Wednesday, October 31, 2018

KEPAPAAN KU BERTEMU DENGAN KERAHIMAN-MU

(1602).....
Di sini, jiwa yang papa bertemu dengan Allah yang maharahim. Katakanlah kepada jiwa-jiwa bahwa dari mata air kerahiman ini jiwa-jiwa hanya dapat menimba rahmat dengan bejana pengharapan. Kalau pengharapan mereka besar, maka kemurahan-Ku tidak ada batasnya. Banjir rahmat akan menggenangi jiwa-jiwa yang rendah hati. Jiwa yang sombong akan selalu tinggal dalam kemiskinan dan kepapaan sebab rahmat-Ku menghindar dari mereka dan mengalir kepada jiwa-jiwa yang rendah hati.”


Here the misery of the soul meets the God of mercy. Tell souls that from this fount of mercy souls draw graces solely with the vessel of trust. If their trust is great, there is no limit to My generosity. The torrents of grace inundate humble souls. The proud remain always in poverty and misery, because My grace turns away from them to humble souls (Diary, 1602).

Tuesday, October 30, 2018

DARAH DAN AIR

(1602) Hari ini Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, setiap kali engkau pergi ke pengakuan dosa, ke mata air kerahiman-Ku, Darah dan Air yang memancar dari Hati-Ku mengalir ke dalam jiwamu dan membuat jiwamu semakin mulia. Setiap kali engkau pergi ke pengakuan dosa, dengan pengharapan yang besar, benamkanlah diri sepenuhnya ke dalam kerahiman-Ku sehingga Aku dapat mencurahkan kelimpahan rahmat-Ku atas jiwamu. Apabila engkau menghampiri kamar pengakuan, ketahuilah bahwa Aku sendiri sedang menantikan engkau di sana. Aku hanya bersembunyi di balik sosok imam, tetapi Aku sendirilah yang bekerja di dalam jiwamu. Di sini, jiwa yang papa bertemu dengan Allah yang maharahim. 


Today the Lord said to me, Daughter, when you go to confession, to this fountain of My mercy, the Blood and Water which came forth from My Heart always flows down upon your soul and ennobles it. Every time you go to confession, immerse yourself entirely in My mercy, with great trust, so that I may pour the bounty of My grace upon your soul. When you approach the confessional, know this, that I Myself am waiting there for you. I am only hidden by the priest, but I Myself act in your soul (Diary, 1602).

Monday, October 29, 2018

PEMULIHAN SUATU JIWA


Meskipun suatu jiwa tampaknya sudah seperti mayat yang membusuk sehingga dari sudut pandang manusia tidak ada [harapan untuk] pemulihan dan segala sesuatu tampaknya sudah musnah, tidaklah demikian dengan Allah. Mukjizat Kerahiman Ilahi sepenuhnya memulihkan jiwa itu. Oh, betapa memprihatinkan mereka yang tidak memanfaatkan mukjizat kerahiman Allah ini! Kalian akan berteriak dengan sia-sia, tetapi semua itu sudah terlambat.”



Were a soul like a decaying corpse so that from a human standpoint, there would be no [hope of] restoration and everything would already be lost, it is not so with God. The miracle of Divine Mercy restores that soul in full. Oh, how miserable are those who do not take advantage of the miracle of God’s mercy! You will call out in vain, but it will be too late (Diary, 1448).

Sunday, October 28, 2018

MUKJIZAT KERAHIMAN ILAHI


(1448) “Tulislah, berbicaralah tentang kerahiman-Ku. Tunjukkanlah kepada jiwa-jiwa di mana mereka harus mencari penghiburan; yakni dalam Sidang Kerahiman (Sakramen Rekonsiliasi). Di sana mukjizat yang terbesar terjadi, [dan] tak henti-hentinya diulangi. Untuk mengalami sendiri mukjizat ini, tidak perlu orang pergi menempuh perjalanan ziarah yang jauh atau melaksanakan sejumlah upacara lahiriah; cukuplah datang ke kaki wakil-Ku dengan penuh iman dan mengungkapkan kepapaannya; maka mukjizat Kerahiman Ilahi pun akan tampak sepenuhnya. "


Write, speak of My mercy. Tell souls where they are to look for solace; that is, in the Tribunal of Mercy [the Sacrament of Reconciliation]. There the greatest miracles take place [and] are incessantly repeated. To avail oneself of this miracle, it is not necessary to go on a great pilgrimage or to carry out some external ceremony; it suffices to come with faith to the feet of My representative and to reveal to him one’s misery, and the miracle of Divine Mercy will be fully demonstrated (Diary, 1448).

Saturday, October 27, 2018

JANGAN ABAIKAN SAKRAMEN REKONSILIASI


(1464) Hari ini, aku merasa jauh lebih sehat. Aku bersukacita bahwa aku akan dapat bermeditasi lebih khusyuk selama Jam Kudus. Kemudian, aku mendengar suara, “Kesehatanmu tidak akan sungguh-sungguh pulih. Jangan mengabaikan Sakramen Rekonsiliasi sebab hal ini tidak menyenangkan hati-Ku. Jangan terlalu memperhatikan gerutu orang-orang di sekelilingmu.” Suara ini mengherankan aku karena hari ini aku merasa lebih sehat, tetapi aku tidak begitu memperhatikannya. Ketika suster mematikan lampu, aku mulai melaksanakan Jam Kudus. Tetapi, sesaat kemudian, terasa olehku bahwa ada yang tidak beres dengan jantungku. Dalam keheningan, aku menderita sampai pukul sebelas. Kemudian, aku merasakan kesehatanku menjadi begitu buruk sehingga aku membangunkan Suster N, yang tinggal sekamar denganku. Ia memberi aku beberapa tetes untuk diminum, yang membuatku sedikit lega sehingga aku dapat berbaring. Kini aku memahami peringatan Tuhan. Aku memutuskan untuk memanggil imam siapa pun, pada hari berikutnya, dan untuk membeberkan rahasia-rahasia jiwaku kepadanya. Tetapi, tidak semua kubeberkan sebab sementara aku berdoa bagi orang-orang berdosa dan mempersembahkan semua penderitaanku bagi mereka, aku mengalami serangan dari pihak setan.



I feel much better today. I was glad I would be able to meditate more during the Holy Hour. Then I heard a voice: You will not be in good health. Do not put off the Sacrament of Penance, because this displeases Me. Pay little attention to the murmurs of those around you. This surprised me, because I am feeling better today, but I gave it no more thought. When the sister switched off the light, I began the Holy Hour. But after a while something went wrong with my heart. I suffered in silence until eleven o’clock, but then I began to feel so bad that I woke up Sister N. [probably Sister Fabiola], who is my roommate, and she gave me some drops, which brought me a little relief so that I could lie down. I now understand the Lord’s warning. I decided to call any priest at all, the next day, and to open the secrets of my soul to him (Diary, 1464).
 

Friday, October 26, 2018

AKIBAT MENGGERUTU (MURMURING)


(1460) “Putri-Ku, ada sesuatu untuk Kukatakan kepadamu.” Aku menjawab, “Berkatalah, ya Yesus, sebab aku haus akan kata-kata-Mu.” “Sangatlah tidak menyenangkan hati-Ku bahwa karena para suster menggerutu, engkau tidak minta agar Pastor Andrasz datang ke kamarmu untuk mendengarkan pengakuan dosamu. Camkanlah bahwa karena hal ini, engkau memberi mereka alasan yang bahkan lebih besar untuk menggerutu.” Dengan amat rendah hati, aku minta ampun kepada Tuhan. O Guruku, tegurlah aku; jangan membiarkan apa pun yang salah padaku, dan jangan biarkan aku sesat.



My daughter, I have something to tell you. I replied, “Speak, Jesus, for I thirst for Your words.” It displeases Me that, because the sisters were murmur- ing, you did not ask to have Father Andrasz hear your confession in your cell. Know that, because of this, you gave them even greater cause for murmuring. Very humbly I begged the Lord’s forgiveness. O my Master, rebuke me; do not overlook my faults, and do not let me err (Diary, 1460).

Thursday, October 25, 2018

JANGAN TAKUT MENGHAMPIRI SAKRAMEN PENGAKUAN


(975) Hari ini aku mendengar kata-kata ini, “Berdoalah bagi jiwa-jiwa agar mereka tidak takut menghampiri Sidang Kerahiman-Ku ( Sakramen Pengakuan Dosa). Jangan jemu-jemu mendoakan orang-orang berdosa. Engkau tahu betapa jiwa-jiwa itu membebani Hati-Ku. Ringankanlah dukacita-Ku yang dahsyat ini; salurkanlah kerahiman-Ku.”



Today I heard these words: Pray for souls that they be not afraid to approach the tribunal of My mercy. Do not grow weary of praying for sinners. You know what a burden their souls are to My Heart. Relieve My deathly sorrow; dispense My mercy (Diary, 975).

Wednesday, October 24, 2018

PENDOSA YANG KERAS HATI AKAN BERTOBAT


(1521) “Putri-Ku, jangan lelah memaklumkan kerahiman-Ku. Dengan cara ini, engkau akan menyegarkan Hati-Ku yang bernyala-nyala dengan api belas kasih bagi orang-orang berdosa. Katakanlah kepada para imam-Ku bahwa orang-orang berdosa yang keras hati akan bertobat pada saat mendengar mereka berbicara mengenai kerahiman-Ku yang tak terbatas, dan tentang kemurahan Hati-Ku terhadap mereka. Kepada para imam yang memaklumkan dan memuliakan kerahiman-Ku, Aku akan memberikan kekuatan yang mengagumkan; Aku akan mengurapi kata-kata mereka dan menyentuh hati orang-orang yang akan mendengarkan perkataan mereka.”



The Lord said to me, My daughter, do not tire of proclaiming My mercy. In this way you will refresh this Heart of Mine, which burns with a flame of pity for sinners. Tell My priests that hardened sinners will repent on hearing their words when they speak about My unfathomable mercy, about the compassion I have for them in My Heart. To priests who proclaim and extol My mercy, I will give wondrous power; I will anoint their words and touch the hearts of those to whom they will speak (Diary, 1521).

Tuesday, October 23, 2018

AJAR CHAPLET KEPADA PENDOSA


(687) “Daraskanlah tanpa henti Koronka yang telah Kuajarkan kepadamu. Barangsiapa mendarasnya akan menerima kerahiman yang besar pada saat kematiannya. Hendaklah para imam menganjurkan doa ini kepada para pendosa sebagai harapan terakhir untuk beroleh keselamatan. Bahkan kalau ada seorang pendosa yang sangat keras hatinya, asalkan ia mau mendaras Koronka ini satu kali saja, ia akan menerima rahmat dari kerahiman-Ku yang tak terbatas. Aku ingin agar seluruh dunia mengenal kerahiman-Ku yang tak terbatas. Aku ingin memberikan rahmat yang tak terbayangkan kepada jiwa-jiwa yang berharap pada kerahiman-Ku.”



I heard these words in my soul: Say unceasingly the chaplet that I have taught you. Whoever will recite it will receive great mercy at the hour of death. Priests will recommend it to sinners as their last hope of salvation. Even if there were a sinner most hardened, if he were to recite this chaplet only once, he would receive grace from My infinite mercy. I desire that the whole world know My infinite mercy. I desire to grant unimaginable graces to those souls who trust in My mercy (Diary, 687).

Monday, October 22, 2018

IMAM HARUS BERKHOTBAH TENTANG KERAHIMAN ALLAH


(50) ”Aku menghendaki agar para imam berkothbah tentang kerahiman-Ku yang besar terhadap jiwa-jiwa orang berdosa. Orang berdosa jangan takut menghampiri Aku. Nyala kerahiman sedang membakar Aku. Aku ingin mencurahkannya atas jiwa-jiwa itu.”



I desire that priests proclaim this great mercy of Mine towards souls of sinners. Let the sinner not be afraid to approach Me. The flames of mercy are burning Me — clamoring to be spent; I want to pour them out upon these souls (Diary, 50).

Sunday, October 21, 2018

HARTA RAHMAT DALAM GEREJA


(1758) “Putri-Ku, renungkanlah kehidupan Allah yang ada dalam Gereja demi keselamatan dan pengudusan jiwamu. Renungkanlah cara engkau menggunakan harta rahmat ini, renungkanlah usaha-usaha yang dilakukan oleh cinta-Ku.”


My daughter, consider the life of God which is found in the Church for the salvation and the sanctification of your soul. Consider the use that you make of these treasures of grace, of these efforts of My love (Diary, 1758).

Saturday, October 20, 2018

ANAK DOMBA ALLAH


(1754) “Camkanlah, Putri-Ku, berkat kaul-kaulmu, hatimu bersatu sedemikian erat dengan Aku. Sebelum menciptakan dunia, Aku sudah mengasihi engkau dengan cinta yang hari ini dialami oleh hatimu, dan sepanjang segala abad cinta-Ku tidak pernah akan berubah.”

Friday, October 19, 2018

MAKANAN HARIAN UNTUK KU


(1753) Petang hari. Yesus memberiku pokok renungan. Mula-mula, hatiku dipenuhi dengan ketakutan dan sukacita. Kemudian aku mendekapkan diriku erat-erat ke Hati-Nya, dan ketakutan itu lenyap; hanya sukacita yang tinggal. Aku merasa sama sekali seperti seorang anak kecil di hadapan Allah, dan Tuhan berkata kepadaku, “Jangan takut akan apa pun. Apa yang dilarang bagi orang-orang lain telah diizinkan bagimu. Rahmat yang tidak diberikan kepada jiwa-jiwa lain untuk dapat dilihat, bahkan dari jarak yang begitu dekat, setiap hari menyegarkan engkau, seperti roti sehari-hari.”

Thursday, October 18, 2018

UTUSLAH ROH KUDUS-MU



(Dairi Santa Faustina: 1709) Hari ini, Tuhan berkata kepadaku, “Engkau akan menjalani retret tiga hari sebelum turunnya Roh Kudus. Aku sendiri akan mengarahkan engkau. Hendaknya engkau tidak mengikuti suatu pun dari peraturan-peraturan yang dituntut oleh retret pada umumnya atau menggunakan suatu buku pun untuk meditasi. Tugasmu adalah mendengarkan suara-Ku dengan penuh perhatian. Untuk bacaan rohani, hendaknya engkau membaca satu bab dari Injil Yohanes.”


Today the Lord said to me, You shall make a three day retreat before the coming of the Holy Spirit. I Myself will direct you. You shall not follow any of the rules required for retreats or use any books for meditation. Your task is to listen attentively to My words. For spiritual reading you shall read one chapter from the Gospel of St. John
(Diary, 1709).

Sunday, September 30, 2018

Jam Kerahiman Ilahi

Dalam penampakan-Nya kepada St Faustina pada bulan Oktober 1937, Tuhan kita menghendaki suatu doa dan meditasi khusus akan Sengsara-Nya setiap jam tiga siang, jam di mana Ia wafat di salib.

“Pada jam tiga, mohonlah belas kasih-Ku, teristimewa bagi para pendosa; dan, meski hanya sesaat saja, benamkanlah dirimu dalam Sengsara-Ku, teristimewa ketika Aku ditinggalkan seorang diri saat meregang nyawa. Inilah jam kerahiman agung…. Pada jam ini Aku tak akan menolak jiwa yang memohon pada-Ku demi Sengsara-Ku (1320).”

“Begitu engkau mendengar jam berdentang pada pukul tiga, benamkanlah dirimu sepenuhnya ke dalam kerahiman-Ku, sembari sujud menyembah dan memuliakannya; mohonlah kemahakuasaan-Nya bagi seluruh dunia, teristimewa bagi orang-orang berdosa yang malang; sebab saat itu belas kasih dibuka lebar bagi setiap jiwa. Pada jam ini engkau dapat memperoleh apa saja yang engkau minta bagi dirimu sendiri dan bagi orang-orang lain; inilah jam kerahiman bagi seluruh dunia - belas kasih menang atas keadilan….”

“Berdoalah Jalan Salib pada jam ini, sejauh hal itu mungkin; jika engkau tak dapat melakukan Jalan Salib, maka setidaknya mampirlah sebentar ke dalam kapel dan bersembah sujudlah di hadapan Sakramen Mahakudus, Hati-Ku yang berlimpah belas kasih; dan jika engkau tak dapat mampir ke kapel, walau hanya sesaat saja benamkanlah dirimu dalam doa di mana pun engkau berada saat itu (1572).”

Dalam Kej 18:16-32, Abraham mohon kepada Allah untuk meringankan persyaratan yang diperlukan agar Allah berbelas kasih kepada penduduk Sodom dan Gomora. Di sini, Kristus Sendiri menawarkan untuk meringankan persyaratan yang diperlukan karena berbagai tuntutan tugas kewajiban kita, dan Ia `mohon' kepada kita agar kita memohon, dengan cara yang paling sederhana sekalipun, belas kasih-Nya, agar Ia dapat mencurahkan belas kasih-Nya atas kita semua.

Mungkin kita tak dapat berdoa Jalan Salib atau bersembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus, tetapi kita semua dapat secara rohani berhenti sejenak, merenungkan Yesus yang sama sekali ditinggalkan seorang diri saat Ia meregang nyawa, dan mendaraskan suatu doa singkat seperti “Yesus, kasihanilah,” atau “Demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasih-Mu kepada kami dan seluruh dunia.”

Renungan akan Sengsara Yesus ini, walau singkat, menghantar kita berhadapan muka dengan muka dengan Salib, dan seperti ditulis Paus Yohanes Paulus II dalam Dives In Misericordia, “Di atas Salib-lah perwujudan cinta yang berbelas kasih mencapai puncaknya.” Tuhan mengundang kita, lanjut Bapa Suci, “untuk `berbelas kasih' pada Putra TunggalNya, Dia yang tersalib.” Dengan demikian, renungan kita akan Sengsara hendaknya menghantar kita pada suatu bentuk kasih yang “bukan hanya merupakan tindakan solidaritas terhadap Putra Manusia yang menderita, melainkan juga semacam tindakan `belas kasih' yang ditunjukkan oleh masing-masing kita kepada Putra Bapa yang Kekal.”     


  DOA JAM KERAHIMAN

Ya Yesus, Engkau telah wafat,
namun sumber kehidupan telah memancar bagi jiwa-jiwa
dan terbukalah lautan kerahiman bagi segenap dunia.
O, Sumber Kehidupan,
kerahiman Ilahi yang tak terselami,
naungilah segenap dunia dan curahkanlah diri-Mu pada kami.

Darah dan Air,
yang telah memancar dari Hati Yesus
sebagai sumber kerahiman bagi kami.
Engkaulah andalanku!


  SERUAN KEPADA KERAHIMAN ILAHI

Setiap seruan dimulai dengan:
`Bapa yang kekal,
kupersembahkan kepada-Mu
Tubuh dan Darah
Jiwa dan Ke-Allah-an
PutraMu yang terkasih,
Tuhan kami Yesus Kristus,
sebagai pemulihan dosa-dosa kami
dan dosa seluruh dunia.'

Hening sejenak, renungkanlah Sengsara Yesus. Kemudian, daraskanlah seruan berikut diakhiri dengan: kasihanilah kami dan seluruh dunia.

1.Demi Yesus yang menetapkan Ekaristi sebagai kenangan akan Sengsara-Nya, ….
2.Demi Yesus yang menderita sakrat maut di Taman Getsemani, ….
3.Demi Yesus yang didera dan dimahkotai duri, ….
4.Demi Yesus yang dijatuhi hukuman mati, ….
5.Demi Yesus yang memanggul salib-Nya, ….
6.Demi Yesus yang jatuh di bawah beban berat salib, ….
7.Demi Yesus yang berjumpa dengan BundaNya yang berduka, ….
8.Demi Yesus yang menerima uluran tangan dalam memanggul salib-Nya, ….
9.Demi Yesus yang menerima belas kasih Veronica, ….
10.Demi Yesus yang menghibur para perempuan, ….
11.Demi Yesus yang ditelanjangi, ….
12.Demi Yesus yang disalibkan, ….
13.Demi Yesus yang wafat di Salib, ….
14.Demi Yesus yang dimakamkan, ….
15.Demi Yesus yang dibangkitkan dari antara orang mati, ….

`Allah yang Kudus,
Kudus dan berkuasa,
Kudus dan kekal,
kasihanilah kami
dan seluruh dunia' (diserukan tiga kali)

Saturday, September 29, 2018

Minggu Kerahiman Ilahi

BukCatatan Harian St Faustina memuat setidak-tidaknya empatbelas bagian di mana Tuhan kita meminta suatu “Pesta Kerahiman Ilahi” ditetapkan secara resmi dalam Gereja.

“Pesta ini muncul dari lubuk kerahiman-Ku yang terdalam, dan diperteguh oleh kedalaman belas kasih-Ku yang paling lemah lembut (420)…. Adalah kehendak-Ku agar pesta ini dirayakan dengan khidmad pada hari Minggu pertama sesudah Paskah.… Aku menghendaki Pesta Kerahiman Ilahi menjadi tempat perlindungan dan tempat bernaung bagi segenap jiwa-jiwa, teristimewa para pendosa yang malang. Pada hari itu, lubuk belas kasih-Ku yang paling lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku (699)”

Tergerak oleh permenungan akan Allah sebagai Bapa yang Maharahim, maka Bapa Suci Yohanes Paulus II menghendaki agar sejak saat ditetapkannya, Minggu Paskah II secara resmi dirayakan sebagai Minggu Kerahiman Ilahi oleh segenap Gereja semesta. Hal ini dimaklumkan beliau pada tanggal 30 April 2000, tepat pada hari kanonisasi St Faustina Kowalska. Lebih lanjut, Paus Yohanes Paulus II memberikan tugas kepada para imam, sebagaimana tercantum dalam Dekrit Penitensiary Apostolik 29 Juni 2002, untuk memberikan penjelasan kepada umat Katolik mengenai Minggu Kerahiman Ilahi ini.   

  PENGHORMATAN LUKISAN KERAHIMAN ILAHI

Lukisan Yesus, Allah yang Maharahim, hendaknya mendapat tempat terhormat yang istimewa pada Pesta Kerahiman Ilahi, sebagai suatu sarana pengingat yang kelihatan atas segala yang telah Yesus lakukan bagi kita melalui Sengsara, Wafat dan Kebangkitan-Nya .… dan juga, sebagai sarana pengingat akan apa yang Ia kehendaki dari kita sebagai balasannya, yaitu percaya penuh kepada-Nya dan berbelas kasih kepada sesama.

“Aku menghendaki lukisan ini diberkati secara khidmad pada hari Minggu pertama sesudah Paskah, dan Aku menghendaki lukisan ini dihormati secara umum agar setiap jiwa dapat tahu mengenainya (341).

  INDULGENSI KHUSUS PADA MINGGU KERAHIMAN ILAHI

Tuhan kita berjanji untuk menganugerahkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman pada Pesta Kerahiman Ilahi, seperti dicatat sebanyak tiga kali dalam Buku Catatan Harian St Faustina; setiap kali dengan cara yang sedikit berbeda:

“Aku akan menganugerahkan pengampunan penuh kepada jiwa-jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus pada Pesta Kerahiman Ilahi (1109).”

“Jiwa yang menghampiri Sumber Hidup pada hari ini akan dianugerahi pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman (300).”

“Jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus akan mendapatkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman (699).”

Sebagai kelanjutan dari dimaklumkannya hari Minggu pertama sesudah Paskah sebagai Minggu Kerahiman Ilahi, Imam Agung di Roma, terdorong semangat yang berkobar untuk menggairahkan semaksimal mungkin praktek Devosi Kerahiman Ilahi dalam diri umat Kristiani dengan harapan mendatangkan buah-buah rohani yang berguna bagi kaum beriman, maka pada tanggal 13 Juni 2002 beliau memaklumkan bahwa Gereja memberikan indulgensi, baik indulgensi penuh maupun sebagian, kepada mereka yang mempraktekkan Devosi Kerahiman Ilahi dengan syarat-syarat seperti yang ditetapkan Gereja.

  RAHMAT-RAHMAT LUAR BIASA

Satu hal tampak jelas: melalui janji di atas, Tuhan kita menekankan nilai tak terhingga Sakramen Tobat dan Komuni Kudus sebagai mukjizat-mukjizat belas kasih-Nya. Tuhan ingin kita menyadari bahwa karena Ekaristi adalah Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an-Nya Sendiri, maka Ekaristi adalah “Sumber Hidup” (300). Ekaristi adalah Yesus, Ia Sendiri, Allah yang Hidup, yang rindu mencurahkan DiriNya sebagai Belas kasih ke dalam hati kita.

Dalam penampakan-penampakan-Nya kepada St Faustina, Tuhan kita menunjukkan dengan jelas apa yang Ia tawarkan kepada kita dalam Komuni Kudus dan betapa amat melukai hati-Nya apabila kita acuh tak acuh terhadap kehadiran-Nya:

“Sukacita-Ku yang besar adalah mempersatukan DiriKu dengan jiwa-jiwa. Apabila Aku datang ke dalam hati manusia dalam Komuni Kudus, tangan-tangan-Ku penuh dengan segala macam rahmat yang ingin Aku limpahkan atas jiwa. Namun, jiwa-jiwa bahkan tak mengindahkan Aku; mereka mengacuhkan DiriKu dan menyibukkan diri dengan hal-hal lain. Oh, betapa sedih Aku sebab jiwa-jiwa tak mengenali Kasih! Mereka memperlakukan-Ku bagaikan suatu benda mati (1385)….”

“Sungguh amat menyakitkan hati-Ku apabila jiwa-jiwa religius menerima Sakramen Cinta Kasih hanya karena kebiasaan belaka, seolah mereka tak mengenali santapan ini. Aku tak mendapati baik iman maupun kasih dalam hati mereka. Aku datang ke dalam jiwa-jiwa demikian dengan keengganan besar. Akan lebih baik seandainya mereka tak menerima Aku (1258)….”

“Betapa menyakitkan Aku bahwa jiwa-jiwa begitu jarang mempersatukan dirinya dengan-Ku dalam Komuni Kudus. Aku menanti jiwa-jiwa, dan mereka acuh tak acuh terhadap-Ku. Aku ingin mencurahkan rahmat-rahmat-Ku atas mereka, tetapi mereka tak hendak menerimanya. Mereka memperlakukan-Ku bagaikan suatu benda mati, padahal Hati-Ku penuh cinta dan belas kasih. Agar engkau dapat memahami setidak-tidaknya sedikit rasa sakit-Ku, bayangkanlah seorang ibu yang paling lembut hati, yang amat mengasihi anak-anaknya, namun anak-anaknya itu menolak kasihnya. Bayangkan betapa pilu hatinya. Tak seorang pun akan mampu menghibur hatinya. Begitulah, gambaran akan kasih-Ku (1447).”

Jadi, janji Tuhan kita akan pengampunan penuh merupakan suatu peringatan sekaligus panggilan. Suatu peringatan bahwa Ia nyata hadir dan nyata hidup dalam Ekaristi, berlimpah kasih bagi kita, menanti kita datang kepada-Nya dengan penuh kepercayaan. Suatu panggilan bagi kita semua untuk dibasuh bersih dalam Kasih-Nya melalui Sakramen Tobat dan Komuni Kudus - tak peduli betapa berat dosa-dosa kita - dan kita memulai hidup baru kembali. Yesus menawarkan kepada kita suatu permulaan yang baru, suatu lembaran yang bersih.

Agar dapat sungguh memahami janji ini, kita perlu melihatnya dalam konteks janji-janji lain yang Tuhan Yesus tawarkan kepada kita dalam Pesta Kerahiman. Ia tidak hanya menawarkan satu rahmat saja, melainkan rahmat-rahmat yang tak terhingga:

“Pada hari itu, lubuk belas kasih-Ku yang paling lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku. Jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus akan mendapatkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman. Pada hari itu seluruh pintu-pintu rahmat Ilahi dari mana rahmat-rahmat mengalir akan dibuka (699).”

Dalam “Penilaian Resmi” Sensor Teologis Kedua atas catatan-catatan St Faustina, kita dapati penjelasan terperinci mengenai limpahan rahmat istimewa ini:

“Agar Pesta Kerahiman Ilahi dapat sungguh menjadi suatu pengungsian bagi segenap jiwa-jiwa, kemurahan hati Yesus yang terdalam dibuka lebar pada hari ini guna mencurahkan ke atas jiwa-jiwa, tanpa menahan-nahan sedikit pun, segala macam dan segala tingkatan rahmat - bahkan yang belum pernah dikenal sekalipun. Kemurahan hati ini merupakan … motivasi untuk memohon kepada Kerahiman Ilahi, dengan kepercayaan penuh serta tanpa batas, segala karunia rahmat yang ingin Tuhan curahkan pada hari Minggu ini….”

Apakah yang harus kita lakukan agar memperoleh rahmat-rahmat yang ingin Tuhan curahkan atas kita? Lagi, “Penilaian Resmi” Sensor Teologis Kedua menyajikan jawabnya:

“Karena kepercayaan penuh merupakan sarana menghampiri Belas Kasih Ilahi, patut kita simpulkan bahwa makna mendalam dari harapan dan janji-janji sehubungan dengan Pesta Kerahiman Ilahi adalah sebagai berikut: Pada hari Pesta-Nya, Yesus ingin menganugerahkan kepada kita semua - teristimewa orang-orang berdosa - suatu limpahan rahmat yang luar biasa. Dan karenanya, pada hari ini Ia menanti kita datang menghampiri Kerahiman-Nya dengan kepercayaan semaksimal mungkin.

  BAGAIMANA MEMPERSIAPKAN DIRI DENGAN PANTAS?

Salah satu cara yang terpenting, tentu saja, dengan menyambut Komuni Kudus pada hari Minggu Kerahiman Ilahi dan menerima Sakramen Tobat yang bahkan dapat dilakukan sebelum Pekan Suci; sepanjang Masa Prapaskah merupakan persiapan untuk menyambut Minggu Kerahiman Ilahi!

Tetapi, kita tidak hanya sekedar dipanggil untuk mohon belas kasih Tuhan dengan penuh kepercayaan, melainkan kita juga dipanggil untuk berbelas kasih kepada sesama. Perkataan Tuhan kita kepada St Faustina mengenai tuntutan untuk berbelas kasih kepada sesama sangat tegas dan jelas:

“Ya, hari Minggu pertama sesudah Paskah adalah Pesta Kerahiman Ilahi, namun demikian haruslah ada perbuatan-perbuatan belas kasih…. Aku menuntut dari kalian perbuatan-perbuatan belas kasih yang timbul karena kasih kepada-Ku. Hendaklah kalian menunjukkan belas kasih kepada sesama di setiap waktu dan di setiap tempat. Janganlah kalian berkecil hati atau berusaha mencari-cari alasan untuk tidak melakukannya” (742).


Novena Kerahiman Ilahi

Pada hari Jumat Agung 1937, Yesus meminta St Faustina mendoakan suatu novena khusus menjelang Pesta Kerahiman Ilahi; novena dimulai pada hari Jumat Agung hingga Sabtu sebelum Minggu Paskah II. Yesus Sendiri yang mendiktekan intensi-intensi novena untuk tiap-tiap hari. Dengan novena ini, St Faustina diminta untuk membawa kepada Hati Yesus Yang Mahakudus sekelompok jiwa-jiwa yang berbeda setiap hari dan membenamkan mereka ke dalam samudera belas kasih-Nya, mohon pada Allah Bapa - dengan mengandalkan jasa-jasa Sengsara Yesus - rahmat-rahmat bagi mereka.

Tidak seperti Novena Koronka, yang dengan jelas Tuhan kehendaki agar setiap orang mendaraskannya, Novena Kerahiman tampaknya diperuntukkan terutama bagi kepentingan pribadi St Faustina. Hal ini dapat dilihat dari perintah Tuhan, di mana Tuhan menyebutkan kata “kamu” dalam bentuk tunggal.

Namun demikian, karena St Faustina diperintahkan untuk menuliskannya, pastilah Tuhan bermaksud agar novena didoakan oleh yang lain juga. Begitu diterbitkan, novena segera menjadi sangat populer; orang banyak mendoakan novena, bukan hanya sebagai persiapan merayakan Minggu Kerahiman Ilahi, melainkan mereka mendoakannya di waktu-waktu lain juga.

Dengan mendoakan Novena kepada Kerahiman Ilahi, kita sungguh menjadikan intensi-intensi Tuhan Yesus sebagai intensi kita sendiri - sungguh suatu perwujudan nyata yang indah dari hak dan kewajiban istimewa Gereja, sebagai Mempelai Kristus, menjadi pendoa di sisi Kristus yang bertahta di atas singgasana belas kasih.

Novena kepada Kerahiman Ilahi dapat dilihat pada booklet “Devosi kepada Kerahiman Ilahi” oleh Stefan Leks; penerbit Kanisius 1993.

Friday, September 28, 2018

Koronka (Chaplet) Kerahiman Ilahi

 


Koronka berasal dari bahasa Polandia, artinya mahkota kecil atau untaian manik-manik indah yang kita hadiahkan kepada orang yang kita kasihi secara istimewa. Pada tahun 1935, St Faustina mendapat suatu penglihatan akan seorang malaikat yang diutus Tuhan untuk melaksanakan murka Allah atas dunia. St Faustina mulai berdoa mohon belas kasihan Tuhan, namun doanya tanpa kuasa di hadapan murka ilahi. Sekonyong-konyong ia melihat Tritunggal Mahakudus dan merasakan kuasa rahmat Yesus melingkupinya. Pada saat yang sama ia mendapati dirinya memohon dengan sangat belas kasih Tuhan dengan kata-kata yang ia dengar dalam batinnya. Sementara ia terus-menerus memanjatkan doa yang diinspirasikan kepadanya, malaikat pelaksana murka ilahi menjadi tak berdaya dan tak kuasa melaksanakan hukuman yang memang sudah sepantasnya. Keesokan harinya, sementara St Faustina memasuki kapel, lagi ia mendengar suara dalam batinnya, Setiap kali engkau masuk ke dalam kapel, ucapkanlah segera doa yang kemarin Ku-ajarkan kepadamu.”

Selanjutnya Yesus mengajarkan Koronka (= Rosario) Kerahiman Ilahi kepada St Faustina:

“Doa ini dimaksudkan sebagai sarana untuk memadamkan murka-Ku. Hendaknya engkau mendaraskannya selama sembilan hari pada rosario biasa dengan cara ini: Pertama-tama hendaknya engkau mengucapkan satu Bapa Kami, satu Salam Maria dan satu Aku Percaya, kemudian,

pada manik-manik “Bapa kami” hendaknya engkau berdoa:

"Bapa yang kekal,
kupersembahkan kepada-Mu
Tubuh dan Darah
Jiwa dan Ke-Allah-an
PutraMu yang terkasih,
Tuhan kami Yesus Kristus,
demi penebusan dosa-dosa kami
dan dosa seluruh dunia."

pada manik-manik “Salam Maria” hendaknya engkau berdoa:

"Demi sengsara Yesus yang pedih,
kasihanilah kami dan seluruh dunia"

Sebagai penutup hendaknya engkau mendaraskan tiga kali doa berikut:

"Allah yang Kudus,
Kudus dan berkuasa,
Kudus dan kekal,
kasihanilah kami
dan seluruh dunia' (474-476).”

Dalam penampakan-penampakan selanjutnya, Yesus menjelaskan bahwa Koronka ini tidak hanya diperuntukkan baginya, melainkan bagi seluruh dunia.

“Doronglah jiwa-jiwa untuk mendaraskan Koronka yang telah Aku berikan kepadamu (1541)…. Barangsiapa mendaraskannya akan menerima rahmat berlimpah di saat ajal (67)…. Apabila koronka ini didaraskan di hadapan seorang yang di ambang ajal, Aku akan berdiri di antara BapaKu dengan dia, bukan sebagai Hakim yang adil, melainkan sebagai Juruselamat yang Penuh Belas Kasih (1541)…. Para imam akan menganjurkannya kepada para pendosa sebagai harapan keselamatan mereka yang terakhir. Bahkan andai ada seorang pendosa yang paling keras hati sekalipun, jika ia mendaraskan koronka ini sekali saja, ia akan menerima rahmat dari belas kasih-Ku yang tak terhingga (687)…. Aku hendak menganugerahkan rahmat-rahmat yang tak terbayangkan kepada jiwa-jiwa yang percaya kepada kerahiman-Ku (687)…. Melalui Koronka ini, engkau akan mendapatkan segala sesuatu, jika yang engkau minta itu sesuai dengan kehendak-Ku (1731).”

Koronka Kerahiman Ilahi adalah doa permohonan yang merupakan kelanjutan dari Kurban Ekaristi, jadi teristimewa tepat jika didaraskan setelah kita ikut ambil bagian dalam Misa Kudus. Koronka dapat didaraskan kapan saja, tetapi Tuhan kita secara khusus mengatakan kepada St Faustina untuk mendaraskannya selama sembilan hari berturut-turut menjelang Pesta Kerahiman Ilahi yang jatuh pada hari Minggu pertama sesudah Paskah (yaitu Minggu Paskah II). “Dengan Novena [Koronka Kerahiman Ilahi], Aku akan menganugerahkan segala rahmat yang mungkin bagi jiwa-jiwa (796).”

Tepat juga mendaraskan Koronka pada “Jam Kerahiman Ilahi” - setiap jam tiga siang, guna mengenangkan wafat Kristus di salib.

Thursday, September 27, 2018

Lukisan Kerahiman Ilahi

Pada tanggal 22 Februari 1931, Tuhan kita menampakkan diri kepada St Faustina dalam suatu penglihatan. Ia melihat Yesus berjubah putih dengan tangan kanan-Nya terangkat untuk menyampaikan berkat, sementara tangan kiri-Nya menunjuk pada hati-Nya, darimana dua sinar besar memancar, satu berwarna merah dan yang lainnya berwarna pucat. St Faustina terpaku menatap Tuhan dalam keheningan, jiwanya diliputi rasa takut sekaligus sukacita yang besar. Yesus berkata kepadanya:

“Buatlah sebuah lukisan menurut gambar yang engkau lihat dengan tulisan di bawahnya: Yesus, Engkau Andalanku…. Aku berjanji, jiwa yang menghormati lukisan ini tak akan binasa. Aku juga menjanjikan kemenangan atas para musuhnya bahkan sejak di bumi ini, dan teristimewa pada saat ajal. Aku Sendiri yang akan membelanya sebagai kemuliaan-Ku (47,48).… Aku menawarkan timba kepada jiwa-jiwa dengan mana hendaknya mereka terus-menerus menimba rahmat-rahmat dari sumber belas kasih. Timba itu adalah lukisan ini dengan tulisan: `Yesus, Engkau Andalanku' (327)…. Aku menghendaki lukisan ini dihormati, pertama-tama di kapelmu, dan lalu di seluruh dunia (17).”

Taat pada permintaan pembimbing rohaninya, St Faustina menanyakan kepada Tuhan makna kedua sinar yang memancar dari hati-Nya. Maka, ia mendengar kata-kata berikut sebagai jawaban:

“Kedua sinar itu melambangkan Darah dan Air. Sinar pucat melambangkan Air yang menguduskan jiwa-jiwa. Sinar merah melambangkan Darah yang adalah hidup jiwa-jiwa. Kedua sinar ini memancar dari kedalaman belas kasih-Ku saat Hati-Ku yang sengsara dibuka oleh sebilah tombak di atas Salib… Berbahagialah jiwa yang tinggal dalam naungannya, sebab tangan keadilan Tuhan tidak akan menimpanya (299).… Dengan sarana lukisan ini, Aku akan menganugerahkan banyak rahmat kepada jiwa-jiwa. Lukisan ini akan menjadi sarana pengingat akan tuntutan-tuntutan belas kasih-Ku, sebab bahkan iman yang terkuat sekalipun tak akan ada gunanya tanpa perbuatan (742).”

Pada tanggal 2 Januari 1934, Sr Faustina untuk pertama kali meminta Tn. Kazimierowski melukis gambar Yesus Yang Maharahim.
Pada bulan Juni 1934 lukisan selesai dibuat, tetapi Faustina menangis kecewa karena lukisan tidak seindah penampakan yang disaksikannya. Kepada Yesus ia mengeluh, “Siapakah kiranya yang akan dapat melukis Engkau seagung Engkau sendiri?” Sebagai jawab, ia mendengar kata-kata berikut:

“Keagungan lukisan ini bukan terletak pada indahnya warna ataupun goresan kuas, melainkan dalam rahmat-Ku (313).”   

Oleh karenanya, walau sekarang ini ada banyak versi lukisan “Yesus, Engkau Andalanku,” kita dapat senantiasa yakin bahwa tak peduli lukisan versi mana yang kita pilih, lukisan tersebut merupakan sarana rahmat Tuhan jika kita menghormatinya dengan penuh kepercayaan akan kerahiman-Nya.