(851) 28 Desember [1936]. Hari ini,
aku telah memulai novena kepada Kerahiman Ilahi. Artinya, aku menempatkan diri
dalam roh di hadapan gambar Kerahiman Ilahi dan mendaras Koronka yang telah
diajarkan Tuhan kepadaku. Pada hari kedua novena, aku melihat gambar Kerahiman
Ilahi, sungguh, tampak hidup, dihiasi dengan votum (kata latin, yaitu suatu benda simbolis, misalnya,
kalung, batu berharga, ... yang biasa digantung dekat gambar atau patung
sebagai ungkapan syukur atau permohonan untuk menerima suatu anugerah surgawi) indah
yang tak terbilang, dan aku melihat himpunan besar manusia datang ke sana, dan
banyak dari mereka dipenuhi dengan kebahagiaan. O Yesus, betapa besarnya
sukacita yang didenyutkan oleh jantungku! Aku melakukan novena dengan ujud
untuk dua orang, yakni Uskup Agung dan Pastor Sopocko. Aku mohon dengan
sungguh-sungguh kepada Tuhan agar mengilhami Uskup Agung untuk mengesahkan
Koronka, yang sedemikian menyenangkan Allah, dan juga gambar Kerahiman Ilahi,
dan agar ia tidak menghalangi atau menunda-nunda karya ini ....
(852) Hari ini tatapan mata Tuhan
tiba-tiba menyambar diriku laksana halilintar. Seketika itu juga, aku dapat
melihat noda-noda yang paling kecil pun di dalam jiwaku, dan mengenal lubuk
kepapaanku. Aku bersujud dan memohon ampun kepada Tuhan, dan dengan penuh
kepercayaan aku membenamkan diriku di dalam kerahiman-Nya yang tak terbatas.
Pengetahuan seperti itu tidak membuat aku tertekan, dan juga tidak menjauhkan
aku dari Tuhan; sebaliknya, pengetahuan itu membangkitkan dalam jiwaku kasih
yang lebih besar dan kepercayaan yang tanpa batas. Penyesalan hatiku terkait
dengan cinta. Cahaya yang luar biasa dari Tuhan ini mendidik jiwaku. O sinar
Allah yang manis, sinarilah aku sampai ke relung batiku yang paling tersembunyi
karena aku ingin mencapai kemurnian hati dan jiwa yang paling tinggi sejauh itu
mungkin.
(853) Pada petang hari, kerinduan
yang membesar menguasai jiwaku. Aku mengambil brosur itu dengan Gambar Yesus
yang Maharahim di dalamnya dan mendekapkannya ke hatiku, dan kata-kata ini
muncul dari jiwaku, “Yesus, Kekasih yang
kekal, bagi-Mu aku hidup, bagi-Mu aku mati, dan aku ingin menjadi satu
dengan-Mu.” Tiba-tiba aku melihat Tuhan dalam keindahan yang tak
terperikan. Ia memandangku dengan ramah dan berkata, “Putri-Ku, Aku pun turun dari
surga karena cinta akan dirimu; bagimu Aku hidup, bagi-Mu aku mati, dan bagimu
Aku menciptakan surga.” Lalu Yesus mendekapkan aku ke Hati-Nya dan
berkata kepadaku, “Tidak lama lagi; tenanglah, Putri-Ku.” Ketika aku sendirian,
jiwaku dikobarkan dengan keinginan untuk menderita sampai saatnya Tuhan akan
berkata, “Cukup.” Dan kalaupun aku
harus hidup selama seribu tahun, dalam terang Allah aku merasakan bahwa waktu
itu hanyalah sekejap. Jiwa-jiwa ... [tulisan tidak diselesaikan].
(854) 29 Desember [1936]. Hari ini,
sesudah komuni kudus, aku mendengar suatu suara di dalam jiwaku, “Putri-Ku,
bersiaplah karena Aku akan datang secara tak terduga.” Yesus, Engkau
tidak mau memberitahukan kepadaku saat yang sangat aku rindukan? “Putri-Ku,
ini demi kebaikanmu sendiri. Engkau akan mengetahuinya, tetapi tidak sekarang;
tetap waspada!” O Yesus, lakukanlah padaku sesuai dengan kehendak-Mu.
Aku tahu Engkau adalah Juru Selamat yang maharahim dan Engkau tidak akan
mengubah sikap-Mu terhadapku pada saat kematianku. Pada saat ini, Engkau
menunjukkan kepadaku begitu banyak kasih yang istimewa, dan sekarang Engkau
rela turun untuk menyatukan diri-Mu denganku. Kalau semua ini sudah merupakan
cara yang sedemikian mesra dan sangat baik, aku mengharapkan agar pada saat
kematianku bahkan lebih dari itu. Engkau, ya Tuhan Allahku, tidak akan berubah.
Engkau selalu sama. Langit dapat berubah, seperti halnya semua yang diciptakan
dapat berubah. Tetapi, Engkau, Tuhan, selalu sama dan akan bertahan sampai
selama-lamanya. Maka datanglah sesuka-Mu dan kapan saja Engkau mau. Bapa
Kerahiman yang tak terbatas, aku, anak-Mu, menantikan dengan rindu
kedatangan-Mu. O Yesus, Engkau bersabda dalam Injil suci, “Atas dasar kata-katamu Aku menghakimi engkau.” Baiklah, Yesus, aku
selalu berbicara tentang kerahiman-Mu yang tak terselami, maka aku percaya
bahwa Engkau akan menghakimi aku sesuai dengan kerahiman-Mu yang tak terhingga.
(855) 30 Desember 1936. Tahun akan
segera berakhir. Aku menggunakan hari ini sebagai hari retret bulanan. Rohku
mengasyikkan diri dalam karunia-karunia yang telah dilimpahkan Allah kepadaku
sepanjang seluruh tahun. Jiwaku gemetar menyaksikan rahmat Allah yang luar
biasa banyaknya. Dari jiwaku melambungkan suatu madah syukur kepada Tuhan.
Selama satu jam penuh, aku tetap hanyut dalam adorasi dan ucapan syukur, sambil
merenungkan, satu demi satu, karunia-karunia yang telah aku terima dari Allah
dan juga merenungkan kekurangan-kekuranganku sendiri. Semua yang terjadi tahun
ini sudah masuk ke dalam lorong kekekalan. Tidak ada suatu pun yang hilang. Aku
senang bahwa tidak ada suatu pun yang hilang.
30 Desember [1936]. Retret Satu
Hari.
(856) Dalam meditasi pagi hari, aku
merasa tidak tertarik dan jijik pada segala barang ciptaan. Segala sesuatu
tampak pudar dalam pandanganku; rohku tidak lagi melekat pada suatu pun. Aku
hanya menginginkan Allah sendiri, tetapi aku tetap harus hidup. Inilah suatu
kemartiran yang tak terlukiskan. Allah memberikan diri-Nya kepada jiwa dengan
cara yang penuh kasih dan menarik jiwa itu ke dalam lubuk ke-Allahan-Nya yang
tidak terbatas, tetapi pada saat yang sama Ia membiarkannya tetap tinggal di
sini, di bumi, hanya untuk satu-satunya tujuan, yakni supaya ia dapat menderita
dan mati karena merindukan Allah. Dan kasih yang kuat ini sedemikian murni
sehingga Allah sendiri menemukan kepuasan di dalamnya; cinta diri tidak dapat
menghampiri karya-karya jiwa itu karena di situ segala sesuatu sungguh dipenuhi
dengan kepahitan dan karena itu serba murni. Hidup memang terus menerus
menderita, menyakitkan dan mengerikan, tetapi sekaligus ia merupakan lubuk
kehidupan sejati dan kebahagiaan serta kekuatan jiwa yang tak terselami; dan
karena itu, [jiwa] mampu melaksanakan perbuatan-perbuatan besar Allah.
(857) Pada petang hari, aku berdoa
beberapa jam, pertama-tama untuk orang tua dan kaum kerabatku, untuk Muder
Jenderal dan untuk seluruh Kongregasi, untuk para siswi, dan untuk tiga imam
yang sangat baik kepadaku. Aku menyusuri panjang dan lebarnya seluruh dunia dan
mensyukuri kerahiman Allah yang tak terhingga karena semua rahmat yang
diberikan kepada manusia, dan aku memohon ampun atas segala tingkah laku mereka
yang telah melukai-Nya.
(858) Dalam Ibadat Sore, aku
melihat Tuhan Yesus, yang memandang dengan manis dan dengan tatapan yang tajam
ke dalam jiwaku. “Putri-Ku, bersabarlah; tidak akan lama lagi.” Tatapan yang
tajam dan kata-kata itu memenuhi jiwaku dengan kekuatan dan daya, keberanian
dan kepercayaan yang luar biasa bahwa aku akan melaksanakan segala sesuatu yang
Ia minta dariku meskipun ada kesulitan yang luar biasa; juga [memenuhi aku
dengan] keyakinan khusus bahwa Tuhan menyertai aku dan bahwa bersama Dia aku
dapat melakukan segala sesuatu. Bagiku, semua kekuatan di bumi dan di neraka
tidak ada artinya sama sekali. Segala sesuatu harus gugur di hadapan kuasa
Nama-Nya. Aku mempercayakan segala sesuatu ke dalam tangan-Nya. O Tuhanku dan
Allahku, o satu-satunya Pemimpin jiwaku, arahkanlah aku menurut
keinginan-keinginan-Mu yang kekal.
(859) Y.M.Y. Krakow, Pradnik, 1
Januari 1937.
Yesus, Engkau Andakalanku ( Yesus
Aku Percaya Kepada-Mu )
Hari ini, tengah malam, aku
mengucapkan selamat tinggal kepada tahun lama 1936, dan menyambut tahun 1937.
Pada jam pertama tahun baru ini, dengan takut dan gemetar aku menghadapi masa
yang baru ini. Yesus yang maharahim, bersama-Mu aku maju ke medan pertempuran
dengan berani dan perkasa. Dalam nama-Mu, aku akan menggenapi segala sesuatu
dan mengalahkan segala sesuatu. Ya Allahku, Sang Kebaikan yang tanpa batas, aku
mohon kepada-Mu, biarlah kerahiman-Mu yang tanpa batas menyertai aku selalu dan
dalam segala hal.
Begitu
memasuki tahun baru, ketakutan akan kehidupan menguasai hatiku, tetapi Yesus
membawa aku keluar dari ketakutan ini dan membuat aku mengetahui betapa
besarnya kemuliaan yang akan dihasilkan oleh karya kerahiman ini kepada-Nya.
(860) Dalam kehidupan ini, ada
waktu-waktu saat jiwa menemukan penghiburan hanya dalam doa yang khusyuk.
Semoga jiwa-jiwa mampu bertahan dalam doa pada saat-saat seperti itu. Ini
sangat penting.
Y.M.Y. Yesus, Engkau Andalanku.
Niat-niat untuk Tahun 1937, tanggal
1, bulan 1.
(861) Latihan kudus: masih tetap
sama, yakni menyatukan diriku dengan Kristus yang maharahim, artinya melakukan
apa yang akan dilakukan oleh Kristus dalam masalah ini dan itu, dan, dalam roh,
merengkuh seluruh dunia, khususnya Rusia dan Spanyol.
Niat-niat Umum:
1. Mematuhi silentium secara ketat
- keheningan batin.
2. Melihat wajah Allah dalam setiap
suster; semua cinta sesama harus mengalir dari motif ini.
3. Melaksanakan kehendak Allah
dengan setia pada setiap saat dalam kehidupanku, dan hidup atas dasar kehendak
Allah.
4. Setia memberikan laporan tentang
segala sesuatu kepada pembimbing rohani dan tidak melaksanakan sesuatu yang
penting tanpa kesepakatan dengan dia. Aku akan berusaha untuk sungguh-sungguh
membeberkan kepadanya lubuk hatiku yang paling rahasia, sambil mengingat bahwa
aku berurusan dengan Allah sendiri, dan karena wakil-Nya hanyalah manusia, maka
aku harus mendoakannya setiap hari supaya ia diberi terang.
5. Dalam pemeriksaan batin petang
hari, aku akan bertanya dalam hati: Bagaimana kalau hari ini Tuhan memanggil
aku?
6. Tidak mencari Allah di tempat
yang jauh, tetapi di dalam lubuk hatiku sendiri untuk tinggal hanya
bersama-Nya.
7. Kalau mengalami penderitaan dan
siksaan, mengungsi ke tabernakel dan tetap diam.
8. Memadukan penderitaan, doa,
pekerjaan, dan mati raga dengan pahala Yesus untuk memohon kerahiman bagi
dunia.
9. Menggunakan saat-saat bebas
meskipun singkat, untuk mendoakan orang-orang yang menghadapi ajal.
10. Dalam hidupku, tidak boleh ada
hari aku tidak menyerahkan kepada Tuhan karya-karya Kongregasi kami. Jangan
pernah memperhatikan apa yang dipikirkan orang lain mengenai dirimu [menurut
pandangan manusia].
11. Jangan menjalin relasi yang
terlalu akrab dengan siapa pun. Milikilah ketegasan yang lembut terhadap
anak-anak perempuan, dan kesabaran yang tanpa batas; hukumlah mereka dengan
keras tetapi dengan hukuman-hukuman sebagai berikut: doa dan berkurban.
Kekuatan yang ada dalam penghampaan diriku demi kebaikan mereka merupakan suatu
[sumber dari] kegelisahan yang tanpa henti bagi mereka dan melembutkan hati
mereka yang keras.
12. Kehadiran Allah merupakan dasar
dari semua pemikiran, perkataan, dan perbuatanku.
13. Mengambil manfaat dari semua
pertolongan rohani. Selalu menempatkan cinta diri pada tempat yang tepat, yakni
pada tempat terakhir. Aku mau melaksanakan latihan-latihan rohaniku seolah-olah
aku melakukan latihan itu untuk terakhir kalinya dalam hidupku, dan dengan cara
seperti itu pula aku mau melaksanakan semua tugasku.
(862) 2 Januari [1937]. Pesta Nama
Yesus. Oh betapa agungnya nama-Mu, Tuhan! Nama-Mu adalah kekuatan jiwaku.
Apabila kekuatanku surut, dan kegelapan menyelimuti jiwaku, Nama-Mu adalah
surga yang sinarnya memberikan terang serta kehangatan; karena pengaruh
Nama-Mu, dan dengan mengambil semaraknya dari Nama-Mu, jiwa menjadi lebih indah
dan cemerlang. Apabila aku mendengar nama Yesus yang amat manis, denyut
jantungku menjadi semakin keras, dan kadang-kadang terjadi, ketika mendengar
Nama Yesus, aku jatuh pingsan. Dengan penuh gairah, rohku bergegas menuju Dia.
(863) Hari ini sangat penting
bagiku. Pada hari ini untuk pertama kalinya aku melakukan kunjungan dalam
kaitan dengan pelukisan Gambar Kerahiman Ilahi. Pada hari itu, Kerahiman Ilahi
menerima penghormatan lahiriah yang istimewa untuk pertama kalinya; memang
kerahiman itu sudah lama dikenal, tetapi kali ini dalam bentuk yang diminta
oleh Tuhan. Pesta nama Yesus yang manis ini mengingatkan aku akan banyak rahmat
yang istimewa.
(864) 3 Januari. Hari ini, Muder
Superior Kongregasi yang mengelola rumah sakit ini mengunjungi aku bersama
salah seorang susternya. Cukup lama, kami berbicara tentang hal-hal rohani. Aku
mengenal dalam dirinya semangat asketis yang besar, dan dengan demikian
percakapan kami menyenangkan Allah.
Hari
ini, seorang gadis datang mengunjungi aku. Aku melihat ia sedang menderita,
bukan dalam raga tetapi dalam jiwanya. Aku meneguhkan hatinya sedapat mungkin,
tetapi kata-kata penghiburanku tidak cukup. Dia adalah seorang yatim piatu yang
miskin dan jiwanya tenggelam dalam kepahitan serta penderitaan. Ia membuka
jiwanya kepadaku dan mengatakan segala sesuatu kepadaku. Aku pahami bahwa dalam
hal ini, kata-kata penghiburan saja tidak akan cukup. Dengan khusyuk, aku
memohon pertolongan Tuhan untuk jiwa ini; aku menyerahkan sukacitaku kepada
Tuhan, dan memohon agar Ia mengambil semua perasaan sukacita dariku lalu
memberikannya kepada anak itu. Dan Tuhan mendengarkan doaku: semua sukacita
diambil dariku; yang tinggal bagiku hanyalah penghiburan bahwa gadis itu sudah
terhibur.
(865) Adorasi. Minggu pertama dalam
bulan. Dalam adorasi aku merasakan dorongan yang sedemikian kuat sampai aku
mengucurkan air mata dan berkata kepada Tuhan, “Yesus, jangan mendesakku, tetapi berikanlah ilham kepada mereka yang
Engkau tahu sedang menghambat karya ini.” Dan aku mendengar kata-kata ini, “Putri-Ku,
tenanglah; tidak akan lama lagi.”
(866) Dalam Ibadat Sore, aku
mendengar kata-kata ini, “Putri-Ku, Aku ingin beristirahat di dalam hatimu
sebab hari ini banyak jiwa telah menghempaskan Aku keluar dari hati mereka.”
Aku telah mengalami penderitaan sampai mau mati rasanya. Aku berusaha menghibur
Tuhan dengan mempersembahkan kepada-Nya kasihku seribu kali lebih. Aku
merasakan, dalam jiwaku, suatu kejijikkan yang luar biasa terhadap dosa.
(867) Hatiku tenggelam dalam
kepahitan yang tanpa akhir sebab aku ingin sekali pergi kepada-Mu, ya Tuhan,
kepada kepenuhan hidupku. O Yesus, betapa kehidupan ini tampak sebagai padang
gurun yang mengerikan bagiku! Di bumi ini, tidak ada makanan, baik bagi hatiku
maupun bagi jiwaku. Aku menderita karena merindukan Engkau, o Tuhan. Engkau
sudah mewariskan kepadaku Hosti Kudus, o Penciptaku dan Allah yang Kekal! Ya
Yesus, aku rindu menjadi satu dengan-Mu. Sudilah mendengarkan keluh kesah
Mempelai-Mu. Oh, betapa beratnya penderitaanku karena aku belum juga mampu
menyatukan diri dengan-Mu. Tetapi, biarlah semua terjadi sesuai dengan
keinginan-Mu.
(868) 5 Januari 1937. Petang ini,
aku melihat seorang imam yang membutuhkan doa karena masalah tertentu. Aku
berdoa dengan khusyuk sebab masalah itu juga sangat menggelisahkan hatiku.
Syukur kepada-Mu, Yesus, atas kebaikan-Mu ini.
(869) O Yesus, tunjukkanlah
kerahiman! Rengkuhlah seluruh dunia dan dekaplah aku ke Hati-Mu ... O Tuhan,
biarlah jiwaku beristirahat dalam samudra kerahiman-Mu yang tak terselami.
(870) 6 Januari 1937. Hari ini,
dalam misa kudus, tanpa kusadari aku terserap ke dalam keagungan Allah yang tak
terbatas. Seluruh kasih Allah yang luar biasa melanda jiwaku. Pada saat yang
khusus ini, aku menjadi sadar betapa Allah telah merendahkan diri demi aku. Ia
adalah Tuhan para tuan - sedangkan aku, siapalah aku, makhluk yang malang ini
sehingga Engkau mau menyatukan diri dengan aku seperti itu? Keajaiban yang
mencekam aku sesudah menerima rahmat istimewa ini berlangsung sangat nyata
sepanjang seluruh hari. Dengan memanfaatkan kemesraan yang boleh aku jalin
dengan Tuhan ini, aku berdoa di hadapan-Nya bagi seluruh dunia. Pada saat
seperti itu, aku merasakan bahwa seluruh dunia bergantung padaku.
(871) Ya Guruku, buatlah hatiku tidak
pernah mengharapkan pertolongan dari siapa pun; sebaliknya, aku akan selalu
berusaha memberikan bantuan, penghiburan, dan segala macam kelegaan kepada
orang-orang lain. Hatiku akan selalu terbuka kepada penderitaan orang lain; dan
aku tidak akan menutup hatiku bagi penderitaan orang lain meskipun karenanya
aku harus dicemooh dan dijuluki “tempat
sampah”, artinya, [karena] setiap orang menumpahkan penderitaannya ke dalam
hatiku. [Untuk itu] aku mengatakan bahwa setiap orang memiliki suatu tempat di
dalam hatiku dan aku sendiri mempunyai suatu tempat dalam Hati Yesus. Ejekan
dalam kaitan dengan hukum kasih tidak akan mengecutkan hatiku. Jiwaku selalu
peka terhadap masalah ini, dan Yesus sendirilah pendorong kasihku terhadap
sesama.
(872) 7 Januari. Dalam Jam Kudus,
Tuhan mengizinkan aku merasa Sengsara-Nya. Aku ikut merasakan pahitnya
penderitaan yang memenuhi jiwa-Nya sampai meluap-luap. Yesus membuatku memahami
betapa suatu jiwa harus setia berdoa meskipun mengalami siksaan, kegersangan,
dan pencobaan-pencobaan; sebab sering kali pelaksanaan rencana-rencana agung
Allah bergantung terutama pada doa semacam itu. Kalau kita tidak bertekun dalam
doa seperti itu, kita menyia-nyiakan apa yang ingin Tuhan lakukan lewat kita
atau dalam diri kita. Biarlah setiap jiwa ingat akan kata-kata ini, “Ketika menderita, Ia berdoa lebih lama.”
Aku selalu memperpanjang doa semacam itu sejauh aku masih kuat dan sejauh
tugasku memungkinkan.
(873) 8 Januari. Pada Jumat pagi,
ketika aku pergi ke kapel untuk menghadiri misa kudus, tiba-tiba aku melihat
suatu semak raksasa di pinggir jalan. Pada semak itu ada seekor kucing yang
mengerikan yang sambil memandang aku dengan marah, menghalangi jalanku ke
kapel. Begitu aku membisikkan nama Yesus, lenyaplah semua itu. Aku
mempersembahkan seluruh hari untuk orang-orang berdosa yang menghadapi ajal.
Dalam misa kudus, secara istimewa aku merasa sangat dekat dengan Tuhan. Sesudah
komuni kudus, dengan penuh kercayaan aku melayangkan tatapan mataku kepada
Tuhan dan berkata kepada-Nya, “Yesus, aku
sangat ingin mengatakan sesuatu kepada-Mu.” Tuhan memandangku dengan penuh
kasih dan berkata, “Apa yang ingin engkau katakan kepada-Ku?”
“Yesus, berkat kuasa kerahiman-Mu yang tak
terselami, aku mohon kepada-Mu agar semua orang yang akan mati pada hari ini
terlepas dari api neraka, juga kalau mereka memiliki dosa-dosa berat. Hari ini
adalah Jumat, hari kenangan akan sakratulmaut-Mu yang pedih di salib; karena
kerahiman-Mu itu tidak terselami, maka para malaikat tidak akan heran mengenai
hal ini.” Yesus mendekap aku ke hati-Nya dan berkata, “Putri-Ku yang terkasih, engkau
telah memahami dengan baik lubuk kerahiman-Ku. Aku akan melaksanakan apa yang
engkau minta, tetapi satukanlah dirimu terus menerus dengan Hati-Ku yang sedang
menjalani sakratulmaut dan lakukanlah penyilihan kepada keadilan-Ku. Ketahuilah
bahwa engkau telah minta kepada-Ku suatu hal yang besar, tetapi Aku tahu bahwa
ini semua dibisikkan oleh kasihmu yang murni kepada-Ku; karena itu, Aku akan
menuruti permintaan-permintaanmu.”
(874) Maria, Perawan yang tak
ternoda, bawalah aku ke bawah perlindunganmu yang istimewa dan jagalah
kemurniaan jiwa, hati, dan tubuhku. Engkaulah model dan bintang pemandu
hidupku.
(875) Hari ini, ketika dikunjungi
oleh suster-suster kami, aku mengalami penderitaan yang berat. Aku mendengar
dari mereka sesuatu yang sangat melukai hatiku, tetapi aku mengendalikan diriku
sehingga para suster tidak mengetahuinya. Selama beberapa waktu, rasa sakit itu
menyayat-nyayat hatiku, tetapi semua itu demi orang-orang berdosa yang malang.
... O Yesus, demi orang-orang berdosa .... Yesus, kekuatanku, tinggallah di
dekatku, tolonglah aku ...
(876) 10 Januari 1937. Hari ini,
aku minta kepada Tuhan agar pada pagi hari memberi aku kekuatan supaya aku
dapat menyambut komuni kudus. Guruku, dengan segenap kerinduan hatiku, aku
mohon kepada-Mu untuk memberi aku, kalau ini selaras dengan kehendak-Mu yang
kudus, suatu penderitaan dan kelemahan yang Kausukai - aku ingin menderita
sepanjang hari dan sepanjang malam - tetapi silakan, aku mohon dengan sangat
kepada-Mu, kuatkanlah aku sejenak ketika aku menyambut komuni kudus. Engkau
mengetahui dengan baik, ya Yesus, bahwa di sini mereka tidak membawa komuni
kudus kepada orang sakit; maka kalau pada saat itu Engkau tidak menguatkan aku
supaya aku dapat pergi ke kapel, bagaimana aku dapat menyambut-Mu dalam Misteri
Kasih? Dan, Engkau tahu betapa hatiku sangat merindukan Engkau. O Mempelaiku
yang manis, apa gunanya segala penalaran ini? Engkau tahu betapa besarnya
kerinduanku pada-Mu, dan Engkau dapat memenuhinya kalau Engkau berkenan.
Pada
pagi berikutnya, aku merasa seolah-olah aku benar-benar sehat; keletihan dan
kelemahan sudah hilang. Tetapi, begitu aku kembali dari kapel, semua
penderitaan dan kelemahan itu serta merta kembali, seolah-olah mereka sudah
menantikanku. Tetapi aku sama sekali tidak takut akan mereka sebab aku telah
menyantap Roti dari Dia Yang Kuat. Dengan tegar, aku memandang segala sesuatu;
bahkan kematian sendiri aku tatap langsung pada matanya.
(877) O Yesus yang tersembunyi
dalam Hosti, Guruku yang manis dan Sahabatku yang setia, betapa bahagianya
jiwaku memiliki seorang Sahabat yang selalu menyertai aku. Aku tidak merasa
sendirian meskipun aku berada dalam pengasingan. Yesus-Ekaristi, kita saling
mengenal - ini sudah cukup bagiku.
(878) 12 Januari 1937. Hari ini,
ketika dokter melakukan pemeriksaan keliling, ia mengunjungi aku; agaknya ia
tidak senang melihat keadaanku. Tentu saja, aku menderita lebih berat, dan suhu
tubuhku naik cukup mencolok. Oleh karena itu, ia memutuskan bahwa aku tidak
boleh turun untuk menyambut komuni kudus sampai suhu tubuhku menjadi normal.
Aku berkata, “Baik,” meskipun rasa
sakit mencekam hatiku; tetapi aku berkata bahwa kalau aku tidak demam aku akan
pergi. Ia setuju. Ketika dokter pergi, aku berkata kepada Tuhan, “Yesus, sekarang terserah kepada-Mu apakah
aku akan pergi atau tidak,” dan aku tidak berpikir mengenai hal itu lagi
meskipun gagasan ini terus mengganggu pikiranku: aku tidak boleh memiliki Yesus
- tidak, itu tidak mungkin - dan tidak hanya satu kali tetapi selama beberapa
hari, sampai suhu badanku turun. Tetapi pada petang hari, aku berkata kepada Tuhan,
“Yesus, kalau komuniku menyenangkan
hati-Mu, dengan rendah hati aku mohon, berilah agar besok pagi suhu tubuhku
normal.”
Pada
pagi hari, ketika aku mengukur suhu tubuhku, aku berpikir dalam hati, “Kalaupun suhu tubuhku satu derajat di atas
normal, aku tidak akan bangun sebab itu akan bertentangan dengan ketaatan.”
Tetapi, ketika aku memperhatikan termometer, tidak ada demam satu derajat pun.
Seketika itu juga aku melompat berdiri dan pergi ke komuni kudus. Ketika dokter
datang dan aku memberitahukan kepadanya bahwa aku tidak memiliki demam satu
derajat pun, dan dengan demikian sudah pergi menyambut komuni kudus, ia sangat
heran. Aku mohon kepadanya untuk tidak mempersulit aku pergi ke komuni kudus
karena hal itu akan menghambat proses penyembuhan. Dokter menjawab, “Demi damai hati nurani dan sekaligus untuk
menghindari kesulitan untuk dirimu sendiri, Suster, marilah kita membuat
kesepakatan berikut: kalau cuaca baik, dan tidak hujan, dan Suster merasa
sehat, maka silakan pergi; tetapi Suster harus menimbang masalah ini sesuai
dengan hati nurani Suster.” Kesepakatan itu membuat aku sangat bahagia
bahwa dokter itu sedemikian bijaksana demi aku. Ya Yesus, aku tahu bahwa aku
telah melakukan apa pun yang diserahkan padaku; kini aku menyerahkan diri
kepada-Mu dan hatiku merasa sangat damai.
(879) Hari ini, aku melihat Pastor
Andrasz sedang merayakan misa kudus. Sebelum pengangkatan Hosti dama Doa Syukur
Agung, aku melihat Bayi Yesus dengan tangan-Nya terentang, dan Ia sangat
berseri-seri; sesaat kemudian, aku tidak melihat apa-apa lagi. Aku berada di
kamarku dan aku terus memanjatkan doa syukur. Tetapi, kemudian, aku berpikir
dalam hati, “Mengapa Bayi Yesus itu
begitu senang? Tidak selalu Ia seceria itu tatkala aku melihat-Nya.”
Kemudian aku mendengar kata-kata ini dalam hatiku, “Aku merasa sangat nyaman tinggal
di dalam hatinya.” Dan, aku sama sekali tidak heran akan hal ini sebab
aku tahu hatinya sangat mencintai Yesus.
(880) Kesatuanku dengan orang yang
menghadapi ajal tetap akrab seperti sebelumnya. Oh, betapa tak terselami
kerahiman Allah sehingga Tuhan mengizinkan aku, berkat doaku yang tidak pantas,
menolong orang yang menghadapi ajal. Aku berusaha berada di samping setiap
orang yang menghadapi ajal kapan saja aku bisa. Andalkanlah Allah karena Ia itu
baik dan tak terselami. Kerahiman-Nya melampaui pemahaman kita.
(881) 14 Januari 1937. Hari ini,
Yesus masuk ke dalam kamarku mengenakan jubah yang berkilau-kilauan dan dihiasi
dengan ikat pinggang keemasan; seluruh sosok-Nya memancarkan sinar kemuliaan
yang cemerlang. Ia berkata, “Putri-Ku, mengapa engkau memberikan peluang
untuk perasaan takut?” Aku menjawab, “Oh, Tuhan, Engkau tahu sebabnya.” Dan Ia berkata, “Mengapa?”
“Karena karya ini menakutkan aku. Engkau
tahu bahwa aku tidak mampu melaksanakannya.” Dan Ia berkata, “Mengapa?”
“Engkau tahu dengan baik bahwa aku tidak
sehat, bahwa aku tidak berpendidikan, bahwa aku tidak punya uang, bahwa aku
adalah jurang kepapaan, bahwa aku takut berhubungan dengan orang. Yesus, yang
kuinginkan hanya Engkau. Engkau dapat membebaskan aku dari semua ini.” Dan
Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, yang engkau katakan itu benar.
Engkau memang sangat papa, dan ini menyenangkan Aku untuk melaksanakan karya
kerahiman ini, justru lewat dirimu yang bukan apa-apa kecuali kepapaan belaka.
Jangan takut; Aku tidak meninggalkan engkau sendirian. Lakukanlah apa saja yang
dapat engkau lakukan dalam masalah ini; Aku akan menggenapi segala sesuatu yang
masih kurang dalam dirimu. Engkau tahu apa yang dapat engkau lakukan sebatas
kekuatanmu; lakukanlah itu.” Tuhan memandang ke relung hatiku dengan
sangat ramah; aku berpikir bahwa aku akan mati karena sukacita di bawah tatapan
mata-Nya. Lalu, Tuhan lenyap. Sukacita, kekuatan, dan keberanian untuk
bertindak memenuhi jiwaku. Tetapi, aku heran bahwa Tuhan tidak mau membebaskan
aku dan bahwa Ia tidak mau mengubah apa pun yang pernah Ia katakan. Dan kendati
semua sukacita ini, tetap saja ada bayangan dukacita. Aku melihat bahwa kasih
dan dukacita selalu bergandeng tangan.
(882) Jarang aku mendapat
penglihatan seperti itu. Lebih sering aku bersatu dengan Tuhan dalam cara yang
lebih mendalam. Indraku serasa tertidur dan meskipun tidak secara kasat mata,
segala sesuatu menjadi lebih jelas dan gamblang bagiku daripada kalau aku
melihatnya dengan mata indrawi. Dalam sekejap, akal budiku memahami lebih
banyak daripada yang ia pahami lewat perenungan dan meditasi selama
bertahun-tahun, baik dalam kaitan dengan hakikat Allah maupun dalam kaitan
dengan kebenaran-kebenaran yang diwahyukan, dan juga dalam kaitan dengan
pengetahuan tentang kepapaanku sendiri.
(883) Tidak ada suatu pun yang
mengacaukan kesatuanku dengan Tuhan, entah itu percakapan dengan orang lain
maupun kesibukan melaksanakan tugas-tugasku; bahkan kalaupun aku harus mengurus
masalah-masalah yang amat penting, ini tidak menggangguku. Rohku tinggal
bersama Allah, dan batinku dipenuhi dengan Allah sehingga aku tidak mencari Dia
di luar diriku sendiri. Ia, Tuhan, menembus jiwaku sama seperti sinar matahari
menembus kaca yang bening. Ketika aku dikandung dalam rahim ibuku, kesatuanku
dengan ibuku tidak seerat kesatuanku dengan Allahku. Di sana, tidak ada
kesadaran; sedangkan di sini, terjadi kepenuhan realitas dan kesadaran akan
kesatuan. Penglihatanku sungguh-sungguh bersifat batin, tetapi semakin aku
memahaminya, semakin kurang mampu aku mengungkapkannya dengan kata-kata.
(884) Oh, betapa indahnya dunia
roh! Dunia ini sedemikian nyata sehingga dibandingkan dengannya, kehidupan
lahiriah menjadi seperti khayalan yang sia-sia dan tidak berdaya.
(885) Yesus, berilah aku kekuatan
dan kebijaksanaan untuk menghadapi padang gurun yang menakutkan ini supaya
hatiku dapat menanggung dengan sabar kerinduanku pada-Mu ini, o Tuhanku! Aku
selalu tinggal di dalam pesona kudus ketika aku merasakan bahwa Engkau
menghampiri aku, Engkau, Tuhan yang bersemayam pada singgahsana yang
menakjubkan; bahwa Engkau turun ke pembuangan yang memprihatinkan dan
mengunjungi pengemis yang papa, yang tidak mempunyai apa-apa selain kepapaan!
Aku tidak tahu bagaimana menjamu Engkau, Pangeranku, tetapi Engkau tahu bahwa
aku mengasihi Engkau dengan setiap detak jantungku. Aku tahu betapa Engkau
merendahkan diri-Mu, tetapi bagaimana pun keagungan-Mu tidak hilang dalam
pandanganku. Aku tahu bahwa Engkau mengasihi aku dengan kasih seorang mempelai
laki-laki, dan itu cukup bagiku. Meskipun kita terpisah oleh jurang yang lebar
karena Engkau adalah Pencipta dan aku adalah ciptaan-Mu, bagaimana pun kasih
sendiri telah menjelaskan kesatuan kita. Tanpa kasih, semuanya tidak dapat
dipahami. Hanya kasih yang memungkinkan untuk memahami kemesraan yang tak
terselami dengan mana Engkau mengunjungi aku. O Yesus, keagungan-Mu membuat aku
gemetar, dan aku akan terus menerus merasa takjub serta takut kalau Engkau
sendiri tidak membuat hatiku merasa damai. Engkau membuat aku mampu bersekutu
dengan Engkau sebelum setiap pendekatan.
(886) 15 Januari 1937. Dukacita
tidak akan hinggap dalam hati yang mengasihi kehendak Allah. Hatiku, yang
merindukan Allah, merasakan betapa malangnya berada di dalam pembuangan. Dengan
berani, aku terus maju - meskipun kakiku menjadi terluka - menuju tanah airku
dan, dalam perjalanan, aku menyegarkan diriku pada kehendak Allah. Inilah
makananku. Tolonglah aku, hai para penghuni tanah air surgawi yang sudah
berbahagia supaya saudarimu ini tidak berhenti di tengah jalan. Meski padang
gurun ini menakutkan, aku berjalan dengan kepada tegak dan mata terarah ke
matahari; maksudnya, ke Hati Yesus yang maharahim.
(887) 19 Januari 1937. Sekarang,
hidupku mengalir dalam kesadaran akan Allah yang menenteramkan hati. Jiwaku
yang hening hidup dalam Dia, dan kehidupan Allah dalam jiwaku merupakan sumber
kebahagiaan di luar lubuk jiwaku tempat Allah tinggal; mengenai hal ini, aku
sungguh sadar. Aku merasakan suatu kebutuhan untuk membagikan diriku dengan
orang lain. Aku telah menemukan mata air kebahagiaan di dalam jiwaku, dan
itulah Allah. O Allahku, aku tahu bahwa segala sesuatu yang ada di sekelilingku
dipenuhi dengan Allah, terutama jiwaku, yang dihiasi dengan rahmat Allah. Sudah
pada saat ini, aku mulai menghayati hidup yang akan kuhayati selama-lamanya di
alam abadi.
(888) Keheningan adalah bicara yang
sedemikian penuh kuasa sehingga mampu mencapai takhta Allah yang hidup. Keheningan
adalah bahasa Allah: meskipun tersembunyi, ia sungguh hidup dan penuh
kuasa.
(889) Ya Yesus, Engkau telah
membuat aku mengenal dan memahami di mana letak kebesaran jiwa: bukan pada
perbuatan yang besar melainkan pada kasih yang besar. Hanya kasih yang sungguh
memiliki arti, dan kasihlah yang membuat semua perbuatan kita menjadi besar.
Meskipun perbuatan kita kecil dan serba biasa, tetapi karena kasih semua itu
menjadi besar dan hebat di hadapan Allah.
(890) Kasih adalah suatu misteri;
ia mengubah segala sesuatu uang disentuhnya menjadi hal-hal yang indah dan
menyenangkan Allah. Kasih Allah membuat jiwa menjadi bebas. Kasih itu ibarat
seorang ratu; ia tidak mengenal paksaan seperti budak; ia memulai segala
sesuatu dengan kebebasan jiwa yang besar sebab kasih yang tinggal di dalam
dirinya mendorong dia untuk bertindak. Segala sesuatu yang ada di sekelilingnya
membuat dia tahu bahwa hanya Allah sendirilah yang layak ia kasihi. Jiwa yang
mengasihi Allah dan tenggelam di dalam Dia menghadapi tugas-tugasnya dengan
keterbukaan yang sama seperti ia menghampiri komuni kudus dan melaksanakan
tugas-tugas yang paling sederhana dengan perhatian yang besar, di bawah tatapan
Allah yang penuh kasih. Ia tidak terganggu kalau sesudah beberapa waktu, sesuatu
kurang berhasil. Ia tetap tenang sebab pada saat bekerja ia telah melakukan apa
yang dapat ia lakukan. Kalau kebetulan terjadi bahwa kehadiran Allah yang
hidup, yang ia nikmati hampir sepanjang waktu, meninggalkan dia, ia berusaha
untuk terus hidup dalam iman. Jiwanya memahami bahwa ada masa-masa istirahat
dan masa-masa pertempuran. Berkat kehendaknya, ia selalu tinggal bersama Allah.
Jiwanya, laksana seorang ksatria, yang sangat terlatih untuk bertempur; dari
jauh ia melihat di mana musuh bersembunyi dan siap menggempur. Ia tahu bahwa ia
tidak sendirian - Allah adalah kekuatannya.
(891) 21 Januari 1937. Hari ini,
sejak pagi-pagi buta, aku telah menyatukan diri secara mengagumkan dengan
Tuhan. Pada petang hari, pastor rumah sakit mengunjungi aku. Sesudah kami
berbicara sejenak, aku merasa rohku mulai membenamkan diri dalam Allah, dan aku
mulai kehilangan semua daya indraku terhadap apa yang terjadi di sekelilingku.
Dengan sungguh-sungguh aku mohon kepada Yesus, “Berilah aku kemampuan untuk berbicara.” Dan, Tuhan memberiku
kemampuan untuk berbicara bebas dengan dia. Tetapi, ada suatu saat di mana aku
tidak dapat memahami apa yang dikatakan oleh imam. Aku mendengar suaranya,
tetapi tidak mungkin bagiku untuk memahami dia, dan aku minta maaf karena tidak
memahami dia meskipun aku dapat mendengar suaranya. Pada saat seperti itu, aku
menerima rahmat persekutuan dengan Allah, tetapi tidak sempurna sebab secara
lahiriah indra bertindak secara tidak sempurna. Pada saat itu, tidak terjadi
pembenaman total dalam Allah; sebaliknya, ketika indra tidak berfungsi, dan
ketika orang tidak melihat atau tidak mendengar sesuatu secara lahiriah, pada
saat itu, seluruh jiwa sepenuhnya terserap di dalam Allah. Ketika rahmat
seperti itu terjadi atas diriku, aku ingin sendirian, dan aku minta kepada
Yesus untuk melindungi aku agar tidak dilihat oleh ciptaan. Aku sungguh sangat
malu di hadapan imam itu; tetapi aku sungguh diyakinkan sebab dalam pengakuan
dosa ini ia mengenal jiwaku meskipun hanya sedikit.
(892) Hari ini, dalam roh, Tuhan
membuat aku mengetahui seluk beluk Biara Kerahiman Ilahi. Di biara ini, aku
melihat suatu roh yang besar, tetapi segala sesuatu tampak papa dan sangat
kekurangan. O Yesusku, Engkau mengizinkan aku hidup dalam roh bersama dengan
jiwa-jiwa ini, tetapi barangkali aku tidak pernah akan menginjakkan kakiku di
sana; tetapi dimuliakanlah nama-Mu, dan semoga apa pun yang Engkau rencanakan
sungguh-sungguh terjadi.
(893) 22 Januari 1937. Hari ini,
Jumat. Jiwaku berada dalam lautan penderitaan. Para pendosa telah mengambil
segala sesuatu dariku. Tetapi, itu tidak masalah; demi keselamatan mereka, aku
telah memberikan segala sesuatu supaya mereka dapat mengetahui bahwa Engkau
adalah baik dan kerahiman-Mu tidak terbatas. Aku akan setia kepada-Mu, baik
pada hari hujan maupun pada hari cerah.
(894) Hari ini, dokter memutuskan
bahwa aku tidak boleh menghadiri misa, selain menyambut komuni kudus. Aku
sangat ingin mengikuti misa, tetapi bapak pengakuanku, mendukung keputusan
dokter, menyuruh aku taat. “Suster,
adalah kehendak Allah bahwa engkau harus menjadi sehat, dan engkau tidak boleh
menjalankan mati raga apa pun. Taatlah, Suster, dan karena ketaatan itu, Allah
akan memberikan ganjaran kepadamu.” Aku merasakan bahwa kata-kata bapak
pengakuan itu adalah kata-kata Yesus. Memang kata-kata itu membuat aku sedih
karena tidak dapat mengikuti misa kudus, di saat Allah telah memberi aku rahmat
untuk melihat Bayi Yesus; tetapi aku menempatkan ketaatan di atas segala yang
lain.
Aku
membenamkan diri dalam doa dan melaksanakan penitensiku. Kemudian, tiba-tiba
aku melihat Tuhan yang berkata kepadaku, “Putriku, ketahuilah bahwa engkau memberikan
kepada-Ku kemuliaan yang lebih besar dengan satu tindakan ketaatan daripada
dengan doa-doa dan mati raga yang panjang.” Oh, betapa baiknya hidup di
bawah ketaatan, hidup di bawah kesadaran akan kenyataan bahwa segala sesuatu
yang aku lakukan menyenangkan Allah!
(895) 23 Januari 1937. Hari ini,
aku merasa tidak suka menulis. Kemudian, aku mendengar suara dalam jiwaku, “Putri-Ku,
engkau tidak hidup untuk dirimu sendiri tetapi untuk jiwa-jiwa; demi
kepentingan mereka, menulislah. Engkau tahu bahwa kehendak-Ku seperti yang
engkau tulis telah sering kali dikuatkan oleh bapak pengakuanmu. Engkau tahu
apa yang menyenangkan Aku, dan kalau engkau mempunyai suatu keragu-raguan
mengenai apa yang Kukatakan, engkau juga tahu kepada siapa engkau harus
bertanya. Aku memberi dia terang untuk memberikan penjelasan mengenai
masalahmu. Mata-Ku selalu melindungi dia. Putri-Ku, terhadapnya engkau harus
menjadi seperti seorang anak, penuh kesederhanaan dan kepolosan. Tempatkanlah
keputusannya di atas semua permintaan-Ku. Ia akan membimbing engkau sesuai
dengan kehendak-Ku. Kalau ia tidak mengizinkan engkau melaksanakan
permintaan-permintaan-Ku, tenanglah; Aku tidak akan menghakimi engkau, tetapi
masalah itu akan diselesaikan antara Aku dan dia. Engkau harus selalu taat.”
(896) 25 Januari 1937. Hari ini,
jiwaku tenggelam dalam kepahitan. O Yesus, o Yesusku, hari ini setiap orang
dapat menambahkan kepahitan ke dalam pialaku. Tidak masalah, apakah mereka itu
sahabat atau musuh, mereka semua dapat menimpakan penderitaan atasku. Dan
Engkau, o Yesus, harus memberiku kekuatan serta kemampuan untuk menghadapi
saat-saat sulit ini. O Hosti kudus, topanglah aku dan meteraikan bibirku jangan
sampai menggerutu dan mengeluh. Apabila aku diam, aku tahu bahwa aku akan
menang.
(897) 27 Januari 1937. Aku
merasakan perkembangan yang mencolok dalam kesehatanku. Yesus merenggut aku
dari gerbang kematian kepada kehidupan sebab aku sudah sedemikian dekat dengan
kematian; tetapi, lihatlah, Tuhan memberi aku kepenuhan hidup. Memang, aku
masih harus tinggal di sanatorium, tetapi aku hampir sepenuhnya sembuh. Aku
melihat bahwa kehendak Allah belum digenapi dalam diriku, dan itulah sebabnya
aku masih harus hidup karena aku tahu bahwa kalau aku menggenapi segala sesuatu
yang telah direncanakan Tuhan bagiku di dunia ini, Ia tidak akan membiarkan aku
di pembuangan lebih lama lagi karena surgalah rumahku. Tetapi sebelum kita
pergi ke tanah air [surgawi], kita harus memenuhi kehendak Allah di bumi;
artinya: pencobaan dan pergulatan harus terlaksana sepenuhnya dalam diri kita.
(898) O Yesusku, Engkau kini
mengembalikan kesehatan dan hidupku; berilah aku juga kekuatan untuk bertempur
karena tanpa Engkau aku tidak mampu melakukan suatu pun. Berilah aku kekuatan
karena hanya Engkau yang dapat melakukan segala sesuatu. Engkau tahu bahwa aku
ini anak yang rapuh, dan apa yang dapat aku lakukan?
Aku
sungguh-sungguh mengetahui kekuatan kerahiman-Mu, dan aku percaya bahwa Engkau
akan memberikan kepadaku segala sesuatu yang dibutuhkan oleh anak-Mu yang lemah
ini.
(899) Aku sungguh-sungguh
mendambakan kematian! Aku tidak tahu apakah dalam hidupku aku pernah mengalami
kerinduan yang sebesar ini akan Allah. Adakalanya aku jatuh pingsan karena
merindukan Dia. Oh, betapa buruknya bumi ini ketika orang sudah mengetahui
surga! Aku harus memaksa diri untuk hidup. O kehendak Allah, engkaulah
makananku.
(900)
Oh, betapa membosankan dan penuh kesalahpahaman hidup ini! Kesabaranku sudah
diuji, dan sesudah itu datang pengalaman. Setiap hari, aku mempelajari dan
memahami banyak hal dan aku sadar bahwa amat sedikitlah yang aku ketahui, dan
aku terus-menerus menemukan kesalahan dalam tingkah lakuku. Lagi, aku tidak
berkecil hati karena hal ini; sebaliknya, aku bersyukur kepada Allah bahwa Ia
berkenan memberikan terang-Nya kepadaku sehingga aku dapat mengenal diriku
sendiri.
No comments:
Post a Comment