(1701) Hari ini, aku minta kepada
Tuhan agar Ia berkenan mengajar aku tentang kehidupan batin sebab dari diriku
sendiri aku tidak dapat baik memahami maupun menyelami suatu pun dengan
sempurna. Tuhan menjawab kepadaku, “Aku adalah Gurumu, sekarang dan kelak;
berusahalah membuat hatimu menjadi seperti Hati-Ku yang lemah lembut dan rendah
hati. Janganlah pernah menuntut hakmu. Tanggunglah dengan tenang dan sabar
segala sesuatu yang menimpa engkau. Janganlah membela diri kalau engkau
dipermalukan meskipun engkau tidak bersalah. Biarlah orang-orang lain merasa
menang. Janganlah berhenti berbuat baik kalau engkau melihat bahwa kebaikanmu
disalahgunakan. AKu sendiri akan berbicara bagimu kalau memang diperlukan.
Bersyukurlah atas rahmat-Ku yang paling kecil sekalipun sebab sikap syukurmu
mendesak Aku untuk memberikan rahmat baru kepadamu...”
(1702) Menjelang akhir Jalan Salib
yang kulaksanakan, Tuhan Yesus mulai mengeluh tentang jiwa-jiwa para religius
dan para imam, tentang kurangnya cinta dalam jiwa-jiwa yang terpilih. “Aku
akan membiarkan biara dan gereja-gereja dihancurkan.” Aku menjawab, “Tetapi, ya Yesus, ada begitu banyak jiwa
yang memuji Engkau dalam biara-biara.” Tuhan menjawab, “Pujian itu melukai Hati-Ku sebab
cinta sudah diusir dari biara-biara. Jiwa-jiwa itu tanpa cinta dan tanpa
kesalehan, jiwa-jiwa itu penuh dengan egoisme dan cinta diri, jiwa-jiwa itu
penuh dengan kesombongan dan kecongkakan, jiwa-jiwa itu penuh dengan tipu
muslihat dan kemunafikan, jiwa-jiwa itu suam-suam kuku, yang kehangatannya
hanya cukup untuk bertahan hidup: Hati-Ku tidak tahan menanggung semua ini.
Semua rahmat yang Kucurahkan atas mereka langsung menghilang seperti air yang
jatuh ke permukaan batu karang. Aku tidak tahan berada di depan mereka sebab
mereka tidak baik dan tidak jahat. Aku telah menginginkan biara-biara baru agar
dunia dikuduskan lewat mereka. Dari merekalah nyala cinta dan pengurbanan yang
penuh kekuatan seharusnya berkobar. Kalau mereka tidak bertobat dan hati mereka
tidak bernyala karena cinta pertama mereka, Aku akan mengizinkan dunia
menghancurkannya...”
“Bagaimana mereka dapat duduk pada
takhta pengadilan yang ditetapkan untuk menghakimi dunia kalau kesalahan mereka
lebih besar daripada kesalahan dunia? Tidak ada penyesalan dan pemulihan dalam
diri mereka. O hati yang pada pagi hari menerima Aku dan pada tengah hari sudah
sama sekali dipenuhi kebencian terhadap-Ku, kebencian dalam segala jenisnya! O
hati yang Kupilih secara istimewa, untuk inikah engkau dipilih, yakni untuk
lebih melukai Hati-Ku? Dosa-dosa berat yang dilakukan oleh dunia merupakan luka
di permukaan Hati-Ku, tetapi dosa-dosa yang dilakukan oleh jiwa terpilih
terus-menerus menembus Hati-Ku...”
(1703) Ketika aku mencoba mendoakan
mereka, aku tidak dapat menemukan dasar apa pun untuk meminta pengampunan bagi
mereka dan karena pada waktu itu aku tidak mampu memikirkan suatu pun untuk
membela mereka, hatiku dicekam oleh penderitaan, dan aku menangis dengan pedih
hati. Kemudian Tuhan memandangku dengan penuh cinta dan meneguhkan aku dengan
kata-kata ini, “Jangan menangis. Masih ada banyak jiwa yang sangat mencintai Aku,
tetapi Hati-Ku ingin dicintai oleh semua orang dan Aku memperingatkan serta
menghukum mereka karena Aku sangat mencintai mereka.”
(1704) Pergulatan melawan godaan
tertentu. Ada satu orang yang terus menerus mengganggu aku dengan kata-kata
rayuan. Karena ia tahu kapan aku keluar untuk pergi ke kapel atau ke serambi,
ia menghadang langkahku. Tetapi, ia tidak berani mendekatiku sendirian. Maka,
ia mengajak orang lain yang seperti dirinya, tetapi tidak seorang pun dari
mereka berani mendekati aku. Ketika aku sedang dalam perjalanan untuk mengikuti
ibadat bulan Mei, mereka sudah berdiri di tempat yang harus aku lalui. Sebelum
sampai pada mereka, aku sudah mendengar kata-kata rayuan yang diarahkan
kepadaku. Dan Tuhan mengizinkan aku mengetahui maksud hati mereka yang tidak
baik. Aku tahu bahwa mereka akan menghadang aku sesudah ibadat, dan kemudian
memaksa aku berbicara dengan mereka karena sampai saat itu belum sepatah kata
pun kuucapkan.
Ketika aku meninggalkan kapel,
mereka sudah ada di sana, siap menantikan aku lewat. Kali ini, aku dicekam oleh
rasa takut. Tiba-tiba Yesus berdiri di sampingku dan berkata, “Jangan
takut. Aku menyertaimu.” Serta merta aku merasakan di dalam jiwaku ada
kekuatan luar biasa, yang tidak dapat kulukiskan. Ketika tinggal beberapa
langkah dari mereka, aku berkata dengan keras dan berani, “Terpujilah Yesus Kristus!” Dan mereka, sambil melangkah ke
samping, menjawab, “Selama-lamanya. Amin”
Seperti disambar petir, mereka menundukkan kepala, bahkan tidak berani memandang
aku. Sesudah aku lewat, aku dapat mendengar beberapa komentar jahat. Sejak saat
itu, setiap kali melihat aku, orang ini lari menyingkir agar tidak berjumpa
dengan aku dan, syukur kepada Tuhan, aku dibiarkan dalam damai...
(1705) Sesudah misa kudus, aku
pergi ke taman untuk melakukan meditasi. Karena pada waktu itu belum ada pasien
lain pun di taman, aku merasa leluasa. Ketika aku merenungkan berkat-berkat
Allah, hatiku bernyala-nyala karena cinta yang sedemikian besar sehingga hatiku
serasa terbakar. Tiba-tiba Yesus berdiri di depanku dan berkata, “Apa
yang engkau lakukan di sini sedini ini?” Aku menjawab, “Aku sedang memikirkan Engkau, kerahiman-Mu,
dan kebaikan-Mu terhadap kami. Dan Engkau, Yesus, apa yang Engkau lakukan di
sini?” “Aku datang untuk menjumpai
engkau, untuk melimpahkan rahmat atas dirimu. Aku sedang mencari jiwa-jiwa yang
senang menerima rahmat-Ku.”
(1706) Hari ini, dalam Ibadat Sore,
Tuhan memberi tahu aku betapa Ia sangat berkenan akan hati yang murni dan
bebas. Aku merasa bahwa Allah suka menjenguk ke dalam hati seperti itu.
...Tetapi, hati seperti itu adalah hati para ksatria; hidupnya berada dalam
pertempuran yang tak pernah berkesudahan.
(1707) Dalam perjalananku menuju
serambi, aku singgah ke kapel sejenak. Hatiku benar-benar membenamkan diri
dalam adorasi, sambil memuji kebaikan Allah dan kerahiman-Nya yang tak
terselami. Kemudian, aku mendengar kata-kata ini dalam jiwaku, “Kini
dan nanti Aku akan menjadi sebagaimana engkau memuji Aku. Engkau akan mengalami
kebaikan-Ku, mulai sejak kehidupan ini dan kemudian, secara penuh, dalam
kehidupan yang akan datang.”
(1708) O Kristus, aku sangat
bersukacita ketika menyaksikan Engkau dicintai dan mendengar pujian serta
hormat bagi-Mu, khususnya pujian terhadap kerahiman-Mu, bergema di mana-mana. O
Kristus, sampai akhir hayatku, aku tidak akan berhenti memuliakan kebaikan dan
kerahiman-Mu. Dengan setiap tetes darahku, dengan setiap denyut jangtungku, aku
memuliakan kerahiman-Mu. Aku ingin seluruh diriku diubah menjadi kidung
kemuliaan bagi-mu. Apabila aku menghadapi ajal, biarlah detak jantungku yang
terakhir menjadi madah merdu untuk memuji kerahiman-Mu yang tak terbatas.
(1709) Hari ini, Tuhan berkata
kepadaku, “Engkau akan menjalani retret tiga hari sebelum turunnya Roh Kudus. Aku
sendiri akan mengarahkan engkau. Hendaknya engkau tidak mengikuti suatu pun
dari peraturan-peraturan yang dituntut oleh retret pada umumnya atau
menggunakan suatu buku pun untuk meditasi. Tugasmu adalah mendengarkan suara-Ku
dengan penuh perhatian. Untuk bacaan rohani, hendaknya engkau membaca satu bab
dari Injil Yohanes.”
(1710) 26 Mei 1938. Hari ini, aku mendampingi Tuhan
Yesus ketika Ia naik ke surga. Hari itu sekitar tengah hari, aku dikuasai oleh
rasa rindu yang luar biasa akan Allah. Itu adalah sesuatu yang aneh. Semakin
aku merasakan kehadiran Allah, semakin berkobar-kobarlah kerinduanku akan Dia.
Kemudian aku melihat diriku sendiri di tengah himpunan besar murid-murid Yesus
dan para rasul bersama dengan Bunda Allah. Yesus sedang menyuruh mereka untuk “...pergilah
ke seluruh dunia dan ajarlah mereka dalam nama-Ku.” Ia mengulurkan
tangan-Nya dan memberkati mereka, lalu menghilang di balik awan. Aku
menyaksikan kerinduan Bunda kita. Dengan segenap kekuatan cintanya, jiwanya
merindukan Yesus. Tetapi, ia sedemikian tenang dan sedemikian bersatu dengan
kehendak Allah sehingga di dalam hatinya tidak ada gejolak lain kecuali yang
dikehendaki Allah.
(1711) Ketika aku sendirian bersama
Santa Perawan Maria, ia mengajarkan kepadaku mengenai kehidupan batin. Ia
berkata, “Kebesaran sejatu suatu jiwa
adalah mencintai Allah dan merendahkan diri di hadirat-Nya, sambil melupakan
dirinya sendiri sama sekali dan tidak mengandalkan suatu pun; sebab Tuhan itu
memang besar, tetapi Ia sangat berkenan akan orang yang rendah hati; Ia selalu
menolak orang yang sombong.”
(1712) Seseorang, yang sebelum ini
sudah kusebut, mengunjungi aku lagi. Ketika aku menyadari bahwa ia mulai
mengumbar kebohongan, aku menunjukkan kepadanya bahwa aku tahu ia sedang
berbohong. Ia sangat malu dan berhenti berbicara. Kemudian aku berbicara
kepadanya tentang pengadilan Allah yang dahsyat; aku juga menegaskan bahwa ia
sudah menyesatkan jiwa-jiwa yang tak bersalah dan menuntun mereka di jalan yang
berbahaya. Di hadapannya, kubeberkan segala sesuatu yang ada dalam hatinya.
Karena aku harus mengendalikan perasaanku sendiri untuk dapat berbicara ramah
kepadanya, dan untuk membuktikan kepada Yesus bahwa aku mencintai
musuh-musuhku, maka aku memberikan kudapan petangku kepadanya. Ia pun pergi,
jiwanya sudah diterangi, tetapi masih jauh dari mulai bertindak....
(1713) Ada waktu-waktu saat Tuhan
Yesus memenuhi keinginan-keinginanku yang paling kecil sekalipun. Hari ini, aku
berbicara bahwa aku ingin melihat beberapa bulir gandum, padahal bulir-bulir itu
tidak dapat dilihat dari sanatorium. Tetapi, salah seorang dari para pasien
mendengar pembicaraanku. Maka, pada hari berikutnya, ia pergi ke ladang dan
membawa untukku beberapa bulir gandum yang indah. Kamarku selalu dihiasi dengan
bunga-bunga yang segar, tetapi rohku merasa tidak puas akan suatu pun. Semakin
lama aku semakin merindukan Allah.
(1714) Hari ini, dengan khusyuk,
aku memohon pertolongan Tuhan Yesus untuk rumah kami agar Ia berkenan mengambil
salib yang telah menindih biara kami. Tuhan menjawab aku, “Doa-doamu dikabulkan untuk
ujud-ujud yang lain. Aku tidak dapat mengambil salib-salib itu sebelum mereka
tahu maksudnya.” Tetapi, aku tidak berhenti berdoa.
(1715) Suatu godaan yang kuat.
Tuhan menunjukkan kepadaku betapa suatu hati yang murni menyenangkan Dia, dan
karena itu aku diberi pengetahuan yang lebih jelas mengenai kepapaanku sendiri.
Ketika aku mulai mempersiapkan pengakuan dosa, godaan-godaan yang kuat melawan
para bapak pengakuan menyerbu aku.
Aku tidak melihat setan, tetapi aku
dapat merasakan kehadirannya, merasakan kemarahannya yang mengerikan. - “Sungguh, ia adalah manusia biasa” - “Bukan
manusia biasa sebab ia memiliki kekuatan Allah.” - Sungguh, tidak sulit bagiku untuk mengakui
dosa-dosaku. Tetapi, untuk mengungkapkan lubuk hatiku yang paling rahasia,
untuk memberikan pertanggungjawaban tentang kegiatan rahmat Allah, untuk
berbicara tentang tuntutan Allah, tentang semua yang terjadi antara Allah dan diriku
... untuk menuturkan bahwa bagi manusia hal itu melampaui kekuatanku. Aku
merasakan bahwa aku sedang berjuang melawan godaan-godaan yang berat dan aku
berseru, “O Kristus, Engkau dan imam
adalah satu; aku akan menghampiri kamar pengakuan seperti aku menghampiri
Engkau sendiri, bukan seorang insan.” Ketika aku memasuki kamar pengakuan,
aku mulai dengan mengungkapkan kesulitan-kesulitanku. Imam menjawab bahwa hal
paling baik yang telah aku lakukan adalah mengungkapkan godaan-godaan ini.
Tetapi, sesudah pengakuan dosa, semua godaan itu lenyap dan jiwaku menikmati
damai.
(1716) Pernah, pada waktu rekreasi,
salah seorang suster pemimpin berkata bahwa suster-suster pembantu tidak
memiliki perasaan, dan karena itu dapat diperlakukan dengan kasar. Aku sangat sedih
menyaksikan bahwa para suster pemimpin sedikit sekali tahu tentang para suster
pembantu dan menghakimi mereka hanya dari apa yang kelihatan.
(1717) Hari ini, aku sedang
berbicara dengan Tuhan, dan Ia berkata kepadaku, “Ada jiwa-jiwa yang dengannya Aku
tidak dapat melakukan suatu pun. Mereka adalah jiwa-jiwa yang terus-menerus
mengamati orang lain, tetapi sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi
dalam diri mereka sendiri. Mereka terus-menerus berbicara tentang orang lain,
bahkan juga pada saat silentium yang ketat, yang dikhususkan hanya untuk
berbicara dengan Aku. Oh, jiwa-jiwa yang malang, mereka tidak mendengarkan
kata-kata-Ku; batin mereka selalu hampa. Mereka tidak mencari Aku dalam hati
mereka sendiri, tetapi dalam percakapan yang hampa, di mana Aku tidak pernah
ditemukan. Mereka merasakan kehampaan mereka, tetapi mereka tidak menyadari
kesalahan mereka sendiri, sedangkan jiwa-jiwa yang sepenuhnya AKu rajai
senantiasa menjadi suara batin melawan mereka. Sebagai pengganti mengoreksi
diri sendiri, mereka memenuhi hati sendiri dengan dengki, dan kalau mereka
tidak menyadari kesalahan sendiri, mereka akan terjerumus lebih dalam lagi.
Suatu hati yang selama ini penuh dengan kedengkian, kini sudah mulai dipenuhi
dengan kebencian. Mereka sudah di ambang kejahatan. Mereka cemburu akan
anugerah-Ku kepada jiwa-jiwa lain, tetapi mereka sendiri tidak mampu dan tidak
mau menerimanya.”
(1718) Tinggal di kaki-Mu, o Allah
yang tersembunyi, adalah kesukaan dan firdaus bagi jiwaku. Di sini Engkau
memperkenalkan diri-Mu kepadaku, o Yang Tak Terbatas, dan dengan manis Engkau
berkata kepadaku, “Berikanlah kepada-Ku,
berikanlah kepada-Ku hatimu!” Percakapan batin, hanya dengan Dikau, adalah
mengalami apa yang dinikmati oleh para penghuni surga, dan berkata kepada Allah,
“Aku mau, aku mau memberikan hatiku
kepada-Mu, o Tuhan,” asal Engkau, o Yang Agung dan Tak Terselami,
menerimanya dengan senang hati.
Kasih dan kemanisan adalah
kehidupanku, dan kehadiran-Mu yang lestari dalam jiwaku, kurasakan di bumi ini
dalam pesona yang terus-menerus, dan seperti Serafim aku berseru berulang kali,
“Hosanna!”
O Engkau Yang Tersembunyi, dengan
tubuh, jiwa, dan ke-Allah-an, di dalam rupa roti yang rapuh, Engkau adalah
kehidupanku; dari-Mu mengalir rahmat dengan berlimpah dan bagiku, Engkau
melampaui sukacita surga.
Ketika Engkau menyatukan diri-Mu
denganku dalam komuni, o Allah, aku merasakan keagungan yang tak terperikan,
suatu keagungan yang mengalir dari-Mu, o Tuhan, kuakui dengan rendah hati, dan
kendati kepapaanku, dengan bantuan-Mu, aku dapat menjadi seorang santa.
(1719) Dalam misa kudus, aku
menjadi tahu bahwa seorang imam tertentu tidak memberikan pengaruh yang besar
dalam jiwa-jiwa karena ia hanya memikirkan dirinya sendiri dan karena itu ia
selalu sendirian. Rahmat Allah kabur darinya; ia selalu sibuk dengan urusan-urusan
lahiriah, yang tidak memiliki arti di mata Allah; dan karena sombong, ia
membuang-buang waktunya dengan menyibukkan diri mengurusi hal-hal yang tidak
ada artinya.
(1720) Kadang-kadang, Yesus memberi
aku pengetahuan dalam jiwaku bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini harus
melayani aku: teman, lawan, keberhasilan, hambatan ... segala sesuatu, mau atau
tidak, harus melayani aku. Aku tidak memikirkan mereka sama sekali; aku
berusaha untuk setia kepada Allah dan untuk mencintai Dia sampai aku
sungguh-sungguh melupakan diri sendiri. Dan Ia sendiri menjaga aku serta
berperang melawan musuh-musuhku.
(1721) Sesudah komuni kudus, ketika
aku baru saja menyambut Yesus dalam hatiku, aku berkata kepada-Nya, “Kekasihku, merajalah di relung hatiku yang
paling tersembunyi; di sana tersimpan pikiran-pikiranku yang paling rahasia; di
sana tersimpan pikiran-pikiranku yang paling rahasia; di sana hanya Engkau yang
dapat datang dengan leluasa; itulah ruang mahakudus yang tidak dapat dimasuki
oleh pikiran manusiawi. Kiranya Engkau sendiri berkenan tinggal di sana, dan
kiranya segala sesuatu yang kulakukan secara lahiriah mengalir dari Engkau.
Kerinduanku bernyala-nyala dan, dengan segenap kekuatan jiwaku, aku berusaha
untuk membuat Engkau, ya Tuhan, merasa betah di tempat kudus ini.”
(1722) Aku mendengar kata-kata ini,
“Kalau
engkau tidak mengikat tangan-Ku, AKu pasti sudah menurunkan banyak hukuman ke
atas bumi. Putri-Ku, pandangan matamu meredakan murka-Ku. Meskipun mulutmu
membisu, engkau memanggil Aku dengan sedemikian kuatnya sehingga seluruh surga
terharu. Aku tidak dapat menghindar dari permintaan-permintaanmu sebab engkau
memburu Aku, tidak dari jauh tetapi dalam hatimu sendiri.”
(1723) Pada suatu malam, jiwa
seorang perempuan muda datang kepadaku. Ia menyadarkan aku akan kehadirannya,
dan menunjukkan kepadaku bahwa ia membutuhkan doaku. Sejenak aku mendoakan dia,
tetapi rohnya tidak meninggalkan aku. Maka aku berkata dalam hati, “Kalau engkau ini roh baik, tinggalkanlah
aku dalam damai, dan indulgensi-indulgensi yang akan kuperoleh besok pagi akan
kuberikan kepadamu.” Seketika itu juga, roh itu meninggalkan kamarku, dan
aku menyadari bahwa ia sedang berada di Purgatorium.
(1724) Hari ini, aku merasakan
sengsara Tuhan dalam tubuhku lebih dari kapan pun. Aku merasakan bahwa sengsara
ini adalah demi keselamatan seorang berdosa yang menghadapi ajal.
(1725) Hari ini, Tuhan mengajar aku
lagi bagaimana aku harus menghampiri Sakramen Rekonsiliasi, “Putri-Ku,
sama seperti engkau mempersiapkan kehadiran-Ku, demikianlah engkau melakukan
pengakuan dosamu di hadapan-Ku. Bagi-Ku, sosok seorang imam hanyalah tirai.
Jangan pernah menganalisis imam macam apa yang Aku gunakan; dalam pengakuan
dosa, bukalah jiwamu seolah-olah engkau melakukannya kepada-Ku, dan Aku akan
memenuhinya dengan terang-Ku.”
(1726) Ya Kristus dan Tuhan, Engkau
sedang menuntun aku di pinggir jurang-jurang. Ketika melihatnya, aku dipenuhi
dengan kegentaran, tetapi pada saat yang sama aku merasa damai karena aku
mendekap pada Hati-Mu. Dekat pada Hati-Mu, aku tidak takut akan suatu pun.
Dalam saat-saat yang berbahaya ini, aku bersikap seperti seorang anak kecil,
yang digendong dalam pelukan ibunya; ketika melihat sesuatu yang mengancam dirinya,
ia merangkul leher ibunya lebih erat dan merasa aman.
(1727) Aku sering melihat jerat
yang dipasang bagiku oleh jiwa-jiwa yang mestinya tidak berbuat demikian. Aku
tidak membela diri, tetapi aku mempercayakan diriku sama sekali kepada Allah,
yang melihat apa yang ada di dalam hatiku. Dan aku menyaksikan bagaimana
jiwa-jiwa itu terperangkap di dalam jerat mereka sendiri. O Allah, betapa adil
dan baiknya Engkau!
(1728) “Tulislah: Aku adalah Tritunggal
yang kudus, dan Aku benci akan dosa yang paling kecil sekalipun. Aku tidak
dapat mengasihi suatu jiwa yang ternoda oleh dosa; tetapi ketika ia menyesal,
kemurahan-Ku terhadapnya tidak terbatas. Kerahiman-Ku merengkuh dan
menyelamatkannya. Dengan kerahiman-Ku, AKu memburu orang-orang berdosa di
segala jalan mereka, dan Hati-Ku bersukacita ketika mereka kembali kepada-Ku.
Aku lupa akan kepahitan yang mereka suapkan kepada Hati-Ku, dan Aku bersukacita
ketika mereka kembali.”
“Katakan kepada orang-orang berdosa
bahwa tidak seorang pun akan lolos dari tangan-Ku; kalau mereka lari dari
Hati-Ku yang maharahim, mereka akan jatuh ke dalam tangan-Ku yang adil. Katakan
kepada orang-orang berdosa bahwa Aku selalu menantikan mereka bahwa dengan
penuh perhatian Aku mendengarkan denyut jantung mereka ... kapan ia akan berdengyut
bagi-Ku? Tulislah bahwa Aku sedang berbicara kepada mereka lewat kegelisahan
hati nurani mereka, lewat kegagalan dan penderitaan mereka, lewat badai topan
dan halilintar, lewat suara Gereja. Dan kalau mereka menyia-nyiakan semua
rahmat-Ku, Aku akan murka terhadap mereka, sambil meninggalkan mereka sendirian
dan memberikan kepada mereka apa yang mereka kehendaki.”
(1729) O Yesusku, hanya Engkau yang
mengetahui usaha-usahaku. Aku tampaknya sedikit lebih sehat; tetapi lebih
sehatku ini hanya cukup untuk dapat pergi ke serambi daripada terus berbaring
di tempat tidur. Aku tahu dan sepenuhnya sadar akan apa yang terjadi padaku.
Meskipun ada perhatian yang cermat dari para superiorku dan meskipun ada
usaha-usaha yang keras dari para dokter, kesehatanku terus merosot bahkan akan
habis. Tetapi, aku sangat bersukacita atas panggilan-Mu, ya Allahku, Kasihku,
sebab aku tahu bahwa pada saat kematianku, misiku akan dimulai. Oh, betapa
besarnya kerinduanku untuk dibebaskan dari ikatan-ikatan raga ini. O Yesusku, Engkau
tahu bahwa dalam semua keinginanku, aku selalu melihat kehendak-Mu. Dari diriku
sendiri, aku tidak mau meninggal satu menit lebih cepat, atau hidup satu menit
lebih lama, atau menderita sedikit lebih kecil, atau menderita sedikit lebih
banyak; yang ingin kulakukan hanyalah kehendak kudus-Mu. Meskipun aku memiliki
gairah yang besar, dan keinginan yang bernyala-nyala dalam hatiku sungguh luar
biasa, semua itu tidak pernah melampaui kehendak-Mu.
(1730) Aku bergegas menghampiri
kerahiman-Mu, ya Allah yang mahamurah, satu-satunya yang sungguh baik. Meskipun
kepapaanku luar biasa, dan pelanggaranku sungguh banyak, aku tetap berharap
akan kerahiman-Mu sebab Engkau adalah Allah yang maharahim; sejak dahulu kala,
tidak pernah terdengar dan tidak pernah diingat oleh langit atau bumi bahwa
suatu jiwa yang mengharapkan kerahiman-Mu dikecewakan.
Ya Allah yang mahamurah, hanya
Engkau yang dapat membenarkan aku, dan Engkau tidak pernah akan menolak aku
ketika aku, dengan hati yang remuk redam, menghampiri Hati-Mu yang maharahim;
di sana tak seorang pun pernah ditolak, juga kalau dia itu pendosa yang paling
besar.
(1731) Malam ini, aku terbangun
karena badai yang dahsyat. Taufan ganas menerpa, hujan lebat sekali, dan petir
sambar-menyambar. Aku mulai berdoa supaya badai tidak menimbulkan bencana.
Ketika baru saja mulai berdoa, aku mendengar kata-kata ini, “Daraslah
Koronka yang telah Kuajarkan kepadamu, maka badai akan berhenti.” Seketika
itu juga aku mulai mendaras Koronka dan belum lagi selesai, tiba-tiba badai pun
reda, dan aku mendengar kata-kata ini, “Lewat Koronka, engkau akan memperoleh
segala sesuatu kalau yang engkau minta itu selaras dengan kehendak-Ku.”
(1732) Ketika aku berdoa untuk
Polandia, aku mendengar kata-kata ini, “Aku memiliki cinta yang istimewa terhadap
Polandia. Kalau ia mematuhi kehendak-Ku, Aku akan mengangkatnya kepada
kekuasaan dan kekudusan. Dari negeri ini, akan muncul percik api yang akan
mempersiapkan dunia untuk menyambut kedatangan-Ku yang terakhir.”
(1733) Selamat datang, Kasihku yang
tersembunyi, Kehidupan jiwaku! Aku menyambut Engkau, ya Yesus, dalam wujud roti
yang sederhana ini. Selamat datang, Kerahiman yang paling manis, yang
mencurahkan diri-Mu sendiri kepada kiwa-jiwa! Selamat datang, Kebaikan yang tak
terbatas, yang mencurahkan banjir rahmat-Mu di mana-mana. Selamat datang, o
Kecemerlangan yang terselubung, Cahaya bagi jiwa-jiwa. Selamat datang, o Sumber
kerahiman yang tak kunjung habis, o Mata Air yang paling jernih, yang
memancarkan kehidupan dan kekudusan bagi kami. Selamat datang, Kesukaan hati
yang murni. Selamat datang, Harapan satu-satunya bagi jiwa yang berdosa.
(1734) O Yesusku, Engkau tahu bahwa
kadang-kadang aku tidak memiliki gagasan yang luhur atau semangat yang
membubung tinggi. Aku mau bersikap sabar terhadap diriku sendiri dan mengakui
bahwa seperti itulah aku sebab semua yang indah adalah rahmat dari Allah.
Dengan demikian, aku merendahkan diri serendah-rendahnya dan berseru-seru
memohon pertolongan-Mu; dan rahmat kunjungan-Mu tidak berlambat dalam
mendatangi hati yang rendah.
(1735) O Perawan, puspa nan indah,
engkau tidak akan tinggal lebih lama di dunia ini. Oh, betapa indahnya
kecemerlanganmu, mempelai-Ku yang murni! Tidak ada angka yang dapat
menghargaimu, betapa indahnya puspa keperawananmu! Kecemerlanganmu tidak akan
pudar: ia perkasa, kuat, tak terkalahkan.
Cahaya mentari tengah hari sendiri
tampak pudar, bahkan gelap di hadirat hati perawanmu. Aku tidak melihat suatu
pun yang lebih indah daripada keperawanan. Ia adalah puspa yang diambil dari
Hati ilahi. O perawan nan lembut, mawar nan harum, meskipun ada banyak salib di
bumi, tidak ada mata yang telah melihat, tidak pernah terlintas dalam pikiran
manusia apa yang menantikan seorang perawan di surga.
O perawan, bakung seputih salju,
engkau hidup hanya bagi Yesus dan di dalam piala murni hatimu ini ada tempat
tinggal yang menyenangkan bagi Allah sendiri.
O perawan, tidak seorang pun akan
melagukan madahmu. Dalam nyanyianmu, tersembunyi kasih Allah. Bahkan para
malaikat pun tidak memahami apa yang dilambungkan para perawan kepada Allah.
O perawan, kembang firdausmu
mengalahkan segala semarak dunia ini. Meskipun dunia tidak dapat memahami
engkau, ia merunduk rendah di hadapanmu.
Meskipun jalan perawan ditaburi
banyak duri, dan hidupnya dihimpit dengan banyak salib, siapa seperkasa dia?
Tidak suatu pun akan mematahkan dia; ia tak terkalahkan.
O perawan, malaikat di bumi,
keagunganmu dimahsyurkan di seluruh Gereja. Engkau berdiri berjaga di depan
tabernakel dan, seperti Serafim, engkau menjadi serba cinta.
(1736) Pernah, ketika berada di
serambi, aku melihat seseorang sedang diganggu oleh godaan-godaan yang kuat
mengenai sakramen pengakuan dosa; ia meragukan kerahasiaannya. Memang, aku tahu
keadaan jiwa itu; tetapi aku sendiri tidak bisa memulai pembicaraan. Ketika kami
hanya berdua, ia membuka hatinya kepadaku dan menceritakan segala sesuatu.
Sesudah percakapan yang singkat, ia berkata kepadaku, “Aku merasa tenang sekarang; jiwaku telah menerima banyak terang.”
(1737) Hari ini, Yesus memberi tahu
aku agar aku berbicara sejenak dengan seorang biarawati. Selama percakapan itu,
rahmat Allah menopangnya; kalau tidak, percakapan itu tidak akan memuliakan
Allah.
(1738) Tuhan berkata kepadaku, Masuklah
sering-sering ke Purgatorium sebab mereka membutuhkan engkau di sana.” O Yesusku, aku tahu arti kata-kata yang sedang
Kausampaikan kepadaku ini, tetapi pertama-tama biarlah aku mampir ke dalam
khazanah kerahiman-Mu.
(1739) “Tulislah, Putri-Ku, bahwa bagi
jiwa yang remuk redam Aku adalah Sang Kerahiman sendiri. Kejahatan jiwa yang
paling besar pun tidak akan menyalakan murka-Ku; sebaliknya, terhadap jiwa
seperti itu, Hati-Ku terharu dengan kerahiman yang besar.”
(1740) O Yesusku, berilah aku
kekuatan untuk menanggung penderitaan sehingga aku tidak akan memperlihatkan
wajah yang masam ketika aku meminum piala kepahitan. Tolonglah aku membuat
pengurbananku menyenangkan Hati-Mu. Semoga pengurbannku tidak dinodai oleh
semangat cinta diri meskipun pengurbanan itu berlangsung selama bertahun-tahun.
Semoga kemurnian maksudku membuat pengurbanan itu menyenangkan Hati-Mu, selalu
segar, dan penuh kehidupan. Hidupku ini adalah pergulatan tanpa henti, suatu
usaha terus-menerus untuk melaksanakan kehendak kudus-Mu; semoga segala sesuatu
yang ada dalam diriku, baik kepapaanku maupun kekuatanku, menjadi pujian
bagi-Mu, o Tuhan.
Kebaikan Allah yang Tak Terhingga
dalam Menciptakan Malaikat:
(1741) O Allah, Engkau adalah Sang
Kebahagiaan. Engkau tidak membutuhkan makhluk untuk membuat diri-Mu bahagia
sebab Engkau sendiri adalah kepenuhan cinta; tetapi karena kerahiman-Mu yang
tak terbatas, Engkau menciptakan makhluk dan mengikutsertakan mereka dalam
kebahagiaan-Mu yang abadi dan dalam kehidupan-Mu sendiri, yakni kehidupan ilahi
yang Kauhayati sebagai Allah yang Esa dalam Tiga Pribadi. Dalam kerahiman-Mu
yang tak terbatas, Engkau telah menciptakan roh-roh malaikat dan mengizinkan
mereka menikmati cinta dan kemesraan ialahi-Mu. Engkau telah membuat mereka
mampu menikmati cinta abadi. Memang, o Tuhan, dengan murah hati Engkau
memberikan kepada mereka semarak cinta dan keindahan; tetapi, kepenuhan-Mu
tidak berkurang sedikit pun. O Allah, cinta dan keindahan para malaikat sama
sekali tidak membuat-Mu lebih sempurna sebab dari diri-Mu sendiri Engkau
mencakup segala sesuatu. Kalau Engkau membiarkan mereka ambil bagian dalam
kebahagiaan-Mu dan mengizinkan mereka hidup serta mencintai Engkau, itu hanya
karena kedalaman kerahiman-Mu. Inilah kebaikan-Mu yang tak terbatas; karena
itu, tanpa henti mereka memuliakan Engkau sambil merendahkan diri pada tumpuan
keagungan-Mu sembari melagukan kidung abadi mereka: Kudus, Kudus, Kudus...
(1742) Terpujilah Engkau, Allah
yang maharahim, Allah yang Esa dalam Tritunggal kudus, yang tak terselami, tak
terbatas, tak dapat dipahami. Sambil membenamkan diri dalam Engkau, pikiran para
malaikat tak mampu memahami Engkau; maka mereka mengulangi tanpa henti kidung
abadi mereka: Kudus .... Terpujilah Engkau, o Pencipta kami yang maharahim, o
Tuhan, Mahakuasa tetapi penuh dengan kemurahan, tak terselami.
Mengasihi Engkau adalah perutusan hidup
kami sambil melagukan kidung abadi kami: Kudus ....
Terpujilah Engkau, Allah yang
maharahim, Kekasih yang kekal, Engkau mengatasi langit, safir, dan cakrawala.
Himpunan roh-roh yang murni melambungkan pujian bagi-Mu, dengan madah abadinya:
Kudus, Kudus, Kudus
Sambil menatap Engkau, dari muka ke
muka, o Allah, aku melihat bahwa Engkau dapat menciptakan makhluk-makhluk yang
melebihi mereka. Oleh karena itu, mereka merendahkan diri di hadapan-Mu dengan
kerendahan hati yang tiada tara, karena, sungguh, mereka tahu bahwa rahmat ini
mereka terima melulu karena kerahiman-Mu.
Salah satu dari roh-roh yang paling
indah itu, tidak mengakui kerahiman-Mu. Karena dibutakan oleh kecongkakannya,
ia menyeret roh-roh lain mengikutinya. Dari malaikat yang sangat indah, ia
menjadi setan dan dalam sekejap ke dalam nereka.
Kemudian roh-roh yang setia berseru,
“Mulialah kerahiman Allah!”
Dan mereka berdiri kokoh meskipun
menghadapi cobaan yang ganas. Mulialah Yesus, Sang Kristus yang merendahkan
diri. Mulialah Bunda-Nya, Perawan yang murni dan rendah hati.
Sesudah pertempuran ini, roh-roh
yang murni membenamkan diri dalam samudra ke-Allah-an; sambil memandang dan
memuji besarnya kerahiman Tuhan, mereka membenamkan diri dalam kerahiman-Nya
dan dalam cahaya-Nya yang terang benderang, sambil merenungkan Tritunggal,
Allah yang Esa.
(1743) Kebaikan Allah yang Tak
Terhingga dalam Menciptakan Umat Manusia:
Ya Allah, dalam kerahiman-Mu,
Engkau berkenan menciptakan manusia dari kehampaan, dan dengan murah hati
Engkau telah memberikan kepadanya kodrat serta rahmat. Tetapi, penciptaan itu
tampak terlalu kecil untuk kebaikan-Mu yang tak terbatas. Dalam kerahiman-Mu, o
Tuhan, Engkau memberi kami kehidupan abadi. Engkau menerima kami dalam
kebahagian-Mu yang abadi dan mengikutsertakan kami dalam kehidupan batin-Mu.
Dan, Engkau melakukan semua ini melulu karena kerahiman-Mu. Engkau melimpahkan
anugerah rahmat-Mu atas kami, hanya karena Engkau baik dan penuh cinta. Untuk
menjadi bahagia, Engkau sama sekali tidak membutuhkan kami, tetapi Engkau, o
Tuhan, ingin membagikan kebahagiaan-Mu sendiri kepada kami tetapi kami,
manusia, tidak tahan uji. Mestinya, Engkau dapat menghukum manusia, seperti
para malaikat, dengan penolakan kekal. Tetapi, di sini tampaklah kerahiman-Mu,
dan lubuk hati-Mu sendiri tergerak oleh iba yang besar sehingga Engkau berjanji
untuk memulihkan keselamatan kami. Karena lubuk kerahiman-Mu yang tak
terselami, Engkau tidak menghukum kami sebagaimana mestinya. Semoga
kerahiman-Mu dimuliakan, o Tuhan; kami akan memujinya sepanjang segala abad.
Para malaikat pun terpesona menyaksikan besarnya kerahiman yang Engkau
tunjukkan kepada umat manusia.
(1744) Semoga Engkau disembah, o
Allah kami yang maharahim, o Tuhan dan Pencipta yang mahakuasa. Dengan
kerendahan hati yang mendalam, kami memuji Engkau, sambil membenamkan diri
dalam samudra Ke-Allahan-Mu. Tetapi, di saat pencobaan, manusia tidak bertahan.
Karena bujuk rayu si jahat, ia tidak setia kepada-Mu. Ia kehilangan rahmat dan
karunia-Mu; hanya kepapaan yang masih tinggal padanya, dengan air mata,
penderitaan, dukacita serta kepahitan, sampai ia beristirahat di dalam kubur.
Tetapi Engkau, o Allah yang
maharahim, tidak mmebiarkan umat manusia binasa, dan Engkau menjanjikan seorang
Juru Selamat. Meskipun pelanggaran-pelanggaran kami berat, Engkau tidak
membiarkan kami putus asa, dan Engkau mengutus nabi-nabi-Mu kepada Israel.
Terus-menerus, siang dan malam,
umat manusia berseru kepada-Mu dari jurang kepapaan, dosa, dan segala
penderitaan. Dengarkanlah rintihan dan air mata, hai Engkau yang meraja di
surga, Allah kerahiman yang agung, Allah segala belas kasihan.
Manusia sesat, tetapi ia tidak
dapat minta ampun, sebab suatu jurang menganga membentang memisahkan Allah dan
manusia. Dengan suara kepapaannya, ia berseru, “Kasihanilah kami!” Tetapi Yahwe diam saja .... dan abad demi abad
pun terus berlalu.
Tetapi, kerinduan seluruh umat
manusia semakin memuncak, suatu kerinduan akan Dia yang telah dijanjikan.
Datanglah, hai Anak Domba Allah, hapuslah kejahatan-kejahatan kami, datanglah,
terangilah kegelapan kami ibarat sinar terang.
Tanpa henti umat manusia berseru
kepada-Mu, o Tuhan para tuan, menyerukan kerahiman-Mu yang tak terbatas,
menyerukan kemurahan-Mu.
O Yahwe yang agung, berkenanlah
berdamai dengan kami, ingatlah akan kebaikan-Mu, dan ampunilah dosa-dosa kami.
Kebaikan Allah yang Tak Terhingga
dalam Mengutus Putra Tunggal-Nya kepada Kita.
(1745) Ya Allah, sesudah manusia
jatuh, Engkau tidak menghancurkannya, tetapi dalam kerahiman-Mu, Engkau
mengampuninya; Engkau mengampuni dengan cara ilahi, yakni tidak hanya
membebaskan dia dari kesalahan, tetapi juga melimpahkan setiap rahmat ke
atasnya. Kerahiman telah menggerakkan Hati-Mu sehingga Engkau berkenan turun ke
tengah kami dan mengangkat kami dari kepapaan kami. Allah berkenan turun ke bumi;
Tuhan para tuan yang tak dapat mati merendahkan diri-Nya. Tetapi, di mana
Engkau akan turun, Tuhan; akankah Engkau turun di kanisah Salomo? Atau akankah
Engkau menyuruh suatu tabernakel baru yang dibangun untuk diri-Mu sendiri? Di
mana Engkau mau turun? O Tuhan, tabernakel macam apa yang akan kami siapkan
bagi-Mu sebab seluruh bumi adalah tumpuan kaki-Mu?
Engkau memang telah mempersiapkan
suatu tabernakel baru bagi diri-Mu sendiri: Sang Perawan suci. Rahimnya yang
tak bernoda adalah tempat tinggal-Mu, dan di sana terjadi mukjizat kerahiman-Mu
yang tak terselami, o Tuhan. Sabda menjadi daging; Allah tinggal di antara
kami; Engkaulah Sabda Allah, Kerahiman yang menjelma. Dengan turun ke tengah
kami, Engkau telah mengangkat kami kepada ke-Allahan-Mu. Begitulah uar biasanya
cinta-Mu, begitulah dalamnya lubuk kerahiman-Mu. Surga terpesona menyaksikan
kelimpahan cinta-Mu. Kini, tak seorang pun takut menghampiri Engkau. Engkau
adalah Allah yang maharahim. Engkau iba kepada orang yang malang. Engkau adalah
Allah kami, dan kami adalah umat-Mu. Engkau adalah Bapa kami, dan kami adalah
anak-anak-Mu karena rahmat. Terpujilah kerahiman-Mu bahwa Engkau berkenan turun
ke tengah kami.
(1746) Dimuliakanlah Engkau, o
Allah kerahiman, sebab Engkau berkenan turun dari surga ke bumi. Dengan
bersujud, kami menyembah Engkau karena Engkau telah merendahkan diri untuk
mengangkat seluruh umat manusia.
Dalam kerahiman-Mu yang tak
terbatas dan tak terselami, demi cinta akan kami, Engkau mengenakan daging dari
Perawan yang Tak Bernoda, yang tak pernah tersentuh oleh dosa; Engkau telah
menghendakinya sejak segala abad.
Sang Perawan suci, Bakung yang
seputih salju, adalah pujian perdana untuk kerahiman-Mu yang mahakuasa. Hatinya
yang murni terbuka penuh cinta untuk kedatangan Sang Sabda. Ia percaya akan
kata-kata utusan Allah dan teguh dalam pengharapan.
Surga terpesona bahwa Allah telah
menjadi manusia, bahwa di bumi ada hati yang pantas untuk Allah sendiri.
Mengapa Engkau tidak menyatukan diri-Mu dengan Serafim, tetapi dengan orang
berdosa, o Tuhan? Oh, karena di samping kemurnian rahim keperawanan, semua ini
merupakan misteri kerahiman-Mu.
O misteri kerahiman Allah, o Allah
murah hati, Engkau berkenan meninggalkan takhta surgawi dan merunduk kepada
kepapaan kami, kepada kelemahan umat manusia, karena bukan malaikat, tetapi
manusialah yang membutuhkan kerahiman.
Untuk memberikan pujian yang pantas
kepada kerahiman Tuhan, kami menyatukan diri dengan Bunda-Mu yang Tak Bernoda;
dengan demikian, madah kami akan lebih menyenangkan hati-Mu, sebab Sang Bunda
telah dipilih dari antara manusia dan malaikat.
Lewat dia, ibarat lewat suatu
kristal yang murni, kerahiman-Mu telah sampai kepada kami. Lewat dia, manusia
menjadi berkenan di hati Allah; lewat dia, aliran rahmat turun ke atas kami.
(1747) Kebaikan Allah yang Tak
Terhingga dalam Menebus Manusia.
Ya Allah, Engkau mestinya dapat
menyelamatkan ribuan dunia dengan satu kata saja; satu rintihan saja dari Yesus
sudah cukup untuk memuaskan keadilan-Mu. Tetapi, ya Yesus, murni karena cinta
akan kami, Engkau sendiri telah menjalani sengsara yang sedemikian mengerikan.
Dengan satu keluhan saja dari-Mu, keadilan Bapa-Mu kiranya sudah dapat
diredakan. Jadi, seluruh penghampaan diri-Mu semata-mata adalah karya kerahiman
dan karya cinta-Mu yang tak terselami. Ketika meninggalkan bumi ini, o Tuhan,
Engkau ingin tetap tinggal bersama kami. Maka, Engkau mewariskan kepada kami
diri-Mu sendiri dalam sakramen altar, dan Engkau membuka lebar-lebar
kerahiman-Mu bagi kami. Tidak ada kepapaan yang dapat menyerap habis kekayaan-Mu;
Engkau telah memanggil kami semua kepada sumber cinta, kepada mata air
kemurahan Allah. Inilah tabernakel kerahiman-Mu, inilah obat untuk segala
kelemahan kami. Kepada-Mu, o mata air kerahiman, segala jiwa ditarik; sebagian
lagi ingin membasuh luka karena dosa-dosa mereka, dan masih ada lagi yang
kelelahan dalam hidupnya ingin menimba kekuatan. Pada saat kematian-Mu di
salib, Engkau mmeberikan kehidupan kekal kepada kami; sambil membiarkan
lambung-Mu yang amat kudus tetap terbuka, Engkau membuka bagi kami mata air
kerahiman yang tak kunjung kering, sambil memberikan kepada kami milik yang
paling Kaucintai, yakni Darah dan Air yang keluar dari Hati-Mu. Demikianlah
mahakuasanya kerahiman-Mu. Dari situ mengalirlah segala rahmat bagi kami.
(1748) Dimuliakanlah Engkau, o
Allah, dalam karya kerahiman-Mu, diberkatilah Engkau oleh semua hati yang setia
yang menjadi sasaran tatapan mata-Mu, yang menjadi tempat kediaman bagi
kehidupan kekal-Mu.
O Yesusku, kasihanilah kami, betapa
sedih hidup-Mu di bumi ini, dan karya-Mu berakhir dalam siksaan yang
mengerikan, tergantung terentang pada kayu salib, dan semua ini demi cinta-Mu
akan jiwa kami
Dalam cinta-Mu yang tak terselami,
Engkau membiarkan lambung-Mu yang paling kudus dibuka, dan aliran Darah serta
Air memancar dari Hati-Mu. Inilah mata air kerahiman-Mu yang terus mengalir, di
sini jiwa-jiwa memperoleh penghiburan dan kesegaran.
Dalam Sakramen Mahakudus, Engkau
menyalurkan kerahiman-Mu kepada kami; kasih-Mu berkenan mengaturnya sedemikian
sehingga dengan meniti kehidupan, dengan menderita dan bekerja keras, aku tidak
pernah meragukan kebaikan dan kerahiman-Mu.
Sebab, kalaupun seluruh kepapaan
dunia membebani jiwaku, aku tidak boleh ragu-ragu sedetik pun, tetapi tetap percaya
akan kuasa kerahiman Allah. Sebab, dengan murah hati, Allah menyambut jiwa yang
menyesal.
O kerahiman Tuhan kami yang tak
terperikan, mata air kemurahan dan segala kemanisan. Percayalah dan
berharaplah, o Jiwa, meskipun engkau ternoda oleh dosa, karena kalau engkau
menghampiri Allah, engkau tidak akan merasa kepahitan.
Sebab Ia adalah api cinta yang
hidup dan bernyala-nyala! Apabila kita menghampiri Dia dengan tulus hati,
kepapaan, dosa, dan perbuatan jahat kita akan musnah; Ia akan melunaskan
utang-utang kita kalau kita menyerahkan diri kepada-Nya.
(1749) Kebaikan Allah yang Tak
Terhingga dalam Menghias Seluruh Dunia dengan Keindahan untuk Membuat Tempat
Tinggal Manusia di Bumi Menyenangkan.
O Allah, betapa melimpahnya
kerahiman-Mu tersebar di mana-mana, dan semua ini telah Kaulakukan demi
manusia. Oh, betapa besarnya cinta-Mu kepada manusia; demi dia cinta-Mu
sedemikian berkobar-kobar. O Pencipta dan Tuhanku, di mana-mana aku melihat
jejak tangan-Mu dan memeteraikan kerahiman-Mu, yang merengkuh segala barang
ciptaan. O Pencipta yang paling murah hati, aku ingin memberikan baktiku
kepada-Mu atas nama segala makhluk dan segala ciptaan yang tidak bernyawa; aku
memanggil seluurh alam untuk memuliakan kerahiman-Mu. Oh, betapa besarnya
kebaikan-Mu, ya Allah!
(1750) Dimuliakanlah Engkau, o
Pencipta dan Tuhan kami. Hai alam semesta, muliakanlah Allahmu dengan rendah
hati; bersyukurlah kepada Penciptamu dengan sekuat tenagamu dan pujilah
kerahiman Allah yang tak terselami. Kemarilah, hai bumi, bersama segala tetumbuhan
hijau, kemarilah juga, hai laut yang tak terdugai. Biarlah syukurmu menjadi
nyanyian yang merdu, dan agungkanlah kerahiman Allah.
Kemarilah, hai surya yang indah dan
bersinar terang. Kemarilah, hai fajar cemerlang yang mendahuluinya. Berpadulah
dalam satu madah, dan biarlah suaramu terdengar merdu. Agungkanlah kerahiman
Allah dalam paduan suara.
Kemarilah, hai bukit dan lembah,
hutan yang riuh rendah dan belukar, kemarilah, hai bunga-bunga pagi nan indah;
biarlah aromamu yang unik memuji dan memuliakan kerahiman Allah.
Kemarilah, hai segala hal yang
indah di bumi, yang tiada henti dikagumi oleh manusia. Marilah menyembah Allah
dalam paduan suaramu, sambil memuliakan kerahiman Allah yang tak terselami.
Kemarilah, hai keindahan seluruh
bumi yang tak terhapuskan, dengan segala kerendahan hati, sembahlah Penciptamu.
Karena segala yang terkandung dalam kerahiman-Nya, segala sesuatu berseru
dengan satu suara yang gegap gempita: Betapa besarnya kerahiman Allah!
Tetapi, di atas segala keindahan
ini, pujian yang paling berkenan di Hati Allah adalah jiwa yang tak bercela,
yang dipenuhi dengan kepercayaan seorang anak, yang berkat rahmat, terikat erat
pada-Nya.
No comments:
Post a Comment