(1751) O Yesus, yang tersembunyi
dalam Sakramen Mahakudus di altar, satu-satunya cinta dan kerahiman, aku
menyerahkan kepada-Mu segala kebutuhan tubuh dan jiwaku. Engkau dapat menolong
aku sebab Engkau adalah Sang Kerahiman sendiri. Dalam Dikau, bertumpu seluruh
harapanku.
Y.M.Y. Krakow-Pradnik, 2 Juni 1938.
Retret Tiga Hari.
(1752) Di bawah Bimbingan Guru,
Yesus. Ia sendiri memerintahkan kepadaku untuk melakukan retret ini; Ia sendiri
memilih hari-hari kapan aku harus melaksanakannya, yakni tiga hari sebelum
Pentekosta; dan Ia semdiri membimbing retret ini.
Tetapi, aku bertanya kepada bapak
pengakuanku apakah aku boleh melakukan retret seperti itu, dan aku mendapat
izin darinya. Aku juga minta izin kepada Muder Superior dan mendapatkannya
juga. Sebelumnya, aku telah memutuskan bahwa aku tidak akan melakukan retret
ini kalau tidak memperoleh izin dari para superior. Sementara menantikan
jawaban Muder Superior, aku memulai suatu novena kepada Roh Kudus.
Hari ini, aku harus memulai retret,
tetapi aku belum mendapat kabar tentang keputusan Muder Superior.
Ketika aku pergi ke gereja untuk
melaksanakan devosi-devosi petang hari, aku melihat Tuhan Yesus pada saat doa
litani. “Putri-Ku, kita sedang memulai retret.” Aku menjawab, “Yesus, Guruku yang terkasih, aku minta
ampun-Mu. Aku tidak dapat melakukan retret ini sebab aku belum mendapat kabar
apakah Muder Superior mengizinkannya atau tidak!” “Tenanglah, Putri-Ku, Superior sudah memberikan izinnya. Engkau akan
mengetahuinya besok pagi. Tetapi, kita harus memulai retret itu hari ini.”
Dan sungguh, petang itu Muder
Superior telah menelepon suster yang merawat aku selama aku sakit, dengan
permintaan agar ia memberi tahu aku bahwa aku diizinkan untuk melakukan retret,
tetapi suster itu lupa memberitahukannya kepadaku. Baru keesokan harinya ia
memberitahukannya kepadaku, dan dengan sangat ia minta maaf bahwa ia tidak
memberitahu aku sehari sebelumnya. Aku menjawab kepadanya, “Jangan cemas. Aku sudah memulai retretku, sesuai dengan keinginan
Superior.”
Hari Pertama.
(1753) Petang hari. Yesus memberiku
pokok renungan. Mula-mula, hatiku dipenuhi dengan ketakutan dan sukacita.
Kemudian aku mendekapkan diriku erat-erat ke Hati-Nya, dan ketakutan itu
lenyap; hanya sukacita yang tinggal. Aku merasa sama sekali seperti seorang
anak kecil di hadapan Allah, dan Tuhan berkata kepadaku, “Jangan takut akan apa pun. Apa
yang dilarang bagi orang-orang lain telah diizinkan bagimu. Rahmat yang tidak
diberikan kepada jiwa-jiwa lain untuk dapat dilihat, bahkan dari jarak yang
begitu dekat, setiap hari menyegarkan engkau, seperti roti sehari-hari.”
(1754) “Camkanlah, Putri-Ku, berkat
kaul-kaulmu, hatimu bersatu sedemikian erat dengan Aku. Sebelum menciptakan
dunia, Aku sudah mengasihi engkau dengan cinta yang hari ini dialami oleh
hatimu, dan sepanjang segala abad cinta-Ku tidak pernah akan berubah.”
(1755) Penerapan. Pada saat
memikirkan Dia, Pengantin hatiku, jiwaku masuk ke dalam renungan yang mendalam,
dan waktu satu jam berlalu seperti satu menit. Dalam kekhusyukan renungan ini,
aku menangkap sifat-sifat Allah. Dikobarkan oleh api cinta yang ada dalam hati,
aku pergi ke taman untuk mencari kesejukan; ketika aku menengadah ke langit,
suatu nyala cinta yang berkobar-kobar memenuhi hatiku.
(1756) Kemudian aku mendengar
kata-kata ini, “Putri-Ku, sudah engkau habiskan pokok renungan yang Kuberikan
kepadamu? Kalau begitu, Aku akan memberi kepadamu pokok renungan yang baru.”
Aku menjawab, “O Misteri yang Tak
Terbatas, kekekalan pun tidak akan cukup bagiku untuk mengenal Engkau ....
tetapi cintaku akan Dikau kini menjadi lebih bernyala-nyala. Sebagai suatu
tanda syukur, aku menghamparkan hatiku pada kaki-Mu laksana setangkai mawar.
Semoga keharumannya menggembirakan Hati ilahi-Mu, kini dan sepanjang masa” ....
Betapa jiwa merasa seperti di firdaus ketika hati menyadari diri begitu
dicintai oleh Allah...
(1757) “Hari ini, engkau akan membaca
Injil Yohanes, bab lima belas. Aku menghendaki engkau membaca ini dengan sangat
pelan-pelan.”
Meditasi Kedua.
(1758) “Putri-Ku, renungkanlah kehidupan
Allah yang ada dalam Gereja demi keselamatan dan pengudusan jiwamu.
Renungkanlah cara engkau menggunakan harta rahmat ini, renungkanlah usaha-usaha
yang dilakukan oleh cinta-Ku.”
(1759) Penerapan. O Yesus yang sangat
murah hati, aku tidak selalu mampu memetik manfaat dari karunia-karunia yang
tak ternilai harganya ini. Sebab, aku memberi perhatian yang terlalu kecil
kepada karunia-Mu sendiri dan terlalu besar kepada bejana yang Kaupakai untuk
memberikan karunia-karunia itu. Ya Guruku yang paling manis, mulai sekarang
sikapku akan berbeda. Aku akan menggunakan karunia-karunia-Mu dengan cara yang
paling baik yang dapat dilakukan oleh jiwaku. Iman yang hidup akan menopang
aku. Dalam wujud apa pun Engkau mengirimkan rahmat-Mu, aku akan menerimanya
sebagai sesuatu yang datang langsung dari-Mu, tanpa memperhatikan bejana yang
Kaupakai untuk mengirimkan rahmat itu. Jikalau aku tidak selalu dapat
menerimanya dengan sukacita, aku akan selalu menerimanya dengan penyerahan total
kepada kehendak kudus-Mu.
(1760) Konferensi tentang Perang
Rohani.
“Putri-Ku, Aku ingin mengajar
engkau tentang perang rohani. Jangan pernah mengandalkan dirimu sendiri, tetapi
serahkanlah dirimu sepenuhnya kepada kehendak-Ku. Dalam kesendirian, kegelapan
dan aneka keragu-raguan, mintalah pertolongan kepada-Ku dan kepada pembimbing
rohanimu. Ia akan selalu menjawabmu atas nama-Ku. Jangan tawar-menawar dengan
godaan apa pun; segera berlindunglah dalam Hati-Ku dan, pada kesempatan
pertama, beberkan godaan itu kepada bapak pengakuan. Taruhlah cinta dirimu pada
tempat terakhir sehingga ia tidak menodai perbuatan-perbuatanmu. Terhadap
dirimu sendiri, bersikaplah sungguh-sungguh sabar. Jangan mengabaikan mati raga
batin. Utamakanlah selalu pendapat para superior dan bapak pengakuanmu.
Perlakukanlah orang-orang yang suka menggerutu seperti wabah. Biarlah semua
kegiatan berjalan seperti adanya; engkau harus bertindak seperti yang Aku
kehendaki.”
“Taatilah peraturan sesetia
mungkin. Kalau seseorang menyebabkan engkau terganggu, pikirkanlah hal-hal yang
baik yang dapat engkau menderita itu. Jangan mengumbar-ngumbar
perasaan-perasaanmu. Diamlah kalau engkau dicela. Jangan meminta pendapat
seorang pun kecuali pendapat bapak pengakuanmu; terhadapnya, bersikaplah jujur
dan sederhana seperti anak kecil. Jangan berkecil hati karena sikap tidak tahu
terima kasih. Jangan terlalu mempertanyakan jalan-jalan lewat mana Aku menuntun
engkau. Apabila aku rasa bosan dan kecil hati melanda hatimu, tinggalkanlah
dirimu sendiri dan bersembunyilah di dalam Hati-Ku. Jangan takut bertempur;
keberanian sendiri sering membuat godaan ketakutan dan mereka tidak berani
menyerang kita.”
“Berperanglah selalu dengan penuh
keyakinan bahwa aku bahwa Aku menyertai engkau. Jangan dikendalikan oleh perasaan
sebab perasaan tidak selalu dapat engkau kendalikan; tetapi segala pahala ada
di dalam kehendak. Selalu bergantung lah pada para superior, juga dalam hal-hal
yang paling kecil. Aku tidak memperdaya engkau dengan iming-iming damai dan
penghiburan; sebaliknya, Aku mempersiapkan engkau untuk menghadapi pertempuran
yang sengit. Ketahuilah. Ketahuilah, sekarang engkau masuk pada tahap di mana
seluruh surga dan bumi menatap engkau. Berperanglah seperti seorang ksatria
sehingga Alu dapat memberikan ganjaran kepadamu. Janganlah takut tanpa alasan
yang sepadan sebab engkau tidak sendirian.”
Hari Kedua.
(1761) “Putri-Ku, hari ini, renungkanlah
sengsara-Ku yang pedih dengan segala kepahitannya. Renungkanlah sengsara-Ku itu
seolah-olah Aku menanggungnya demi keselamatanmu seorang.”
(1762) Penerapan. Ketika aku mulai
membenamkan diri dalam sengsara ilahi, luhurnya jiwa manusia dan jahatnya dosa
tampak jelas di hadapanku. Aku menjadi tahu bahwa aku tidak paham bagaimana
caranya menderita. Untuk memperoleh pahala dari penderitaanku, aku akan
menyatukan diriku lebih erat lagi dalam penderitaan dengan sengsara Tuhan
Yesus. Dan, sementara itu, aku akan memohon rahmat-Nya bagi jiwa-jiwa yang
menghadapi ajal, supaya kerahiman Allah sudi merengkuh mereka pada saat yang gawat
ini.
Meditasi Kedua.
(1763) “Putri-Ku, renungkanlah pedoman
hidup membiara dan kaul-kaul yang sudah engkau persembahkan kepada-Ku. Engkau
tahu betapa tingginya Aku menilai semua itu; segala rahmat, yang Kusediakan
bagi jiwa-jiwa religius, terkait erat dengan pedoman hidup dan kaul.”
(1764) Penerapan. O Yesus, aku
merasa bersalah atas banyak ketidaksempurnaan dalam bidang ini. Tetapi, berkat
rahmat-Mu, aku tidak melakukan satu pelanggaran pun terhadap pedoman dan
kaul-kaul hidup membiara secara sadar dan sengaja. Sudilah selalu menjaga aku,
o Yesusku yang baik, karena dari diriku sendiri aku ini rapuh.
(1765) “Hari ini, Putri-Ku, untuk
bacaanmu, engkau harus mengambil Injil Yohanes, bab sembilan belas; bacalah bab
ini, tidak hanya dengan bibirmu, tetapi juga dengan hatimu...”
(1766) Sementara membaca bab ini,
jiwaku dipenuhi dengan penyesalan yang mendalam. Aku menyaksikan segala sikap
tidak tahu terima kasih dari semua makhluk terhadap Pencipta dan Tuhan mereka;
aku memohon kepada Allah untuk melindungi aku dari kebutaan rohani.
Konferensi tentang Pengurbanan dan
Doa.
(1767) “Putri-Ku, Aku ingin mengajar
engkau tentang bagaimana engkau harus menyelamatkan jiwa-jiwa melalui
pengurbanan dan doa. Lewat doa dan penderitaan, engkau akan menyelamatkan lebih
banyak jiwa daripada yang akan diselamatkan oleh seorang misionaris melulu
lewat pengajaran dan khotbah-khotbahnya. Aku ingin menyaksikan dirimu sebagai
kurban terdorong oleh cinta yang bernyala-nyala, yang baru kemudian akan tampak
berbobot di hadapan-Ku. Engkau harus menghampakan diri, digiling lembut, dan
hidup seolah-olah sudah mati dalam relung hatimu yang paling rahasia. Engkau
harus dihancurkan dalam lubuk tersembunyi di mana mata insani tidak pernah
melihatnya; dengan demikian, Aku akan menemukan di dalam dirimu suatu kurban
yang berkenan di Hati-Ku, suatu kurban yang sungguh manis dan harum. Maka, akan
sungguh besarlah kuasamu bagi siapa saja yang engkau doakan.”
“Secara lahiriah, pengurbananmu
harus tampak sebagai berikut: diam, tersembunyi, diresapi dengan cinta,
dipenuhi dengan doa. Putri-Ku, Aku minta agar pengurbananmu murni dan penuh
dengan kerendahan hati sehingga Aku dapat menemukan kenikmatan di dalamnya. Aku
tidak akan menahan rahmat-Ku sehingga engkau dapat memenuhi apa yang Kuminta
darimu.”
“Kini, AKu akan mengajar engkau
mengenai apa yang akan menjadi wujud kurbanmu dalam kehidupan sehari-hari,
untuk menjauhkan engkau dari segala macam khayalan. Hendaknya engkau menerima
segala pengurbanan dengan penuh cinta. Jangan berkecil hati kalau hatimu sering
mengalami penolakan dan ketidaksenangan sehubungan dengan pengurbanan itu.
Seluruh kekuatan kurban itu ada pada kehendak; perasaan-perasaan yang menentang
pengurbanan itu akan meningkatkan nilainya di mata-Ku, dan sama sekali tidak
akan menerndahkannya. Ketahuilah bahwa tubuh dan jiwamu akan sering berada di
tengah api. Meskipun pada kesempatan-kesempatan tertentu, engkau tidak
merasakan kehadiran-Ku, AKu akan selalu menyertai engkau. Jangan takut;
rahmat-Ku akan menyertaimu....”
Hari Ketiga.
(1768) “Putri-Ku, dalam meditasi ini,
renungkanlah cinta akan sesama. Apakah cintamu akan sesama dipandu oleh
cinta-Ku? Apakah engkau mendoakan musuh-musuhmu? Apakah engkau menghendaki yang
baik bagi mereka yang, dengan salah satu cara, telah menyebabkan engkau berduka
atau yang telah melukai hatimu?”
“Ketahuilah, apa pun yang baik yang
engkau lakukan terhadap salah satu jiwa, Aku terima seolah-olah sudah engkau
lakukan terhadap Aku.”
(1769) Penerapan. O Yesus, Kasihku,
Engkau tahu bahwa dalam bertindak terhadap sesamaku, belum lama ini, aku
sungguh dipimpin melulu oleh cinta-Mu. Engkau sendiri mengetahui usaha-usahaku
untuk melakukan hal ini. Sekarang lebih mudah aku dapat melakukannya. Tetapi,
kalau Engkau sendiri tidak menyalakan cinta itu di dalam jiwaku, aku tidak akan
mampu bertahan di dalamnya. Kasih ekaristis-Mulah yang setiap hari menyalakan
api cintaku.
Meditasi Kedua
(1770) “Sekarang, engkau akan
merenungkan cinta-Ku dalam Sakramen Mahakudus. Di sini Aku seluruhnya bagimu
dengan jiwa, tubuh, dan ke-Allahan-Ku sebagai Mempelaimu sepenuhnya menjadi
milikmu. Engkau tahu apa yang dituntut oleh cinta: hanya satu hal, yakni balas
cinta....”
(1771) Penerapan. O Yesusku, Engkau
tahu bahwa aku ingin mencintai Engkau dengan cinta yang belum pernah
ditunjukkan oleh suatu jiwa pun sebelum aku. Aku ingin seluruh dunia diubah
menjadi cinta akan Dikau, Mempelaiku. Dengan madu dan susu Hati-Mu, Engkau
menyuapi aku. Sejak tahun-tahun awalku, Engkau mendidik aku hanya untuk diri-Mu
sendiri sehingga sekarang aku tahu bagaimana mencintai Engkau. Engkau tahu
bahwa aku mencintai Engkau sebab Engkau sendiri mengetahui besarnya pengurbanan
yang kupersembahkan kepada-Mu setiap hari.
(1772) Yesus berkata kepadaku, “Putri-Ku,
apakah engkau menghadapi suatu kesulitan dalam retret ini?” Aku
menjawab bahwa aku tidak menghadapi kesulitan apa pun. Dalam retret ini, pikiranku terang seperti sinar. Aku menyelami segala
misteri iman dengan sangat mudah, Guru dan Pembimbingku. Karena sinar
terang-Mu, semua kegelapan lenyap dari pikiranku.”
(1773) “Hari ini, untuk bacaan rohanimu,
hendaknya engkau ambil Injil Yohanes, bab dua puluh satu. Biarlah kutipan ini
memberikan lebih banyak makanan kepada hatimu daripada pikiranmu.”
(1774) Dalam ibadat bulan Juni,
Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, Aku sangat senang beristirahat di
dalam hatimu. Pada hari Kamis Putih, ketika Aku mewariskan Sakramen Mahakudus,
engkaulah yang Kupikirkan.”
(1775) Sesudah mendengar kata-kata
ini, cintaku berusaha sekuat tenaga untuk mengungkapkan kepada Tuhan apa
artinya Dia bagiku. Tetapi, aku kehilangan kata-kata dan karena
ketidakmampuanku, aku menangis sejadi-jadinya. Maka, Yesus berkata, “Bagimu,
Aku adalah Sang Kerahiman sendiri; oleh karena itu, Aku minta kepadamu untuk
mempersembahkan kepapaanmu dan ketidak-berdayaanmu ini kepada-Ku, dan dengan
cara ini, engkau menggembirakan Hati-Ku.”
(1776) Hari ini, nyala cinta ilahi
yang berkobar-kobar memasuki jiwaku; seandainya hal itu berlangsung sedikit
lebih lama, sudah hangus aku termakan oleh api, yang membebaskan diriku dari
ikatan-ikatan dengan hidup yang sekarang. Aku merasakan bahwa seandainya hal
itu berlangsung sedikit lebih lama, pasti aku sudah tenggelam dalam samudra
cinta. Aku tidak dapat melukiskan panah-panah asmara yang menembusi jiwaku ini.
Konferensi tentang Kerahiman.
(1777) “Putri-Ku, ketahuilah bahwa
Hati-Ku adalah Sang Kerahiman sendiri. Dari lautan kerahiman ini, rahmat
mengalir ke seluruh dunia. Tidak ada satu jiwa pun yang telah menghampiri Aku
pergi tanpa menikmati penghiburan. Segala kepapaanmu telah dibenamkan dalam
lubuk kerahiman-Ku, dan setiap rahmat yang menyelamatkan dan menguduskan
memancar dari mata air ini. Putri-Ku, Aku ingin agar hatimu [menjadi] kediaman
kerahiman-Ku. Aku ingin supaya kerahiman ini mengalir ke seluruh dunia lewat
hatimu. Hendaknya tidak seorang pun yang menghampiri engkau pergi tanpa
kepercayaan akan kerahiman-Ku yang sedemikian Aku inginkan bagi jiwa-jiwa.”
“Berdoalah sebanyak mungkin untuk
orang-orang yang menghadapi ajal. Dengan permohonanmu, perolehlah bagi mereka
pengharapan akan kerahiman-Ku sebab merekalah yang paling membutuhkan
pengharapan, tetapi paling sedikit memilikinya. Yakinlah bahwa rahmat
keselamatan kekal bagi jiwa-jiwa tertentu pada akhir hayat mereka bergantung
pada doamu. Engkau mengetahui seluruh lubuk kerahiman-Ku; maka dari itu,
timbalah kerahiman itu untuk dirimu sendiri dan khususnya untuk orang-orang
berdosa yang malang. Dengan cepat, kerahiman-Ku akan merengkuh jiwa yang
percaya sebelum langit dan bumi terjerumus ke dalam kehampaan.”
(1778) Niatku masih tetap sama:
menyatukan diriku dengan Kristus-Sang-Kerahiman.
(1779) Hasil Retret: Percakapan
dengan Tuhan.
Syukur kepada-Mu, o Kasih Abadi,
atas Kebaikan-Mu yang Tak Terselami terhadapku sehingga Engkau mau menyibukkan
Diri secara langsung dengan masalah pengudusanku. “Putri-Ku, hendaknya ketiga
keutamaan menghiasi dirimu secara istimewa: kerendahan hati, kemurniaan
motivasi, dan cinta. Jangan melakukan apa pun di luar yang Aku minta darimu,
dan terimalah apa pun yang diberikan oleh tangan-Ku kepadamu. Berusahalah
sungguuh-sungguh untuk mewujudkan kehidupan penuh konsentrasi sehingga engkau
dapat mendengarkan suara-Ku yang sedemikian lembut sehingga hanya dapat
didengar oleh jiwa-jiwa yang hening....”
(1780) Hari ini, sampai tengah
malam, aku tidak dapat tidur; hatiku sedemikian bergejolak karena pembaruan
kaul yang akan kulaksanakan besok pagi. Kebesaran Allah merengkuh seluruh
diriku.
Pentekosta. Pembaruan Kaul.
(1781) Aku bangun jauh lebih dini
daripada biasanya, lalu pergi ke kapel dan membenamkan diri dalam kasih Allah.
Sebelum menyambut komuni kudus, dalam hati aku membarui kaul-kaul religiusku.
Sesudah komuni kudus, kasih Allah yang tak terbatas meliputi aku. Jiwaku
bersatu dengan Roh Kudus, yang sama-sama Tuhan seperti Bapa dan Putra.
Embusannya memenuhi jiwaku dengan kesukaan yang amat besar sehingga sia-sia
usahaku untuk melukiskan meskipun secara samar-samar, apa yang dialami hatiku.
Sepanjang hari, di mana pun aku berada dan dengan siapa pun aku bercakap-cakap,
kehadiran Allah yang nyata menyertai aku; jiwaku tenggelam dalam ucapan syukur
karena rahmat-rahmat yang agung ini.
(1782) Hari ini, ketika aku pergi
ke taman, Tuhan berkata kepadaku, “Kembalilah ke kamarmu karena Aku menantikan
engkau di sana.” Segera aku kembali ke kamar, aku melihat Tuhan Yesus,
duduk pada meja dan menantikan aku. Ia memandang aku dengan penuh cinta dan
berkata, “Putri-Ku, Aku ingin engkau sekarang menulis sebab jalan-jalan di taman
itu tidak selaras dengan kehendak-Ku.” Aku tinggal sendirian dan
langsung mulai menulis.
(1783) Aku membenamkan diri dalam
doa dan menyatukan diri dengan semua misa yang dirayakan di seluruh dunia pada
saat itu. Aku mohon kepada Allah agar, berkat semua misa kudus itu, Ia
melimpahkan kerahiman kepada dunia, khususnya kepada orang-orang berdosa yang
malang yang pada saat itu menghadapi ajal. Seketika itu juga, dalam hati aku
menerima jwaban dari Allah bahwa ribuan jiwa telah menerima rahmat karena doa
yang kusampaikan kepada Allah. Kita tidak tahu berapa jumlah jiwa yang harus
kita selamatkan lewat doa dan pengurbanan kita; oleh karena itu, marilah kita
selalu berdoa bai orang-orang berdosa.
(1784) Hari ini, dalam kurun
percakapan yang panjang, Tuhan berkata kepadaku, “Betapa besarnya keinginan-Ku
untuk menyelamatkan jiwa-jiwa! Juru tulis-Ku yang terkasih, tulislah bahwa aku
ingin mencurahkan kehidupan ilahi-Ku ke dalam jiwa-jiwa manusia dan menguduskan
mereka, asal saja mereka mau menerima rahmat-Ku. Orang-orang yang dosanya
paling berat pun akan mencapai kesucian yang tinggi kalau mereka mau berharap
kepada kerahiman-Ku. Lubuk Hati-Ku yang paling dalam penuh dengan kerahiman
yang selalu mengalir, dan semua itu dicurahkan ke atas semua yang telah
Kuciptakan. Kesukaan-Ku adalah bekerja di dalam jiwa manusia, memenuhinya
dengan kerahiman-Ku dan menyelamatkannya. Kerajaan-Ku di bumi adalah
kehidupan-Ku dalam jiwa manusia. Tulislah, juru tulis-Ku, bahwa Aku sendiri
adalah penuntun rohani bagi jiwa-jiwa - Aku menuntun mereka secara tidak
langsung lewat imam, dan setiap orang Kutuntun kepada kesucian lewat jalan yang
hanya Aku sendiri yang tahu.”
(1785) Muder Superior hari ini
mengunjungi aku, tetapi hanya dalam waktu yang singkat. Ketika memandang ke
sekeliling, ia berkata bahwa segala sesuatu sangat rapi di sini. Memang benar,
para suster berusaha membuat tempat tinggalku di sanatorium ini sangat
menyenangkan. Tetapi, semua keindahan ini tidaklah mengurangi penderitaanku,
yang hanya dapat dilihat oleh Allah dan baru akan berakhir ketika jantungku
berhenti berdenyut. Baik keindahan seluruh bumi, maupun bahkan keindahan surga
sendiri, tidak dapat menghapuskan siksaan jiwaku, yang setiap saat muncul dalam
hidup batin yang begitu mendalam. Semua itu baru akan berakhir ketika Engkau
sendiri, Pencipta penderitaanku, berkata, “Cukup!”
Tidak ada suatu pun yang dapat mengurangi penderitaanku.
(1786) Jumat Pertama sesudah Hari
Raya Tubuh Kristus. [17 Juni 1938].
Langsung pada hari Jumat sesudah
Hari Raya Tubuh Kristus, aku merasa kesehatanku begitu buruk sehingga aku
berpikir bahwa saat yang sudah lama kurindukan sudah dekat. Sepanjang malam,
aku terserang demam tinggi dan mengeluarkan banyak darah. Namun, aku tetap
pergi menyambut Tuhan Yesus pada pagi hari, tetapi aku tidak dapat bertahan
selama misa kudus. Pada siang hari, suhu tubuhku mendadak turun menjadi 35.8 darjah
celsius. AKu merasa begitu lemah sehingga aku merasa seolah-olah segala sesuatu
yang ada dalam diriku sudah mati. Ketika aku membenamkan diri dalam doa, aku
tahu bahwa itu bukanlah saat pembebasan, tetapi hanya panggilan mendadak dari
Mempelaiku.
(1787) Ketika aku berjumpa dengan
Tuhan, aku berkata kepada-Nya, “Engkau
membodohi aku, Yesus; Engkau menunjukkan kepadaku gerbang surga terbuka, tetapi
sekali lagi Engkau meninggalkan aku di bumi.” Tuhan berkata kepadaku, “Apabila
engkau sudah ada di surga, dan melihat kembali hari-hari ini, engkau akan
bersukacita dan akan ingin melihatnya sesering mungkin. Aku tidak heran,
Putri-Ku, bahwa sekarang engkau belum dapat memahaminya sebab hatimu
ditenggelamkan oleh rasa sakit dan kerinduan akan Daku. Berjagamu menyenangkan
Hati-Ku. Puaslah dengan kata-kata-Ku; saatnya tidak akan lama lagi.”
Sekali lagi jiwaku menyadari
dirinya berada dalam pembuangan. Dalam kasih, aku menyatukan diriku dengan
kehendak Allah, sambil menyerahkan diriku kepada ketetapan-ketetapan-Nya yang
agung.
(1788) Percakapan-percakapan
mengenai hal-hal duniawi yang kudengar di tempat ini membuatku sedemikian lelah
sehingga aku hampir pingsan. Para suster yang merawatku telah memperhatikan hal
ini sebab semua itu tampak secara lahiriah.
(1789) Hari ini, aku menyaksikan
kemuliaan Allah yang mengalir dari gambar [Kerahiman Ilahi] itu. Banyak jiwa
sedang menerima rahmat meskipun mereka tidak menceritakannya secara terbuka.
Meskipun gambar itu mengalami aneka kejadian, Allah tetap dimuliakan karenanya;
usaha-usaha setan dan orang-orang jahat sudah berantakan dan hancur lebur.
Meskipun setan melancarkan kemarahan, Kerahiman Ilahi akan berjaya atas seluruh
dunia dan disembah oleh semua jiwa.
(1790) Aku telah memahami bahwa
supaya Allah dapat bertindak dalam suatu jiwa, jiwa itu harus berhenti
bertindak atas kemauannya sendiri; kalau tidak, Allah tidak akan melaksanakan
kehendak-Nya dalam jiwa itu.
(1791) Ketika suatu badai besar
mendekat, aku mulai mendaras Koronka. Sekonyong-konyong aku mendengar suara malaikat,
“Aku tidak dapat mendekat dalam wujud
badai itu sebab sinar yang datang dari mulut suster itu mengusir aku dan juga
badai ini.” Begitulah keluhan malaikat itu kepada Allah. Kemudian, aku
menyaksikan betapa banyaknya malapetaka yang akan dilaksanakan si malaikat
lewat badai itu; tetapi aku juga menyaksikan bahwa doa ini menyenangkan hati
Allah, dan bahwa Koronka memiliki kekuatan yang amat besar.
(1792) Aku menyaksikan bahwa jiwa
tertentu sangat menyenangkan Allah dan bahwa meskipun dirundung segala macam
penganiayaan, orang ini didandani Allah dengan kemuliaan yang baru dan lebih
tinggi. Hatiku sangat bersukacita karena hal ini.
(1793) Saat-saat yang paling
menyenangkan bagiku adalah ketika aku bercakap-cakap dengan Tuhan di relung
hatiku. Aku berusaha dengan sebaik-baiknya untuk tidak meninggalkan Dia
sendirian. Ia senang selalu bersama dengan kita ....
(1794) O Yesus, Allah yang kekal,
aku bersyukur kepada-Mu karena rahmat dan berkat-Mu yang tak terbilang. Biarlah
setiap denyut jantungku menjadi madah syukur yang baru bagi-Mu, o Allah.
Biarlah setiap tetes darahku mengalir bagi-Mu, ya Tuhan. Jiwaku adalah suatu
madah sembah sujud bagi Kerahiman-Mu. Aku mengasihi Engkau, ya Allah, demi
diri-Mu sendiri.
(1795) Ya Allahku, memang
penderitaan-penderitaanku berat dan berkepanjangan, tetapi aku menerimanya
sebagai karunia yang mulia dari tangan-Mu. Aku menerima semua penderitaan itu,
juga penderitaan yang ditolak oleh jiwa-jiwa lain. Ya Yesusku, Engkau dapat
datang kepadaku dengan membawa apa saja, aku sama sekali tidak akan menolak
Engkau. Hanya satu hal yang kuminta dari-Mu: berilah aku kekuatan untuk
menanggungnya dan berilah agar semua itu dapat mendatangkan pahala. Aku
serahkan seluruh hidupku: berbuatlah terhadapku seperti yang Kaukehendaki.
(1796) Hari ini, aku melihat Hati
Kudus Yesus di langit, di tengah cahaya yang terang benderang. Berkas-berkas
sinar memancar dari Luka [di lambung-Nya] dan menyebar ke seluruh dunia.
(1797) Hari ini, Tuhan datang
kepadaku dan berkata, “Putri-Ku, bantulah Aku menyelamatkan
jiwa-jiwa. Pergilah kepada seorang berdosa yang sedang menghadapi ajal, dan
teruslah mendaras Koronka. Dengan cara ini, engkau akan memperoleh baginya
pengharapan akan kerahiman-Ku karena ia sudah dalam keadaan putus asa.”
(1798) Tiba-tiba, aku mendapati
diriku berada di suatu pondok yang asing bagiku di mana seorang lelaki lanjut
usia sedang menghadapi ajal di tengah siksaan-siksaan yang berat. Yang ada di
sekeliling tempat tidurnya hanyalah suatu himpunan besar roh jahat dan
keluarga, yang pada menangis. Ketika aku mulai berdoa, roh-roh kegelapan itu
melarikan diri dengan bunyi desis dan ancaman-ancaman yang diarahkan kepadaku.
Jiwa itu menjadi tenang dan, dengan penuh kepercayaan, ia beristirahat dalam
Tuhan.
Pada saat yang sama, aku mendapati
diriku berada di kamarku sendiri. Bagaimana ini terjadi, aku tidak tahu.
(1799) Y.M.Y. Aku merasa ada suatu
kuasa yang membela dan melindungi aku dari serangan-serangan musuh. Kuasa itu
terus menjaga dan melindungi aku. Aku merasakannya dengan amat jelas;
seolah-olah aku dilindungi oleh nauangan sayap-sayap Tuhan.
(1800) Yesusku, hanya Engkaulah
yang mahabaik. Hatiku berusaha keras untuk menuliskan kebaikan-Mu,
sekurang-kuranya sebagian, tetapi tidak dapat aku melakukannnya - semua ini
melampaui segala pengertian kami.
(1801) Pada suatu hari, dalam misa
kudus, dengan amat jelas Tuhan menunjukkan kepadaku kekudusan dan
keagungan-Nya, dan pada saat yang sama aku menyaksikan kepapaanku sendiri.
Penglihatan ini membuat aku bahagia, dan jiwaku membenamkan diri sepenuhnya di
dalam kerahiman-Nya. AKu merasakan kebahagiaan yang luar biasa.
(1802) Pada hari berikutnya, aku
memiliki suatu kesadaran yang jelas mengenai kata-kata berikut, “Engkau tahu, Allah itu sedemikian kudus,
sedangkan engkau ini penuh dosa. Jangan menghampiri Dia, dan pergilah ke
pengakuan dosa setiap hari.” Dan sungguh, apa saja yang kupikirkan tampak
bagiku sebagai suatu dosa. Tetapi, aku tidak kehilangan satu komuni kudus pun,
dan aku memutuskan untuk pergi mengaku dosa pada waktu yang ditentukan karena
aku tidak mengalami hambatan apa pun. Saat hari pengakuan dosa tiba, aku
mempersiapkan diri dengan mengumpulkan semua dosa yang harus kuakukan. Tetapi,
di kamar pengakuan, meskipun aku berusaha sungguh-sungguh untuk melaksanakan
pengakuan seperti yang sudah kusiapkan, Allah membuat aku hanya bisa mengakui
dua ketiksempurnaan. Ketika aku meninggalkan kamar pengakuan, Tuhan berkata
kepadaku, “Putri-Ku, semua dosa yang ingin engkau akukan itu bukan dosa dalam
pandangan-Ku; itulah sebabnya Aku membuat engkau tidak mampu mengatakannya.” Aku
tahu bahwa setan, yang ingin mengganggu ketenangan hatiku, telah menyodorkan
kepadaku pemikiran-pemikiran yang berlebihan. O Juru Selamat, betapa besar
kebaikan-Mu!
(1803) Pada suatu hari, ketika
sedang mempersiapkan komuni kudus, aku tidak memiliki suatu pun untuk
dipersembahkan kepada Tuhan. Maka, aku tersungkur pada kaki Tuhan sambil
memohon kerahiman-Nya atas jiwaku yang papa, “Semoga rahmat-Mu, yang mengalir kepadaku dari Hati-Mu yang berbelas
kasih, menguatkan aku untuk berjuang dan menderita sehingga aku tetap setia
kepada-Mu. Meskipun aku ini sedemikian papa, aku tidak takut akn Dikau sebab
aku mengenal kerahiman-Mu dengan baik. Tidak ada suatu pun yang dapat membuat
aku gentar terhadap-Mu, o Allah sebab segala sesuatu demikian tidak berarti
dibandingkan dengan apa yang kuketahui [apa itu kerahiman-Mu] - aku mengetahui
hal ini dengan jelas.
[Di sini berakhir Buku Harian 6 dan terakhir]