Monday, April 6, 2020

Perjamuan Malam Terakhir


Yesus dan para murid-Nya makan anak domba Paskah di ruang perjamuan. Mereka terbagi atas tiga kelompok. Yesus makan anak domba Paskah bersama keduabelas rasul di ruang perjamuan, begitulah tepatnya disebut; Nataniel bersama duabelas murid lainnya di salah satu ruangan samping, dan Eliakim (putera dari Kleopas dan Maria puteri Heli), yang adalah murid Yohanes Pembaptis, dengan duabelas murid lainnya, di ruangan samping yang lain.

Tiga ekor anak domba dikurbankan bagi mereka di Bait Suci, tetapi ada anak domba keempat yang dikurbankan di ruang perjamuan, yaitu yang disantap oleh Yesus bersama para rasul-Nya. Yudas tidak ikut ambil bagian dalam peristiwa ini, sebab ia sibuk bersekongkol untuk mengkhianati Tuhan kita; ia baru kembali beberapa saat sebelum perjamuan, setelah anak domba dikurbankan. Yang paling menyentuh adalah adegan pengurbanan anak domba yang akan disantap oleh Yesus dan para rasul-Nya, yang terjadi di bagian depan ruang perjamuan. Para rasul dan murid ada di sana, memadahkan Mazmur 118. Yesus berbicara tentang suatu masa baru yang akan segera dimulai dan mengatakan bahwa kurban Musa dan figur anak domba Paskah akan segera digenapi, tetapi tepat pada saat ini, anak domba akan dikurbankan dengan cara yang sama seperti dahulu di Mesir, dan bahwa mereka sungguh akan segera keluar dari tanah perbudakan.

Bejana-bejana dan peralatan yang diperlukan dipersiapkan, kemudian para pelayan membawa masuk seekor anak domba kecil yang elok, berhiaskan sebuah mahkota; mahkota dihantarkan kepada Santa Perawan dalam ruangan di mana ia ada bersama para perempuan kudus lainnya. Anak domba itu diikatkan dengan posisi perutnya di atas sebilah papan, menggunakan seutas tali sekeliling tubuhnya, mengingatkanku akan Yesus yang diikatkan pada pilar dan didera. Putera Simeon menahan kepala anak domba; Yesus membuat suatu sayatan kecil di leher anak domba menggunakan ujung sebilah pisau, yang kemudian diserahkan-Nya kepada putera Simeon, agar ia melanjutkan menyembelih anak domba. Yesus tampaknya menyayat dengan perasaan tak tega, dan Ia melakukannya dengan cepat, meskipun raut wajah-Nya serius, dan tingkah laku-Nya begitu rupa hingga membangkitkan rasa hormat. Darah anak domba mengalir ke dalam sebuah pasu, para pelayan membawa seikat hisop yang dicelupkan Yesus ke dalam pasu. Lalu Ia pergi ke pintu ruang perjamuan, menyapukan darah anak domba pada kedua tiang pintu dan kuncinya, dan menempatkan hisop yang telah dicelupkan ke dalam darah ke ambang atas pintu. Kemudian Ia berbicara kepada para murid, dan mengatakan kepada mereka, di antaranya, bahwa malaikat pemusnah akan lewat, bahwa mereka akan bersembah sujud di ruangan itu tanpa takut ataupun was-was, bilamana Ia, Anak Domba Paskah sejati telah dikurbankan - bahwa suatu masa baru dan suatu kurban baru akan segera dimulai, yang akan berlangsung hingga akhir zaman.

Lalu mereka pergi ke bagian ruangan yang lain, dekat perapian di mana Tabut Perjanjian dulunya berdiri. Api telah dinyalakan di sana, Yesus menyiramkan sebagian darah ke atas perapian, menguduskannya sebagai altar; sisa darah dan lemak dibuang ke dalam api di bawah altar. Sesudahnya, Yesus, diikuti para rasul-Nya, berjalan mengelilingi ruang perjamuan, sambil memadahkan mazmur, dan menguduskannya sebagai suatu Bait yang baru. Semua pintu tertutup sepanjang waktu itu. Putera Simeon telah selesai mempersiapkan anak domba. Ia menembusi tubuh anak domba dengan kayu pancang, mengikatkan kaki-kaki depannya pada sebuah kayu silang dan meregangkan kaki-kaki belakangnya sepanjang kayu pancang. Sungguh amat serupa dengan Yesus di salib. Lalu, anak domba ditempatkan di atas tungku untuk dipanggang bersama tiga anak domba lainnya yang dibawa dari Bait Suci.

Anak-anak domba Paskah orang Yahudi semuanya dikurbankan di pelataran depan Bait Suci, tetapi di bagian-bagian yang berbeda, sesuai status sosial mereka yang akan menyantapnya, kaya, miskin, atau orang asing.* Anak domba Paskah milik Yesus tidak dikurbankan di Bait Suci, tetapi segala sesuatu lainnya dilakukan tepat menurut ketentuan hukum. Yesus sekali lagi berbicara kepada para murid-Nya, mengatakan bahwa anak domba hanyalah sekedar lambang, bahwa Ia Sendiri pada hari berikutnya akan menjadi Anak Domba Paskah sejati, dan hal-hal lain yang aku telah lupa.

* Di sini Sr Emmerick menjelaskan tata cara bagaimana keluarga-keluarga berkumpul bersama, dan jumlah yang ditetapkan. Tetapi kata-katanya terlupakan oleh penulis.

Ketika Yesus telah selesai menyampaikan pengajaran-Nya mengenai Anak Domba Paskah dan maknanya, tibalah saatnya, dan Yudas pun telah kembali, meja-meja dipersiapkan. Para murid mengenakan pakaian bepergian yang ada di ruang depan, mengganti sepatu, memakai jubah putih serupa kemeja, dan mantol yang pendek di bagian depan dan panjang di bagian belakang; lengan-lengan baju mereka besar dan disingsingkan, mereka menaikkan serta mengikat jubah mereka dengan ikat pinggang. Setiap kelompok pergi ke meja perjamuan masing-masing; dua kelompok murid di ruangan-ruangan samping dan Tuhan kita bersama para rasul-Nya di ruang perjamuan. Dengan tongkat di tangan, mereka pergi berdua-dua ke meja perjamuan, di mana mereka tetap berdiri, masing-masing di tempatnya, dengan tongkat tergantung pada lengannya dan tangan-tangan terangkat.

Meja perjamuan sempit, tingginya sekitar setengah kaki lebih tinggi dari lutut orang dewasa, bentuknya menyerupai tapal kuda. Di hadapan Yesus, di bagian tengah dari meja setengah lingkaran itu, terdapat ruang yang dibiarkan kosong agar para pelayan dapat menghidangkan makanan. Sejauh yang dapat aku ingat, Yohanes, Yakobus Tua, dan Yakobus Muda duduk di sebelah kanan Yesus; sesudah mereka Bartolomeus, dan kemudian, di bagian ujung yang membelok, Thomas dan Yudas Iskariot. Petrus, Andreas dan Tadeus duduk di sebelah kiri Yesus; sesudahnya Simon, dan kemudian (di bagian ujung yang membelok) Matius dan Filipus.

Anak domba Paskah dihidangkan dalam sebuah pinggan di tengah-tengah meja. Kepalanya ditempatkan di atas kaki-kaki depannya, yang diikatkan pada sebuah kayu silang, kaki-kaki belakangnya diregangkan ke belakang; pinggan dihiasi dengan bawang putih. Di sampingnya terdapat sebuah pinggan dengan daging panggang Paskah, lalu sebuah piring dengan sayur-sayuran hijau yang ditata rapi, dan sebuah piring lain dengan kantong-kantong kecil berisi sayur-sayuran pahit, yang bentuknya serupa dengan tumbuh-tumbuhan aromatik. Di hadapan Yesus juga terdapat sebuah pinggan dengan sayur-sayuran pahit yang berbeda, dan sebuah mangkok berisi kuah atau minuman berwarna coklat. Di hadapan para tamu terdapat roti-roti bundar, dan bukannya piring; mereka mempergunakan pisau-pisau gading.

Sesudah doa, major-domo meletakkan pisau untuk memotong anak domba di atas meja di hadapan Yesus. Yesus meletakkan secawan anggur dihadapan-Nya dan mengisi enam cawan lain yang masing-masing diletakkan di antara dua rasul. Yesus memberkati anggur dan minum; para rasul minum berdua-dua dari satu cawan. Kemudian Tuhan kita memotong anak domba; para rasul-Nya memberikan roti mereka secara bergantian, dan masing-masing menerima bagiannya. Mereka makan dengan tergesa, memisahkan daging dari tulangnya menggunakan pisau-pisau gading mereka, sesudah itu tulang-belulang dibakar. Mereka juga menyantap bawang putih dan sayur-sayuran hijau dengan tergesa, mencelupkannya dalam kuah. Semua ini dilakukan sementara mereka tetap berdiri, hanya bersandar sedikit pada punggung tempat duduk mereka. Yesus memecahkan salah satu ketul dari roti tak beragi, membungkus yang sebagian, dan membagikan sisanya di antara para rasul. Secawan anggur lagi dibawa masuk, tetapi Yesus tidak meneguknya: “Ambillah ini,” kata-Nya, “dan bagikanlah di antara kalian, sebab mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku” (Mat 26:29). Setelah mereka meneguk anggur, mereka memadahkan puji-pujian; lalu Yesus berdoa atau mengajar, dan mereka sekali lagi mencuci tangan mereka. Sesudah itu mereka duduk.

Tuhan kita memotong seekor anak domba lain yang dihantarkan pada para perempuan kudus di salah satu bangunan rumah besar itu, di mana mereka duduk sekeliling meja. Para rasul menyantap sedikit lagi sayur-sayuran dan selada. Raut muka Juruselamat Ilahi kita mengungkapkan ketenangan dan kekhidmadan yang tak terlukiskan, lebih dari yang pernah aku lihat. Ia meminta para rasul melupakan segala persoalan mereka. Santa Perawan juga, sementara ia duduk sekeliling meja bersama para perempuan lain, terlihat amat tenang dan damai. Ketika para perempuan lain datang dan memegangi kerudungnya agar ia berkeliling dan berbicara kepada mereka, setiap gerakannya mengungkapkan pengendalian diri yang paling manis dan ketenangan jiwa yang luar biasa.

Pada mulanya Yesus berbicara dengan penuh kasih dan tenang kepada para murid-Nya, tetapi sebentar kemudian Ia menjadi serius dan berduka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Kata-Nya, “Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini” (Mat 26:21, 23). Yesus kemudian membagikan selada, yang hanya ada satu pinggan, kepada para rasul yang ada di samping-Nya, dan Ia memberikan kepada Yudas, yang nyaris berseberangan dengan-Nya, tugas untuk membagikannya kepada yang lain. Ketika Yesus berbicara tentang sang pengkhianat, suatu istilah yang meliputi segenap rasul dengan perasaan ngeri, Ia mengatakan, “Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini” yang artinya, “salah seorang dari keduabelas rasul yang makan dan minum bersama-Ku - salah seorang dari mereka yang makan roti bersama-Ku.” Ia tidak terang-terangan menunjuk Yudas kepada yang lain dengan kata-kata-Nya ini; sebab mencelupkan tangan ke dalam pinggan yang sama merupakan suatu ungkapan yang biasa dipergunakan untuk menyatakan persahabatan yang paling akrab dan mesra. Namun demikian, Ia berharap memberikan suatu peringatan kepada Yudas, yang pada saat itu sungguh tengah mencelupkan tangannya ke dalam pinggan bersama Juruselamat kita, untuk membagikan selada. Yesus melanjutkan perkataannya, “Anak Manusia memang akan pergi,” kata-Nya, “sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."

Para rasul sungguh amat terguncang, masing-masing dari mereka berseru, “Bukan aku, ya Tuhan?” sebab mereka semua sadar benar bahwa mereka tidak sepenuhnya paham akan perkataan Yesus. Petrus mencodongkan tubuhnya ke arah Yohanes, lewat belakang Yesus, dan membuat isyarat kepada Yohanes untuk menanyakan kepada Tuhan kita siapakah gerangan pengkhianat yang dimaksud, sebab, karena sering ditegur oleh Tuhan kita, ia gemetar kalau-kalau dialah yang dimaksud dengan pengkhianat itu. Yohanes duduk di sebelah kanan Yesus, dan karena mereka semua duduk bersandar pada tangan kiri mereka, sementara tangan kanan dipergunakan untuk makan, kepala Yohanes begitu dekat pada dada Yesus. Karenanya, ia menyandarkan kepalanya pada dada-Nya dan bertanya, “Tuhan, siapakah itu?” Aku tidak melihat Yesus mengatakan kepadanya dengan bibir-Nya, “Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” Aku tidak yakin apakah Ia membisikkan kepadanya, tetapi Yohanes memahaminya, ketika Yesus mencelupkan roti, yang dibungkus dengan selada, dan memberikannya dengan lembut kepada Yudas, yang juga bertanya: “Bukan aku, ya Tuhan?” Yesus memandang kepadanya dengan tatapan kasih dan menjawab dengan ungkapan umum. Di kalangan bangsa Yahudi, memberikan roti yang telah dicelupkan merupakan tanda persahabatan dan kepercayaan; dalam peristiwa ini Yesus memberikan potongan roti kepada Yudas guna memperingatkan dia, tanpa menyatakan kesalahannya di hadapan yang lain. Tetapi, hati Yudas telah terbakar murka, dan sepanjang perjamuan, aku melihat suatu sosok kecil mengerikan duduk di kakinya, kadang-kadang sosok itu naik hingga ke hatinya. Aku tidak melihat Yohanes mengulangi kepada Petrus apa yang telah diketahuinya dari Yesus, tetapi sorot matanya menyatakan bahwa ia beku dicekam ketakutan.

sumber : “The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

No comments:

Post a Comment