Monday, April 6, 2020

Piala yang Dipergunakan pada Perjamuan Malam Terakhir

Piala yang dibawa para rasul dari rumah Veronica sungguh indah sekaligus misterius. Telah lama piala ini disimpan dalam Bait Allah di antara barang-barang antik yang berharga; kegunaan dan asal-usulnya telah dilupakan orang. Dalam tingkat tertentu, hal yang sama terjadi dalam Gereja Kristiani di mana banyak barang-barang berharga yang telah dikuduskan terlupakan dan terabaikan dengan berlalunya waktu. Bejana-bejana dan barang-barang berharga kuno yang dikubur di bawah Bait Suci, kerapkali digali, dijual ataupun dilebur. Demikianlah, dengan perkenanan Tuhan, bejana kudus ini, yang tak seorang pun pernah dapat meleburnya karena terbuat dari bahan yang tak dikenali, dan yang diketemukan oleh para imam di antara harta-milik Bait Suci, di antara barang-barang lain yang tak lagi dipergunakan, telah dijual kepada para kolektor barang antik. Piala ini kemudian dibeli oleh Serafia, digunakan beberapa kali oleh Yesus dalam perayaan-perayaaan; dan, sejak Perjamuan Malam Terakhir, menjadi milik eksklusif komunitas Kristiani yang kudus. Piala ini tidak senantiasa sama keadaannya seperti saat dipergunakan oleh Tuhan kita pada Perjamuan Malam Terakhir, dan mungkin dalam peristiwa itulah berbagai bagiannya untuk pertama kalinya disatukan.

Piala besar berdiri di atas sebuah piring, darimana semacam pegangan juga dapat ditarik, dan sekelilingnya terdapat enam gelas kecil. Dalam piala besar terdapat sebuah bejana yang lebih kecil, di atasnya terdapat sebuah piring kecil, dan diatasnya lagi terdapat sebuah tutup bulat. Sebuah sendok diselipkan di kaki piala dan dapat dengan mudah ditarik apabila hendak dipergunakan. Segala macam bejana ini dibungkus dengan kain lenan yang baik mutunya, dan, jika aku tidak salah ingat, dimasukkan dalam suatu wadah yang terbuat dari kulit. Piala besar terdiri dari cawan dan kakinya; kakinya itu pastilah disatukan dengan cawan pada masa sesudahnya, sebab terbuat dari bahan yang berbeda. Cawan berbentuk seperti buah per, ukurannya besar, berwarna gelap, digosok mengkilap, dengan hiasan-hiasan emas dan dua pegangan kecil dengan mana piala dapat diangkat. Kaki piala terbuat dari piala murni, dengan ukir-ukiran, berhiaskan seekor ular dan segerombol kecil anggur, pula bertahtakan batu-batu berharga.

Piala ditinggalkan di Gereja Yerusalem, dalam tangan St Yakubus Muda; aku melihatnya masih disimpan di kota itu - piala itu akan muncul kembali suatu hari kelak, dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Gereja-gereja lain menyimpan cawan-cawan kecil yang mengelilinginya; satu cawan dibawa ke Antiokhia, dan yang lain ke Efesus. Cawan-cawan itu menjadi milik para patriark yang meneguk suatu minuman misterius darinya saat mereka menerima atau memberikan Sakramen Mahakudus, seperti yang seringkali aku lihat.

Piala besar itu pada mulanya adalah milik Abraham. Melkisedek membawa piala bersamanya dari tanah Semiramis ke tanah Kanaan, pada waktu ia mulai mendapatkan tempat tinggal di tempat di mana sesudahnya Yerusalem dibangun; pada masa itu ia mempergunakan piala untuk mempersembahkan kurban, ketika ia mempersembahkan roti dan anggur di hadapan Abraham, dan ia meninggalkannya bagi patriark (bapa bangsa) yang kudus itu. Piala yang sama ini juga disimpan dalam bahtera Nuh.

sumber : “The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

No comments:

Post a Comment