menurun dan aku sangat kurus. Maka ia berkata kepadaku, “Engkau tahu, Faustina Mungil, barangkali engkau akan meninggal. Pasti engkau sangat menderita, Suster.” Aku menjawab bahwa pada hari ini aku memang menderita lebih banyak daripada hari-hari lain, tetapi itu tidak ada artinya apa-apa bagiku; demi keselamatan jiwa-jiwa, penderitaan itu tidak dapat dikatakan terlalu banyak. O Yesus yang maharahim, berilah kepadaku jiwa orang-orang berdosa!

(843) 24 Desember [1936]. Dalam misa pada hari ini, aku menyatukan diri secara istimewa dengan Allah dan Bunda-Nya yang tak bernoda. Kerendahan hati dan kasih Perawan tak bernoda itu meresapi jiwaku. Semakin aku meneladan Bunda Allah, semakin dalam aku mengenal Allah. Oh, betapa luar biasa kerinduan yang membakar jiwaku! Yesus, bagaimana Engkau masih dapat membiarkan aku berada di tempat pembuangan ini? Aku merana karena merindukan Engkau. Setiap sentuhan-Mu pada jiwaku menciptakan luka yang sangat mendalam. Cinta dan penderitaan berjalan seiring, tetapi aku tidak akan menukar rasa sakit yang Kautimbulkan ini dengan harta apa pun sebab inilah penderitaan yang timbul karena sukacita yang tak dapat dipahami, dan luka-luka jiwa ini disebabkan oleh suatu tangan yang penuh kasih.

(844) Selepas tengah hari, Suster K ( Suster Kajetana-Maria Bartkowiak) datang dan membawa aku pulang untuk berlibur. Aku sangat bahagia berhimpun kembali dengan Kongregasi. Sementara berkendara lewat kota, aku membayangkan kota ini sebagai Bethlehem. Ketika menyaksikan semua orang serba tergesa-gesa, aku berpikir: siapa yang hari ini masih meluangkan waktu untuk bermdeitasi, dalam ketenangan dan keheningan, mengenai misteri yang tak terselami ini? O Perawan yang murni, hari ini Engkau menempuh perjalanan jauh, dan demikian juga aku. Aku merasa bahwa perjalanan hari ini memiliki suatu makna. O Perawan yang cemerlang, murni laksana kristal, yang sepenuhnya tenggelam dalam Allah, aku mempersembahkan kepadamu kehidupan batinku; aturlah segala sesuatu supaya kehidupan rohaniku dapat menyenangkan Putramu. O Bundaku, betapa berkobar keinginanku agar engkau memberikan diriku kepada Bayi Yesus dalam Misa Malam Natal. Dan, aku merasakan kehadiran Allah yang sangat nyata dalam lubuk hatiku sehingga hanya dengan kekuatan kehendak yang kokoh aku dapat menahan sukacitaku untuk tidak menunjukkan secara lahiriah apa yang sedang terjadi dalam jiwaku.

(845) Pada vigili Natal, sebelum makan malam, aku masuk ke kapel sejenak untuk berbagi oplatek secara rohani dengan mereka yang aku kasihi. Aku menyerahkan mereka semua, dengan menyebut nama masing-masing, kepada Yesus dan aku memohon rahmat bagi mereka. Tetapi, itu belum semuanya. Aku menyerahkan kepada Tuhan semua orang yang dianiaya, mereka yang menderita, mereka yang tidak mengenal nama Tuhan, dan khususnya orang-orang berdosa yang malang. O Yesus yang kecil, dengan sungguh-sungguh aku mohon kepada-Mu, benamkan mereka dalam lautan kerahiman-Mu yang tak terselami. O Yesus kecil yang manis, inilah hatiku; biarlah hatiku menjadi tempat tinggal mungil yang nyaman bagi-Mu. O Keagungan yang tak terbatas, dengan kemanisan yang tiada tara, Engkau menghampiri kami. Di sini, tidak ada kegentaran karena halilintar yang dikirim oleh Yahweh yang agung; yang ada di sini adalah Yesus kecil yang manis. Di sini, tidak ada jiwa yang takut meskipun keagungan-Mu tidak berkurang, tetapi hanya tersembunyi. Sesudah makan malam, aku merasakan sangat letih dan badanku sakit sekali. Aku harus berbaring. Tetapi, aku tetap berjaga bersama Bunda yang amat kudus, sambil menantikan kedatangan Si Bayi Mungil.

(846) 25 Desember [1936], Misa tengah malam. Dalam misa, kehadiran Allah menembus diriku terus menerus. Sesaat sebelum pengangkatan Hosti dalam Doa Syukur Agung, aku melihat Bunda Allah dan Bayi Yesus dan Orang Tua yang kudus. Bunda yang amat kudus mengucapkan kata-kata ini kepada, “Putri-Ku, Faustina, ambillah Harta yang paling berharga ini,” dan ia menyerahkan Bayi Yesus kepadaku. Ketika aku menerima Yesus dengan tanganku, jiwaku merasakan sukacita yang tak terperikan sehingga aku tidak dapat melukiskannya. Anehnya, sesaat kemudian, Yesus menjadi menakutkan, tampak mengerikan, sudah dewasa dan menderita; dan kemudian penglihatan itu lenyap, dan tak terasa misa sudah sampai pada komuni kudus. Ketika aku menyambut Tuhan Yesus dalam komuni kudus, jiwaku gemetar karena pengaruh kehadiran Allah. Hari berikutnya, aku melihat Bayi Ilahi sekilas pada saat pengangkatan Hosti dalam Doa Syukur Agung.

(847) Pada hari kedua Pesta Natal, Pastor Andrasz datang untuk merayakan misa bersama kami, dan dalam misa itu aku sekali lagi melihat Yesus kecil. Petang hari aku pergi mengaku dosa. Pastor [Andrasz] tidak memberikan jwaban atas sejumlah pertanyaanku yang berkaitan dengan karya itu. Ia berkata, “Apabila kesehatanmu sudah pulih, kita akan membicarakan langkah-langkah konkret; dan sekarang, berusahalah memanfaatkan rahmat yang diberikan Allah kepadamu dan berusahalah untuk sungguh memulihkan kesehatan. Untuk hal-hal lain, engkau tahu panduan apa yang harus diikuti dan arah mana yang harus diambil dalam hubungan dengan masalah ini.”

(848) Sebagai penitensi, Pastor Andrasz menyuruh aku mendaraskan Koronka yang telah diajarkan Yesus kepadaku. Sementara aku mendaras Koronka, aku mendengar suara yang berkata, “O, betapa banyaknya rahmat yang akan Aku berikan kepada jiwa-jiwa yang mendaras Koronka ini. Lubuk kerahiman-Ku yang mesra tergerak melihat mereka yang mendaras Koronka ini. Tulislah kata-kata ini, Putri-Ku! Berbicaralah kepada dunia tentang kerahiman-Ku; biarlah seluruh umat manusia mengenal kerahiman-Ku yang tiada tara. Itulah tanda untuk akhir zaman, dan sesudah itu akan tiba hari pengadilan. Sementara masih ada waktu, biarlah mereka datang ke sumber kerahiman-Ku. Semoga mereka mengambil manfaat dari Darah dan Air yang mengalir untuk mereka.”
            O jiwa-jiwa insani, ke mana kalian menyembunyikan diri pada hari murka Allah? Bernaunglah sekarang juga pada sumber kerahiman Allah. O betapa besarnya himpunan jiwa-jiwa yang aku lihat! Mereka menyembah Kerahiman Ilahi dan akan melambungkan madah pujian sampai selama-lamanya.

(849) 27 Desember. Hari ini, aku kembali ke tempat pengasingan. Aku menikmati perjalanan yang indah ketika berkendara bersama seorang yang membawa bayinya untuk dibaptis. Kami memberi dia tumpangan sampai ke gereja di Podgorze. Ketika mau turun, ia menaruh bayinya dalam pelukanku. Ketika memandangnya, aku mempersembahkannya, dengan doa yang khusyuk, kepada Allah supaya suatu saat nanti ia dapat memuliakan Allah secara istimewa. Aku merasakan dalam jiwaku bahwa Tuhan memandang jiwa mungil ini dengan perhatian khusus. Ketika kami tiba di Pradnik, Suster N membantuku membawa barang-barangku. Ketika kami memasuki kamarku, kami melihat kartu yang indah dengan gambar malaikat dan tulisan “Gloria in ...” Aku menduga gambar itu dikirim oleh seorang suster yang sakit yang aku kirimi pohon Natal.

(850) Demikianlah, liburan sudah usai. Tidak ada lagi yang dapat melegakan kerinduanku. Aku hanya merindukan Engkau, o Pencipta dan Allahku yang kekal! Tidak ada perayaan atau madah indah yang menyejukkan jiwaku; sebaliknya, membuat aku semakin rindu. Setiap kali aku ingat nama-Mu, rohku meluncur menuju Engkau, o Tuhan.

No comments:

Post a Comment