Tuesday, February 9, 2016

PESTA KERAHIMAN ILAHI

Pesta ini menduduki peringkat paling tinggi di antara semua unsur Devosi Kerahiman Ilahi yang diwahyukan kepada Sr. Faustina. Penetapan pesta ini dituntut oleh Tuhan Yesus untuk pertama kalinya di Plock pada tahun 1931 saat Ia menyampaikan kehendak-Nya mengenai pelukisan Gambar Yesus yang Maharahim. “Aku merindukan adanya Pesta Kerahiman. Aku menghendaki agar gambar yang akan engkau lukis dengan kuas itu diberkati secara meriah pada hari Minggu pertama sesudah Paskah; Hari Minggu itu harus menjadi Pesta Kerahiman” (BH, 49).
            Pemilihan Hari Minggu pertama sesudah Paskah untuk Pesta Kerahiman memiliki makna teologis yang sangat mendalam, yang menunjukkan hubungan erat antara Misteri Paskah Penebusan dan misteri Kerahiman Ilahi. Hubungan integral ini selanjutnya ditekankan dalam Novena Koronka kepada Kerahiman Ilahi yang dimulai pada Jumat Agung sebagai suatu persiapan untuk Pesta Kerahiman.
            Pesta ini tidak hanya merupakan hari khusus untuk menghormati Allah dalam misteri kerahiman-Nya, tetapi juga menjadi masa rahmat bagi semua orang. Tuhan Yesus berkata, “Aku ingin agar Pesta Kerahiman ini menjadi tempat pengungsian dan pernaungan bagi semua jiwa, khususnya bagi para pendosa yang malang” (BH, 699). “Jiwa-jiwa pada binasa meskipun sengsara-Ku amat pahit. Maka, kepada mereka Aku memberikan harapan terakhir untuk selamat, yakni Pesta Kerahiman-Ku. Kalau mereka tidak mau memuliakan Kerahiman-Ku, mereka akan binasa untuk selama-lamanya” (BH,965, baca juga 998).
            Keagungan pesta ini diukur atas dasar janji-janji luar biasa yang dilekatkan pada pesta ini. Yesus berkata, “...Barangsiapa, pada hari ini, menghampiri Sumber Kehidupan ini, ia akan menerima pengampunan penuh atas dosa-dosanya dan dibebaskan dari hukuman” (BH, 300), dan juga, “Pada hari itu, terbukalah lubuk kerahiman-Ku, dan Aku meluapkan seluruh samudra rahmat ke atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku. ... Janganlah ada jiwa yang takut menghampiri Aku meskipun dosa-dosanya laksana kain yang merah padam” (BH, 699).

            Untuk memetik manfaat dari karunia-karunia agung itu perlu dipenuhi syarat-syarat devosi Kerahiman Ilahi, yaitu mengandalkan kebaikan Allah dan aktif mengasihi sesama, berada dalam keadaan rahmat pengudus - telah pergi ke pengakuan dosa, dan pantas menerima komuni kudus. Yesus menjelaskan, “Tidak satu jiwa pun akan dibenarkan sebelum ia berpaling kepada kerahiman-Ku dengan penuh kepercayaan. Inilah sebabnya Hari Minggu pertama sesudah Paskah harus dirayakan sebagai Pesta Kerahiman. Pada hari itu, para imam harus memberitahukan kepada setiap orang kerahiman-Ku yang agung dan tak terselami” (BH, 570).

No comments:

Post a Comment