(651) Ya Allah yang tak terselami,
betapa besarnya kerahiman-Mu! Ia melampaui paduan pengetahuan seluruh umat
manusia dan malaikat. Semua malaikat dan semua manusia telah muncul dari lubuk
kerahiman-Mu yang lembut. Kerahiman adalah bunga kasih. Allah adalah kasih, dan
kerahiman adalah perbuatan-Nya. Dalam kasih, kerahiman itu dikandung; dalam
kerahiman, kasih diungkapkan. Segala sesuatu yang aku lihat berbicara kepadaku
tentang kerahiman-Nya. Bahkan keadilan Allah sendiri berbicara kepadaku tentang
kerahiman-Nya yang tak terbatas sebab keadilan pun mengalir dari kasih.
(652) Ada satu kata yang kau
perhatikan dan terus menerus aku renungkan; kata itu adalah segala sesuatu
bagiku. Aku hidup olehnya dan mati karenanya, dan kata itu adalah kehendak
kudus Allah. Ia adalah makananku sehari-hari. Seluruh jiwaku mendengarkan
dengan penuh perhatian kepada kehendak Allah. Aku selalu melakukan apa yang
diminta Allah dariku meskipun naluriku sering kali gemetar dan aku merasakan
bahwa kebesaran hal-hal ini melampaui kekuatanku. Aku tahu dengan baik apa arti
diriku sesungguhnya, tetapi aku juga tahu apa arti rahmat Allah, yang menopang
aku.
(653) 25 April 1936. Walendow. Pada
hari itu, penderitaan dalam jiwaku lebih nyeri daripada kapan pun sebelumnya.
Sejak pagi buta, aku merasa seolah-olah tubuh dan jiwaku telah terpisah. Aku merasa bahwa kehadiran Allah telah
meresapi seluruh diriku; aku merasakan seluruh keadilan Allah ditimpakan atas
diriku; aku merasakan bahwa aku berdiri sendirian di hadapan Allah. Kupikir:
satu kata dari pembimbing rohaniku akan membuat aku sepenuhnya merasa damai;
tetapi apa yang dapat kulakukan? - ia tidak ada di sini. Tetapi, aku memutuskan
untuk mencari terang dalam pengakuan kudus. Setelah aku membuka jiwaku, imam
itu takut mendengarkan pengakuanku selanjutnya, dan itu menyebabkan aku bahkan
lebih menderita. Apabila aku melihat seorang imam ketakutan, aku tidak
merasakan kedamaian hati sedikitpun. Maka aku memutuskan bahwa hanya kepada
pembimbing rohaniku akan kubuka jiwaku dalam kaitan dengan semua masalah ini, dari
yang paling besar sampai yang paling kecil, dan bahwa aku akan mengikuti
arahan-arahannya dengan ketat.
(654) Kini, aku mengerti bedanya
pengakuan dosa dan bimbingan rohani. Dalam pengakuan dosa, orang hanya
mengakukan dosa-dosanya, sedangkan bimbingan rohani adalah hal yang sama sekali
berbeda. Tetapi, bukan ini yang ingin aku bicarakan. Aku ingin berbicara
tentang suatu hal aneh yang terjadi padaku untuk pertama kalinya. Ketika bapak
pengakuan mulai berbicara kepadaku, aku tidak memahami satu kata pun. Kemudian,
aku melihat Yesus yang tersalib dan Ia berkata, “Dalam sengsara-Kulah engkau
harus mencari terang dan kekuatan!” Sesudah pengakuan dosa, aku
merenungkan sengsara Yesus yang pedih, dan aku memahami bahwa apa yang aku
derita bukanlah apa-apa dibanding sengsara Sang Juru Selamat; aku juga memahami
bahwa bahkan ketidaksempurnaan yang paling kecil pun merupakan penyebab dari penderitaan
yang pedih itu. Maka jiwaku dipenuhi penyesalan yang amat besar, dan baru
kemudian aku merasakan bahwa aku berada dalam samudra kerahiman Allah yang tak
terselami. Oh, betapa sedikitnya kata-kata yang kumiliki untuk mengungkapkan
apa yang sedang kualami! Aku merasakan bahwa diriku hanyalah setetes embun yang
tenggelam dalam kedalaman samudra kerahiman ilahi yang tak terbatas.
(655) 11 Mei 1936. Aku tiba di
Krakow. Aku merasa bahagia bahwa akhirnya aku dapat melaksanakan semua yang
diminta Tuhan Yesus.
Ketika
aku berbicara dengan Pastor A. dan telah
menceritakan segala sesuatu, aku menerima jawaban ini, “Suster, berdoalah sampai hari
Pesta Hati Kudus Yesus yang Mahakudus dan tambahkanlah beberapa mati
raga kepada doamu, dan pada Pesta Hati Kudus itu aku akan memberimu suatu
jawaban.” Tetapi pada suatu hari, aku mendengar suara ini di dalam jiwaku, “Jangan
takut akan suatu pun; AKu menyertaimu.” Sesudah mendengar suara itu,
aku merasakan desakan yang begitu kuat di dalam jiwaku sehingga tanpa menunggu
Pesta Hati Kudus, aku mengatakan dalam pengakuan dosa bahwa aku akan segera
meninggalkan Kongregasi. Pastor Andrasz menjawab, “Suster, karena engkau sudah membuat keputusanmu sendiri, maka pikullah
sendiri tanggung jawabnya. Pergilah.” Aku merasa bahagia boleh pergi.
Pagi
berikutnya, kehadiran Allah tiba-tiba meninggalkan aku. Suatu kegelapan yang
pekat menyelimuti jiwaku. Aku tidak dapat berdoa. Karena hilangnya kehadiran
Allah secara mendadak ini, aku memutuskan untuk menangguhkan masalah ini
sebentar, sampai aku berbicara dengan imam.
Pastor
Andrasz menjawab bahwa perubahan-perubahan seperti itu dalam jiwa memang sering
terjadi, dan bahwa itu bukan halangan untuk bertindak.
(656) Ketika aku berbicara dengan
Muder Jenderal mengenai segala sesuatu yang terjadi padaku, ia berkata, “Suster, aku ingin mengurung engkau di dalam
tabernakel bersama Tuhan Yesus; ke mana pun engkau pergi dari sana, itu akan
menjadi kehendak Allah.”
(657) 19 Juni. AKu pergi ke tempat
para Yesuit untuk mengikuti perarakan Hati Kudus. Dalam Ibadat Sore aku melihat
sinar yang sama memancar dari Hati Kudus, sama seperti yang dilukis dalam
Gambar [Kerahiman Ilahi] itu. Jiwaku dipenuhi dengan kerinduan yang luar biasa
akan Allah.
(658) Juni 1936. Percakapan dengan
Pastor Andrasz.
“Ketahuilah bahwa ini adalah hal-hal yang berat dan sulit. Pembimbing
rohanimu yang utama adalah Roh Kudus. Kami hanya dapat memberikan pengarahan
dalam kaitan dengan ilham-ilham itu, tetapi pembimbing rohanimu yang
sesungguhnya adalah Roh Kudus. Kalau engkau sendiri telah memutuskan untuk
pergi, Suster, aku tidak melarang atau menyuruh engkau berbuat demikian. Engkau
sendiri yang akan memikul tanggung jawab. Aku katakan ini kepadamu, Suster:
engkau dapat mulai bertindak. Engkau mampu untuk bertindak begitu, dan karena
itu engkau dapat melakukannya.
Hal-hal seperti ini memang mungkin; semua yang sudah engkau katakan kepadaku
sampai sekarang dan dulu mendukung untuk mengambil tindakan itu. Tetapi, engkau
harus sangat hati-hati dalam semua ini. Berdoalah banyak-banyak dan mintalah
agar aku diberi terang.”
(659) Dalam misa kudus, yang
dipimpin oleh Pastor Andrasz, aku melihat Bayi Yesus yang mungil, yang
memberitahukan kepadaku bahwa aku harus bergantung kepadanya dalam segala
sesuatu; “meskipun engkau mencurahkan banyak usaha untuk itu, tidak bertindak
atas kemauanmu sendiri sangatlah menyenangkan Hati-Ku.” Aku memahami
[perlunya] ketergantungan ini.
(660) O Yesusku, pada hari
penghakiman terakhir, Engkau akan meminta dariku pertanggungjawaban atas karya
kerahiman ini. O Hakim yang adil, yang sekaligus Mempelaiku, tolonglah aku
melakukan kehendak-Mu yang kudus. O Kerahiman, o Keutamaan Ilahi!
O
Hati Yesus yang maharahim, Mempelaiku, jadikanlah hatiku seperti hati-Mu.
(661) 16 Juli. Aku meluangkan waktu
sepanjang malam ini dalam doa. Aku merenungkan sengsara Tuhan, dan jiwaku remuk
redam karena beban keadilan Allah. Tangan Tuhan menyentuh aku.
(662) 17 Juli. O Yesusku, Engkau
tahu betapa banyaknya tantangan yang aku hadapi dalam masalah ini, betapa
banyaknya celaan yang harus aku terima, betapa banyaknya senyum ironis yang
harus aku terima dengan hati tenang. Oh, sendirian aku tidak akan mampu
menanggung semua ini, tetapi bersama-Mu, Guruku, aku dapat melakukan segala
sesuatu. Oh, betapa menyakitkan suatu senyum ironis melukai hatiku, khususnya
kalau orang [tampaknya] berbicara dengan sungguh-sungguh tulus.
(663) 22 Juli. O Yesusku, aku tahu
bahwa kebesaran seseorang menjadi nyata dari perbuatan-perbuatannya dan tidak
dari kata-kata atau perasaannya.
Pekerjaan-pekerjaan yang datang dari kitalah yang akan berbicara
mengenai kita. O Yesusku, jangan biarkan aku bermimpi di siang bolong, tetapi
berilah aku keberanian dan kekuatan untuk memenuhi kehendak-Mu yang kudus.
Yesus,
kalau Engkau ingin meninggalkan aku dalam ketidakpastian, bahkan sampai ke
akhir hayatku, terpujilah Nama-Mu yang kudus.
Juni
(664) O Yesusku, sungguh luar biasa
sukacitaku karena kepastian yang Kauberikan kepadaku bahwa Kongregasi itu akan
terwujud. Aku tidak lagi dibayangi oleh keragu-raguan sedikit pun mengenai hal
ini, dan aku melihat betapa besarnya kemuliaan yang akan dipersembahkan oleh
Kongregasi itu kepada Allah. Kongregasi ini akan menjadi cermin sifat Allah
yang paling besar, yakni kerahiman-Nya. Tak henti-hentinya, para anggota
Kongregasi akan berdoa memohon Kerahiman Ilahi bagi mereka sendiri dan bagi
seluruh dunia. Setiap tindak kerahiman akan mengalir dari kasih Allah, yakni
kasih yang akan memenuhi mereka sampai meluap-luap. Mereka akan bekerja keras
untuk membuat sifat agung Allah ini menjadi mereka sendiri, untuk membuat diri
mereka hidup olehnya, dan untuk membuat orang-orang lain mengenal kebaikan
Tuhan dan untuk berharap padanya. Kongregasi Kerahiman Ilahi ini akan berada
dalam Gereja Allah laksana sarang lebah di dalam taman yang indah, tersembunyi
dan lemah lembut. Para suster akan bekerja laksana lebah untuk memberi makan
jiwa-jiwa sesamanya dengan madu, sementara lilinnya akan dinyakan untuk
memuliakan Allah.
29 Juni 1936
(665) Pastor Andrasz menyuruh aku
melakukan suatu novena dengan ujud untuk mengenal lebih baik kehendak Allah.
Aku berdoa dengan khusyuk, sambil menambahkan sejumlah mati raga badani.
Menjelang akhir novena, aku menerima suatu terang batin dan kepastian bahwa
Kongregasi akan terwujud dan bahwa Kongregasi itu menyenangkan hati Allah.
Kendati ada kesulitan dan tantangan, damai dan kekuatan yang besar memenuhi
jiwaku dari atas. Aku tahu bahwa tidak ada suatu pun yang dapat menentang atau
membatalkan kehendak Allah. Aku tahu aku bahwa aku harus melaksanakan kehendak
Allah ini meskipun ada seribu satu hambatan, penganiayaan, dan penderitaan dan
meskipun ada kecemasan serta ketakutan naluriah.
(666) Aku tahu bahwa semua
perjuangan untuk mewujudkan kesempurnaan dan semua kesucian bertumpu pada
kehendak Allah. Pemenuhan kehendak Allah secara sempurna merupakan kematangan
dalam kekudusan; dalam hal ini tidak ada ruang untuk keragu-raguan. Menerima
terang Allah dan mengetahui apa yang dikehendaki Allah tetapi tidak
melaksanakannya adalah suatu penghinaan besar terhadap kemuliaan Allah. Jiwa
seperti itu patut ditinggalkan sama sekali oleh Allah. Ia mirip dengan Lucifer,
yang memiliki terang cemerlang, tetapi tidak melaksanakan kehendak Allah.
Ketenangan yang aneh meliputi jiwaku ketika aku merenungkan bahwa kendati
segala kesulitan, aku selalu dengan setia mengikuti kehendak Allah yang aku
ketahui. “O Yesus, berilah aku rahmat
supaya kehendak-Mu yang sudah kuketahui, kuwujudkan, ya Allah.”
(667) 14 Juli. Pada pukul tiga aku
menerima surat. O Yesus, hanya Engkau yang mengetahui apa yang aku derita,
tetapi aku akan tetap diam dan tidak akan mengatakan suatu pun mengenai hal ini
kepada satu makhluk pun karena aku tahu bahwa tak seorang pun akan menghibur
aku. Engkau adalah segala-galanya bagiku, ya Allah, dan kehendak-Mu yang kudus adalah
makananku. Kini aku hidup dari apa yang akan aku nikmati dalam dunia abadi.
Aku
memiliki hormat yang besar untuk St. Mikael, Malaikat Agung; ia tidak mempunyai
teladan dalam melaksanakan kehendak Allah, tetapi ia memenuhi kehendak Allah
dengan setia.
(668) 15 Juli. Dalam misa kudus,
aku mempersembahkan diri sepenuhnya kepada Bapa surgawi melalui Hati Yesus yang
amat manis; biarlah Ia berbuat terhadapku sebagaimana Ia berkenan. Dari diriku
sendiri, aku bukan apa-apa, dan dalam kepapaanku aku tidak memiliki suatu pun
yang berharga; maka aku membenamkan diriku ke dalam samudra kerahiman-Mu, O
Tuhan.
(669) 16 Juli. Aku sedang
mempelajari dari Yesus, dari Dia yang adalah Sang Kebaikan sendiri, bagaimana
menjadi orang baik sehingga aku dapat disebut putri Bapa surgawi. Hari ini,
ketika sebelum tengah hari seseorang melukai perasaanku, dalam penderitaan itu
aku berusaha menyatukan kehendakku dengan kehendak Allah, dan dengan sikap
diamku aku memuji Allah. Selepas tengah hari, aku pergi menjalankan adorasi lima
menit. Tiba-tiba aku melihat salib yang kupakai di dadaku menjadi hidup. Yesus
berkata kepadaku, “Putri-Ku, penderitaan akan menjadi tanda bagimu bahwa Aku
menyertaimu.” Jiwaku sangat terharu dengan kata-kata ini.
(670) O Yesus, Guruku dan
Pembimbingku, hanya dengan Dikau aku dapat bergaul. Tidak dengan seorang pun
aku dapat berbicara sedemikian mudah seperti dengan Engkau, ya Allah.
(671) Dalam kehidupan rohaniku, aku
akan selalu berpegang pada tangan imam. Mengenai kehidupan jiwaku dan
kebutuhannya, aku akan berbicara hanya dengan bapak pengakuanku.
(672) 4 Agustus 1936. Siksaan batin
selama lebih dari dua jam. Sakratulmaut. ... Tiba-tiba, kehadiran Allah
meliputi aku dan aku merasa seolah-olah aku berada di bawah kekuasaan Allah
yang adil. Keadilan-Nya serasa menusuk aku sampai ke sumsum; secara badani, aku
kehilangan kekuatan dan kesadaran. Saat ini, aku mulai mengenal kekudusan Allah
yang begitu besar dan kepapaanku sedemikian miskin. Suatu siksaan yang berat
menimpa jiwaku; jiwaku merasa bahwa perbuatan-perbuatannya tidak ada yang tanpa
cela. Kemudian, dalam jiwaku, bangkitlah daya pengharapan yang merindukan Allah
dengan segenap kekuatannya. Tetapi, ia melihat betapa memprihatinkan dirinya
dan betapa sia-sia segala sesuatu yang ada di sekelilingnya. Dan berhadapan
muka dengan kekudusan yang sedemikian tinggi, sungguh hina rasanya ....
(673) 13 Agustus. Sepanjang hari
aku disiksa oleh godaan yang mengerikan; hujat memaksakan diri pada bibirku,
dan aku merasakan keengganan terhadap segala sesuatu yang kudus serta ilahi.
Tetapi, sepanjang hari aku berjuang terus. Pada petang hari, pikiranku sangat
tertekan: apa gunanya menceritakan ini kepada bapak pengakuan? Ia akan
menertawakannya. Suatu perasaan enggan dan kecil hati memenuhi jiwaku, dan
jelas bagiku bahwa bagaimana pun juga aku tidak dapat menyambut komuni kudus
dalam keadaan seperti ini. Ketika aku memikirkan untuk tidak menyambut komuni,
rasa sakit yang sangat nyeri mencekam jiwaku sampai aku hampir berteriak
keras-keras di kapel. Tetapi, tiba-tiba aku menyadari bahwa di sana ada para
suster. Maka, aku memutuskan untuk pergi
ke taman dan menyembunyikan diri di sana supaya sekurang-kurangnya aku dapat
menangis keras-keras.
(674) Tiba-tiba, Yesus berdiri di
dekatku dan berkata, “Ke mana engkau akan pergi?” Aku
tidak memberikan jawaban kepada Yesus, tetapi aku mencurahkan segala
kesedihanku di hadapan-Nya, dan godaan setan pun berhenti. Kemudian Yesus
berkata kepadaku, “Damai batin yang engkau miliki adalah rahmat,” dan tiba-tiba
Ia menghilang. Aku merasa bahagia dan hatiku diliputi damai yang luar biasa.
Sungguh, untuk memulihkan damai yang sedemikian besar dalam sesaat - hanya
Yesuslah yang mampu, hanya Dia, Tuhan yang mahatinggi.
(675) 7 Agustus 1936.
Ketika aku menerima karangan
mengenai Kerahiman Ilahi dengan gambar, kehadiran Allah memenuhi hatiku secara
ajaib. Ketika aku membenamkan diri dalam doa syukur, tiba-tiba aku melihat
Tuhan Yesus dalam cahaya yang terang benderang, sama seperti Ia dilukiskan, dan
pada kaki-Nya aku melihat Pastor Andrasz dan Pastor Sopocko. Keduanya memegang
pena di tangan, dan kilau terang dan api, seperti halilintar, keluar dari ujung
pena mereka dan mengenai himpunan besar manusia yang bergegas entah ke mana aku
tidak tahu. Barangsiapa disentuh oleh sinar terang itu serta merta membalikkan
punggungnya pada himpunan itu dan mengulurkan tangannya ke arah Yesus. Sejumlah
berpaling dengan sukacita yang besar, yang lain dengan rasa sakit yang amat
nyeri dan penyesalan. Yesus sedang memandang kedua imam dengan sangat ramah.
Sesaat kemudian, aku tinggal sendirian bersama Yesus, dan aku berkata, “Yesus, ambillah aku sekarang karena
kehendak-Mu sudah digenapi.” Dan Yesus menjawab kepadaku, “Kehendak-Ku
belum digenapi sepenuhnya dalam dirimu; engkau masih akan menderita banyak,
tetapi Aku menyertaimu; jangan takut.”
(676) Aku telah berbicara banyak
dengan Tuhan mengenai Pastor Andrasz dan juga mengenai Pastor Sopocko. AKu tahu
bahwa apa pun yang aku minta dari Tuhan, Ia tidak akan menolakku, dan ia akan
memberikan kepada mereka apa yang aku minta. AKu tahu dan merasakan betapa
besarnya kasih Yesus kepada mereka. AKu tidak menuliskan hal ini secara rinci,
tetapi aku mengetahuinya, dan hal itu membuat aku sangat bahagia.
15 Agustus 1936
(677) Dalam misa yang dipimpin oleh
Pastor Andrasz, sesaat sebelum pengangkatan Hosti dalam Doa Syukur Agung,
kehadiran Allah meliputi jiwaku, yang ditarik ke arah altar. Kemudian, aku
melihat Bunda Allah bersama Bayi Yesus. Bayi Yesus berpegang pada tangan Bunda
kita. Sesaat kemudian, Bayi Yesus lari dengan sukacita ke tengah altar, dan
Bunda Allah berkata kepadaku, “Lihatlah
dengan ketenangan macam apa aku menyerahkan Yesus ke dalam tangannya. Demikian
pula, engkau harus memercayakan jiwamu dan menjadi seperti seorang anak
kepadanya.”
Sesudah
mendengar kata-kata itu, jiwaku dipenuhi dengan kepercayaan yang luar biasa.
Bunda Allah mengenakan pakaian putih, putih yang aneh, transparan; pada bahunya
ia mengenakan mantol biru transparan, birunya mirip langit; dengan kepala tanpa
kerudung [dan] rambut terurai, ia tampak sangat cantik dan elok tak terperi. Ia
memandang Pastor Andrasz dengan amat mesra, tetapi sesaat kemudian, imam
mematahkan Anak yang mungil itu, dan darah segar memancar keluar. Pastor
Andrasz membungkuk ke depan dan menyambut Yesus yang benar-benar hidup itu
dalam dirinya. Apakah ia memakan-Nya? Aku tidak tahu bagaimana itu terjadi.
Yesus, Yesus, aku tidak dapat mengikuti Engkau karena, dalam sekejap, Engkau
menjadi tak terselami olehku.
(678) Inti segala keutamaan adalah
kehendak Allah. Ia yang melakukan kehendak Allah dengan setia, mengamalkan
segala keutamaan. Dalam semua peristiwa dan situasi hidupku, aku menyembah dan
memuji kehendak Allah yang kudus. Kehendak kudus Allah adalah sasaran kasihku.
Dalam lubuk hatiku yang paling tersembunyi, aku hidup menurut kehendak-Nya.
Secara lahiriah, aku bertindak seturut apa yang aku kenal secara batin sebagai
kehendak Allah. Lebih manislah bagiku siksaan, penderitaan, penganiayaan, dan
segala macam kesengsaraan demi kehendak ilahi daripada popularitas, pujian, dan
penghargaan karena kehendakku sendiri.
(679) Selamat malam, Yesusku; bel
sudah memanggil aku untuk tidur. Yesusku, Engkau tahu bahwa aku merana karena
ingin menyelamatkan jiwa-jiwa. Selamat malam, Mempelaiku; aku bersukacita
karena satu hari lebih dekat kepada alam abadi. Dan kalau Engkau mengizinkan
aku bangun besok pagi, Yesus, aku akan memulai suatu madah baru untuk
memuji-Mu.
(680) 13 Juli. Dalam meditasi hari
ini, aku mulai memahami: jangan pernah akan berbicara mengenai pengalaman
batinku sendiri, [tetapi] tidak menyembunyikan suatu pun dari pembimbing
rohaniku; dan secara khusus aku harus minta agar Allah menerangi pembimbing
rohaniku. Aku memberikan nilai yang lebih besar kepada kata-kata bapak
pengakuanku daripada himpunan semua terang yang aku terima secara batin.
(681) Di tengah siksaan yang paling
besar, aku mengarahkan tatapan mata jiwaku kepada Yesus yang tersalib; aku
tidak mengharapkan pertolongan dari manusia, tetapi menaruh harapanku
pertolongan dari manusia, tetapi menaruh harapanku pada Allah. Dalam
kerahiman-Nya yang tak terselami, kutaruh seluruh harapanku.
(682) Semakin nyata aku merasa
bahwa Allah telah mengubah diriku, semakin besar keinginanku untuk membenamkan
diri dalam keheningan. Kasih akan Allah berarti melaksanakan pekerjaannya di
dalam lubuk jiwaku. Aku tahu bahwa perutusan yang dipercayakan Tuhan kepadaku
sedang dimulai.
(683) Pernah, ketika aku sedang
berdoa dengan khusyuk kepada para kudus Yesuit, tiba-tiba aku melihat Malaikat
Pelindungku, yang menuntun aku ke hadapan takhta Allah. Aku melintas di tengah
himpunan besar orang kudus, dan aku mengenal banyak dari mereka, yang aku
ketahui dari gambar mereka. Aku melihat banyak Yesuit yang bertanya kepadaku dari Kongregasi mana aku. Ketika aku
menjawab, mereka bertanya, “Siapa
pembimbing rohanimu?” Aku menjawab bahwa ia adalah Pastor Andrasz. Ketika
aku mau mengatakan lebih lanjut, Malaikat Pelindungku memberiku isyarat supaya
diam, dan aku sampai di hadapan takhta Allah. Aku melihat cahaya yang terang
benderang dan tak terhampiri, dan aku melihat suatu tempat yang ditentukan
bagiku, dekat dengan Allah. Tetapi seperti apa itu aku tidak tahu sebab
ditutupi oleh suatu awan. Tetapi, Malaikat Pelindungku berkata kepadaku, “Disinilah takhtamu karena kesetiaanmu dalam
memenuhi kehendak Allah.”
(684) Jam Kudus. Kamis. Dalam
ibadat ini, Yesus mengizinkan aku masuk ke dalam ruang Senakel, dan aku
menyaksikan apa yang terjadi di sana. Tetapi, aku paling terharu ketika,
sebelum konsekrasi, Yesus menengadah ke surga dan masuk ke dalam percakapan
yang misterius dengan Bapa-Nya. Hanya di alam kekal kita akan sungguh memahami
saat itu. Mata-Nya laksana dua nyala api; wajah-Nya berkilau-kilauan, putih
laksana salju; seluruh sosok-Nya penuh dengan kemuliaan, jiwa-Nya penuh dengan
rindu. Pada saat konsekrasi, kasih-Nya terpuaskan - pengurbanan sudah tuntas.
Kini, tinggallah upacara lahiriah kematian yang akan dilaksanakan - kematian
lahiriah; intinya adalah Senakel. Belum pernah dalam seluruh hidupku aku mengetahui
misteri ini sedemikian mendalam seperti pada saat adorasi itu. Oh, betapa
bernyala-nyala keinginanku agar seluruh dunia mengetahui kerahiman yang tak
terselami ini.
(685) Sesudah Jam Kudus, ketika aku
kembali ke kamarku, tiba-tiba aku menyadari betapa dalamnya Allah dilukai oleh
seorang yang dekat di hatiku. Ketika menyaksikan ini, jiwaku tertusuk rasa
nyeri, dan aku menghempaskan diriku ke lantai di hadapan Tuhan, sambil memohon
kerahiman-Nya. Selama dua jam, dengan bercucuran air mata, dalam doa dan
menyesah diri, aku mencegah dosa itu, dan aku menyadari bahwa kerahiman Allah
telah merangkul jiwa malang itu. Oh, betapa mahal tebusan untuk sebuah dosa!
(686) September. Jumat pertama.
pada petang hari, aku melihat Bunda Allah, dengan dadanya terbuka dan tertembus
sebilah pedang. Ia mencucurkan air mata kepedihan dan melindungi kita terhadap
hukuman Allah yang dahsyat. Allah mau menimpakan hukuman yang mengerikan atas
kita, tetapi Ia tidak dapat melakukannya karena Bunda Allah melindungi kita.
Ketakutan yang dahsyat mencekam jiwaku. Aku terus berdoa tanpa henti bagi
Polandia, bagi Polandiaku yang tercinta, yang sedemikian tidak tahu bersyukur
atas Bunda Allah. Kalau bukan karena Bunda Allah, semua usaha kita akan tidak
banyak manfaatnya. AKu meningkatkan doa-doaku dan pengurbananku untuk Tanah Air
yang tercinta, tetapi aku melihat bahwa aku tampak laksana satu tetes di depan
gelombang kejahatan. Bagaimana mungkin satu tetes dapat menghentikan gelombang?
O ya! Dari dirinya sendiri, satu tetes itu tidak ada artinya apa-apa, tetapi
bersama Engkau, Yesus, aku akan berdiri tegar menghadang segala gelombang
kejahatan dan bahkan seluruh neraka. Kemahakuasaan-Mu nyata dalam melakukan
segala sesuatu.
(687) Pernah, ketika aku melewati
lorong menuju ke dapur, aku mendengar kata-kata ini dalam jiwaku, “Daraskanlah
tanpa henti Koronka yang telah Kuajarkan kepadamu. Barangsiapa mendarasnya akan
menerima kerahiman yang besar pada saat kematiannya. Hendaklah para imam
menganjurkan doa ini kepada para pendosa sebagai harapan terakhir untuk beroleh
keselamatan. Bahkan kalau ada seorang pendosa yang sangat keras hatinya,
asalkan ia mau mendaras Koronka ini satu kali saja, ia akan menerima rahmat
dari kerahiman-Ku yang tak terbatas. Aku ingin agar seluruh dunia mengenal
kerahiman-Ku yang tak terbatas. Aku ingin memberikan rahmat yang tak
terbayangkan kepada jiwa-jiwa yang berharap pada kerahiman-Ku.”
(688) Yesus, Hidup dan Kebenaran,
Guruku, pandulah setiap langkah hidupku, agar aku dapat bertindak selaras
dengan kehendak kudus-Mu.
(689) Sekali peristiwa, aku melihat
takhta Anak Domba Allah dan di depan takhta itu tiga orang kudus: St.
Stanislaus Kostka, St. Andreas Bobola, dan Pangeran Kasimirus, yang sedang
berdoa untuk Polandia. Seketika itu juga aku melihat suatu buku yang besar yang
dipajang di depan takhta, dan buku itu diberikan kepadaku untuk kubaca. Buku
itu ditulis dengan darah. Tetapi, aku tidak dapat membaca suatu pun kecuali
nama Yesus. Kemudian aku mendengar suatu suara yang berkata kepadaku, “Saatmu
belum tiba.” Kemudian buku itu diambil dariku, dan aku mendengar suara
ini, “Engkau
akan memberi kesaksian tentang
kerahiman-Ku yang tak terbatas. Dalam buku ini, tertulis nama jiwa-jiwa yang
telah memuliakan kerahiman-Ku.” Aku dipenuhi dengan sukacita ketika
menyaksikan begitu besarnya kebaikan Allah.
(690) Sekali peristiwa, aku
mengetahui keadaan dua suster biarawati yang dalam hati menggerutu mengenai satu
perintah yang diberikan oleh superior kepada mereka, dan karena alasan ini
Allah telah menangguhkan banyak rahmat khusus dari mereka. Menyaksikan hal itu,
hatiku terasa sakit. Betapa menyedihkan, o Yesus, ketika kami sendiri menjadi
sebab hilangnya rahmat. Barangsiapa memahami hal ini akan selalu setia.
(691) Kamis. Meskipun aku sangat
lelah hari ini, namun aku memutuskan untuk melaksanakan suatu Jam Kudus. Aku
tidak dapat berdoa, juga tidak dapat terus berlutut, tetapi aku tetap berdoa
sepanjang ibadat dan menyatukan diriku dalam roh dengan jiwa-jiwa yang sudah
menyembah Allah secara sempurna. Tetapi, menjelang akhir ibadat, tiba-tiba aku
melihat Yesus, yang memandang aku dengan tajam dan berkata dengan keramahan
yang tak terlukiskan, “Doamu luar biasa menyenangkan Hati-Ku.” Sesudah
mendengar kata-kata ini, suatu kekuatan yang tidak biasa dan sukacita rohani
memasuki jiwaku. Kehadiran Allah terus meliputi jiwaku. Oh, apa yang terjadi
pada jiwa yang berjumpa dengan Tuhan dari muka ke muka, tidak ada pena yang
dapat mengungkapkannya, baik dulu maupun kelak!
(692) O Yesus, aku tahu bahwa
kerahiman-Mu melampaui segala pikiran, dan karena itu aku minta kepada-Mu untuk
membuat hatiku menjadi sedemikian besar sehingga di sana akan ada ruang yang
dibutuhkan oleh semua jiwa untuk hidup berhadapan dengan bumi. O Yesus, kasihku
menjangkau melampaui dunia, kepada jiwa-jiwa yang menderita di Purgatorium, dan
aku ingin memberikan kerahiman kepada mereka melalui doa-doa indulgensi.
Kerahiman Allah itu tak terselami dan tak akan habis, sama seperti Allah
sendiri tak terselami. Bahkan kalaupun aku menggunakan kata-kata yang paling
kuat, untuk mengungkapkan kerahiman Allah ini, semua ini akan tidak ada artinya
apa-apa dibandingkan dengan kenyataannya. O Yesus, jadikanlah hatiku peka
terhadap segala penderitaan sesamaku, entah penderitaan tubuh entah penderitaan
jiwa. O Yesusku, aku tahu bahwa Engkau bertindak terhadap kami sebagaimana kami
bertindak terhadap sesama kami.
Yesusku,
jadikanlah hatiku serupa dengan Hati-Mu yang maharahim! Ya Yesus, tolonglah aku
menjalani seluruh hidup ini sambil berbuat baik kepada siapa saja!
(693) 14 September [1936]. Uskup
Agung dari Vilnius mengunjungi kami. Meskipun ia tinggal bersama kami untuk
waktu yang amat singkat, aku masih mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan
imam yang pantas ini mengenai karya kerahiman. Ia menunjukkan dirinya sangat terbuka
kepada masalah kerahiman ini, “Suster,
hiduplah sungguh-sungguh dalam damai; kalau ini ada dalam rencana-rencana
Penyelenggaraan Ilahi, itu akan terwujud. Sementara ini, hendaknya Suster minta
suatu tanda eksternal yang lebih jelas. Biarlah Tuhan Yesus memberi kepadamu
pengetahuan yang lebih jelas mengenai hal ini. Aku minta untuk menunggu sedikit
lebih lama. Tuhan Yesus akan mengatur situasinya sedemikian rupa sehingga
segala sesuatu akan menjadi baik.”
(694) 19 September [1936]. Ketika
aku meninggalkan [kamar] dokter dan melangkah masuk ke kapel sanatorium untuk
berdoa sejenak, aku mendengar suara ini di dalam jiwaku, “Anak-Ku, tinggal beberapa tetes lagi yang masih ada di dalam pialamu;
tidak akan lama lagi.” Sukacita memenuhi jiwaku; inilah panggilan
pertama dari Mempelai dan Guruku tercinta. Hatiku luluh, dan dalam sekejap
jiwaku tenggelam dalam seluruh samudra kerahiman Allah. AKu merasakan bahwa
misiku sedang dimulai sepenuhnya. Kematian sama sekali tidak akan menghancurkan
apa yang baik. Aku berdoa terutama bagi jiwa-jiwa yang mengalami penderitaan
batin.
(695) Pernah, aku menerima terang
mengenai dua orang suster. Aku tahu bahwa tidaklah mungkin bagi seseorang untuk
bertindak dengan cara yang sama terhadap setiap orang. Ada orang-orang tertentu
yang memiliki cara berteman yang aneh dengan orang-orang lain. Dan kemudian,
sebagai teman dan dengan dalih persahabatan,mereka berusaha mendesak orang
untuk mengatakan sesuatu, kata demi kata. Kemudian, tepat ketika saatnya tiba,
mereka menggunakan kata-kata yang persis sama untuk melukai orang itu. O
Yesusku, betapa anehnya kerapuhan insani! Kasih-Mu, ya Yesus, memberi jiwa ini
kebijaksanaan yang besar dalam pergaulannya dengan sesama.
(696) 24 September 1936.
Muder Superior menyuruh aku
mendaras sepuluh Salam Maria dari rosario sebagai ganti semua latihan yang
lain, dan menyuruh langsung pergi tidur. Begitu membaringkan diri, aku tertidur
karena aku sangat letih. Tetapi, tidak lama kemudian, aku terjaga oleh
penderitaan. Penderitaan itu sedemikian berat sehingga tidak memungkinkan aku
membuat bahkan gerakan yang paling ringan pun; bahkan aku tidak mampu menelan
ludahku. Ini berlangsung kira-kira tiga jam. Aku berpikir untuk membangunkan
suster novis yang tidur sekamar denganku, tetapi kemudian aku berpikir, “Ia tidak dapat memberikan pertolongan apa
pun kepadaku, maka biarlah ia tidur. Kasihan kalau ia harus dibangunkan.” Aku
menyerahkan diriku sepenuhnya kepada kehendak Allah dan aku mengira bahwa hari
kematianku, yang sangat aku rindukan, telah tiba. Ini adalah kesempatan bagiku
untuk menyatukan diriku dengan Yesus, yang menderita di salib. Lebih dari itu,
aku tidak mampu berdoa. Ketika penderitaanku berhenti, aku mulai berkeringat.
Tetapi, aku masih tidak dapat bergerak karena rasa sakit itu muncul kembali
setiap kali aku mencoba bergerak. Pada pagi hari, aku merasa letih sekali
meskipun aku tidak lagi merasakan sakit fisik. Tetapi aku tidak dapat bangun
untuk mengikuti misa. Aku berpikir dalam hati, kalau sesudah penderitaan yang
sedemikian hebat kematian tidak juga datang, betapa beratnya derita kematian!
(697) Yesus, Engkau tahu bahwa aku
mencintai penderitaan dan ingin mereguk piala penderitaan sampai tetes
terakhir; tetapi, naluriku merasakan sedikit rasa ngeri dan ketakutan. Namun,
dengan cepat, harapanku pada kerahiman Allah yang tak terbatas bangkit kembali
dengan seluruh kekuatannya, dan segala sesuatu yang lain harus menyingkir,
seperti kabut sirna diterpa sinar matahari. O Yesus, begitu besarnya kebaikan-Mu!
Kebaikan-Mu yang tak terbatas, yang sangat aku kenal, memampukan aku untuk
menatap kematianku sendiri dengan tegar hati. Aku tahu bahwa tidak suatu pun
akan terjadi padaku tanpa izin Allah. Aku ingin memuliakan kerahiman-Mu yang
tak terbatas itu selama hayatku, pada saat kematianku, dalam kebangkitanku, dan
sepanjang segala abad.
Ya
Yesusku, kekuatanku, damaiku, istirahatku; setiap hari, jiwaku berjemur dalam
sinar kerahiman-Mu. Tidak sesaat pun dalam hidupku di mana aku tidak mengalami
kerahiman-Mu, ya Allah. Dalam seluruh hidupku, tidak suatu pun aku perhitungkan
selain hanya kerahiman-Mu yang tak terbatas. Kerahiman-Mulah benang penuntun
hidupku, ya Tuhan. Jiwaku penuh dengan kerahiman Allah.
(698) Oh, betapa parahnya luka yang
diderita Yesus karena sikap tak tahu terima kasih dari suatu jiwa terpilih!
Bagi kasih-Nya yang tak terlukiskan, penderitaan itu sungguh merupakan suatu
kemartiran. Allah mengasihi kita secara tak terbatas; dan bayangkan, ada
sebutir debu menjijikkan yang mencemoohkan kasih itu! Hatiku meletup dengan
rasa sakit ketika aku menyaksikan sikap tak tahu terima kasih ini.
(699) Sekali peristiwa, aku
mendengar kata-kata ini, “Putri-Ku, katakan kepada dunia tentang
Kerahiman-Ku yang tak terselami. Aku ingin agar Pesta Kerahiman ini menjadi
tempat pengungsian dan pernaungan bagi semua jiwa, khususnya bagi para pendosa
yang malang. Pada hari itu, terbukalah lubuk kerahiman-Ku, dan Aku meluapkan
seluruh samudra rahmat ke atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku.
Jiwa yang mengaku dosa dan menyambut komuni kudus akan menerima pengampunan
penuh atas dosa-dosanya dan akan bebas dari hukuman. Pada hari itu, akan
terbukalah semua pintu bendungan ilahi untuk mengalirkan rahmat. Janganlah ada
jiwa yang takut menghampiri Aku meskipun dosa-dosanya laksana kain yang merah
padam. Kerahiman-Ku begitu besar sehingga sampai kekal tidak ada otak manusia
atau malaikat yang dapat menyelaminya. Segala sesuatu yang ada muncul dari
pangkuan kerahiman-Ku yang paling mesra. Setiap jiwa yang menjalin hubungan
dengan Aku akan merenungkan kasih dan kerahiman-Ku sepanjang segala masa. Pesta
Kerahiman Ilahi berasal dari kedalaman kemesraan-Ku sendiri. Aku ingin supaya
pesta itu dirayakan secara meriah pada hari Minggu pertama sesudah Paskah. Umat
manusia tak mungkin merasa tenteram sebelum berpaling kepada sumber
kerahiman-Ku.”
(700) Pernah, aku sangat letih dan
merasakan sakit yang nyeri. Ketika aku memberitahukannya kepada Muder Superior,
aku menerima jawaban bahwa aku harus membiasakan diri dengan penderitaan. Aku
mendengarkan segala yang dikatakan Muder kepadaku, dan sebentar kemudian aku
keluar. Sebagaimana setiap orang tahu, Muder Superior kami memiliki kasih yang
besar kepada sesama, khususnya kepada suster-suster yang sakit. Tetapi,
sehubungan dengan aku, sangat tidak biasa bahwa Tuhan Yesus mengizinkan dia
tidak memahami aku dan dalam hal ini, mencobai aku dengan sangat berat.
No comments:
Post a Comment