Monday, September 21, 2015

Dairi St. Faustina: 651 - 700

(651) Ya Allah yang tak terselami, betapa besarnya kerahiman-Mu! Ia melampaui paduan pengetahuan seluruh umat manusia dan malaikat. Semua malaikat dan semua manusia telah muncul dari lubuk kerahiman-Mu yang lembut. Kerahiman adalah bunga kasih. Allah adalah kasih, dan kerahiman adalah perbuatan-Nya. Dalam kasih, kerahiman itu dikandung; dalam kerahiman, kasih diungkapkan. Segala sesuatu yang aku lihat berbicara kepadaku tentang kerahiman-Nya. Bahkan keadilan Allah sendiri berbicara kepadaku tentang kerahiman-Nya yang tak terbatas sebab keadilan pun mengalir dari kasih.

(652) Ada satu kata yang kau perhatikan dan terus menerus aku renungkan; kata itu adalah segala sesuatu bagiku. Aku hidup olehnya dan mati karenanya, dan kata itu adalah kehendak kudus Allah. Ia adalah makananku sehari-hari. Seluruh jiwaku mendengarkan dengan penuh perhatian kepada kehendak Allah. Aku selalu melakukan apa yang diminta Allah dariku meskipun naluriku sering kali gemetar dan aku merasakan bahwa kebesaran hal-hal ini melampaui kekuatanku. Aku tahu dengan baik apa arti diriku sesungguhnya, tetapi aku juga tahu apa arti rahmat Allah, yang menopang aku.

(653) 25 April 1936. Walendow. Pada hari itu, penderitaan dalam jiwaku lebih nyeri daripada kapan pun sebelumnya. Sejak pagi buta, aku merasa seolah-olah tubuh dan jiwaku telah terpisah.  Aku merasa bahwa kehadiran Allah telah meresapi seluruh diriku; aku merasakan seluruh keadilan Allah ditimpakan atas diriku; aku merasakan bahwa aku berdiri sendirian di hadapan Allah. Kupikir: satu kata dari pembimbing rohaniku akan membuat aku sepenuhnya merasa damai; tetapi apa yang dapat kulakukan? - ia tidak ada di sini. Tetapi, aku memutuskan untuk mencari terang dalam pengakuan kudus. Setelah aku membuka jiwaku, imam itu takut mendengarkan pengakuanku selanjutnya, dan itu menyebabkan aku bahkan lebih menderita. Apabila aku melihat seorang imam ketakutan, aku tidak merasakan kedamaian hati sedikitpun. Maka aku memutuskan bahwa hanya kepada pembimbing rohaniku akan kubuka jiwaku dalam kaitan dengan semua masalah ini, dari yang paling besar sampai yang paling kecil, dan bahwa aku akan mengikuti arahan-arahannya dengan ketat.

(654) Kini, aku mengerti bedanya pengakuan dosa dan bimbingan rohani. Dalam pengakuan dosa, orang hanya mengakukan dosa-dosanya, sedangkan bimbingan rohani adalah hal yang sama sekali berbeda. Tetapi, bukan ini yang ingin aku bicarakan. Aku ingin berbicara tentang suatu hal aneh yang terjadi padaku untuk pertama kalinya. Ketika bapak pengakuan mulai berbicara kepadaku, aku tidak memahami satu kata pun. Kemudian, aku melihat Yesus yang tersalib dan Ia berkata, “Dalam sengsara-Kulah engkau harus mencari terang dan kekuatan!” Sesudah pengakuan dosa, aku merenungkan sengsara Yesus yang pedih, dan aku memahami bahwa apa yang aku derita bukanlah apa-apa dibanding sengsara Sang Juru Selamat; aku juga memahami bahwa bahkan ketidaksempurnaan yang paling kecil pun merupakan penyebab dari penderitaan yang pedih itu. Maka jiwaku dipenuhi penyesalan yang amat besar, dan baru kemudian aku merasakan bahwa aku berada dalam samudra kerahiman Allah yang tak terselami. Oh, betapa sedikitnya kata-kata yang kumiliki untuk mengungkapkan apa yang sedang kualami! Aku merasakan bahwa diriku hanyalah setetes embun yang tenggelam dalam kedalaman samudra kerahiman ilahi yang tak terbatas.

(655) 11 Mei 1936. Aku tiba di Krakow. Aku merasa bahagia bahwa akhirnya aku dapat melaksanakan semua yang diminta Tuhan Yesus.

            Ketika aku berbicara dengan Pastor A. dan  telah menceritakan segala sesuatu, aku menerima jawaban ini, “Suster, berdoalah sampai hari  Pesta Hati Kudus Yesus yang Mahakudus dan tambahkanlah beberapa mati raga kepada doamu, dan pada Pesta Hati Kudus itu aku akan memberimu suatu jawaban.” Tetapi pada suatu hari, aku mendengar suara ini di dalam jiwaku, “Jangan takut akan suatu pun; AKu menyertaimu.” Sesudah mendengar suara itu, aku merasakan desakan yang begitu kuat di dalam jiwaku sehingga tanpa menunggu Pesta Hati Kudus, aku mengatakan dalam pengakuan dosa bahwa aku akan segera meninggalkan Kongregasi. Pastor Andrasz menjawab, “Suster, karena engkau sudah membuat keputusanmu sendiri, maka pikullah sendiri tanggung jawabnya. Pergilah.” Aku merasa bahagia boleh pergi.

            Pagi berikutnya, kehadiran Allah tiba-tiba meninggalkan aku. Suatu kegelapan yang pekat menyelimuti jiwaku. Aku tidak dapat berdoa. Karena hilangnya kehadiran Allah secara mendadak ini, aku memutuskan untuk menangguhkan masalah ini sebentar, sampai aku berbicara dengan imam.

            Pastor Andrasz menjawab bahwa perubahan-perubahan seperti itu dalam jiwa memang sering terjadi, dan bahwa itu bukan halangan untuk bertindak.

(656) Ketika aku berbicara dengan Muder Jenderal mengenai segala sesuatu yang terjadi padaku, ia berkata, “Suster, aku ingin mengurung engkau di dalam tabernakel bersama Tuhan Yesus; ke mana pun engkau pergi dari sana, itu akan menjadi kehendak Allah.”

(657) 19 Juni. AKu pergi ke tempat para Yesuit untuk mengikuti perarakan Hati Kudus. Dalam Ibadat Sore aku melihat sinar yang sama memancar dari Hati Kudus, sama seperti yang dilukis dalam Gambar [Kerahiman Ilahi] itu. Jiwaku dipenuhi dengan kerinduan yang luar biasa akan Allah.
(658) Juni 1936. Percakapan dengan Pastor Andrasz.

“Ketahuilah bahwa ini adalah hal-hal yang berat dan sulit. Pembimbing rohanimu yang utama adalah Roh Kudus. Kami hanya dapat memberikan pengarahan dalam kaitan dengan ilham-ilham itu, tetapi pembimbing rohanimu yang sesungguhnya adalah Roh Kudus. Kalau engkau sendiri telah memutuskan untuk pergi, Suster, aku tidak melarang atau menyuruh engkau berbuat demikian. Engkau sendiri yang akan memikul tanggung jawab. Aku katakan ini kepadamu, Suster: engkau dapat mulai bertindak. Engkau mampu untuk bertindak begitu, dan karena itu engkau dapat melakukannya. Hal-hal seperti ini memang mungkin; semua yang sudah engkau katakan kepadaku sampai sekarang dan dulu mendukung untuk mengambil tindakan itu. Tetapi, engkau harus sangat hati-hati dalam semua ini. Berdoalah banyak-banyak dan mintalah agar aku diberi terang.”

(659) Dalam misa kudus, yang dipimpin oleh Pastor Andrasz, aku melihat Bayi Yesus yang mungil, yang memberitahukan kepadaku bahwa aku harus bergantung kepadanya dalam segala sesuatu; “meskipun engkau mencurahkan banyak usaha untuk itu, tidak bertindak atas kemauanmu sendiri sangatlah menyenangkan Hati-Ku.” Aku memahami [perlunya] ketergantungan ini.

(660) O Yesusku, pada hari penghakiman terakhir, Engkau akan meminta dariku pertanggungjawaban atas karya kerahiman ini. O Hakim yang adil, yang sekaligus Mempelaiku, tolonglah aku melakukan kehendak-Mu yang kudus. O Kerahiman, o Keutamaan Ilahi!

            O Hati Yesus yang maharahim, Mempelaiku, jadikanlah hatiku seperti hati-Mu.

(661) 16 Juli. Aku meluangkan waktu sepanjang malam ini dalam doa. Aku merenungkan sengsara Tuhan, dan jiwaku remuk redam karena beban keadilan Allah. Tangan Tuhan menyentuh aku.

(662) 17 Juli. O Yesusku, Engkau tahu betapa banyaknya tantangan yang aku hadapi dalam masalah ini, betapa banyaknya celaan yang harus aku terima, betapa banyaknya senyum ironis yang harus aku terima dengan hati tenang. Oh, sendirian aku tidak akan mampu menanggung semua ini, tetapi bersama-Mu, Guruku, aku dapat melakukan segala sesuatu. Oh, betapa menyakitkan suatu senyum ironis melukai hatiku, khususnya kalau orang [tampaknya] berbicara dengan sungguh-sungguh tulus.

(663) 22 Juli. O Yesusku, aku tahu bahwa kebesaran seseorang menjadi nyata dari perbuatan-perbuatannya dan tidak dari kata-kata atau perasaannya.  Pekerjaan-pekerjaan yang datang dari kitalah yang akan berbicara mengenai kita. O Yesusku, jangan biarkan aku bermimpi di siang bolong, tetapi berilah aku keberanian dan kekuatan untuk memenuhi kehendak-Mu yang kudus.

            Yesus, kalau Engkau ingin meninggalkan aku dalam ketidakpastian, bahkan sampai ke akhir hayatku, terpujilah Nama-Mu yang kudus.

Juni

(664) O Yesusku, sungguh luar biasa sukacitaku karena kepastian yang Kauberikan kepadaku bahwa Kongregasi itu akan terwujud. Aku tidak lagi dibayangi oleh keragu-raguan sedikit pun mengenai hal ini, dan aku melihat betapa besarnya kemuliaan yang akan dipersembahkan oleh Kongregasi itu kepada Allah. Kongregasi ini akan menjadi cermin sifat Allah yang paling besar, yakni kerahiman-Nya. Tak henti-hentinya, para anggota Kongregasi akan berdoa memohon Kerahiman Ilahi bagi mereka sendiri dan bagi seluruh dunia. Setiap tindak kerahiman akan mengalir dari kasih Allah, yakni kasih yang akan memenuhi mereka sampai meluap-luap. Mereka akan bekerja keras untuk membuat sifat agung Allah ini menjadi mereka sendiri, untuk membuat diri mereka hidup olehnya, dan untuk membuat orang-orang lain mengenal kebaikan Tuhan dan untuk berharap padanya. Kongregasi Kerahiman Ilahi ini akan berada dalam Gereja Allah laksana sarang lebah di dalam taman yang indah, tersembunyi dan lemah lembut. Para suster akan bekerja laksana lebah untuk memberi makan jiwa-jiwa sesamanya dengan madu, sementara lilinnya akan dinyakan untuk memuliakan Allah.
29 Juni 1936

(665) Pastor Andrasz menyuruh aku melakukan suatu novena dengan ujud untuk mengenal lebih baik kehendak Allah. Aku berdoa dengan khusyuk, sambil menambahkan sejumlah mati raga badani. Menjelang akhir novena, aku menerima suatu terang batin dan kepastian bahwa Kongregasi akan terwujud dan bahwa Kongregasi itu menyenangkan hati Allah. Kendati ada kesulitan dan tantangan, damai dan kekuatan yang besar memenuhi jiwaku dari atas. Aku tahu bahwa tidak ada suatu pun yang dapat menentang atau membatalkan kehendak Allah. Aku tahu aku bahwa aku harus melaksanakan kehendak Allah ini meskipun ada seribu satu hambatan, penganiayaan, dan penderitaan dan meskipun ada kecemasan serta ketakutan naluriah.

(666) Aku tahu bahwa semua perjuangan untuk mewujudkan kesempurnaan dan semua kesucian bertumpu pada kehendak Allah. Pemenuhan kehendak Allah secara sempurna merupakan kematangan dalam kekudusan; dalam hal ini tidak ada ruang untuk keragu-raguan. Menerima terang Allah dan mengetahui apa yang dikehendaki Allah tetapi tidak melaksanakannya adalah suatu penghinaan besar terhadap kemuliaan Allah. Jiwa seperti itu patut ditinggalkan sama sekali oleh Allah. Ia mirip dengan Lucifer, yang memiliki terang cemerlang, tetapi tidak melaksanakan kehendak Allah. Ketenangan yang aneh meliputi jiwaku ketika aku merenungkan bahwa kendati segala kesulitan, aku selalu dengan setia mengikuti kehendak Allah yang aku ketahui. “O Yesus, berilah aku rahmat supaya kehendak-Mu yang sudah kuketahui, kuwujudkan, ya Allah.”

(667) 14 Juli. Pada pukul tiga aku menerima surat. O Yesus, hanya Engkau yang mengetahui apa yang aku derita, tetapi aku akan tetap diam dan tidak akan mengatakan suatu pun mengenai hal ini kepada satu makhluk pun karena aku tahu bahwa tak seorang pun akan menghibur aku. Engkau adalah segala-galanya bagiku, ya Allah, dan kehendak-Mu yang kudus adalah makananku. Kini aku hidup dari apa yang akan aku nikmati dalam dunia abadi.

            Aku memiliki hormat yang besar untuk St. Mikael, Malaikat Agung; ia tidak mempunyai teladan dalam melaksanakan kehendak Allah, tetapi ia memenuhi kehendak Allah dengan setia.

(668) 15 Juli. Dalam misa kudus, aku mempersembahkan diri sepenuhnya kepada Bapa surgawi melalui Hati Yesus yang amat manis; biarlah Ia berbuat terhadapku sebagaimana Ia berkenan. Dari diriku sendiri, aku bukan apa-apa, dan dalam kepapaanku aku tidak memiliki suatu pun yang berharga; maka aku membenamkan diriku ke dalam samudra kerahiman-Mu, O Tuhan.

(669) 16 Juli. Aku sedang mempelajari dari Yesus, dari Dia yang adalah Sang Kebaikan sendiri, bagaimana menjadi orang baik sehingga aku dapat disebut putri Bapa surgawi. Hari ini, ketika sebelum tengah hari seseorang melukai perasaanku, dalam penderitaan itu aku berusaha menyatukan kehendakku dengan kehendak Allah, dan dengan sikap diamku aku memuji Allah. Selepas tengah hari, aku pergi menjalankan adorasi lima menit. Tiba-tiba aku melihat salib yang kupakai di dadaku menjadi hidup. Yesus berkata kepadaku, “Putri-Ku, penderitaan akan menjadi tanda bagimu bahwa Aku menyertaimu.” Jiwaku sangat terharu dengan kata-kata ini.

(670) O Yesus, Guruku dan Pembimbingku, hanya dengan Dikau aku dapat bergaul. Tidak dengan seorang pun aku dapat berbicara sedemikian mudah seperti dengan Engkau, ya Allah.

(671) Dalam kehidupan rohaniku, aku akan selalu berpegang pada tangan imam. Mengenai kehidupan jiwaku dan kebutuhannya, aku akan berbicara hanya dengan bapak pengakuanku.

(672) 4 Agustus 1936. Siksaan batin selama lebih dari dua jam. Sakratulmaut. ... Tiba-tiba, kehadiran Allah meliputi aku dan aku merasa seolah-olah aku berada di bawah kekuasaan Allah yang adil. Keadilan-Nya serasa menusuk aku sampai ke sumsum; secara badani, aku kehilangan kekuatan dan kesadaran. Saat ini, aku mulai mengenal kekudusan Allah yang begitu besar dan kepapaanku sedemikian miskin. Suatu siksaan yang berat menimpa jiwaku; jiwaku merasa bahwa perbuatan-perbuatannya tidak ada yang tanpa cela. Kemudian, dalam jiwaku, bangkitlah daya pengharapan yang merindukan Allah dengan segenap kekuatannya. Tetapi, ia melihat betapa memprihatinkan dirinya dan betapa sia-sia segala sesuatu yang ada di sekelilingnya. Dan berhadapan muka dengan kekudusan yang sedemikian tinggi, sungguh hina rasanya ....

(673) 13 Agustus. Sepanjang hari aku disiksa oleh godaan yang mengerikan; hujat memaksakan diri pada bibirku, dan aku merasakan keengganan terhadap segala sesuatu yang kudus serta ilahi. Tetapi, sepanjang hari aku berjuang terus. Pada petang hari, pikiranku sangat tertekan: apa gunanya menceritakan ini kepada bapak pengakuan? Ia akan menertawakannya. Suatu perasaan enggan dan kecil hati memenuhi jiwaku, dan jelas bagiku bahwa bagaimana pun juga aku tidak dapat menyambut komuni kudus dalam keadaan seperti ini. Ketika aku memikirkan untuk tidak menyambut komuni, rasa sakit yang sangat nyeri mencekam jiwaku sampai aku hampir berteriak keras-keras di kapel. Tetapi, tiba-tiba aku menyadari bahwa di sana ada para suster. Maka, aku memutuskan  untuk pergi ke taman dan menyembunyikan diri di sana supaya sekurang-kurangnya aku dapat menangis keras-keras.

(674) Tiba-tiba, Yesus berdiri di dekatku dan berkata, “Ke mana engkau akan pergi?” Aku tidak memberikan jawaban kepada Yesus, tetapi aku mencurahkan segala kesedihanku di hadapan-Nya, dan godaan setan pun berhenti. Kemudian Yesus berkata kepadaku, “Damai batin yang engkau miliki adalah rahmat,” dan tiba-tiba Ia menghilang. Aku merasa bahagia dan hatiku diliputi damai yang luar biasa. Sungguh, untuk memulihkan damai yang sedemikian besar dalam sesaat - hanya Yesuslah yang mampu, hanya Dia, Tuhan yang mahatinggi.

(675) 7 Agustus 1936.
Ketika aku menerima karangan mengenai Kerahiman Ilahi dengan gambar, kehadiran Allah memenuhi hatiku secara ajaib. Ketika aku membenamkan diri dalam doa syukur, tiba-tiba aku melihat Tuhan Yesus dalam cahaya yang terang benderang, sama seperti Ia dilukiskan, dan pada kaki-Nya aku melihat Pastor Andrasz dan Pastor Sopocko. Keduanya memegang pena di tangan, dan kilau terang dan api, seperti halilintar, keluar dari ujung pena mereka dan mengenai himpunan besar manusia yang bergegas entah ke mana aku tidak tahu. Barangsiapa disentuh oleh sinar terang itu serta merta membalikkan punggungnya pada himpunan itu dan mengulurkan tangannya ke arah Yesus. Sejumlah berpaling dengan sukacita yang besar, yang lain dengan rasa sakit yang amat nyeri dan penyesalan. Yesus sedang memandang kedua imam dengan sangat ramah. Sesaat kemudian, aku tinggal sendirian bersama Yesus, dan aku berkata, “Yesus, ambillah aku sekarang karena kehendak-Mu sudah digenapi.” Dan Yesus menjawab kepadaku, “Kehendak-Ku belum digenapi sepenuhnya dalam dirimu; engkau masih akan menderita banyak, tetapi Aku menyertaimu; jangan takut.”

(676) Aku telah berbicara banyak dengan Tuhan mengenai Pastor Andrasz dan juga mengenai Pastor Sopocko. AKu tahu bahwa apa pun yang aku minta dari Tuhan, Ia tidak akan menolakku, dan ia akan memberikan kepada mereka apa yang aku minta. AKu tahu dan merasakan betapa besarnya kasih Yesus kepada mereka. AKu tidak menuliskan hal ini secara rinci, tetapi aku mengetahuinya, dan hal itu membuat aku sangat bahagia.

15 Agustus 1936
(677) Dalam misa yang dipimpin oleh Pastor Andrasz, sesaat sebelum pengangkatan Hosti dalam Doa Syukur Agung, kehadiran Allah meliputi jiwaku, yang ditarik ke arah altar. Kemudian, aku melihat Bunda Allah bersama Bayi Yesus. Bayi Yesus berpegang pada tangan Bunda kita. Sesaat kemudian, Bayi Yesus lari dengan sukacita ke tengah altar, dan Bunda Allah berkata kepadaku, “Lihatlah dengan ketenangan macam apa aku menyerahkan Yesus ke dalam tangannya. Demikian pula, engkau harus memercayakan jiwamu dan menjadi seperti seorang anak kepadanya.”

            Sesudah mendengar kata-kata itu, jiwaku dipenuhi dengan kepercayaan yang luar biasa. Bunda Allah mengenakan pakaian putih, putih yang aneh, transparan; pada bahunya ia mengenakan mantol biru transparan, birunya mirip langit; dengan kepala tanpa kerudung [dan] rambut terurai, ia tampak sangat cantik dan elok tak terperi. Ia memandang Pastor Andrasz dengan amat mesra, tetapi sesaat kemudian, imam mematahkan Anak yang mungil itu, dan darah segar memancar keluar. Pastor Andrasz membungkuk ke depan dan menyambut Yesus yang benar-benar hidup itu dalam dirinya. Apakah ia memakan-Nya? Aku tidak tahu bagaimana itu terjadi. Yesus, Yesus, aku tidak dapat mengikuti Engkau karena, dalam sekejap, Engkau menjadi tak terselami olehku.

(678) Inti segala keutamaan adalah kehendak Allah. Ia yang melakukan kehendak Allah dengan setia, mengamalkan segala keutamaan. Dalam semua peristiwa dan situasi hidupku, aku menyembah dan memuji kehendak Allah yang kudus. Kehendak kudus Allah adalah sasaran kasihku. Dalam lubuk hatiku yang paling tersembunyi, aku hidup menurut kehendak-Nya. Secara lahiriah, aku bertindak seturut apa yang aku kenal secara batin sebagai kehendak Allah. Lebih manislah bagiku siksaan, penderitaan, penganiayaan, dan segala macam kesengsaraan demi kehendak ilahi daripada popularitas, pujian, dan penghargaan karena kehendakku sendiri.

(679) Selamat malam, Yesusku; bel sudah memanggil aku untuk tidur. Yesusku, Engkau tahu bahwa aku merana karena ingin menyelamatkan jiwa-jiwa. Selamat malam, Mempelaiku; aku bersukacita karena satu hari lebih dekat kepada alam abadi. Dan kalau Engkau mengizinkan aku bangun besok pagi, Yesus, aku akan memulai suatu madah baru untuk memuji-Mu.

(680) 13 Juli. Dalam meditasi hari ini, aku mulai memahami: jangan pernah akan berbicara mengenai pengalaman batinku sendiri, [tetapi] tidak menyembunyikan suatu pun dari pembimbing rohaniku; dan secara khusus aku harus minta agar Allah menerangi pembimbing rohaniku. Aku memberikan nilai yang lebih besar kepada kata-kata bapak pengakuanku daripada himpunan semua terang yang aku terima secara batin.

(681) Di tengah siksaan yang paling besar, aku mengarahkan tatapan mata jiwaku kepada Yesus yang tersalib; aku tidak mengharapkan pertolongan dari manusia, tetapi menaruh harapanku pertolongan dari manusia, tetapi menaruh harapanku pada Allah. Dalam kerahiman-Nya yang tak terselami, kutaruh seluruh harapanku.

(682) Semakin nyata aku merasa bahwa Allah telah mengubah diriku, semakin besar keinginanku untuk membenamkan diri dalam keheningan. Kasih akan Allah berarti melaksanakan pekerjaannya di dalam lubuk jiwaku. Aku tahu bahwa perutusan yang dipercayakan Tuhan kepadaku sedang dimulai.

(683) Pernah, ketika aku sedang berdoa dengan khusyuk kepada para kudus Yesuit, tiba-tiba aku melihat Malaikat Pelindungku, yang menuntun aku ke hadapan takhta Allah. Aku melintas di tengah himpunan besar orang kudus, dan aku mengenal banyak dari mereka, yang aku ketahui dari gambar mereka. Aku melihat banyak Yesuit yang bertanya kepadaku  dari Kongregasi mana aku. Ketika aku menjawab, mereka bertanya, “Siapa pembimbing rohanimu?” Aku menjawab bahwa ia adalah Pastor Andrasz. Ketika aku mau mengatakan lebih lanjut, Malaikat Pelindungku memberiku isyarat supaya diam, dan aku sampai di hadapan takhta Allah. Aku melihat cahaya yang terang benderang dan tak terhampiri, dan aku melihat suatu tempat yang ditentukan bagiku, dekat dengan Allah. Tetapi seperti apa itu aku tidak tahu sebab ditutupi oleh suatu awan. Tetapi, Malaikat Pelindungku berkata kepadaku, “Disinilah takhtamu karena kesetiaanmu dalam memenuhi kehendak Allah.”

(684) Jam Kudus. Kamis. Dalam ibadat ini, Yesus mengizinkan aku masuk ke dalam ruang Senakel, dan aku menyaksikan apa yang terjadi di sana. Tetapi, aku paling terharu ketika, sebelum konsekrasi, Yesus menengadah ke surga dan masuk ke dalam percakapan yang misterius dengan Bapa-Nya. Hanya di alam kekal kita akan sungguh memahami saat itu. Mata-Nya laksana dua nyala api; wajah-Nya berkilau-kilauan, putih laksana salju; seluruh sosok-Nya penuh dengan kemuliaan, jiwa-Nya penuh dengan rindu. Pada saat konsekrasi, kasih-Nya terpuaskan - pengurbanan sudah tuntas. Kini, tinggallah upacara lahiriah kematian yang akan dilaksanakan - kematian lahiriah; intinya adalah Senakel. Belum pernah dalam seluruh hidupku aku mengetahui misteri ini sedemikian mendalam seperti pada saat adorasi itu. Oh, betapa bernyala-nyala keinginanku agar seluruh dunia mengetahui kerahiman yang tak terselami ini.

(685) Sesudah Jam Kudus, ketika aku kembali ke kamarku, tiba-tiba aku menyadari betapa dalamnya Allah dilukai oleh seorang yang dekat di hatiku. Ketika menyaksikan ini, jiwaku tertusuk rasa nyeri, dan aku menghempaskan diriku ke lantai di hadapan Tuhan, sambil memohon kerahiman-Nya. Selama dua jam, dengan bercucuran air mata, dalam doa dan menyesah diri, aku mencegah dosa itu, dan aku menyadari bahwa kerahiman Allah telah merangkul jiwa malang itu. Oh, betapa mahal tebusan untuk sebuah dosa!

(686) September. Jumat pertama. pada petang hari, aku melihat Bunda Allah, dengan dadanya terbuka dan tertembus sebilah pedang. Ia mencucurkan air mata kepedihan dan melindungi kita terhadap hukuman Allah yang dahsyat. Allah mau menimpakan hukuman yang mengerikan atas kita, tetapi Ia tidak dapat melakukannya karena Bunda Allah melindungi kita. Ketakutan yang dahsyat mencekam jiwaku. Aku terus berdoa tanpa henti bagi Polandia, bagi Polandiaku yang tercinta, yang sedemikian tidak tahu bersyukur atas Bunda Allah. Kalau bukan karena Bunda Allah, semua usaha kita akan tidak banyak manfaatnya. AKu meningkatkan doa-doaku dan pengurbananku untuk Tanah Air yang tercinta, tetapi aku melihat bahwa aku tampak laksana satu tetes di depan gelombang kejahatan. Bagaimana mungkin satu tetes dapat menghentikan gelombang? O ya! Dari dirinya sendiri, satu tetes itu tidak ada artinya apa-apa, tetapi bersama Engkau, Yesus, aku akan berdiri tegar menghadang segala gelombang kejahatan dan bahkan seluruh neraka. Kemahakuasaan-Mu nyata dalam melakukan segala sesuatu.

(687) Pernah, ketika aku melewati lorong menuju ke dapur, aku mendengar kata-kata ini dalam jiwaku, “Daraskanlah tanpa henti Koronka yang telah Kuajarkan kepadamu. Barangsiapa mendarasnya akan menerima kerahiman yang besar pada saat kematiannya. Hendaklah para imam menganjurkan doa ini kepada para pendosa sebagai harapan terakhir untuk beroleh keselamatan. Bahkan kalau ada seorang pendosa yang sangat keras hatinya, asalkan ia mau mendaras Koronka ini satu kali saja, ia akan menerima rahmat dari kerahiman-Ku yang tak terbatas. Aku ingin agar seluruh dunia mengenal kerahiman-Ku yang tak terbatas. Aku ingin memberikan rahmat yang tak terbayangkan kepada jiwa-jiwa yang berharap pada kerahiman-Ku.”

(688) Yesus, Hidup dan Kebenaran, Guruku, pandulah setiap langkah hidupku, agar aku dapat bertindak selaras dengan kehendak kudus-Mu.

(689) Sekali peristiwa, aku melihat takhta Anak Domba Allah dan di depan takhta itu tiga orang kudus: St. Stanislaus Kostka, St. Andreas Bobola, dan Pangeran Kasimirus, yang sedang berdoa untuk Polandia. Seketika itu juga aku melihat suatu buku yang besar yang dipajang di depan takhta, dan buku itu diberikan kepadaku untuk kubaca. Buku itu ditulis dengan darah. Tetapi, aku tidak dapat membaca suatu pun kecuali nama Yesus. Kemudian aku mendengar suatu suara yang berkata kepadaku, “Saatmu belum tiba.” Kemudian buku itu diambil dariku, dan aku mendengar suara ini, “Engkau akan  memberi kesaksian tentang kerahiman-Ku yang tak terbatas. Dalam buku ini, tertulis nama jiwa-jiwa yang telah memuliakan kerahiman-Ku.” Aku dipenuhi dengan sukacita ketika menyaksikan begitu besarnya kebaikan Allah.

(690) Sekali peristiwa, aku mengetahui keadaan dua suster biarawati yang dalam hati menggerutu mengenai satu perintah yang diberikan oleh superior kepada mereka, dan karena alasan ini Allah telah menangguhkan banyak rahmat khusus dari mereka. Menyaksikan hal itu, hatiku terasa sakit. Betapa menyedihkan, o Yesus, ketika kami sendiri menjadi sebab hilangnya rahmat. Barangsiapa memahami hal ini akan selalu setia.

(691) Kamis. Meskipun aku sangat lelah hari ini, namun aku memutuskan untuk melaksanakan suatu Jam Kudus. Aku tidak dapat berdoa, juga tidak dapat terus berlutut, tetapi aku tetap berdoa sepanjang ibadat dan menyatukan diriku dalam roh dengan jiwa-jiwa yang sudah menyembah Allah secara sempurna. Tetapi, menjelang akhir ibadat, tiba-tiba aku melihat Yesus, yang memandang aku dengan tajam dan berkata dengan keramahan yang tak terlukiskan, “Doamu luar biasa menyenangkan Hati-Ku.” Sesudah mendengar kata-kata ini, suatu kekuatan yang tidak biasa dan sukacita rohani memasuki jiwaku. Kehadiran Allah terus meliputi jiwaku. Oh, apa yang terjadi pada jiwa yang berjumpa dengan Tuhan dari muka ke muka, tidak ada pena yang dapat mengungkapkannya, baik dulu maupun kelak!

(692) O Yesus, aku tahu bahwa kerahiman-Mu melampaui segala pikiran, dan karena itu aku minta kepada-Mu untuk membuat hatiku menjadi sedemikian besar sehingga di sana akan ada ruang yang dibutuhkan oleh semua jiwa untuk hidup berhadapan dengan bumi. O Yesus, kasihku menjangkau melampaui dunia, kepada jiwa-jiwa yang menderita di Purgatorium, dan aku ingin memberikan kerahiman kepada mereka melalui doa-doa indulgensi. Kerahiman Allah itu tak terselami dan tak akan habis, sama seperti Allah sendiri tak terselami. Bahkan kalaupun aku menggunakan kata-kata yang paling kuat, untuk mengungkapkan kerahiman Allah ini, semua ini akan tidak ada artinya apa-apa dibandingkan dengan kenyataannya. O Yesus, jadikanlah hatiku peka terhadap segala penderitaan sesamaku, entah penderitaan tubuh entah penderitaan jiwa. O Yesusku, aku tahu bahwa Engkau bertindak terhadap kami sebagaimana kami bertindak terhadap sesama kami.

            Yesusku, jadikanlah hatiku serupa dengan Hati-Mu yang maharahim! Ya Yesus, tolonglah aku menjalani seluruh hidup ini sambil berbuat baik kepada siapa saja!

(693) 14 September [1936]. Uskup Agung dari Vilnius mengunjungi kami. Meskipun ia tinggal bersama kami untuk waktu yang amat singkat, aku masih mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan imam yang pantas ini mengenai karya kerahiman. Ia menunjukkan dirinya sangat terbuka kepada masalah kerahiman ini, “Suster, hiduplah sungguh-sungguh dalam damai; kalau ini ada dalam rencana-rencana Penyelenggaraan Ilahi, itu akan terwujud. Sementara ini, hendaknya Suster minta suatu tanda eksternal yang lebih jelas. Biarlah Tuhan Yesus memberi kepadamu pengetahuan yang lebih jelas mengenai hal ini. Aku minta untuk menunggu sedikit lebih lama. Tuhan Yesus akan mengatur situasinya sedemikian rupa sehingga segala sesuatu akan menjadi baik.”

(694) 19 September [1936]. Ketika aku meninggalkan [kamar] dokter dan melangkah masuk ke kapel sanatorium untuk berdoa sejenak, aku mendengar suara ini di dalam jiwaku, “Anak-Ku, tinggal beberapa  tetes lagi yang masih ada di dalam pialamu; tidak akan lama lagi.” Sukacita memenuhi jiwaku; inilah panggilan pertama dari Mempelai dan Guruku tercinta. Hatiku luluh, dan dalam sekejap jiwaku tenggelam dalam seluruh samudra kerahiman Allah. AKu merasakan bahwa misiku sedang dimulai sepenuhnya. Kematian sama sekali tidak akan menghancurkan apa yang baik. Aku berdoa terutama bagi jiwa-jiwa yang mengalami penderitaan batin.

(695) Pernah, aku menerima terang mengenai dua orang suster. Aku tahu bahwa tidaklah mungkin bagi seseorang untuk bertindak dengan cara yang sama terhadap setiap orang. Ada orang-orang tertentu yang memiliki cara berteman yang aneh dengan orang-orang lain. Dan kemudian, sebagai teman dan dengan dalih persahabatan,mereka berusaha mendesak orang untuk mengatakan sesuatu, kata demi kata. Kemudian, tepat ketika saatnya tiba, mereka menggunakan kata-kata yang persis sama untuk melukai orang itu. O Yesusku, betapa anehnya kerapuhan insani! Kasih-Mu, ya Yesus, memberi jiwa ini kebijaksanaan yang besar dalam pergaulannya dengan sesama.

(696) 24 September 1936.
Muder Superior menyuruh aku mendaras sepuluh Salam Maria dari rosario sebagai ganti semua latihan yang lain, dan menyuruh langsung pergi tidur. Begitu membaringkan diri, aku tertidur karena aku sangat letih. Tetapi, tidak lama kemudian, aku terjaga oleh penderitaan. Penderitaan itu sedemikian berat sehingga tidak memungkinkan aku membuat bahkan gerakan yang paling ringan pun; bahkan aku tidak mampu menelan ludahku. Ini berlangsung kira-kira tiga jam. Aku berpikir untuk membangunkan suster novis yang tidur sekamar denganku, tetapi kemudian aku berpikir, “Ia tidak dapat memberikan pertolongan apa pun kepadaku, maka biarlah ia tidur. Kasihan kalau ia harus dibangunkan.” Aku menyerahkan diriku sepenuhnya kepada kehendak Allah dan aku mengira bahwa hari kematianku, yang sangat aku rindukan, telah tiba. Ini adalah kesempatan bagiku untuk menyatukan diriku dengan Yesus, yang menderita di salib. Lebih dari itu, aku tidak mampu berdoa. Ketika penderitaanku berhenti, aku mulai berkeringat. Tetapi, aku masih tidak dapat bergerak karena rasa sakit itu muncul kembali setiap kali aku mencoba bergerak. Pada pagi hari, aku merasa letih sekali meskipun aku tidak lagi merasakan sakit fisik. Tetapi aku tidak dapat bangun untuk mengikuti misa. Aku berpikir dalam hati, kalau sesudah penderitaan yang sedemikian hebat kematian tidak juga datang, betapa beratnya derita kematian!

(697) Yesus, Engkau tahu bahwa aku mencintai penderitaan dan ingin mereguk piala penderitaan sampai tetes terakhir; tetapi, naluriku merasakan sedikit rasa ngeri dan ketakutan. Namun, dengan cepat, harapanku pada kerahiman Allah yang tak terbatas bangkit kembali dengan seluruh kekuatannya, dan segala sesuatu yang lain harus menyingkir, seperti kabut sirna diterpa sinar matahari. O Yesus, begitu besarnya kebaikan-Mu! Kebaikan-Mu yang tak terbatas, yang sangat aku kenal, memampukan aku untuk menatap kematianku sendiri dengan tegar hati. Aku tahu bahwa tidak suatu pun akan terjadi padaku tanpa izin Allah. Aku ingin memuliakan kerahiman-Mu yang tak terbatas itu selama hayatku, pada saat kematianku, dalam kebangkitanku, dan sepanjang segala abad.

            Ya Yesusku, kekuatanku, damaiku, istirahatku; setiap hari, jiwaku berjemur dalam sinar kerahiman-Mu. Tidak sesaat pun dalam hidupku di mana aku tidak mengalami kerahiman-Mu, ya Allah. Dalam seluruh hidupku, tidak suatu pun aku perhitungkan selain hanya kerahiman-Mu yang tak terbatas. Kerahiman-Mulah benang penuntun hidupku, ya Tuhan. Jiwaku penuh dengan kerahiman Allah.

(698) Oh, betapa parahnya luka yang diderita Yesus karena sikap tak tahu terima kasih dari suatu jiwa terpilih! Bagi kasih-Nya yang tak terlukiskan, penderitaan itu sungguh merupakan suatu kemartiran. Allah mengasihi kita secara tak terbatas; dan bayangkan, ada sebutir debu menjijikkan yang mencemoohkan kasih itu! Hatiku meletup dengan rasa sakit ketika aku menyaksikan sikap tak tahu terima kasih ini.

(699) Sekali peristiwa, aku mendengar kata-kata ini, “Putri-Ku, katakan kepada dunia tentang Kerahiman-Ku yang tak terselami. Aku ingin agar Pesta Kerahiman ini menjadi tempat pengungsian dan pernaungan bagi semua jiwa, khususnya bagi para pendosa yang malang. Pada hari itu, terbukalah lubuk kerahiman-Ku, dan Aku meluapkan seluruh samudra rahmat ke atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku. Jiwa yang mengaku dosa dan menyambut komuni kudus akan menerima pengampunan penuh atas dosa-dosanya dan akan bebas dari hukuman. Pada hari itu, akan terbukalah semua pintu bendungan ilahi untuk mengalirkan rahmat. Janganlah ada jiwa yang takut menghampiri Aku meskipun dosa-dosanya laksana kain yang merah padam. Kerahiman-Ku begitu besar sehingga sampai kekal tidak ada otak manusia atau malaikat yang dapat menyelaminya. Segala sesuatu yang ada muncul dari pangkuan kerahiman-Ku yang paling mesra. Setiap jiwa yang menjalin hubungan dengan Aku akan merenungkan kasih dan kerahiman-Ku sepanjang segala masa. Pesta Kerahiman Ilahi berasal dari kedalaman kemesraan-Ku sendiri. Aku ingin supaya pesta itu dirayakan secara meriah pada hari Minggu pertama sesudah Paskah. Umat manusia tak mungkin merasa tenteram sebelum berpaling kepada sumber kerahiman-Ku.”

(700) Pernah, aku sangat letih dan merasakan sakit yang nyeri. Ketika aku memberitahukannya kepada Muder Superior, aku menerima jawaban bahwa aku harus membiasakan diri dengan penderitaan. Aku mendengarkan segala yang dikatakan Muder kepadaku, dan sebentar kemudian aku keluar. Sebagaimana setiap orang tahu, Muder Superior kami memiliki kasih yang besar kepada sesama, khususnya kepada suster-suster yang sakit. Tetapi, sehubungan dengan aku, sangat tidak biasa bahwa Tuhan Yesus mengizinkan dia tidak memahami aku dan dalam hal ini, mencobai aku dengan sangat berat.

No comments:

Post a Comment