Monday, April 6, 2020

Yudas dan Komplotannya


Yudas tidak menyangka bahwa pengkhianatannya akan berakibat begitu fatal. Ia sangat menginginkan upah yang dijanjikan dan berharap menyenangkan kaum Farisi dengan menyerahkan Yesus ke dalam tangan mereka. Tetapi ia tidak pernah memperhitungkan bahwa masalahnya akan menjadi sedemikian jauh, ataupun memikirkan bahwa para musuh Guru-nya akan mengajukan-Nya ke pengadilan dan menyalibkan-Nya. Pikirannya dikuasai oleh ketamakan semata. Beberapa dari kaum Farisi dan kaum Saduki yang cerdik, dengan siapa ia telah membina hubungan, terus-menerus mendesak dengan bujuk rayu agar ia mengkhianati Guru-nya. Yudas telah muak menjalani hidup sebagai rasul: berkeliling, penat, letih dan dianiaya. Selama beberapa bulan terakhir ia terus-menerus mencuri dari derma yang dipercayakan dalam tanggung-jawabnya. Kerakusannya, kedongkolan hatinya atas biaya besar yang diboroskan oleh Magdalena saat ia menuangkan minyak narwastu yang mahal ke atas kaki Tuhan kita, telah mendorongnya untuk melakukan kejahatan terbesar. Ia senantiasa berharap bahwa Yesus akan membangun suatu kerajaan duniawi, dan menganugerahkan kepadanya kedudukan yang gemilang serta menguntungkan dalam kerajaan-Nya itu. Karena kecewa, ia memutar otak agar dapat mengumpulkan kekayaan. Ia melihat bahwa penderitaan dan penganiayaan terhadap Kristus dan para pengikut-Nya semakin meningkat. Ia berusaha menjalin persahabatan dengan para musuh Juruselamat kita, mereka yang berkuasa, sebelum masa bahaya tiba. Sebab ia melihat bahwa Yesus tidak akan menjadi raja, sebaliknya Ia memiliki martabat dan kuasa sejati sebagai Imam Agung. Dan mereka semua yang ikut dalam pelayanan-Nya, memberikan kesan yang kuat dalam benaknya.

Dalam suatu tingkat tertentu, Yudas mulai masuk ke dalam persahabatan erat dengan utusan-utusan mereka, yang terus-menerus merayu serta meyakinkannya dengan argumentasi yang kuat, bahwa bagaimanapun juga, pekerjaan Guru Ilahi kita harus segera diakhiri. Yudas semakin antusias mendengarkan saran-saran tindak kejahatan yang dibisikkan hatinya yang culas. Ia tidak melakukan apapun selama beberapa hari terakhir, selain dari mondar-mandir guna membujuk imam-imam kepala menyetujui perjanjian. Tetapi, mereka tak hendak bertindak segera dan memandang sebelah mata padanya. Mereka mengatakan bahwa tak cukup waktu untuk bertindak sebelum hari raya, dan bahwa akan terjadi pergolakan di antara rakyat. Hanya kaum Sanhedrin saja yang menaruh perhatian pada usulnya. Setelah Yudas menyambut Sakramen Mahakudus dengan sakrilegi, setan menguasai dia sepenuhnya. Seketika itu juga ia pergi untuk melaksanakan niat jahatnya. Pertama-tama, ia mencari orang-orang yang hingga tahap ini telah membujuknya dan mengadakan permufakatan dengannya, mereka yang masih menerimanya dalam persahabatan semu. Beberapa yang lain ikut bergabung dalam komplotan, termasuk Hanas dan Kayafas. Tetapi keduanya memperlakukan Yudas dengan sikap sangat angkuh dan menghina. Segenap musuh Kristus ini sama sekali ragu-ragu dan jauh dari perasaan yakin akan keberhasilan persekongkolan mereka, sebab mereka tidak mempercayai Yudas.

Aku melihat kerajaan neraka terpecah-belah dalam dirinya. Setan menghendaki kejahatan bangsa Yahudi dan haus akan kematian Yesus, Pentobat jiwa-jiwa, Guru yang Kudus, Orang Benar, yang amat menyebalkannya. Tetapi, pada saat yang sama, ia merasakan ketakutan batin yang luar biasa atas kematian Kurban yang tak berdosa, yang tidak akan menyembunyikan diri dari para penganiaya-Nya. Aku melihat setan, di satu pihak membangkitkan kebencian dan murka dalam diri para musuh Yesus, sementara di lain pihak, ia menyebar hasut pada beberapa di antara mereka bahwa Yudas adalah seorang yang jahat, dengan karakter tercela, dan bahwa hukuman mati tak dapat dijatuhkan sebelum perayaan, atau hingga terkumpulnya jumlah saksi yang cukup untuk melawan Yesus.

Setiap orang mengajukan usul yang berbeda-beda. Beberapa menanyai Yudas dengan pertanyaan ini: “Apakah kita akan dapat menangkap-Nya? Adakah orang-orang bersenjata bersama-Nya?” Dan sang pengkhianat menjawab: “Tidak, Ia seorang diri bersama kesebelas rasul. Ia sedang amat berduka, dan kesebelas rasul adalah orang-orang yang penakut.” Yudas mengatakan kepada mereka bahwa sekaranglah saatnya, atau tidak akan pernah sama sekali mereka menangkap Yesus. Bahwa di waktu mendatang, ia mungkin tidak lagi memiliki kuasa untuk menyerahkan Kristus ke dalam tangan mereka. Dan bahwa barangkali ia tidak akan pernah kembali kepada-Nya, sebab beberapa hari ini sangat jelas para murid yang lain dan Yesus Sendiri mulai menaruh curiga dan pastilah mereka akan membunuhnya jika ia kembali kepada mereka. Begitu juga, ia mengatakan kepada mereka bahwa apabila mereka tidak segera menangkap Yesus, Ia akan meloloskan diri, dan kembali dengan bala tentara dari para pengikut-Nya, dan mengangkat diri sebagai raja. Ancaman-ancaman Yudas ini cukup berhasil. Usulnya disetujui dan ia menerima upah pengkhianatannya - tigapuluh keping uang perak. Kepingan-kepingan uang ini berbentuk persegiempat, dengan lubang-lubang di sisi-sisinya, diikat menjadi satu menggunakan cincin-cincin dalam suatu ikatan serupa rantai; sungguh mengesankan.

Yudas sadar betul bahwa mereka meremehkan dan tidak percaya padanya. Tutur kata dan bahasa tubuh mereka mengungkapkan isi hati mereka yang sebenarnya. Harga dirinya mengatakan agar ia mengembalikan uang yang diterimanya, sebagai persembahan bagi Bait Allah, guna meyakinkan mereka bahwa tujuannya adalah adil dan benar tanpa pamrih. Tetapi mereka menolak usulnya, sebab harga darah tak dapat dipersembahkan di Bait Allah. Yudas melihat betapa mereka telah menghina dia begitu rupa dan amarahnya pun semakin menjadi-jadi. Ia tidak mengira akan menuai buah-buah pahit dari pengkhianatannya bahkan sebelum pengkhianatan itu terlaksana. Tetapi ia telah melangkah demikian jauh dengan orang-orang ini hingga ia ada dalam kuasa mereka, tak mungkin lagi melepaskan diri. Mereka mengawasinya dengan seksama, dan tidak mengijinkannya pergi dari hadapan mereka, sebelum ia menunjukkan secara jelas langkah-langkah apa yang harus dilakukan guna menangkap Yesus. Tiga orang Farisi menyertainya ketika ia pergi ke ruangan di mana para prajurit Bait Allah berkumpul (hanya beberapa di antara mereka orang Yahudi, sementara lainnya berasal dari berbagai bangsa). Ketika segala sesuatu telah ditetapkan, dan jumlah prajurit yang diperlukan terpenuhi, Yudas bergegas, pertama-tama ke ruang perjamuan, dengan disertai seorang hamba orang Farisi, guna mengetahui dengan pasti apakah Yesus telah pergi. Sebab mereka akan dapat menangkap-Nya di sana tanpa kesulitan, jika mereka telah terlebih dahulu mengunci pintu-pintunya. Ia setuju mengirimkan seorang pesuruh kepada mereka untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan.

Selang beberapa waktu sebelumnya, ketika Yudas telah menerima upah pengkhianatannya, seorang Farisi pergi keluar dan menyuruh tujuh hamba untuk mengambil kayu yang akan dipergunakan untuk mempersiapkan Salib bagi Juruselamat kita, seandainya Ia berhasil dihadapkan ke pengadilan, sebab keesokan harinya tak akan ada cukup waktu mengingat segera dimulainya perayaan Paskah. Mereka mendapatkan kayu ini dari suatu tempat sekitar tigaperempat mil jauhnya, dekat sebuah tembok tinggi, di mana terdapat banyak balok-balok kayu lainnya milik Bait Allah. Mereka menyeretnya ke suatu lapangan yang terletak di belakang pengadilan Kayafas. Balok kayu utama Salib berasal dari sebatang pohon yang dulunya tumbuh di Lembah Yosafat, dekat Sungai Kidron, dan yang, karena tumbang melintasi aliran sungai, biasa dipergunakan sebagai semacam jembatan. Ketika Nehemias menyembunyikan api suci dan bejana-bejana suci di kolam Betsaida, balok itu ditinggalkan di sana, bersama dengan balok-balok kayu lainnya - lalu kemudian dibawa pergi dan ditinggalkan di satu sisi. Salib dipersiapkan dengan suatu cara yang sangat khusus, entah dengan maksud mengolok-olok Yesus sebagai raja, atau hanya kebetulan. Salib terdiri dari lima potong kayu, tidak termasuk papan tulisan. Aku melihat banyak hal lain sehubungan dengan Salib, dan makna dari peristiwa-peristiwa yang berbeda juga dinyatakan kepadaku, tetapi aku telah lupa semua akan hal itu.

Yudas kembali dan mengatakan bahwa Yesus tak lagi ada di ruang perjamuan, melainkan pastilah Ia ada di Bukit Zaitun, di tempat di mana Ia biasa berdoa. Yudas minta agar hanya sekelompok kecil orang saja yang diutus menyertainya, jika tidak, maka para murid yang berjaga akan merasa curiga dan terjadi huru-hara. Tiga ratus orang akan ditempatkan di gerbang-gerbang kota dan di jalan-jalan Ophel, bagian kota yang terletak di sebelah selatan Bait Allah, dan di sepanjang Lembah Millo hingga ke rumah Hanas, di atas Bukit Sion. Maksudnya, agar siaga mengirimkan bala bantuan jika diperlukan, sebab, kata Yudas, segenap rakyat dari kalangan bawah di Ophel adalah pengikut Yesus. Begitu pula, sang pengkhianat meminta mereka agar berhati-hati, jika tidak, Ia akan dapat meloloskan diri dari mereka. Sebab, ia sendiri, dengan cara-cara yang misterius, telah sering kali menyembunyikan diri di bukit dan membuat dirinya tiba-tiba menghilang dari orang-orang di sekitarnya. Di samping itu, ia menyarankan kepada mereka agar membelenggu-Nya dengan rantai dan mempergunakan bentuk-bentuk magis lainnya guna mencegah Ia meloloskan diri. Bangsa Yahudi mendengarkan segala nasehat ini dengan acuh tak acuh yang menghina, dan menjawab, “Sekali Ia ada dalam tangan kami, kami tak akan membiarkan-Nya lolos.”

Sesudahnya, Yudas mulai menyusun siasat bersama mereka yang akan menyertainya. Ia bermaksud memasuki taman mendahului mereka dan memeluk serta menyampaikan salam kepada Yesus seakan-akan ia kembali kepada-Nya sebagai sahabat dan murid. Lalu, para prajurit menyerbu dan menangkap Yesus. Yudas sangat ingin agar orang mengira para prajurit itu berada di sana secara kebetulan. Jadi, ketika mereka muncul, ia dapat melarikan diri seperti para murid lainnya dan tak terdengar lagi kabar tentangnya. Ia berpikiran, bahwa mungkin suatu keributan akan terjadi, dan bahwa mungkin para rasul akan mempertahankan diri, sementara itu Yesus berjalan lewat di tengah-tengah para musuh-Nya, seperti yang telah sering Ia lakukan sebelumnya. Ia memikirkan kemungkinan-kemungkinan ini, teristimewa karena merasa harga dirinya dilecehkan oleh sikap bangsa Yahudi yang memandang hina dirinya. Tetapi ia tidak menyesal, sebab ia telah menyerahkan diri sepenuhnya pada setan.

Merupakan kehendaknya juga bahwa para prajurit yang menyertainya tidak membawa rantai ataupun tali. Komplotannya berpura-pura menyetujui segala keinginannya, walau pada kenyataannya mereka memperlakukannya sebagai soerang pengkhianat yang tak pantas dipercayai, melainkan haruslah segera disingkirkan begitu ia telah melakukan apa yang mereka inginkan. Para prajurit menerima perintah untuk mengawas-awasi Yudas, mengamatinya dengan seksama dan tidak membiarkannya lolos sebelum Yesus tertangkap, sebab ia telah mendapatkan upahnya. Mereka takut kalau-kalau ia melarikan diri bersama uang itu dan Yesus lepas dari tangan mereka, atau kalau-kalau orang lain yang tertangkap, dan bukannya Yesus.

Gerombolan yang dipilih untuk menyertai Yudas terdiri dari duapuluh orang prajurit yang dipilih dari penjaga Bait Allah dan dari kalangan militer yang ada di bawah perintah Hanas dan Kayafas. Mereka berpakaian amat mirip dengan prajurit Romawi, dengan morion seperti mereka, dan mengenakan tali pengikat yang tergantung di sekeliling paha mereka. Tetapi, jenggot mereka panjang, sementara para prajurit Romawi di Yerusalem hanya berjambang dan mencukur janggut dan kumis mereka. Mereka semua bersenjatakan pedang, sebagian di antaranya juga diperlengkapi dengan tombak, mereka membawa tongkat-tongkat dengan lentera dan suluh. Tetapi, ketika berangkat, mereka hanya menyalakan satu alat penerang saja.

Pada mulanya direncanakan agar Yudas disertai oleh lebih banyak lagi pengawal. Tetapi Yudas minta pengertian mereka akan kenyataan bahwa jumlah yang demikian besar akan mudah menarik perhatian, sebab dari Bukit Zaitun orang dapat mengarahkan pandangan ke seluruh lembah. Oleh sebab itu, sebagian besar prajurit tinggal di Ophel dan prajurit penjaga ditempatkan di setiap sudut kota guna melumpuhkan setiap usaha yang mungkin dilakukan untuk membebaskan Yesus. Yudas berangkat dengan duapuluh prajurit, tetapi dari jarak tertentu, ia diikuti lagi oleh empat orang prajurit, yang hanyalah prajurit pembantu biasa, yang membawa tali-temali dan rantai. Sesudah mereka ada enam utusan dengan siapa Yudas berkomunikasi selama ini. Seorang di antaranya adalah seorang imam dan kepercayaan Hanas, orang kedua adalah anak buah Kayafas, orang ketiga dan keempat adalah kaum Farisi, dan kedua orang lainnya adalah dari kalangan Saduki dan Herodian. Keenam orang ini adalah kaki-tangan Hanas dan Kayafas, bertindak dalam kapasitas sebagai mata-mata dan merupakan musuh-musuh Yesus yang paling keji.

Para prajurit tetap bersikap bersahabat terhadap Yudas hingga mereka tiba di tempat di mana jalan memisahkan Taman Zaitun dari Taman Getsemani. Di sana mereka menolak membiarkan Yudas maju sendirian, dan sikap mereka pun berubah total. Mereka bertindak dengan penuh kekasaran dan kekerasan.

sumber : “The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

No comments:

Post a Comment