Monday, April 6, 2020

Instruksi2 Pribadi dan Pentahbisan

Yesus menyampaikan instruksi-instruksi pribadi kepada para rasul-Nya; Ia mengatakan kepada mereka bagaimana mereka harus melestarikan Sakramen Mahakudus sebagai kenangan akan Dia, bahkan hingga akhir jaman; Ia mengajarkan kepada mereka tatacara yang diperlukan untuk mengadakan serta membagikannya, dan bagaimana mereka, menurut tingkatan masing-masing, mengajar serta mewartakan misteri ini. Akhirnya Ia mengatakan kepada mereka bilamana mereka akan menerima sisa roti dan anggur yang telah dikonsekrasikan, bilamana memberikannya kepada Santa Perawan dan bagaimana mereka sendiri mengkonsekrasikannya, setelah Ia mengutus Roh Penghibur kepada mereka. Ia kemudian berbicara mengenai imamat, pengurapan, dan persiapan Krisma dan Minyak Suci.* Ada pada-Nya tiga kotak, dua di antaranya berisi campuran minyak dan balsam. Ia mengajarkan kepada mereka bagaimana membuat campuran ini, bagian-bagian tubuh mana saja yang perlu diurapi dengan minyak, dan dalam keadaan-keadaan apa saja. Aku ingat, di antara hal-hal lainnya, Yesus menyebutkan keadaan di mana Ekaristi Kudus tidak dapat diberikan; mungkin apa yang Ia katakan ada hubungannya dengan Sakramen Terakhir, sebab ingatanku akan hal ini tidak begitu jelas. Ia berbicara mengenai macam-macam pengurapan, teristimewa pengurapan raja-raja, dan Ia mengatakan bahwa sekalipun yang diurapi adalah raja-raja yang jahat, mereka beroleh daya kuasa khusus darinya. Ia menempatkan balsam dan minyak ke dalam kotak kosong, dan mencampur keduanya; tetapi tak dapat aku katakan secara pasti apakah hal ini dilakukan pada saat itu, atau pada saat konskerasi roti Ia memberkati minyak.

* Bukannya tanpa rasa terkejut bahwa editor, beberapa tahun setelah hal-hal ini dikisahkan oleh Sr Emmerick, membaca dalam Katekese Romawi edisi Latin (Mayence, Muller) mengenai Sakramen Krisma, bahwa menurut tradisi Paus Fabianus yang kudus, Yesus mengajarkan kepada para rasul-Nya cara bagaimana mereka harus mempersiapkan Krisma Kudus, setelah penetapan Sakramen Mahakudus. Dengan jelas Bapa Suci mengatakan, dalam paragraf ke-54 dari Epistula Kedua kepada Para Uskup Timur, “Para pendahulu kita menerima dari para rasul dan menyampaikan kepada kita bahwa Juruselamat kita Yesus Kristus, setelah mengadakan Perjamuan Malam Terakhir dengan para rasul-Nya serta membasuh kaki mereka, mengajarkan kepada mereka bagaimana mempersiapkan Krisma Kudus.”

Kemudian, aku melihat Yesus mengurapi Petrus dan Yohanes, yang tangan-tangannya telah Ia tuangi air yang mengalir dari tangan-Nya Sendiri, dan kepada siapa Ia memberi mereka minum langsung dari piala. Lalu, Yesus menumpangkan kedua tangan-Nya ke atas pundak dan kepala mereka, sementara mereka, bergandengan tangan dan saling menyilangkan ibu jari mereka, membungkuk dalam dengan sangat hormat di hadapan-Nya - aku tidak yakin apakah mereka bahkan tidak berlutut. Ia mengurapi ibujari dan jari telunjuk masing-masing tangan mereka, dan menandai dahi mereka dengan Krisma. Ia juga mengatakan bahwa urapan ini akan tetap ada pada mereka hingga akhir jaman.

Yakobus Muda, Andreas, Yakobus Tua dan Bartolomeus juga ditahbiskan. Aku juga melihat bahwa di dada Petrus, Yesus menyilangkan semacam stola yang dikenakan sekeliling leher, sementara pada rasul yang lain Yesus hanya menyilangkannya, dari bahu kanan ke sisi kiri. Aku tidak tahu apakah ini dilakukan pada saat penetapan Sakramen Mahakudus atau hanya untuk pengurapan.

Aku mengerti bahwa Yesus menyampaikan kepada mereka melalui pengurapan ini, sesuatu yang penting dan adikodrati, di luar kuasaku untuk menjelaskannya. Ia mengatakan kepada mereka bahwa apabila mereka telah menerima Roh Kudus, mereka yang akan mengkonsekrasikan roti dan anggur, serta mengurapi para rasul lainnya. Diperlihatkan kepadaku sesudahnya bahwa pada hari Pentakosta, Petrus dan Yohanes menumpangkan tangan mereka atas para rasul yang lain, dan seminggu sesudahnya atas beberapa murid. Setelah Kebangkitan Yesus, Yohanes memberikan Sakramen Mahakudus untuk pertama kalinya kepada Santa Perawan. Peristiwa ini diperingati sebagai suatu perayaan di kalangan para rasul. Suatu perayaan yang tak lagi dilestarikan dalam Gereja di bumi, namun aku melihatnya dirayakan dalam Gereja jaya. Pada hari-hari pertama setelah Pentakosta, aku melihat hanya Petrus dan Yohanes yang mengkonsekrasikan Ekaristi Kudus, tetapi sesudah itu yang lain juga melakukannya.

Selanjutnya Yesus memberkati api dalam sebuah bejana kuningan; perhatian khusus diberikan agar api jangan sampai padam. Lalu, api diletakkan dekat tempat di mana Sakramen Mahakudus disimpan, dalam suatu bagian dari perapian Paskah kuno. Mereka senantiasa mengambil dari sana apabila api diperlukan untuk kepentingan-kepentingan rohani.

Segala sesuatu yang dilakukan Yesus dalam peristiwa ini dilakukan secara pribadi, dan diajarkan pula secara pribadi. Gereja senantiasa melestarikan segala yang perlu dari instruksi-instruksi rahasia ini, dan, di bawah bimbingan Roh Kudus, mengembangkan serta menyesuaikannya menurut kebutuhan Gereja.

Apakah Petrus dan Yohanes keduanya ditahbiskan sebagai Uskup, atau Petrus seorang sebagai uskup dan Yohanes sebagai imam, ataupun jabatan dari keempat rasul lainnya, aku tak dapat berpura-pura mengetahuinya. Tetapi dari cara Yesus mengenakan stola secara berbeda-beda kepada mereka, tampaknya menunjukkan tingkatan-tingkatan tahbisan yang berbeda.

Ketika upacara-upacara kudus ini selesai, piala (dekat Krisma yang telah diberkati) dibungkus kembali dan Sakramen Mahakudus dibawa oleh Petrus dan Yohanes ke bagian belakang ruangan, yang dipisahkan oleh sebuah tirai, dan sejak saat itu menjadi sanctuarium. Tempat di mana Sakramen Mahakudus disimpan, tak jauh di atas perapian Paskah. Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus merawat sanctuarium ini dan juga ruang perjamuan apabila para rasul tidak di sana.

Lagi, Yesus menyampaikan pengajaran kepada para rasul-Nya untuk jangka waktu yang sangat lama, dan juga Ia berdoa beberapa kali. Kerapkali tampak Yesus berbicara dengan Bapa SurgawiNya dan dirasuki semangat dan kasih yang meluap. Para rasul juga dipenuhi sukacita dan semangat yang berkobar; mereka menanyakan kepada-Nya berbagai macam pertanyaan yang dengan segera dijawab-Nya. Pastilah Kitab Suci mencatat banyak dari pengajaran dan percakapan terakhir ini. Yesus mengatakan kepada Petrus dan Yohanes hal-hal yang berbeda guna di kemudian hari disampaikan kepada para rasul yang lain, yang pada saatnya akan menyampaikannya kepada para murid dan para perempuan kudus, sesuai kapasitas pengetahuan mereka masing-masing. Ia berbicara secara pribadi kepada Yohanes, yang dikatakan-Nya bahwa masa hidupnya akan lebih panjang dari yang lain. Ia juga berbicara kepadanya mengenai ketujuh Gereja, mahkota-mahkota dan malaikat-malaikat, dan menerangkan kepadanya makna dari figur-figur misterius tertentu, yang melambangkan, menurut keyakinanku, masa-masa yang berbeda. Para rasul yang lain agak sedikit iri akan percakapan rahasia ini yang disampaikan kepada Yohanes.

Yesus berbicara juga mengenai sang pengkhianat. “Sekarang ia sedang melakukan ini atau itu,” kata-Nya, dan aku, sesungguhnya, melihat Yudas sedang melakukan hal-hal tepat seperti yang dikatakan-Nya tentang dia. Sementara Petrus mengajukan protes dengan berapi-api bahwa ia akan senantiasa setia, Tuhan kita berkata kepadanya, “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.”

Lagi, Tuhan kita mengatakan bahwa ke mana Ia pergi, mereka tak dapat mengikuti-Nya, tetapi Petrus berseru, “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!” Yesus menjawab, “Amin. Amin. Aku berkata kepadamu, Petrus, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”

Yesus, ketika memberitahukan kepada para rasul-Nya bahwa masa-masa pencobaan telah menanti mereka, mengatakan, “Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?” Mereka menjawab, “Suatupun tidak.” “Tetapi sekarang ini,” lanjut-Nya, “siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang. Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: IA AKAN TERHITUNG DI ANTARA PEMBERONTAK-PEMBERONTAK. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi.” Para rasul hanya memahami perkataan-Nya dalam arti harafiah; Petrus menunjukkan kepada-Nya dua buah pedang, yang pendek dan tebal, serupa belati. Yesus mengatakan, “Sudah cukup: marilah sekarang kita pergi.” Kemudian mereka menyanyikan madah syukur, meminggirkan meja, dan pergi ke ruang depan.

Di sana, Yesus berjumpa dengan BundaNya, Maria Kleopas, dan Magdalena, yang dengan sangat mohon kepada-Nya untuk tidak pergi ke Bukit Zaitun, sebab telah tersiar kabar bahwa para musuh-Nya sedang mencari kesempatan untuk membunuh Dia. Tetapi Yesus menghibur mereka dengan beberapa patah kata, lalu bergegas pergi - saat itu sekitar pukul sembilan malam. Mereka menyusuri jalan dengan mana Petrus dan Yohanes datang ke ruang perjamuan, dan melangkahkan kaki menuju Bukit Zaitun.

Aku senantiasa melihat Paskah dan penetapan Sakramen Mahakudus berlangsung sesuai urutan di atas. Setiap saat, perasaanku begitu meluap-luap dan emosiku berkobar-kobar, hingga aku tak dapat memberikan banyak perhatian pada segala detail, tetapi sekarang aku melihatnya dengan lebih jelas. Tak ada kata yang dapat mengungkapkan betapa menyakitkan dan betapa meremukkan hati menyaksikan lubuk-lubuk hati yang tersembunyi, kasih dan kesetiaan Juruselamat kita, sementara pada saat yang sama mengetahui segala yang akan menimpa Diri-Nya. Bagaimana mungkin mengamati segala yang lahiriah belaka! Hati dipenuhi kekaguman, ucapan syukur dan kasih yang berlimpah - kebutaan manusia tampaknya sungguh tak dapat dimengerti sama sekali - dan jiwa sarat dengan dukacita karena pemikiran atas rasa tidak tahu terima kasih seluruh dunia, dan atas dosa-dosanya sendiri!

Perjamuan anak domba Paskah dilakukan Yesus dengan bergegas, dan sepenuhnya sesuai dengan segala ketetapan yang berlaku. Sementara kaum Farisi biasa mengulur waktu dan menambahkan upacara-upacara takhyul.

sumber : “The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

No comments:

Post a Comment