Tuesday, February 2, 2016

Dairi St.Faustina: 1701 - 1750

(1701) Hari ini, aku minta kepada Tuhan agar Ia berkenan mengajar aku tentang kehidupan batin sebab dari diriku sendiri aku tidak dapat baik memahami maupun menyelami suatu pun dengan sempurna. Tuhan menjawab kepadaku, “Aku adalah Gurumu, sekarang dan kelak; berusahalah membuat hatimu menjadi seperti Hati-Ku yang lemah lembut dan rendah hati. Janganlah pernah menuntut hakmu. Tanggunglah dengan tenang dan sabar segala sesuatu yang menimpa engkau. Janganlah membela diri kalau engkau dipermalukan meskipun engkau tidak bersalah. Biarlah orang-orang lain merasa menang. Janganlah berhenti berbuat baik kalau engkau melihat bahwa kebaikanmu disalahgunakan. AKu sendiri akan berbicara bagimu kalau memang diperlukan. Bersyukurlah atas rahmat-Ku yang paling kecil sekalipun sebab sikap syukurmu mendesak Aku untuk memberikan rahmat baru kepadamu...”
(1702) Menjelang akhir Jalan Salib yang kulaksanakan, Tuhan Yesus mulai mengeluh tentang jiwa-jiwa para religius dan para imam, tentang kurangnya cinta dalam jiwa-jiwa yang terpilih. “Aku akan membiarkan biara dan gereja-gereja dihancurkan.” Aku menjawab, “Tetapi, ya Yesus, ada begitu banyak jiwa yang memuji Engkau dalam biara-biara.” Tuhan menjawab, “Pujian itu melukai Hati-Ku sebab cinta sudah diusir dari biara-biara. Jiwa-jiwa itu tanpa cinta dan tanpa kesalehan, jiwa-jiwa itu penuh dengan egoisme dan cinta diri, jiwa-jiwa itu penuh dengan kesombongan dan kecongkakan, jiwa-jiwa itu penuh dengan tipu muslihat dan kemunafikan, jiwa-jiwa itu suam-suam kuku, yang kehangatannya hanya cukup untuk bertahan hidup: Hati-Ku tidak tahan menanggung semua ini. Semua rahmat yang Kucurahkan atas mereka langsung menghilang seperti air yang jatuh ke permukaan batu karang. Aku tidak tahan berada di depan mereka sebab mereka tidak baik dan tidak jahat. Aku telah menginginkan biara-biara baru agar dunia dikuduskan lewat mereka. Dari merekalah nyala cinta dan pengurbanan yang penuh kekuatan seharusnya berkobar. Kalau mereka tidak bertobat dan hati mereka tidak bernyala karena cinta pertama mereka, Aku akan mengizinkan dunia menghancurkannya...”
“Bagaimana mereka dapat duduk pada takhta pengadilan yang ditetapkan untuk menghakimi dunia kalau kesalahan mereka lebih besar daripada kesalahan dunia? Tidak ada penyesalan dan pemulihan dalam diri mereka. O hati yang pada pagi hari menerima Aku dan pada tengah hari sudah sama sekali dipenuhi kebencian terhadap-Ku, kebencian dalam segala jenisnya! O hati yang Kupilih secara istimewa, untuk inikah engkau dipilih, yakni untuk lebih melukai Hati-Ku? Dosa-dosa berat yang dilakukan oleh dunia merupakan luka di permukaan Hati-Ku, tetapi dosa-dosa yang dilakukan oleh jiwa terpilih terus-menerus menembus Hati-Ku...”
(1703) Ketika aku mencoba mendoakan mereka, aku tidak dapat menemukan dasar apa pun untuk meminta pengampunan bagi mereka dan karena pada waktu itu aku tidak mampu memikirkan suatu pun untuk membela mereka, hatiku dicekam oleh penderitaan, dan aku menangis dengan pedih hati. Kemudian Tuhan memandangku dengan penuh cinta dan meneguhkan aku dengan kata-kata ini, “Jangan menangis. Masih ada banyak jiwa yang sangat mencintai Aku, tetapi Hati-Ku ingin dicintai oleh semua orang dan Aku memperingatkan serta menghukum mereka karena Aku sangat mencintai mereka.”
(1704) Pergulatan melawan godaan tertentu. Ada satu orang yang terus menerus mengganggu aku dengan kata-kata rayuan. Karena ia tahu kapan aku keluar untuk pergi ke kapel atau ke serambi, ia menghadang langkahku. Tetapi, ia tidak berani mendekatiku sendirian. Maka, ia mengajak orang lain yang seperti dirinya, tetapi tidak seorang pun dari mereka berani mendekati aku. Ketika aku sedang dalam perjalanan untuk mengikuti ibadat bulan Mei, mereka sudah berdiri di tempat yang harus aku lalui. Sebelum sampai pada mereka, aku sudah mendengar kata-kata rayuan yang diarahkan kepadaku. Dan Tuhan mengizinkan aku mengetahui maksud hati mereka yang tidak baik. Aku tahu bahwa mereka akan menghadang aku sesudah ibadat, dan kemudian memaksa aku berbicara dengan mereka karena sampai saat itu belum sepatah kata pun kuucapkan.
Ketika aku meninggalkan kapel, mereka sudah ada di sana, siap menantikan aku lewat. Kali ini, aku dicekam oleh rasa takut. Tiba-tiba Yesus berdiri di sampingku dan berkata, “Jangan takut. Aku menyertaimu.” Serta merta aku merasakan di dalam jiwaku ada kekuatan luar biasa, yang tidak dapat kulukiskan. Ketika tinggal beberapa langkah dari mereka, aku berkata dengan keras dan berani, “Terpujilah Yesus Kristus!” Dan mereka, sambil melangkah ke samping, menjawab, “Selama-lamanya. Amin” Seperti disambar petir, mereka menundukkan kepala, bahkan tidak berani memandang aku. Sesudah aku lewat, aku dapat mendengar beberapa komentar jahat. Sejak saat itu, setiap kali melihat aku, orang ini lari menyingkir agar tidak berjumpa dengan aku dan, syukur kepada Tuhan, aku dibiarkan dalam damai...
(1705) Sesudah misa kudus, aku pergi ke taman untuk melakukan meditasi. Karena pada waktu itu belum ada pasien lain pun di taman, aku merasa leluasa. Ketika aku merenungkan berkat-berkat Allah, hatiku bernyala-nyala karena cinta yang sedemikian besar sehingga hatiku serasa terbakar. Tiba-tiba Yesus berdiri di depanku dan berkata, “Apa yang engkau lakukan di sini sedini ini?” Aku menjawab, “Aku sedang memikirkan Engkau, kerahiman-Mu, dan kebaikan-Mu terhadap kami. Dan Engkau, Yesus, apa yang Engkau lakukan di sini?” “Aku datang untuk menjumpai engkau, untuk melimpahkan rahmat atas dirimu. Aku sedang mencari jiwa-jiwa yang senang menerima rahmat-Ku.”
(1706) Hari ini, dalam Ibadat Sore, Tuhan memberi tahu aku betapa Ia sangat berkenan akan hati yang murni dan bebas. Aku merasa bahwa Allah suka menjenguk ke dalam hati seperti itu. ...Tetapi, hati seperti itu adalah hati para ksatria; hidupnya berada dalam pertempuran yang tak pernah berkesudahan.
(1707) Dalam perjalananku menuju serambi, aku singgah ke kapel sejenak. Hatiku benar-benar membenamkan diri dalam adorasi, sambil memuji kebaikan Allah dan kerahiman-Nya yang tak terselami. Kemudian, aku mendengar kata-kata ini dalam jiwaku, “Kini dan nanti Aku akan menjadi sebagaimana engkau memuji Aku. Engkau akan mengalami kebaikan-Ku, mulai sejak kehidupan ini dan kemudian, secara penuh, dalam kehidupan yang akan datang.”
(1708) O Kristus, aku sangat bersukacita ketika menyaksikan Engkau dicintai dan mendengar pujian serta hormat bagi-Mu, khususnya pujian terhadap kerahiman-Mu, bergema di mana-mana. O Kristus, sampai akhir hayatku, aku tidak akan berhenti memuliakan kebaikan dan kerahiman-Mu. Dengan setiap tetes darahku, dengan setiap denyut jangtungku, aku memuliakan kerahiman-Mu. Aku ingin seluruh diriku diubah menjadi kidung kemuliaan bagi-mu. Apabila aku menghadapi ajal, biarlah detak jantungku yang terakhir menjadi madah merdu untuk memuji kerahiman-Mu yang tak terbatas.
(1709) Hari ini, Tuhan berkata kepadaku, “Engkau akan menjalani retret tiga hari sebelum turunnya Roh Kudus. Aku sendiri akan mengarahkan engkau. Hendaknya engkau tidak mengikuti suatu pun dari peraturan-peraturan yang dituntut oleh retret pada umumnya atau menggunakan suatu buku pun untuk meditasi. Tugasmu adalah mendengarkan suara-Ku dengan penuh perhatian. Untuk bacaan rohani, hendaknya engkau membaca satu bab dari Injil Yohanes.”
(1710)  26 Mei 1938. Hari ini, aku mendampingi Tuhan Yesus ketika Ia naik ke surga. Hari itu sekitar tengah hari, aku dikuasai oleh rasa rindu yang luar biasa akan Allah. Itu adalah sesuatu yang aneh. Semakin aku merasakan kehadiran Allah, semakin berkobar-kobarlah kerinduanku akan Dia. Kemudian aku melihat diriku sendiri di tengah himpunan besar murid-murid Yesus dan para rasul bersama dengan Bunda Allah. Yesus sedang menyuruh mereka untuk “...pergilah ke seluruh dunia dan ajarlah mereka dalam nama-Ku.” Ia mengulurkan tangan-Nya dan memberkati mereka, lalu menghilang di balik awan. Aku menyaksikan kerinduan Bunda kita. Dengan segenap kekuatan cintanya, jiwanya merindukan Yesus. Tetapi, ia sedemikian tenang dan sedemikian bersatu dengan kehendak Allah sehingga di dalam hatinya tidak ada gejolak lain kecuali yang dikehendaki Allah.
(1711) Ketika aku sendirian bersama Santa Perawan Maria, ia mengajarkan kepadaku mengenai kehidupan batin. Ia berkata, “Kebesaran sejatu suatu jiwa adalah mencintai Allah dan merendahkan diri di hadirat-Nya, sambil melupakan dirinya sendiri sama sekali dan tidak mengandalkan suatu pun; sebab Tuhan itu memang besar, tetapi Ia sangat berkenan akan orang yang rendah hati; Ia selalu menolak orang yang sombong.”
(1712) Seseorang, yang sebelum ini sudah kusebut, mengunjungi aku lagi. Ketika aku menyadari bahwa ia mulai mengumbar kebohongan, aku menunjukkan kepadanya bahwa aku tahu ia sedang berbohong. Ia sangat malu dan berhenti berbicara. Kemudian aku berbicara kepadanya tentang pengadilan Allah yang dahsyat; aku juga menegaskan bahwa ia sudah menyesatkan jiwa-jiwa yang tak bersalah dan menuntun mereka di jalan yang berbahaya. Di hadapannya, kubeberkan segala sesuatu yang ada dalam hatinya. Karena aku harus mengendalikan perasaanku sendiri untuk dapat berbicara ramah kepadanya, dan untuk membuktikan kepada Yesus bahwa aku mencintai musuh-musuhku, maka aku memberikan kudapan petangku kepadanya. Ia pun pergi, jiwanya sudah diterangi, tetapi masih jauh dari mulai bertindak....
(1713) Ada waktu-waktu saat Tuhan Yesus memenuhi keinginan-keinginanku yang paling kecil sekalipun. Hari ini, aku berbicara bahwa aku ingin melihat beberapa bulir gandum, padahal bulir-bulir itu tidak dapat dilihat dari sanatorium. Tetapi, salah seorang dari para pasien mendengar pembicaraanku. Maka, pada hari berikutnya, ia pergi ke ladang dan membawa untukku beberapa bulir gandum yang indah. Kamarku selalu dihiasi dengan bunga-bunga yang segar, tetapi rohku merasa tidak puas akan suatu pun. Semakin lama aku semakin merindukan Allah.
(1714) Hari ini, dengan khusyuk, aku memohon pertolongan Tuhan Yesus untuk rumah kami agar Ia berkenan mengambil salib yang telah menindih biara kami. Tuhan menjawab aku, “Doa-doamu dikabulkan untuk ujud-ujud yang lain. Aku tidak dapat mengambil salib-salib itu sebelum mereka tahu maksudnya.” Tetapi, aku tidak berhenti berdoa.
(1715) Suatu godaan yang kuat. Tuhan menunjukkan kepadaku betapa suatu hati yang murni menyenangkan Dia, dan karena itu aku diberi pengetahuan yang lebih jelas mengenai kepapaanku sendiri. Ketika aku mulai mempersiapkan pengakuan dosa, godaan-godaan yang kuat melawan para bapak pengakuan menyerbu aku.
Aku tidak melihat setan, tetapi aku dapat merasakan kehadirannya, merasakan kemarahannya yang mengerikan. - “Sungguh, ia adalah manusia biasa” - “Bukan manusia biasa sebab ia memiliki kekuatan Allah.” - Sungguh,  tidak sulit bagiku untuk mengakui dosa-dosaku. Tetapi, untuk mengungkapkan lubuk hatiku yang paling rahasia, untuk memberikan pertanggungjawaban tentang kegiatan rahmat Allah, untuk berbicara tentang tuntutan Allah, tentang semua yang terjadi antara Allah dan diriku ... untuk menuturkan bahwa bagi manusia hal itu melampaui kekuatanku. Aku merasakan bahwa aku sedang berjuang melawan godaan-godaan yang berat dan aku berseru, “O Kristus, Engkau dan imam adalah satu; aku akan menghampiri kamar pengakuan seperti aku menghampiri Engkau sendiri, bukan seorang insan.” Ketika aku memasuki kamar pengakuan, aku mulai dengan mengungkapkan kesulitan-kesulitanku. Imam menjawab bahwa hal paling baik yang telah aku lakukan adalah mengungkapkan godaan-godaan ini. Tetapi, sesudah pengakuan dosa, semua godaan itu lenyap dan jiwaku menikmati damai.
(1716) Pernah, pada waktu rekreasi, salah seorang suster pemimpin berkata bahwa suster-suster pembantu tidak memiliki perasaan, dan karena itu dapat diperlakukan dengan kasar. Aku sangat sedih menyaksikan bahwa para suster pemimpin sedikit sekali tahu tentang para suster pembantu dan menghakimi mereka hanya dari apa yang kelihatan.
(1717) Hari ini, aku sedang berbicara dengan Tuhan, dan Ia berkata kepadaku, “Ada jiwa-jiwa yang dengannya Aku tidak dapat melakukan suatu pun. Mereka adalah jiwa-jiwa yang terus-menerus mengamati orang lain, tetapi sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi dalam diri mereka sendiri. Mereka terus-menerus berbicara tentang orang lain, bahkan juga pada saat silentium yang ketat, yang dikhususkan hanya untuk berbicara dengan Aku. Oh, jiwa-jiwa yang malang, mereka tidak mendengarkan kata-kata-Ku; batin mereka selalu hampa. Mereka tidak mencari Aku dalam hati mereka sendiri, tetapi dalam percakapan yang hampa, di mana Aku tidak pernah ditemukan. Mereka merasakan kehampaan mereka, tetapi mereka tidak menyadari kesalahan mereka sendiri, sedangkan jiwa-jiwa yang sepenuhnya AKu rajai senantiasa menjadi suara batin melawan mereka. Sebagai pengganti mengoreksi diri sendiri, mereka memenuhi hati sendiri dengan dengki, dan kalau mereka tidak menyadari kesalahan sendiri, mereka akan terjerumus lebih dalam lagi. Suatu hati yang selama ini penuh dengan kedengkian, kini sudah mulai dipenuhi dengan kebencian. Mereka sudah di ambang kejahatan. Mereka cemburu akan anugerah-Ku kepada jiwa-jiwa lain, tetapi mereka sendiri tidak mampu dan tidak mau menerimanya.”
(1718) Tinggal di kaki-Mu, o Allah yang tersembunyi, adalah kesukaan dan firdaus bagi jiwaku. Di sini Engkau memperkenalkan diri-Mu kepadaku, o Yang Tak Terbatas, dan dengan manis Engkau berkata kepadaku, “Berikanlah kepada-Ku, berikanlah kepada-Ku hatimu!” Percakapan batin, hanya dengan Dikau, adalah mengalami apa yang dinikmati oleh para penghuni surga, dan berkata kepada Allah, “Aku mau, aku mau memberikan hatiku kepada-Mu, o Tuhan,” asal Engkau, o Yang Agung dan Tak Terselami, menerimanya dengan senang hati.
Kasih dan kemanisan adalah kehidupanku, dan kehadiran-Mu yang lestari dalam jiwaku, kurasakan di bumi ini dalam pesona yang terus-menerus, dan seperti Serafim aku berseru berulang kali, “Hosanna!”
O Engkau Yang Tersembunyi, dengan tubuh, jiwa, dan ke-Allah-an, di dalam rupa roti yang rapuh, Engkau adalah kehidupanku; dari-Mu mengalir rahmat dengan berlimpah dan bagiku, Engkau melampaui sukacita surga.
Ketika Engkau menyatukan diri-Mu denganku dalam komuni, o Allah, aku merasakan keagungan yang tak terperikan, suatu keagungan yang mengalir dari-Mu, o Tuhan, kuakui dengan rendah hati, dan kendati kepapaanku, dengan bantuan-Mu, aku dapat menjadi seorang santa.
(1719) Dalam misa kudus, aku menjadi tahu bahwa seorang imam tertentu tidak memberikan pengaruh yang besar dalam jiwa-jiwa karena ia hanya memikirkan dirinya sendiri dan karena itu ia selalu sendirian. Rahmat Allah kabur darinya; ia selalu sibuk dengan urusan-urusan lahiriah, yang tidak memiliki arti di mata Allah; dan karena sombong, ia membuang-buang waktunya dengan menyibukkan diri mengurusi hal-hal yang tidak ada artinya.
(1720) Kadang-kadang, Yesus memberi aku pengetahuan dalam jiwaku bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini harus melayani aku: teman, lawan, keberhasilan, hambatan ... segala sesuatu, mau atau tidak, harus melayani aku. Aku tidak memikirkan mereka sama sekali; aku berusaha untuk setia kepada Allah dan untuk mencintai Dia sampai aku sungguh-sungguh melupakan diri sendiri. Dan Ia sendiri menjaga aku serta berperang melawan musuh-musuhku.
(1721) Sesudah komuni kudus, ketika aku baru saja menyambut Yesus dalam hatiku, aku berkata kepada-Nya, “Kekasihku, merajalah di relung hatiku yang paling tersembunyi; di sana tersimpan pikiran-pikiranku yang paling rahasia; di sana tersimpan pikiran-pikiranku yang paling rahasia; di sana hanya Engkau yang dapat datang dengan leluasa; itulah ruang mahakudus yang tidak dapat dimasuki oleh pikiran manusiawi. Kiranya Engkau sendiri berkenan tinggal di sana, dan kiranya segala sesuatu yang kulakukan secara lahiriah mengalir dari Engkau. Kerinduanku bernyala-nyala dan, dengan segenap kekuatan jiwaku, aku berusaha untuk membuat Engkau, ya Tuhan, merasa betah di tempat kudus ini.”
(1722) Aku mendengar kata-kata ini, “Kalau engkau tidak mengikat tangan-Ku, AKu pasti sudah menurunkan banyak hukuman ke atas bumi. Putri-Ku, pandangan matamu meredakan murka-Ku. Meskipun mulutmu membisu, engkau memanggil Aku dengan sedemikian kuatnya sehingga seluruh surga terharu. Aku tidak dapat menghindar dari permintaan-permintaanmu sebab engkau memburu Aku, tidak dari jauh tetapi dalam hatimu sendiri.”
(1723) Pada suatu malam, jiwa seorang perempuan muda datang kepadaku. Ia menyadarkan aku akan kehadirannya, dan menunjukkan kepadaku bahwa ia membutuhkan doaku. Sejenak aku mendoakan dia, tetapi rohnya tidak meninggalkan aku. Maka aku berkata dalam hati, “Kalau engkau ini roh baik, tinggalkanlah aku dalam damai, dan indulgensi-indulgensi yang akan kuperoleh besok pagi akan kuberikan kepadamu.” Seketika itu juga, roh itu meninggalkan kamarku, dan aku menyadari bahwa ia sedang berada di Purgatorium.
(1724) Hari ini, aku merasakan sengsara Tuhan dalam tubuhku lebih dari kapan pun. Aku merasakan bahwa sengsara ini adalah demi keselamatan seorang berdosa yang menghadapi ajal.
(1725) Hari ini, Tuhan mengajar aku lagi bagaimana aku harus menghampiri Sakramen Rekonsiliasi, “Putri-Ku, sama seperti engkau mempersiapkan kehadiran-Ku, demikianlah engkau melakukan pengakuan dosamu di hadapan-Ku. Bagi-Ku, sosok seorang imam hanyalah tirai. Jangan pernah menganalisis imam macam apa yang Aku gunakan; dalam pengakuan dosa, bukalah jiwamu seolah-olah engkau melakukannya kepada-Ku, dan Aku akan memenuhinya dengan terang-Ku.”
(1726) Ya Kristus dan Tuhan, Engkau sedang menuntun aku di pinggir jurang-jurang. Ketika melihatnya, aku dipenuhi dengan kegentaran, tetapi pada saat yang sama aku merasa damai karena aku mendekap pada Hati-Mu. Dekat pada Hati-Mu, aku tidak takut akan suatu pun. Dalam saat-saat yang berbahaya ini, aku bersikap seperti seorang anak kecil, yang digendong dalam pelukan ibunya; ketika melihat sesuatu yang mengancam dirinya, ia merangkul leher ibunya lebih erat dan merasa aman.
(1727) Aku sering melihat jerat yang dipasang bagiku oleh jiwa-jiwa yang mestinya tidak berbuat demikian. Aku tidak membela diri, tetapi aku mempercayakan diriku sama sekali kepada Allah, yang melihat apa yang ada di dalam hatiku. Dan aku menyaksikan bagaimana jiwa-jiwa itu terperangkap di dalam jerat mereka sendiri. O Allah, betapa adil dan baiknya Engkau!
(1728) “Tulislah: Aku adalah Tritunggal yang kudus, dan Aku benci akan dosa yang paling kecil sekalipun. Aku tidak dapat mengasihi suatu jiwa yang ternoda oleh dosa; tetapi ketika ia menyesal, kemurahan-Ku terhadapnya tidak terbatas. Kerahiman-Ku merengkuh dan menyelamatkannya. Dengan kerahiman-Ku, AKu memburu orang-orang berdosa di segala jalan mereka, dan Hati-Ku bersukacita ketika mereka kembali kepada-Ku. Aku lupa akan kepahitan yang mereka suapkan kepada Hati-Ku, dan Aku bersukacita ketika mereka kembali.”
“Katakan kepada orang-orang berdosa bahwa tidak seorang pun akan lolos dari tangan-Ku; kalau mereka lari dari Hati-Ku yang maharahim, mereka akan jatuh ke dalam tangan-Ku yang adil. Katakan kepada orang-orang berdosa bahwa Aku selalu menantikan mereka bahwa dengan penuh perhatian Aku mendengarkan denyut jantung mereka ... kapan ia akan berdengyut bagi-Ku? Tulislah bahwa Aku sedang berbicara kepada mereka lewat kegelisahan hati nurani mereka, lewat kegagalan dan penderitaan mereka, lewat badai topan dan halilintar, lewat suara Gereja. Dan kalau mereka menyia-nyiakan semua rahmat-Ku, Aku akan murka terhadap mereka, sambil meninggalkan mereka sendirian dan memberikan kepada mereka apa yang mereka kehendaki.”
(1729) O Yesusku, hanya Engkau yang mengetahui usaha-usahaku. Aku tampaknya sedikit lebih sehat; tetapi lebih sehatku ini hanya cukup untuk dapat pergi ke serambi daripada terus berbaring di tempat tidur. Aku tahu dan sepenuhnya sadar akan apa yang terjadi padaku. Meskipun ada perhatian yang cermat dari para superiorku dan meskipun ada usaha-usaha yang keras dari para dokter, kesehatanku terus merosot bahkan akan habis. Tetapi, aku sangat bersukacita atas panggilan-Mu, ya Allahku, Kasihku, sebab aku tahu bahwa pada saat kematianku, misiku akan dimulai. Oh, betapa besarnya kerinduanku untuk dibebaskan dari ikatan-ikatan raga ini. O Yesusku, Engkau tahu bahwa dalam semua keinginanku, aku selalu melihat kehendak-Mu. Dari diriku sendiri, aku tidak mau meninggal satu menit lebih cepat, atau hidup satu menit lebih lama, atau menderita sedikit lebih kecil, atau menderita sedikit lebih banyak; yang ingin kulakukan hanyalah kehendak kudus-Mu. Meskipun aku memiliki gairah yang besar, dan keinginan yang bernyala-nyala dalam hatiku sungguh luar biasa, semua itu tidak pernah melampaui kehendak-Mu.
(1730) Aku bergegas menghampiri kerahiman-Mu, ya Allah yang mahamurah, satu-satunya yang sungguh baik. Meskipun kepapaanku luar biasa, dan pelanggaranku sungguh banyak, aku tetap berharap akan kerahiman-Mu sebab Engkau adalah Allah yang maharahim; sejak dahulu kala, tidak pernah terdengar dan tidak pernah diingat oleh langit atau bumi bahwa suatu jiwa yang mengharapkan kerahiman-Mu dikecewakan.
Ya Allah yang mahamurah, hanya Engkau yang dapat membenarkan aku, dan Engkau tidak pernah akan menolak aku ketika aku, dengan hati yang remuk redam, menghampiri Hati-Mu yang maharahim; di sana tak seorang pun pernah ditolak, juga kalau dia itu pendosa yang paling besar.
(1731) Malam ini, aku terbangun karena badai yang dahsyat. Taufan ganas menerpa, hujan lebat sekali, dan petir sambar-menyambar. Aku mulai berdoa supaya badai tidak menimbulkan bencana. Ketika baru saja mulai berdoa, aku mendengar kata-kata ini, “Daraslah Koronka yang telah Kuajarkan kepadamu, maka badai akan berhenti.” Seketika itu juga aku mulai mendaras Koronka dan belum lagi selesai, tiba-tiba badai pun reda, dan aku mendengar kata-kata ini, “Lewat Koronka, engkau akan memperoleh segala sesuatu kalau yang engkau minta itu selaras dengan kehendak-Ku.”
(1732) Ketika aku berdoa untuk Polandia, aku mendengar kata-kata ini, “Aku memiliki cinta yang istimewa terhadap Polandia. Kalau ia mematuhi kehendak-Ku, Aku akan mengangkatnya kepada kekuasaan dan kekudusan. Dari negeri ini, akan muncul percik api yang akan mempersiapkan dunia untuk menyambut kedatangan-Ku yang terakhir.”
(1733) Selamat datang, Kasihku yang tersembunyi, Kehidupan jiwaku! Aku menyambut Engkau, ya Yesus, dalam wujud roti yang sederhana ini. Selamat datang, Kerahiman yang paling manis, yang mencurahkan diri-Mu sendiri kepada kiwa-jiwa! Selamat datang, Kebaikan yang tak terbatas, yang mencurahkan banjir rahmat-Mu di mana-mana. Selamat datang, o Kecemerlangan yang terselubung, Cahaya bagi jiwa-jiwa. Selamat datang, o Sumber kerahiman yang tak kunjung habis, o Mata Air yang paling jernih, yang memancarkan kehidupan dan kekudusan bagi kami. Selamat datang, Kesukaan hati yang murni. Selamat datang, Harapan satu-satunya bagi jiwa yang berdosa.
(1734) O Yesusku, Engkau tahu bahwa kadang-kadang aku tidak memiliki gagasan yang luhur atau semangat yang membubung tinggi. Aku mau bersikap sabar terhadap diriku sendiri dan mengakui bahwa seperti itulah aku sebab semua yang indah adalah rahmat dari Allah. Dengan demikian, aku merendahkan diri serendah-rendahnya dan berseru-seru memohon pertolongan-Mu; dan rahmat kunjungan-Mu tidak berlambat dalam mendatangi hati yang rendah.
(1735) O Perawan, puspa nan indah, engkau tidak akan tinggal lebih lama di dunia ini. Oh, betapa indahnya kecemerlanganmu, mempelai-Ku yang murni! Tidak ada angka yang dapat menghargaimu, betapa indahnya puspa keperawananmu! Kecemerlanganmu tidak akan pudar: ia perkasa, kuat, tak terkalahkan.
Cahaya mentari tengah hari sendiri tampak pudar, bahkan gelap di hadirat hati perawanmu. Aku tidak melihat suatu pun yang lebih indah daripada keperawanan. Ia adalah puspa yang diambil dari Hati ilahi. O perawan nan lembut, mawar nan harum, meskipun ada banyak salib di bumi, tidak ada mata yang telah melihat, tidak pernah terlintas dalam pikiran manusia apa yang menantikan seorang perawan di surga.
O perawan, bakung seputih salju, engkau hidup hanya bagi Yesus dan di dalam piala murni hatimu ini ada tempat tinggal yang menyenangkan bagi Allah sendiri.
O perawan, tidak seorang pun akan melagukan madahmu. Dalam nyanyianmu, tersembunyi kasih Allah. Bahkan para malaikat pun tidak memahami apa yang dilambungkan para perawan kepada Allah.
O perawan, kembang firdausmu mengalahkan segala semarak dunia ini. Meskipun dunia tidak dapat memahami engkau, ia merunduk rendah di hadapanmu.
Meskipun jalan perawan ditaburi banyak duri, dan hidupnya dihimpit dengan banyak salib, siapa seperkasa dia? Tidak suatu pun akan mematahkan dia; ia tak terkalahkan.
O perawan, malaikat di bumi, keagunganmu dimahsyurkan di seluruh Gereja. Engkau berdiri berjaga di depan tabernakel dan, seperti Serafim, engkau menjadi serba cinta.
(1736) Pernah, ketika berada di serambi, aku melihat seseorang sedang diganggu oleh godaan-godaan yang kuat mengenai sakramen pengakuan dosa; ia meragukan kerahasiaannya. Memang, aku tahu keadaan jiwa itu; tetapi aku sendiri tidak bisa memulai pembicaraan. Ketika kami hanya berdua, ia membuka hatinya kepadaku dan menceritakan segala sesuatu. Sesudah percakapan yang singkat, ia berkata kepadaku, “Aku merasa tenang sekarang; jiwaku telah menerima banyak terang.”
(1737) Hari ini, Yesus memberi tahu aku agar aku berbicara sejenak dengan seorang biarawati. Selama percakapan itu, rahmat Allah menopangnya; kalau tidak, percakapan itu tidak akan memuliakan Allah.
(1738) Tuhan berkata kepadaku, Masuklah sering-sering ke Purgatorium sebab mereka membutuhkan engkau di sana.”  O Yesusku, aku tahu arti kata-kata yang sedang Kausampaikan kepadaku ini, tetapi pertama-tama biarlah aku mampir ke dalam khazanah kerahiman-Mu.
(1739) “Tulislah, Putri-Ku, bahwa bagi jiwa yang remuk redam Aku adalah Sang Kerahiman sendiri. Kejahatan jiwa yang paling besar pun tidak akan menyalakan murka-Ku; sebaliknya, terhadap jiwa seperti itu, Hati-Ku terharu dengan kerahiman yang besar.”
(1740) O Yesusku, berilah aku kekuatan untuk menanggung penderitaan sehingga aku tidak akan memperlihatkan wajah yang masam ketika aku meminum piala kepahitan. Tolonglah aku membuat pengurbananku menyenangkan Hati-Mu. Semoga pengurbannku tidak dinodai oleh semangat cinta diri meskipun pengurbanan itu berlangsung selama bertahun-tahun. Semoga kemurnian maksudku membuat pengurbanan itu menyenangkan Hati-Mu, selalu segar, dan penuh kehidupan. Hidupku ini adalah pergulatan tanpa henti, suatu usaha terus-menerus untuk melaksanakan kehendak kudus-Mu; semoga segala sesuatu yang ada dalam diriku, baik kepapaanku maupun kekuatanku, menjadi pujian bagi-Mu, o Tuhan.
Kebaikan Allah yang Tak Terhingga dalam Menciptakan Malaikat:
(1741) O Allah, Engkau adalah Sang Kebahagiaan. Engkau tidak membutuhkan makhluk untuk membuat diri-Mu bahagia sebab Engkau sendiri adalah kepenuhan cinta; tetapi karena kerahiman-Mu yang tak terbatas, Engkau menciptakan makhluk dan mengikutsertakan mereka dalam kebahagiaan-Mu yang abadi dan dalam kehidupan-Mu sendiri, yakni kehidupan ilahi yang Kauhayati sebagai Allah yang Esa dalam Tiga Pribadi. Dalam kerahiman-Mu yang tak terbatas, Engkau telah menciptakan roh-roh malaikat dan mengizinkan mereka menikmati cinta dan kemesraan ialahi-Mu. Engkau telah membuat mereka mampu menikmati cinta abadi. Memang, o Tuhan, dengan murah hati Engkau memberikan kepada mereka semarak cinta dan keindahan; tetapi, kepenuhan-Mu tidak berkurang sedikit pun. O Allah, cinta dan keindahan para malaikat sama sekali tidak membuat-Mu lebih sempurna sebab dari diri-Mu sendiri Engkau mencakup segala sesuatu. Kalau Engkau membiarkan mereka ambil bagian dalam kebahagiaan-Mu dan mengizinkan mereka hidup serta mencintai Engkau, itu hanya karena kedalaman kerahiman-Mu. Inilah kebaikan-Mu yang tak terbatas; karena itu, tanpa henti mereka memuliakan Engkau sambil merendahkan diri pada tumpuan keagungan-Mu sembari melagukan kidung abadi mereka: Kudus, Kudus, Kudus...
(1742) Terpujilah Engkau, Allah yang maharahim, Allah yang Esa dalam Tritunggal kudus, yang tak terselami, tak terbatas, tak dapat dipahami. Sambil membenamkan diri dalam Engkau, pikiran para malaikat tak mampu memahami Engkau; maka mereka mengulangi tanpa henti kidung abadi mereka: Kudus .... Terpujilah Engkau, o Pencipta kami yang maharahim, o Tuhan, Mahakuasa tetapi penuh dengan kemurahan, tak terselami.
Mengasihi Engkau adalah perutusan hidup kami sambil melagukan kidung abadi kami: Kudus ....
Terpujilah Engkau, Allah yang maharahim, Kekasih yang kekal, Engkau mengatasi langit, safir, dan cakrawala. Himpunan roh-roh yang murni melambungkan pujian bagi-Mu, dengan madah abadinya: Kudus, Kudus, Kudus
Sambil menatap Engkau, dari muka ke muka, o Allah, aku melihat bahwa Engkau dapat menciptakan makhluk-makhluk yang melebihi mereka. Oleh karena itu, mereka merendahkan diri di hadapan-Mu dengan kerendahan hati yang tiada tara, karena, sungguh, mereka tahu bahwa rahmat ini mereka terima melulu karena kerahiman-Mu.
Salah satu dari roh-roh yang paling indah itu, tidak mengakui kerahiman-Mu. Karena dibutakan oleh kecongkakannya, ia menyeret roh-roh lain mengikutinya. Dari malaikat yang sangat indah, ia menjadi setan dan dalam sekejap ke dalam nereka.
Kemudian roh-roh yang setia berseru, “Mulialah kerahiman Allah!”
Dan mereka berdiri kokoh meskipun menghadapi cobaan yang ganas. Mulialah Yesus, Sang Kristus yang merendahkan diri. Mulialah Bunda-Nya, Perawan yang murni dan rendah hati.
Sesudah pertempuran ini, roh-roh yang murni membenamkan diri dalam samudra ke-Allah-an; sambil memandang dan memuji besarnya kerahiman Tuhan, mereka membenamkan diri dalam kerahiman-Nya dan dalam cahaya-Nya yang terang benderang, sambil merenungkan Tritunggal, Allah yang Esa.
(1743) Kebaikan Allah yang Tak Terhingga dalam Menciptakan Umat Manusia:
Ya Allah, dalam kerahiman-Mu, Engkau berkenan menciptakan manusia dari kehampaan, dan dengan murah hati Engkau telah memberikan kepadanya kodrat serta rahmat. Tetapi, penciptaan itu tampak terlalu kecil untuk kebaikan-Mu yang tak terbatas. Dalam kerahiman-Mu, o Tuhan, Engkau memberi kami kehidupan abadi. Engkau menerima kami dalam kebahagian-Mu yang abadi dan mengikutsertakan kami dalam kehidupan batin-Mu. Dan, Engkau melakukan semua ini melulu karena kerahiman-Mu. Engkau melimpahkan anugerah rahmat-Mu atas kami, hanya karena Engkau baik dan penuh cinta. Untuk menjadi bahagia, Engkau sama sekali tidak membutuhkan kami, tetapi Engkau, o Tuhan, ingin membagikan kebahagiaan-Mu sendiri kepada kami tetapi kami, manusia, tidak tahan uji. Mestinya, Engkau dapat menghukum manusia, seperti para malaikat, dengan penolakan kekal. Tetapi, di sini tampaklah kerahiman-Mu, dan lubuk hati-Mu sendiri tergerak oleh iba yang besar sehingga Engkau berjanji untuk memulihkan keselamatan kami. Karena lubuk kerahiman-Mu yang tak terselami, Engkau tidak menghukum kami sebagaimana mestinya. Semoga kerahiman-Mu dimuliakan, o Tuhan; kami akan memujinya sepanjang segala abad. Para malaikat pun terpesona menyaksikan besarnya kerahiman yang Engkau tunjukkan kepada umat manusia.
(1744) Semoga Engkau disembah, o Allah kami yang maharahim, o Tuhan dan Pencipta yang mahakuasa. Dengan kerendahan hati yang mendalam, kami memuji Engkau, sambil membenamkan diri dalam samudra Ke-Allahan-Mu. Tetapi, di saat pencobaan, manusia tidak bertahan. Karena bujuk rayu si jahat, ia tidak setia kepada-Mu. Ia kehilangan rahmat dan karunia-Mu; hanya kepapaan yang masih tinggal padanya, dengan air mata, penderitaan, dukacita serta kepahitan, sampai ia beristirahat di dalam kubur.
Tetapi Engkau, o Allah yang maharahim, tidak mmebiarkan umat manusia binasa, dan Engkau menjanjikan seorang Juru Selamat. Meskipun pelanggaran-pelanggaran kami berat, Engkau tidak membiarkan kami putus asa, dan Engkau mengutus nabi-nabi-Mu kepada Israel.
Terus-menerus, siang dan malam, umat manusia berseru kepada-Mu dari jurang kepapaan, dosa, dan segala penderitaan. Dengarkanlah rintihan dan air mata, hai Engkau yang meraja di surga, Allah kerahiman yang agung, Allah segala belas kasihan.
Manusia sesat, tetapi ia tidak dapat minta ampun, sebab suatu jurang menganga membentang memisahkan Allah dan manusia. Dengan suara kepapaannya, ia berseru, “Kasihanilah kami!” Tetapi Yahwe diam saja .... dan abad demi abad pun terus berlalu.
Tetapi, kerinduan seluruh umat manusia semakin memuncak, suatu kerinduan akan Dia yang telah dijanjikan. Datanglah, hai Anak Domba Allah, hapuslah kejahatan-kejahatan kami, datanglah, terangilah kegelapan kami ibarat sinar terang.
Tanpa henti umat manusia berseru kepada-Mu, o Tuhan para tuan, menyerukan kerahiman-Mu yang tak terbatas, menyerukan kemurahan-Mu.
O Yahwe yang agung, berkenanlah berdamai dengan kami, ingatlah akan kebaikan-Mu, dan ampunilah dosa-dosa kami.
Kebaikan Allah yang Tak Terhingga dalam Mengutus Putra Tunggal-Nya kepada Kita.
(1745) Ya Allah, sesudah manusia jatuh, Engkau tidak menghancurkannya, tetapi dalam kerahiman-Mu, Engkau mengampuninya; Engkau mengampuni dengan cara ilahi, yakni tidak hanya membebaskan dia dari kesalahan, tetapi juga melimpahkan setiap rahmat ke atasnya. Kerahiman telah menggerakkan Hati-Mu sehingga Engkau berkenan turun ke tengah kami dan mengangkat kami dari kepapaan kami. Allah berkenan turun ke bumi; Tuhan para tuan yang tak dapat mati merendahkan diri-Nya. Tetapi, di mana Engkau akan turun, Tuhan; akankah Engkau turun di kanisah Salomo? Atau akankah Engkau menyuruh suatu tabernakel baru yang dibangun untuk diri-Mu sendiri? Di mana Engkau mau turun? O Tuhan, tabernakel macam apa yang akan kami siapkan bagi-Mu sebab seluruh bumi adalah tumpuan kaki-Mu?
Engkau memang telah mempersiapkan suatu tabernakel baru bagi diri-Mu sendiri: Sang Perawan suci. Rahimnya yang tak bernoda adalah tempat tinggal-Mu, dan di sana terjadi mukjizat kerahiman-Mu yang tak terselami, o Tuhan. Sabda menjadi daging; Allah tinggal di antara kami; Engkaulah Sabda Allah, Kerahiman yang menjelma. Dengan turun ke tengah kami, Engkau telah mengangkat kami kepada ke-Allahan-Mu. Begitulah uar biasanya cinta-Mu, begitulah dalamnya lubuk kerahiman-Mu. Surga terpesona menyaksikan kelimpahan cinta-Mu. Kini, tak seorang pun takut menghampiri Engkau. Engkau adalah Allah yang maharahim. Engkau iba kepada orang yang malang. Engkau adalah Allah kami, dan kami adalah umat-Mu. Engkau adalah Bapa kami, dan kami adalah anak-anak-Mu karena rahmat. Terpujilah kerahiman-Mu bahwa Engkau berkenan turun ke tengah kami.
(1746) Dimuliakanlah Engkau, o Allah kerahiman, sebab Engkau berkenan turun dari surga ke bumi. Dengan bersujud, kami menyembah Engkau karena Engkau telah merendahkan diri untuk mengangkat seluruh umat manusia.
Dalam kerahiman-Mu yang tak terbatas dan tak terselami, demi cinta akan kami, Engkau mengenakan daging dari Perawan yang Tak Bernoda, yang tak pernah tersentuh oleh dosa; Engkau telah menghendakinya sejak segala abad.
Sang Perawan suci, Bakung yang seputih salju, adalah pujian perdana untuk kerahiman-Mu yang mahakuasa. Hatinya yang murni terbuka penuh cinta untuk kedatangan Sang Sabda. Ia percaya akan kata-kata utusan Allah dan teguh dalam pengharapan.
Surga terpesona bahwa Allah telah menjadi manusia, bahwa di bumi ada hati yang pantas untuk Allah sendiri. Mengapa Engkau tidak menyatukan diri-Mu dengan Serafim, tetapi dengan orang berdosa, o Tuhan? Oh, karena di samping kemurnian rahim keperawanan, semua ini merupakan misteri kerahiman-Mu.
O misteri kerahiman Allah, o Allah murah hati, Engkau berkenan meninggalkan takhta surgawi dan merunduk kepada kepapaan kami, kepada kelemahan umat manusia, karena bukan malaikat, tetapi manusialah yang membutuhkan kerahiman.
Untuk memberikan pujian yang pantas kepada kerahiman Tuhan, kami menyatukan diri dengan Bunda-Mu yang Tak Bernoda; dengan demikian, madah kami akan lebih menyenangkan hati-Mu, sebab Sang Bunda telah dipilih dari antara manusia dan malaikat.
Lewat dia, ibarat lewat suatu kristal yang murni, kerahiman-Mu telah sampai kepada kami. Lewat dia, manusia menjadi berkenan di hati Allah; lewat dia, aliran rahmat turun ke atas kami.
(1747) Kebaikan Allah yang Tak Terhingga dalam Menebus Manusia.
Ya Allah, Engkau mestinya dapat menyelamatkan ribuan dunia dengan satu kata saja; satu rintihan saja dari Yesus sudah cukup untuk memuaskan keadilan-Mu. Tetapi, ya Yesus, murni karena cinta akan kami, Engkau sendiri telah menjalani sengsara yang sedemikian mengerikan. Dengan satu keluhan saja dari-Mu, keadilan Bapa-Mu kiranya sudah dapat diredakan. Jadi, seluruh penghampaan diri-Mu semata-mata adalah karya kerahiman dan karya cinta-Mu yang tak terselami. Ketika meninggalkan bumi ini, o Tuhan, Engkau ingin tetap tinggal bersama kami. Maka, Engkau mewariskan kepada kami diri-Mu sendiri dalam sakramen altar, dan Engkau membuka lebar-lebar kerahiman-Mu bagi kami. Tidak ada kepapaan yang dapat menyerap habis kekayaan-Mu; Engkau telah memanggil kami semua kepada sumber cinta, kepada mata air kemurahan Allah. Inilah tabernakel kerahiman-Mu, inilah obat untuk segala kelemahan kami. Kepada-Mu, o mata air kerahiman, segala jiwa ditarik; sebagian lagi ingin membasuh luka karena dosa-dosa mereka, dan masih ada lagi yang kelelahan dalam hidupnya ingin menimba kekuatan. Pada saat kematian-Mu di salib, Engkau mmeberikan kehidupan kekal kepada kami; sambil membiarkan lambung-Mu yang amat kudus tetap terbuka, Engkau membuka bagi kami mata air kerahiman yang tak kunjung kering, sambil memberikan kepada kami milik yang paling Kaucintai, yakni Darah dan Air yang keluar dari Hati-Mu. Demikianlah mahakuasanya kerahiman-Mu. Dari situ mengalirlah segala rahmat bagi kami.
(1748) Dimuliakanlah Engkau, o Allah, dalam karya kerahiman-Mu, diberkatilah Engkau oleh semua hati yang setia yang menjadi sasaran tatapan mata-Mu, yang menjadi tempat kediaman bagi kehidupan kekal-Mu.
O Yesusku, kasihanilah kami, betapa sedih hidup-Mu di bumi ini, dan karya-Mu berakhir dalam siksaan yang mengerikan, tergantung terentang pada kayu salib, dan semua ini demi cinta-Mu akan jiwa kami
Dalam cinta-Mu yang tak terselami, Engkau membiarkan lambung-Mu yang paling kudus dibuka, dan aliran Darah serta Air memancar dari Hati-Mu. Inilah mata air kerahiman-Mu yang terus mengalir, di sini jiwa-jiwa memperoleh penghiburan dan kesegaran.
Dalam Sakramen Mahakudus, Engkau menyalurkan kerahiman-Mu kepada kami; kasih-Mu berkenan mengaturnya sedemikian sehingga dengan meniti kehidupan, dengan menderita dan bekerja keras, aku tidak pernah meragukan kebaikan dan kerahiman-Mu.
Sebab, kalaupun seluruh kepapaan dunia membebani jiwaku, aku tidak boleh ragu-ragu sedetik pun, tetapi tetap percaya akan kuasa kerahiman Allah. Sebab, dengan murah hati, Allah menyambut jiwa yang menyesal.
O kerahiman Tuhan kami yang tak terperikan, mata air kemurahan dan segala kemanisan. Percayalah dan berharaplah, o Jiwa, meskipun engkau ternoda oleh dosa, karena kalau engkau menghampiri Allah, engkau tidak akan merasa kepahitan.
Sebab Ia adalah api cinta yang hidup dan bernyala-nyala! Apabila kita menghampiri Dia dengan tulus hati, kepapaan, dosa, dan perbuatan jahat kita akan musnah; Ia akan melunaskan utang-utang kita kalau kita menyerahkan diri kepada-Nya.
(1749) Kebaikan Allah yang Tak Terhingga dalam Menghias Seluruh Dunia dengan Keindahan untuk Membuat Tempat Tinggal Manusia di Bumi Menyenangkan.
O Allah, betapa melimpahnya kerahiman-Mu tersebar di mana-mana, dan semua ini telah Kaulakukan demi manusia. Oh, betapa besarnya cinta-Mu kepada manusia; demi dia cinta-Mu sedemikian berkobar-kobar. O Pencipta dan Tuhanku, di mana-mana aku melihat jejak tangan-Mu dan memeteraikan kerahiman-Mu, yang merengkuh segala barang ciptaan. O Pencipta yang paling murah hati, aku ingin memberikan baktiku kepada-Mu atas nama segala makhluk dan segala ciptaan yang tidak bernyawa; aku memanggil seluurh alam untuk memuliakan kerahiman-Mu. Oh, betapa besarnya kebaikan-Mu, ya Allah!
(1750) Dimuliakanlah Engkau, o Pencipta dan Tuhan kami. Hai alam semesta, muliakanlah Allahmu dengan rendah hati; bersyukurlah kepada Penciptamu dengan sekuat tenagamu dan pujilah kerahiman Allah yang tak terselami. Kemarilah, hai bumi, bersama segala tetumbuhan hijau, kemarilah juga, hai laut yang tak terdugai. Biarlah syukurmu menjadi nyanyian yang merdu, dan agungkanlah kerahiman Allah.
Kemarilah, hai surya yang indah dan bersinar terang. Kemarilah, hai fajar cemerlang yang mendahuluinya. Berpadulah dalam satu madah, dan biarlah suaramu terdengar merdu. Agungkanlah kerahiman Allah dalam paduan suara.
Kemarilah, hai bukit dan lembah, hutan yang riuh rendah dan belukar, kemarilah, hai bunga-bunga pagi nan indah; biarlah aromamu yang unik memuji dan memuliakan kerahiman Allah.
Kemarilah, hai segala hal yang indah di bumi, yang tiada henti dikagumi oleh manusia. Marilah menyembah Allah dalam paduan suaramu, sambil memuliakan kerahiman Allah yang tak terselami.
Kemarilah, hai keindahan seluruh bumi yang tak terhapuskan, dengan segala kerendahan hati, sembahlah Penciptamu. Karena segala yang terkandung dalam kerahiman-Nya, segala sesuatu berseru dengan satu suara yang gegap gempita: Betapa besarnya kerahiman Allah!

Tetapi, di atas segala keindahan ini, pujian yang paling berkenan di Hati Allah adalah jiwa yang tak bercela, yang dipenuhi dengan kepercayaan seorang anak, yang berkat rahmat, terikat erat pada-Nya.

No comments:

Post a Comment