Wednesday, January 27, 2016

Dairi St.Faustina: 1651 - 1700

(1651) Hari ini, salah seorang dari para suster masuk ke kamarku dan berkata bahwa suster X sangat cerewet mengenai penyakitnya sendiri; ia merasakan sangat terganggu oleh penyakit itu dan ingin sekali mengomeli dia tetapi, sayangnya, aku bukan anggota biara ini. Aku heran bahwa ia berpikiran seperti itu. Maka aku berkata, “Suster, bayangkan saja betapa banyaknya malam-malam yang sudah dilalui suster ini tanpa dapat tidur dan betapa banyaknya air mata ...” Sejak itu, berubahlah pandangan suster itu.
(1652) Hai jiwaku, sembahlah kerahiman Tuhan, o hatiku, bersukacitalah sepenuhnya dalam Dia, sebab engkau telah dipilih oleh-Nya untuk menyebarkan kemuliaan kerahiman-Nya. Tak seorang pun pernah menyelami kebaikan-Nya, tak seorang pun dapat mengukurnya. Kemurahan-Nya tak terlukiskan. Hal ini dialami oleh setiap jiwa yang menghampiri-Nya: ia akan dilindungi dan didekapkan pada dada-Nya yang maharahim.
Berbahagialah jiwa yang percaya akan kebaikan-Mu dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada kerahiman-Mu. Jiwanya dipenuhi dengan damai yang penuh cinta, di mana-mana ia Kaubela seperti anak-Mu sendiri.
O jiwa, siapa pun juga engkau di dunia ini, kalau pun dosa-dosamu pekat seperti malam kelam, jangan takut akan Allah, hai engkau anak yang lemah, sebab besarlah kuasa kerahiman Allah.
(1653) Terang yang ada di atas, tempat Allahku meraja, inilah yang didambakan jiwaku, inilah yang dirindukan hatiku: seluruh hidupku berpaut pada-Mu. Aku bergegas menuju dunia lain kepada Allah satu-satunya, ke dalam Terang yang tak terselami, Sang Api Cinta, karena jiwaku dan hatiku diciptakan untuk Dia, dan hatiku mencintai Dia sejak masa mudaku dengan penuh gairah.
Di sana, dalam cahaya wajah-Mu yang berseri-seri, cintaku yang merana akan menemukan istirahat. Dalam pembuangannya, perawan-Mu setengah mati merindukan Dikau, karena ia hanya dapat hidup kalau bersatu dengan Dikau.
Hariku mendekati titik akhir. Sekarang juga aku merasakan pancaran sinar abadi-Mu, o Allahku. Tak seorang pun akan tahu apa yang dirasakan hatiku; bibirku akan kelu membiasu dalam kerendahan hati yang tulus. Bahkan sekarang, aku sudah dekat ke pesta nikah abadi, ke surga yang tak kenal akhir, ke ruang yang tanpa batas. Aku tidak merindukan istirahat atau ganjaran; cinta murni Allah menarikku ke surga.
Sekarang, aku pergi menjumpai Engkau, Kasih Abadi, dengan hati yang merana karena merindukan Dikau. Aku merasakan kasih-Mu yang murni, o Tuhan, tinggal di dalam hatiku, dan aku merasakan kebahagiaan kekalku di surga. Sekarang, aku pergi kepada Bapa, di surga yang kekal, dari tanah pembuangan, dari lembah air mata ini. Bumi tidak lagi mampu menahan hatiku yang murni, dan puncak-puncak surga telah menarik aku.
Aku pergi, o Mempelaiku, aku pergi untuk melihat kemuliaan-Mu, yang sekarang sudah memenuhi jiwaku dengan sukacita. Di sana, seluruh surga sujud menyembah-Mu, aku merasakan bahwa ibadatku menyenangkan hati-Mu, meski aku ini kehampaan belaka.
Dalam kebahagiaan yang kekal, aku tidak akan melupakan mereka yang di bumi; aku akan memohon kerahiman Allah bagi semua orang, khususnya, aku akan mengingat mereka yang dekat di hatiku; kelekatanku pada Allah tidak akan membiarkan aku melupakan mereka.
Di saat-saat akhir ini, aku tidak tahu bagaimana bergaul dengan sesama, dalam keheningan, hanya Engkau, Tuhan, yang kunantikan. AKu tahu akan tiba saatnya semua orang memahami karya Allah dalam jiwaku. Aku tahu bahwa demikianlah kehendak-Mu, maka, itu akan terjadi.
(1654) O kebenaran, o kehidupan yang penuh duri, untuk dapat melintas melalui engkau dengan jiwa, orang perlu bersandar pada-Mu, ya Kristus, untuk selalu dekat dengan Engkau.
Aku tidak akan tahu bagaimana menderita tanpa Engkau, o Kristus. Dari diriku sendiri, aku tidak mampu menghadapi tantangan. Sendirian, aku tidak akan mempunyai keberanian untuk minum dari piala-Mu; tetapi Engkau, Tuhan, selalu menyertai aku, dan Engkau menuntun aku menapaki jalan-jalan rahasia.
Sebagai anak yang lemah, aku telah memulai pertempuran dalam nama-Mu. Aku telah bertempur dengan berani meskipun sering gagal. Aku tahu bahwa usaha-usahaku telah menyenangkan Hati-Mu, dan usaha itu sendirilah yang Kauberikan pahala untuk selama-lamanya.
O kebenaran, o pergulatan hidup-mati, ketika aku bangkit untuk bertempur, sebagai ksatria yang berpengalaman, aku merasa memiliki darah ksatria meskipun masih seorang anak dan karena itu, o Kristus, aku membutuhkan pertolongan dan perlindungan-Mu.
Hatiku tidak akan berhenti berusaha dan berjuang sampai Engkau sendiri memanggil aku dari medan perang. AKu berdiri di hadapan-Mu, tidak untuk menerima ganjaran, tetapi untuk membenamkan diri dalam Dikau, dalam damai untuk selama-lamanya.
(1655) O Kristus, seandainya jiwaku menyaksikan sekaligus apa yang harus ia derita sepanjang hidupnya, begitu melihatnya ia pasti sudah mati ketakutan; ia tidak akan menyentuhkan bibirnya pada piala kepahitan. Tetapi, karena setiap kali ia hanya minum satu tetes, ia telah menghabiskan isi piala itu sampai tuntas. O Kristus, kalau Engkau sendiri tidak menopang jiwa, seberapa banyak yang dapat ia kerjakan dari dirinya sendiri? Kami kuat, hanya karena kekudusan-Mu. Dari diri kami sendiri, apakah artinya kami? - Bukan apa-apa ....
(1656) Ya Yesusku, bagiku Engkau melampaui segala sesuatu yang ada di dunia ini. Meskipun penderitaan-penderitaan itu berat, Engkau menopang aku. Meskipun saat-saat kesepian itu mengerikan, Engkau membuatnya manis bagiku. Meskipun kelemahan itu besar, Engkau mengubahnya menjadi kekuatan bagiku.
Aku tidak tahu bagaimana melukiskan semua yang aku derita; karena itu, yang telah kutulis hanyalah satu titik kecil. Ada saat-saat penderitaan yang sungguh-sungguh tidak dapat kutulis. Tetapi, dalam hidupku, ada juga saat-saat ketika bibirku harus tinggal diam, tidak mengucapkan satu kata pun untuk membela diri, dan menundukkan diriku sepenuhnya kepada kehendak Allah; kemudian Tuhan sendiri membela aku, dan mengajukan tuntutan-tuntutan atas namaku; permintaan-permintaan-Nya Ia beberkan sedemikian rupa sehingga semuanya dapat dilihat bahkan secara lahiriah. Tetapi, ketika aku menyaksikan campur tangan-Nya yang begitu mencolok, yang menjadi nyata lewat hukuman-hukuman, dengan tulus hati aku mohon kepada-Nya agar Ia memberikan kerahiman dan pengampunan. Tetapi, aku selalu tidak didengarkan. Tuhan bertindak terhadap aku dengan cara yang misterius. Ada saatnya Ia sendiri membiarkan penderitaan-penderitaan yang mengerikan terjadi; tetapi ada juga saat-saat ketika Ia tidak membiarkan aku menderita dan Ia memusnahkan segala sesuatu yang akan menimpa jiwaku. Inilah jalan Tuhan, yang tak dapat diselidiki dan dipahami. Kita harus menaklukkan diri sepenuhnya kepada kehendak kudus-Nya. Ada misteri-misteri yang tidak pernah dapat diselami oleh akal manusia di bumi ini; tetapi alam kekal akan menyingkapkannya.
(1657) 10 April 1938. Minggu Palma. Aku menghadiri misa kudus, tetapi tidak memiliki kekuatan untuk pergi dan mengambil palma. Aku merasa sedemikian lemah sehingga hampir tidak dapat bertahan sampai akhir misa. Dalam misa, Yesus membuatku memahami penderitaan jiwa-Nya, dan dengan jelas aku dapat merasakan bahwa madah-madah Hosanna bergaung sebagai gema yang memilukan dalam Hati Kudus-Nya. Juga, jiwaku dibanjiri dengan samudra kepahitan, dan setiap Hosanna menembus hatiku sampai ke relung-relungnya. Segenap jiwaku ditarik erat kepada Yesus. Aku mendengar suara Yesus, “Putri-Ku, ibamu terhadap Aku menyegarkan diri-Ku. Dengan merenungkan sengsara-Ku, jiwamu memperoleh keindahan tersendiri yang mencolok.”
(1658) Aku menyambut komuni di lantai dua; aku tidak dapat turun ke kapel karena aku kehabisan tenaga setelah mengeluarkan terlalu banyak keringat, dan sesudah semua itu, aku demam dan menggigil. Aku merasa sama sekali tidak berdaya. Hari ini, salah seorang imam Yesuit mengantar komuni kudus kepada kami. Ia menerimakan Yesus kepada tiga orang suster lain dan kemudian kepadaku; karena mengira bahwa aku yang terakhir, ia memberiku dua Hosti. Tetapi, salah seorang novis sedang terbaring sakit di kamar sebelah, dan tidak ada Hosti yang tersisa baginya. Imam itu kembali dan membawa Tuhan kepadanya, tetapi Yesus berkata kepadaku, “Aku enggan masuk ke dalam hati itu. Engkau menerima dua Hosti karena Aku sengaja menangguhkan kedatangan-Ku ke dalam jiwa yang menolak rahmat-Ku itu. Kunjungan kepada jiwa seperti itu tidak menyenangkan Hati-Ku.” Pada saat itu, jiwaku ditarik erat kepada kehadiran-Nya, dan aku menerima terang batin yang benderang yang membuat aku memahami, dalam roh, semua karya kerahiman. Terang itu laksana kilatan halilintar, tetapi lebih cemerlang daripada halilintar yang dapat kupandang selama berjam-jam dengan mata tubuhku.
(1659) Lagi, untuk menulis segala sesuatu, aku harus menggunakan kata-kata itu tidak dapat mengungkapkan semua yang dinikmati oleh jiwaku ketika menyaksikan kemuliaan kerahiman Allah. Kemuliaan Kerahiman Ilahi sedang merebak ke mana-mana, juga saat ini meskipun dirongrong oleh usaha-usaha para musuhnya dan oleh usaha-usaha setan sendiri, yang sangat membenci kerahiman Allah. Karya ini akan merenggut sejumlah besar jiwa dari genggamannya; itulah sebabnya roh kegelapan kadang-kadang mencobai orang-orang baik dengan keji supaya mereka menghambat karya itu. tetapi aku telah melihat dengan jelas bahwa kehendak Allah sudah dipenuhi, dan bahwa kehendak itu akan digenapi sampai detail terakhir. Usaha-usaha musuh yang paling besar pun tidak akan menghancurkan bagian yang paling kecil dari rencana yang telah ditetapkan Tuhan. Tidaklah menjadi masalah kalau karya itu kadang-kadang tampak hancur sama sekali, justru dalam situasi seperti itu, karya itu sedang dimantapkan.
(1660) Jiwaku dipenuhi dengan damai yang jauh lebih teduh daripada semua damai yang pernah kualami sebelumnya. Damai ini merupakan jaminan ilahi yang tidak mungkin ditiadakan oleh suatu pun, suatu damai yang sangat teduh yang tidak dapat dikacaukan oleh suatu pun, meski aku ditimpa penderitaan-penderitaan yang paling keji. Aku merasa damai; Allah sendirilah yang mengatur segala sesuatu.
(1661) Aku menjalani seluruh hari dalam doa syukur, dan rasa syukur itu terus menggenangi jiwaku. O Allahku, begitu baiklah Engkau, begitu besarlah kerahiman-Mu! Engkau mengunjungi aku dengan begitu banyak rahmat, padahal aku ini noda debu yang paling jahat. Sambil meniarap pada kaki-Mu, o Tuhan, dengan hati tulus aku mengakui bahwa aku belum melakukan apa pun untuk mensyukuri bahkan yang paling kecil dari rahmat-Mu. Dalam kebaikan-Mu yang tak terbatas Engkau memberikan diri-Mu sendiri dengan begitu murah hati kepadaku. Oleh karena itu, semakin besar rahmat yang diterima hatiku, semakin dalamlah hatiku membenamkan diri dalam kerendahan hati.
(1662) O Kristus, menderita demi Engkau adalah kesukaan hati dan jiwaku. Perpanjanglah penderitaan-penderitaanku sampai tak terbatas sehingga aku dapat menunjukkan bukti cintaku kepada-Mu. Semua yang ditimpakan oleh tangan-Mu kepadaku akan kuterima. Cinta-Mu, ya Yesus, sudah cukup bagiku. Aku akan memuliakan Engkau dalam kesendirian dan kegelapan, dalam kesusahan dan ketakutan, dalam penderitaan dan kepahitan, dalam rintihan roh dan kepedihan hati. Dalam segala hal semoga Engkau tetap dipuji. Hatiku sudah sama sekali tidak terikat pada bumi sehingga Engkau sendiri sudah cukup bagiku. Sudah tidak ada satu saat pun dalam hidupku yang aku gunakan untuk diriku sendiri.
(1663) Kamis Putih. Hari ini, aku merasa cukup kuat untuk ambil bagian dalam upacara-upacara di gereja. Dalam misa kudus, Yesus berdiri di depanku dan berkata, “Pandanglah Hati-Ku dan lihatlah di sana cinta serta kerahiman-Ku terhadap umat manusia, khususnya terhadap orang-orang berdosa. Pandanglah dan masuklah ke dalam sengsara-Ku.” Dalam sekejap, aku merasakan dan mengalami seluruh sengsara Yesus dalam hatiku sendiri. Aku heran bahwa siksaan-siksaan ini tidak menyudahi hidupku.
(1664) Dalam adorasi, Yesus berkata kepadaku, “Putri-Ku, ketahuilah bahwa cintamu yang berkobar-kobar dan kemurahan hatimu terhadap AKu merupakan penghiburan bagi-Ku di Taman [Getsemani].”
(1665) Dalam ibadat Jam Kudus pada petang hari, aku mendengar suara, “Engkau menyaksikan kerahiman-Ku terhadap orang-orang berdosa; pada saat ini kerahiman-Ku sedang dinyatakan dengan segala kekuatannya. Lihatlah, betapa sedikitnya yang telah engkau tulis mengenai hal ini; itu barulah satu titik kecil. Lakukanlah apa yang ada dalam kuasamu, supaya orang-orang berdosa mulai mengenal kebaikan-Ku.”
(1666) Jumat Agung. Aku melihat Tuhan Yesus disiksa, tetapi tidak dipaku pada salib. Ia masih beum disalibkan, dan Ia berkata kepadaku, “Engkaulah [kekasih] Hati-Ku. Berbicaralah kepada orang-orang berdosa mengenai kerahiman-Ku.” Maka, Tuhan memberi aku pengetahuan batin yang jelas mengenai seluruh kedalam kerahiman-Nya bagi jiwa-jiwa, dan aku tahu bahwa apa yang telah kutulis sungguh hanya satu titik kecil.
(1667) Sabtu Suci. Dalam adorasi, Tuhan berkata kepadaku, “Tenanglah, Putri-Ku. Karya kerahiman ini adalah karya-Ku; tidak ada bagianmu dalam karya ini. Sangatlah menyenangkan Hati-Ku bahwa dengan setia engkau melaksanakan apa yang telah Kuperintahkan kepadamu, tanpa menambah atau mengurangi sepatah kata pun.” Lalu, Tuhan memberi aku terang batin; karena terang itu aku mengetahui bahwa tidak satu kata pun adalah kata-kataku; meskipun ada banyak kesulitan dan hambatan, aku selalu dan selalu, memenuhi kehendak-Nya, sebagaimana yang Ia beri tahukan kepadaku.
(1668) Kebangkitan. Sebelum misa kebangkitan, aku merasa sedemikian lemah sehingga aku kehilangan harapan untuk berpartisipasi dan prosesi yang dilaksanakan di dalam gereja; maka aku berkata kepada Tuhan, “Yesus, kalau doa-doaku menyenangkan hati-Mu, saat ini juga berilah aku kekuatan agar aku dapat ambil bagian dalam prosesi.” Seketika itu juga, aku merasa kuat dan mantap sehingga aku dapat pergi bersama para suster dalam prosesi.
(1669) Ketika perarakan dimulai, aku melihat Yesus dalam cahaya yang lebih cemerlang daripada sinar matahari. Yesus memandang aku dengan penuh kasih dan berkata, “Hai Jantung Hati-Ku, bersukacitalah!” Pada saat itu juga rohku membenamkan diri dalam Dia. .... Ketika aku menjadi sadar, aku sedang berjalan di tengah perarakan bersama para suster, sementara jiwaku sepenuhnya terbenam di dalam Dia.
(1670) Paskah [17 April 1938]. Dalam misa, aku bersyukur kepada Tuhan Yesus karena Ia telah berkenan menebus kita; juga karena Ia sudah memberi kita karunia yang paling besar di antara segala karunia, yakni kasih-Nya dalam komuni kudus; artinya, diri-Nya sendiri. Pada saat itu, aku direnggut ke pangkuan Tritunggal yang Mahakudus, dan aku tenggelam di dalam kasih Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Saat-saat ini, hampir tidak dapat dilukiskan.
(1671) Pada saat itu, aku berdoa kepada Tuhan untuk seseorang, dan Tuhan menjawab aku, “Jiwa ini sangat Kukasihi.” Aku sungguh sangat berbahagia mendengar hal ini. Kebahagiaan jiwa-jiwa lain memenuhi hatiku dengan sukacita yang luar biasa, dan ketika aku melihat anugerah-anugerah yang lebih mulia di dalam suatu jiwa, hatiku membubung tinggi kepada Tuhan dalam madah sembah sujud yang khusyuk.
(1672) 19 April 1938. Dalam acara rekreasi, salah seorang suster berkata, “Kesehatan Sr.Faustina sedang begitu buruk sehingga ia hampir tidak dapat berjalan. Semoga ia cepat meninggal karena ia akan menjadi seorang santa.” Kemudian salah seorang suster pemimpin berkata, “Bahwa ia akan meninggal, kita tahu; tetapi apakah ia akan menjadi seorang santa, itu masalah lain.” Kemudian mulailah komentar-komentar sinis mengenai hal itu. Aku tinggal diam; kemudian aku mengucapkan sepatah kata; tetapi aku melihat bahwa percakapan menjadi semakin tidak menyenangkan sehingga sekali lagi aku tinggal diam.
(1673) Hari ini, aku menerima surat-surat dari para suster yang ada di biara-biara lain dan dari para suster yang menjalani novisiatnya bersama aku. Mereka sering menghibur aku dan membuat aku tertawa, ketika mereka biasa berkata seperti ini, “sr. Faustina yang terkasih, kami sangat kasihan bahwa sakitmu sedemikian parah; tetapi kami sangat bahagia bahwa apabila Tuhan Yesus mengambil engkau, engkau akan berdoa bagi kami karena engkau memiliki banyak pengaruh terhadap Tuhan.” Salah satu suster mengatakan sebagai berikut, “Apabila engkau meninggal, Suster, mohon tempatkan aku di bawah perhatianmu yang istimewa karena pastilah engkau dapat melakukannya bagiku.” Suster lain lagi menulis sebagai berikut, “Bagaimana aku dapat menantikan saat ketika Tuhan Yesus memanggil engkau sebab aku tahu apa yang akan terjadi kemudian; aku sangat merindukan kematian bagimu.”  Aku mau bertanya kepadanya apa yang ia pikirkan sehubungan dengan kematianku, tetapi aku bermati raga dan menjawab, “Aku ini seorang pendosa. Padaku akan terjadi hal yang sama seperti yang terjadi pada semua orang berdosa kalau kerahiman Allah tidak melindungi aku.”
(1674) 20 April 1938. Keberangkatan ke Pradnik. Aku sangat cemas jangan-jangan aku terbaring di tempat tidur dalam suatu ruangan yang serba terbuka. Kalau itu hanya akan berlangsung selama satu atau dua pekan ... tetapi itu akan berlangsung dalam waktu yang sedemikian lama, dua bulan atau barangkali lebih. Pada petang hari, aku masuk ke kapel untuk bercakap-cakap lama dengan Tuhan Yesus. Ketika melihat Tuhan Yesus, aku mencurahkan seluruh isi hatiku di hadapan-Nya, semua kesusahanku, kekuatanku, dan kecemasanku. Yesus mendengarkan aku dengan penuh kasih dan kemudian berkata, “Tenanglah, Anak-Ku, Aku menyertaimu. Pergilah dalam damai. Semua sudah siap; Aku telah mengatur, dengan cara-Ku sendiri yang istimewa, agar suatu kamar pribadi disiapkan bagimu.” Diyakinkan oleh Tuhan dan dipenuhi dengan rasa syukur, aku pergi tidur.
(1675) Pada hari berikutnya, Suster Felicja mengantar aku ke Pradnik. Aku merasa sangat damai dan jiwaku merasa tenang. Ketika kami tiba, mereka mengatakan kepada kami bahwa ada kamar khusus untuk Sr. Faustina. Ketika masuk ke kamar itu, kami sangat heran bahwa segala sesuatu telah disiapkan sedemikian indahnya: semua bersih dan rapi, meja dilengkapi dengan taplak dan dihias dengan bunga; satu gambar Anak Domba Paskah yang indah ditempatkan di meja doa oleh para suster. Seketika itu juga, tiga orang Suster Hati Kudus yang bekerja di sanatorium itu, teman-teman lamaku, datang dan menyambut aku dengan hangat. Suster Filicja sangat kagum akan semua ini. Kami saling mengucapkan selamat berpisah dengan hangat dan ia pergi. Ketika aku sendirian, hanya bersama dengan Tuhan Yesus, aku bersyukur kepada-Nya atas rahmat yang besar ini.
(1676) Yesus berkata kepadaku, “Tenanglah, Aku menyertaimu.” Karena lelah, aku cepat tertidur. Pada petang hari, suster yang harus merawat aku datang dan berkata, “Besok engkau tidak akan menerima Tuhan Yesus, Suster sebab engkau sangat lelah; selebihnya, akan kita lihat nanti.” Hal ini sangat mengharukan hatiku, tetapi aku berkata dengan sangat tenang, “Baiklah,” dan, aku berserah sepenuhnya kepada kehendak Tuhan; aku berusaha tidur. Pada pagi hari, aku membuat meditasiku dan mempersiapkan diri untuk menyambut komuni kudus meskipun aku seharusnya tidak menerima Tuhan Yesus. Ketika cinta dan keinginanku sudah mencapai puncak yang tinggi, aku melihat di samping tempat tidurku sosok Serafim, yang memberiku komuni kudus, sambil mengucapkan kata-kata ini, “Inilah Tuhan para malaikat.” Ketika aku menerima Tuhan, rohku tenggelam dalam kasih Allah dan dalam pesona. Ini terulang selama tiga belas hari meskipun aku tidak pernah yakin apakah ia akan membawakan aku komuni kudus pada hari berikutnya. Tetapi, aku percaya sepenuhnya kepada kebaikan Allah; meskipun demikian, aku tidak berani berpikir bahwa aku akan menerima komuni kudus dengan cara ini pada hari berikutnya.
Serafim itu diiputi suatu cahaya yang cemerlang; keilahian dan kasih Allah tercermin dalam dia. Ia mengenakan jubah keemasan dan di atasnya suatu superpli yang transparan dan stola yang juga transparan. Siborinya terbuat dari kristal, ditutupi dengan kain yang transparan. Begitu selesai memberikan Tuhan kepadaku, ia menghilang.
(1677) Pernah, ketika suatu keragu-raguan muncul dalam hatiku tidak lama sebelum komuni kudus, Serafim bersama Tuhan Yesus berdiri di hadapanku. Aku bertanya kepada Tuhan Yesus, dan tanpa menunggu jawaban, aku berkata kepada Serafim, “Dapatkah kiranya engkau mendengarkan pengakuan dosaku?” Dan ia menjawab kepadaku, “Tidak ada roh di surga yang memiliki kuasa itu.” Dan pada saat itu, Hosti kudus hinggap di bibirku.
(1678) Pada hari Minggu, suster yang ditugasi merawat orang sakit berkata kepadaku, “Suster, hari ini imam akan mengantar Tuhan Yesus kepadamu.” Aku menjawab, “Baik,” dan imam itu membawa-Nya. Tidak lama kemudian, aku mendapat izin untuk meninggalkan tempat tidurku. Mulai hari itu, aku mengikuti misa kudus dan meluangkan waktu bersama Tuhan secara teratur.
(1679) Sesudah pemeriksaan pertama, dokter mendapati bahwa keadaanku sangat parah. “Kami menduga, Suster, bahwa engkau memang mengidap penyakit yang pernah Suster katakan kepadaku. tetapi, Allah yang mahakuasa dapat melakukan segala sesuatu.”
Ketika aku memasuki kamarku, aku membenamkan diri dalam doa syukur atas segala sesuatu yang telah Tuhan kirimkan kepadaku sepanjang seluruh hidupku, sambil menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya yang amat kudus. Sukacita dan damai yang luar biasa membanjiri jiwaku. Aku merasakan suatu damai yang sedemikian luar biasa sehingga kalau kematian datang pada saat itu, aku tidak akan berkata, “Tunggu, karena aku masih mempunyai sejumlah hal yang harus aku selesaikan.” Tidak, aku akan menyambutnya dengan penuh sukacita sebab aku sudah siap untuk berjumpa dengan Tuhan, tidak hanya hari ini, tetapi sudah sejak aku menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kerahiman Ilahi, sambil menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya yang amat kudus, yang penuh dengan kerahiman dan kemurahan. Aku tahu apalah diriku sesungguhnya ....
(1680) Minggu Putih. Hari ini, sekali lagi aku mempersembahkan diriku kepada Tuhan sebagai kurban bagi orang-orang berdosa. Yesusku, kalau akhir hidupku sudah mendekat, dengan sangat rendah hati aku mohon kepada-Mu, terimalah kematianku dalam kesatuan dengan Dikau sebagai kurban yang kupersembahkan kepada-Mu hari ini, sementara aku masih memiliki kemampuan dan kehendak yang sepenuhnya sadar; semua ini untuk tiga tujuan:
Pertama: agar karya kerahiman-Mu dapat menyebar ke seluruh dunia dan agar Pesta Kerahiman Ilahi dapat dimaklumkan dan dirayakan dengan meriah.
Kedua: agar orang-orang berdosa, khususnya orang-orang berdosa yang menghadapi ajal, dapat mengungsi kepada kerahiman-Mu dan mengalami buah-buah kerahiman yang tak terlukiskan.
Ketiga: agar segala karya kerahiman-Mu dapat diwujudkan sesuai dengan keinginan-Mu, dan bagi seorang yang ditugaskan untuk karya ini ....
Terimalah, ya Yesus yang maharahim, kurbanku yang tidak pantas ini, yang hari ini kupersembahkan kepada-Mu di hadapan surga dan bumi. Semoga Hati-Mu yang mahakudus, yang sedemikian penuh kerahiman, menggenapi apa yang masih kurang dalam persembahanku, dan mempersembahkannya kepada Bapa-Mu demi pertobatan orang-orang berdosa. AKu haus akan jiwa-jiwa, ya Kristus.
(1681) Pada saat itu, sinar Allah menembus diriku, dan aku merasakan bahwa aku menjadi milik Allah yanh istimewa; aku mengalami kebebasan rohani yang amat besar, yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Dan pada saat yang sama, aku melihat kemuliaan Kerahiman Ilahi dan himpunan jiwa-jiwa yang tak terbilang jumlahnya sedang memuji kebaikan-Nya. Jiwaku sepenuhnya tenggelam dalam Allah, dan aku mendengar suara, “Engkau adalah putri kesayangan-Ku.” Kehadiran Allah yang sungguh nyata aku rasakan sepanjang hari.
(1682) 1 Mei 1938. Petang ini, Yesus berkata kepadaku, “Putri-Ku, apakah engkau membutuhkan sesuatu?” Aku menjawab, “Oh Kasihku, apabila aku memiliki Engkau, aku sudah memiliki segala sesuatu.” Dan Tuhan menjawab, “Kalau jiwa-jiwa mau menyerahkan diri mereka sepenuhnya kepada-Ku, Aku sendiri akan melaksanakan tugas untuk menguduskan mereka, dan Aku akan melimpahkan bahkan rahmat yang lebih besar lagi ke atas mereka. Ada jiwa-jiwa yang menghancurkan usaha-usaha-Ku, tetapi Aku tidak menyerah terhadap mereka; begitu mereka berpaling kepada-Ku, Aku akan bergegas menolong mereka, dengan melindungi mereka dalam kerahiman-Ku, dan Aku memberi mereka tempat pertama dalam Hati-Ku yang pemurah.”
(1683) “Tulislah demi manfaat bagi jiwa kaum religius bahwa Hati-Ku sangat senang datang kepada mereka dalam komuni kudus. tetapi, kalau ada orang lain di dalam hati itu, Aku tidak tahan dan Aku akan cepat meninggalkan hati itu, sambil membawa serta semua karunia dan rahmat yang telah Kusiapkan bagi jiwa itu. Jiwa itu bahkan tidak menyadari kepergian-Ku. Sesudah beberapa waktu, barulah ia akan merasakan kehampaan batin dan ketidakpuasan. Oh, kalau saja kemudian ia berpaling kepada-Ku, Aku akan membantu dia membersihkan hatinya, dan Aku akan memenuhi segala sesuatu yang ada di dalam jiwanya; tetapi tanpa kesadaran dan persetujuannya, Aku tidak dapat menjadi Penguasa hatinya.”
(1684) Aku sering mempersatukan diri dengan orang-orang yang menghadapi ajal dan memperoleh Kerahiman Ilahi bagi mereka. Oh, betapa besarnya kebaikan Allah: lebih besar daripada yang dapat kita pahami. Ada saat-saat tertentu dan ada pula misteri-misteri Kerahiman Ilahi yang memesona surga. Biarlah kita hentikan penghakiman kita terhadap jiwa-jiwa karena kerahiman Allah atas mereka sungguh luar biasa.
(1685) Dalam ibadat Jam Kudus hari ini, aku minta kepada Tuhan Yesus agar Ia berkenan mengajar aku tentang kehidupan rohani. Yesus menjawab kepadaku, “Putri-Ku, hayatilah dengan setia kata-kata yang Kusampaikan kepadamu. Jangan menghargai hal-hal lahiriah terlalu tinggi, juga kalau hal itu tampak sangat berharga bagimu. Tinggalkanlah dirimu sendiri, dan tinggallah bersma-Ku terus-menerus. Percayakanlah segala sesuatu kepada-Ku dan jangan melakukan suatu pun dengan mengandalkan dirimu sendiri; maka engkau akan selalu memiliki kebebasan roh yang leluasa. Tidak ada situasi atau kejadian yang akan mampu mengacaukan engkau. Jangan terlalu mengacuhkan apa yang dikatakan orang. Biarlah setiap orang menghakimi engkau menurut kesukaan mereka. Jangan membela diri; penghakiman mereka tidak akan merugikan engkau. Singkirkanlah segala sesuatu begitu mereka muncul dan menuntut sesuatu, juga kalau mereka itu tampaknya sangat penting. Jangan meminta suatu pun tanpa minta pertimbangan-Ku. Biarkan mereka mengambil apa pun yang bahkan menjadi hakmu - kehormatan, nama baik - biarlah rohmu membubung di atas semua itu. Jadi, bebaskanlah dirimu dari segala sesuatu, beristirahatlah di dekat Hati-Ku, dan jangan biarkan damaimu dikacaukan oleh suatu pun. Oh, murid-Ku, camkanlah kata-kata yang telah Kusampaikan kepadamu.”
(1686) O Kasihku, Guru kekalku, betapa baiknya bersikap taat; sebab ketika ketaatan tercurah ke dalam jiwa, ia membawa serta tenaga dan kekuatan untuk bertindak.
(1687) Hari ini, aku melihat Tuhan Yesus yang tersalib. Permata dan mutiara-mutiara berharga tampak tercurah dari luka yang ada di Hati-Nya. Aku melihat betapa banyaknya jiwa-jiwa yang menghimpun karunia-karunia ini. Tetapi, ada satu jiwa yang berada paling dekat dengan Hati-Nya; dan karena tahu akan besarnya karunia-karunia itu, ia mengumpulkan sebanyak-banyaknya, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang lain. Jurus Selamat berkata kepadaku, “Perhatikanlah khazanah rahmat yang mengalir kepada jiwa-jiwa; tetapi tidak semua jiwa itu tahu bagaimana memanfaatkan kemurahan-Ku.”
(1688) Hari ini, Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, tengoklah ke dalam Hati-Ku yang Maharahim, dan pantulkanlah kemurahannya di dalam hati dan perbuatan-perbuatanmu sendiri sehingga engkau, yang memaklumkan kerahiman-Ku kepada dunia, dapat membara bersamanya.”
(1689) 8 Mei 1938. Hari ini, aku melihat dua tiang yang luar biasa besarnya terpancang di tanah; tiang yang satu, aku sendiri yang telah memancangkannya, sedangkan tiang yang satunya dipancangkan oleh seorang lain, S.M. Kami telah melakukannya dengan usaha yang tak terbayangkan, dengan banyak keletihan dan kesulitan. Dan sesudah selesai memancangkan tiang itu, aku sendiri kagum dari mana kekuatan luar biasa itu datang. Dan aku tahu bahwa bukan dengan kekuatanku sendiri aku melaksanakannya, tetapi dengan kekuatan yang datang dari atas. Kedua tiang itu berdekatan satu sama lain, di dekat gambar Kerahiman Ilahi. Dan aku melihat gambar itu diangkat sangat tinggi dan digantungkan pada kedua tiang itu. Sekonyong-konyong, berdirilah di atas kedua tiang itu suatu kanisah raksasa, yang ditopang baik dari dalam maupun dari luar. Aku melihat suatu tangan sedang menyelesaikan pembangunan kanisah itu, tetapi aku tidak melihat orangnya. Lalu, tampaklah suatu himpunan besar orang, di dalam dan di luar bait, dan arus yang keluar dari Hati Yesus yang Maharahim mengalir kepada setiap orang.
(1690) Hari ini, sesudah komuni kudus, Yesus berkata, “Putri-Ku, berikanlah jiwa-jiwa kepada-Ku. Ketahuilah bahwa misimu adalah memenangkan jiwa-jiwa bagi-Ku lewat doa dan pengurbanan, dan dengan mendorong mereka untuk mengandalkan kerahiman-Ku.”
(1691) Oh, betapa besarnya kerinduanku untuk mempersembahkan kemuliaan kepada kerahiman-Mu - sedangkan untukku sendiri: kepahitan dan penderitaan! Ketika aku menyaksikan kemuliaan kerahiman-Mu, kebahagiaanku tiada tara! Biarlah segala murka, penghinaan, dan kesendirian tertumpah atas diriku, asal saja kemuliaan dan pujian bagi kerahiman-Mu bergema di mana-mana - hanya inilah yang penting.
(1692) Sang Pencipta dan Ciptaan.
Aku menyembah Engkau, ya Tuhan dan Pencipta, yang tersembunyi di dalam Sakramen Mahakudus. Aku menyembah Engkau karena segala karya tangan-Mu yang menyatakan kepadaku begitu banyak kebijaksanaan, kebaikan, dan kerahiman. O Tuhan, Engkau telah menghamburkan begitu banyak keindahan ke atas bumi, dan semua itu menuturkan kepadaku keindahan-Mu meskipun semua yang indah itu hanyalah pantulan lemah dari keindahan-Mu, o Keindahan yang Tak Terselami. Meskipun Engkau menyembunyikan diri dan menyamarkan keindahan-Mu, mataku yang diterangi oleh iman dapat menangkap Engkau, dan jiwaku mengenali Penciptanya, Kebaikan teringginya; dan hatiku sepenuhnya tenggelam dalam doa sembah sujud.
Tuhanku dan Penciptaku, kebaikan-Mu memberanikan aku untuk bercakap-cakap dengan-Mu. Kerahiman-Mu meniadakan jurang yang memisahkan Pencipta dari ciptaan. Bercakap-cakap dengan-Mu, o Tuhan, sangatlah menyenangkan hatiku. Di dalam Engkau, aku menemukan segala sesuatu yang didambakan hatiku. Di sini, Terang-Mu menerangi pikiranku, dan sekaligus memampukannya untuk makin hari makin mengenal Engkau. Di sini, arus rahmat mengalir ke dalam hatiku. Di sini, jiwaku menimba kehidupan kekal. O Tuhan dan Penciptaku, di samping segala karunia ini, Engkau memberikan diri-Mu sendiri kepadaku dan secara mesra menyatukan diri-Mu dengan ciptaan-Mu yang papa ini. Di sini, tanpa mencari kata-kata, kita memahami satu sama lain. Di sini, tak seorang pun mampu menyela percakapan kita. Apa yang kubicarakan dengan-Mu, ya Yesus, adalah rahasia kita; tidak ada ciptaan yang akan mengetahuinya dan tidak ada malaikat yang berani menanyakannya. Ini adalah misteri pengampunan yang bersifat rahasia, yang hanya diketahui oleh Yesus dan aku sendiri; inilah misteri kerahiman-Nya, yang merengkuh setiap jiwa secara terpisah. Karena kebaikan-Mu yang tak terselami ini, dengan segenap hati dan sepenuh jiwaku, aku menyembah Engkau, o Tuhan dan Penciptaku. Memang, ibadatku sedemikian tak berarti dan papa, tetapi aku merasa damai sebab aku tahu bahwa Engkau tahu jika ibadatku itu tulus meskipun tidak memadai...
(1693) Sementara aku menulis kata-kata di atas, aku melihat Tuhan Yesus membungkuk di atas aku, dan Ia bertanya, “Putri-Ku, apa yang sedang engkau tulis?” Aku menjawab, “Aku sedang menulis tentang Engkau, ya Yesus, tentang ketersembunyian-Mu dalam Sakramen Mahakudus, tentang kasih dan kerahiman-Mu yang tak terselami terhadap manusia.” Dan Yesus berkata, “Juru tulis misteri-Ku yang paling dalam, ketahuilah bahwa kemesraan ekslusif ini hanya Kujalin denganmu. Tugasmu adalah menuliskan segala sesuatu tentang kerahiman-Ku yang Kuberitahukan kepadamu demi manfaat bagi mereka yang dengan membacanya akan diteguhkan jiwanya dan akan memiliki keberanian untuk menghampiri Aku. Oleh karena itu, Aku menghendaki engkau memanfaatkan semua waktu luangmu untuk menulis.” “Tetapi, o Tuhan, apakah aku akan selalu memiliki waktu meskipun hanya singkat, untuk menulis?” Dan Yesus menjawab, “Bukanlah urusanmu untuk memikirkan hal itu. Tugasmu hanyalah melakukan apa yang dapat engkau lakukan. Aku akan mengatur segala sesuatu sedemikian rupa sehingga dengan gampang engkau akan dapat melakukan apa yang Kuminta darimu...”
(1694) Hari ini, aku dikunjungi oleh seorang awam yang telah menyebabkan aku sangat sedih karena ia telah menyalahgunakan kebaikanku dengan menceritakan banyak kebohongan. Begitu aku melihat dia, darah dalam nadiku serasa membeku sebab tiba-tiba terpampang di hadapan mataku semua yang harus kuderita karena dia, meskipun dengan satu kata saja aku dapat membebaskan diri dari semua itu. Maka muncullah gagasan dalam benakku untuk mengatakan kebenaran kepadanya, dengan tegas dan terus terang. Tetapi, pada saat itu, kerahiman Allah melintas di dapan mataku, dan aku memutuskan untuk bertindak terhadapnya sebagaimana Yesus akan bertindak kalau Ia berada pada tempatku. Aku mulai berbicara kepadanya dengan lembut. Ketika ia mengungkapkan keinginan untuk berbicara sendirian dengan aku, secara amat rinci dan jelas aku memberitahukan kepadanya keadaan jiwanya yang menyedihkan. Aku melihat bahwa dia sangat terharu meskipun ia berusaha menyembunyikan perasaannya dariku. Pada saat itu, datanglah orang ketiga, dan karenanya pembicaraan dari hati ke hati itu terhenti. Ia minta kepadaku satu gelas air dan dua barang lain yang kuberikan dengan ikhlas hati. tetapi, kalau bukan karena rahmat Allah, aku tidak akan mampu bertindak seperti itu terhadapnya. Ketika mereka pergi, aku bersyukur kepada Allah karena rahmat-Nya yang menopang aku pada waktu itu.
(1695) Kemudian aku mendengar suara ini, “Aku senang sekali karena engkau berlaku sebagai putri-Ku yang sejati. Selalu berbelas kasihlah, sama seperti Aku selalu berbelas kasih. Kasihilah setiap orang demi kasihmu akan Daku; juga, kasihilah musuh-musuhmu yang paling besar sehingga kerahiman-Ku dapat sepenuhnya terpantul di dalam hatimu.”
(1696) O Kristus, meskipun menuntut banyak usaha, dengan rahmat-Mu segala sesuatu dapat terlaksana.
(1697) Hari ini, aku merasa sangat sehat, dan aku senang sekali karena dapat melaksanakan ibadat Jam Kudus. Tetapi ketika aku mulai melaksanakan Jam Kudus, penderitaan fisikku meningkat sehingga aku tidak dapat berdoa. Ketika Jam Kudus sudah usai, semua penderitaanku pun berakhir; maka aku mengeluh kepada Tuhan bahwa penderitaan-penderitaanku tidak membiarkan aku membenamkan diri dalam sengsara-Nya yang pedih, padahal aku sangat menginginkannya. Kemudian Yesus berkata kepadaku, “Putri-Ku, ketahuilah bahwa jikalau Aku membiarkan engkau merasakan dan memiliki pengetahuan yang lebih mendalam mengenai penderitaan-Ku, itu adalah rahmat dari Aku. tetapi, ketika pikiranmu menjadi redup dan penderitaanmu meningkat, pada saat itu engkau ambil bagian aktif dalam sengsara-Ku, dan Aku sedang menjadikan dirimu lebih serasi dengan diri-Ku. Pada saat seperti itu, lebih daripada kapan pun, tugasmu adalah menyerahkan diri kepada kehendak-Ku...”
(1698)  Aku sering mendampingi orang yang menghadapi ajal dan lewat permohonan yang mendesak memperoleh bagi mereka pengharapan akan kerahiman Allah; pada saat seperti itu, aku juga memohon kepada Allah agar Ia memberikan rahmat ilahi yang berlimpah, yang selalu jaya. Kadang-kadang, secara mengagumkan dan misterius, kerahiman Allah menyentuh orang berdosa pada saat akhir hidupnya. Secara lahiriah, tampaknya segala sesuatu sudah lenyap, tetapi sesungguhnya tidak demikian. Pada kesempatan terakhir itu, jiwa diterangi oleh sinar rahmat akhir yang penuh kuasa berpaling kepada Allah dengan kuasa cinta yang sedemikian besar sehingga ia serta merta menerima dari Allah pengampunan dosa dan pembebasan dari hukuman. Secara lahiriah, ia tidak menunjukkan tanda penyesalan ataupun pertobatan sebab [pada tahap ini] jiwa tidak lagi bereaksi terhadap hal-hal lahiriah. Oh, betapa kerahiman Allah melampaui segala pemahaman! Tetapi - sungguh mengerikan! - ada juga jiwa-jiwa yang dengan sengaja dan secara sadar menolak serta mencemooh rahmat ini. Meskipun orang sudah berada pada titik kematian, Allah yang maharahim dapat memberikan kepada jiwanya saat batin yang hidup sehingga kalau jiwa itu mau, ia memiliki kesempatan untuk kembali kepada Allah. tetapi kadang-kadang, jiwa-jiwa sedemikian keras kepala sehingga dengan sadar mereka memilih neraka; [dengan demikian] mereka menyia-nyiakan semua doa yang dipersembahkan jiwa-jiwa lain kepada Allah bagi mereka; bahkan, mereka menyia-nyiakan usaha Allah sendiri...
(1699) Kesunyian - saat-saat kesayanganku, kesunyian - tetapi selalu bersama Engkau, ya Yesus dan Tuhan, dekat pada Hati-Mu, saat terlalu indah bagiku; dekat pada-Nya, jiwaku menemukan istirahat. Kalau hari dipenuhi dengan Dikau dan dilimpahi dengan cinta, kalau jiwa bernyala-nyala karena api yang murni, di tengah kesunyian yang paling sepi pun, jiwa takkan mengalami kesepian sebab ia beristirahat pada dada-Mu.
O Kesunyian - saat-saat persekutuan yang paling luhur, meski ditinggalkan oleh segala ciptaan, aku membenamkan diri sepenuhnya dalam samudra Ke-Allahan-Mu, dan Engkau senang mendengarkan cetusan hatiku.

(1700) Petang ini, Tuhan bertanya kepadaku, “Tidakkah engkau memiliki keinginan apa pun di dalam hatimu?” Aku menjawab, “Aku memiliki satu keinginan yang berkobar-kobar, yakni bersatu dengan Dikau selama-lamanya.” Dan Tuhan menjawab kepadaku, “Itu akan segera terpenuhi. Anak-Ku yang terkasih, setiap kerinduanmu bergema di dalam Hati-Ku. Tatapan mata-Ku yang berseri-seri terpaku padamu sebelum Aku menatap ciptaan yang lain.”

Dairi St.Faustina: 1590 - 1650 (Jilid 6)

(1590) Hai jiwaku, pujilah kerahiman Allah yang tak terselami. Segala sesuatu untuk kemulaiaan-Nya.
Krakow, 10 Februari 1938
Buku Enam
Sr. Faustina dari Sakramen Mahakudus
Anggota Kongregasi Para Suster Bunda Allah Kerahiman
(1591) Hatiku tertarik ke tempat Allahku tersembunyi; di sana, siang malam Ia tinggal bersama kita, berbusana Hosti Putih; Ia memerintah seluruh dunia, Ia bersatu dengan jiwa-jiwa. Hatiku tertarik ke tempat Allahku bersembunyi; di sana kasih-Nya dikurbankan, di sana hatiku merasakan air yang menghidupkan; Itulah Allahku yang hidup, meski tersembunyi di balik selubung.
(1592) 10 Februari 1938. Dalam meditasi, Tuhan memperlihatkan kepadaku sukacita surga dan orang-orang kudus ketika menyambut kedatangan kita di sana; mereka mencintai Allah sebagai satu-satunya sasaran cinta mereka, tetapi mereka juga memiliki cinta yang mesra dan tulus kepada kita. Dari wajah Allahlah sukacita itu memancar kepada semua orang sebab kita melihat Dia dari muka ke muka. Wajah Allah sedemikian manis sehingga setiap jiwa tenggelam di dalam ekstase.
(1593) Tuhan sendiri menggerakkan aku untuk menulis doa-doa dan madah-madah mengenai kerahiman-Nya; madah-madah pujian ini memaksakan diri pada bibirku. Aku menyaksikan kata-kata pujian mengenai kerahiman Allah masuk ke dalam pikiranku; kata-kata itu sudah sia dirumuskan sehingga aku mengambil keputusan untuk menuliskannya sejauh aku mampu. Aku dapat merasakan bahwa Allahlah yang mendesak aku untuk melakukannya.
(1594) Salah seorang suster masuk ke dalam kamarku. Sesudah suatu percakapan singkat mengenai ketaatan, ia berkata kepadaku, Oh, kini aku memahami bagaimana orang-orang kudus bertindak. Terima kasih, Suster; suatu terang cemerlang telah masuk ke dalam jiwaku; aku sudah memetik manfaat yang besar.”
(1595) O Yesusku, ini adalah karya-Mu. Engkaulah yang telah mengatakan hal ini kepada jiwa itu sebab suster itu masuk ke kamarku ketika aku sepenuhnya membenamkan diri di dalam Allah, dan tepat pada saat itu permenungan yang mendalam ini berakhir. O Yesusku, aku tahu bahwa untuk menjadi berguna bagi jiwa-jiwa, orang harus berusaha sungguh-sungguh untuk menjalin kesatuan yang seerat mungkin dengan-Mu, Sang Kasih Abadi. Satu kata yang diucapkan oleh jiwa yang bersatu dengan Allah menghasilkan lebih banyak kebaikan dalam jiwa-jiwa daripada diskusi dan khotbah hebat yang disampaikan oleh jiwa yang tidak sempurna.
(1596) Aku melihat pastor Andrasz heran akan tindakan-tindakanku, tetapi semua itu untuk kemuliaan Allah. Oh, betapa besarnya rahmat-Mu, ya Tuhan, rahmat yang mengangkat jiwa ke puncak-puncak yang lebih tinggi. AKu sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah memberi aku seorang imam yang cemerlang. Bisa saja Engkau terus membiarkan aku dalam ketidakpastian dan keragu-raguan, tetapi kebaikan-Mu mengatasinya. O Yesusku, mustahil bagiku untuk menghitung kebaikan-Mu ...
(1597) “Putri-Ku, pergulatanmu akan berlangsung sampai ajal. Napas terakhirmu akan menandai berakhirnya hidupmu. Engkau akan mengalahkan kerapuhan dengan kelembutan.”
(1598) 13 Februari 1938. Aku melihat betapa Tuhan Yesus enggan datang kepada jiwa-jiwa tertentu dalam komuni kudus. Ia mengucapkan kata-kata ini kepadaku, “Aku memasuki hati tertentu serasa masuk ke dalam Sengsara yang kedua.”
(1599) Ketika aku berusaha melakukan Jam Kudus, aku melihat Yesus yang sedang menderita, dan mendengar Ia menuturkan kata-kata ini kepadaku, “Putri-Ku, jangan terlalu memperhatikan bejana yang Kugunakan untuk memberi rahmat kepadamu, melainkan rahmat yang Kuberikan kepadamu sebab bejana itu tidak selalu menyenangkan hatimu, dan karenanya engkau pun kurang menghargai rahmat itu. Aku ingin menghindarkan engkau dari sikap seperti itu, dan Aku ingin agar perhatianmu tidak pernah terpancang pada bejana yang Kugunakan untuk mengirimkan rahmat-Ku kepadamu. Biarlah segenap perhatian jiwamu terpusat pada upaya menanggapi rahmat-Ku sesetia mungkin.”
(1600) O Yesusku, kalau Engkau sendiri tidak meredakan kerinduan jiwaku, tak seorang pun dapat menghibur atau meredakannya. Setiap pendekatan-Mu membangkitkan pesona cinta dalam jiwaku, tetapi juga mengakibatkan  suatu sakratulmaut yang baru; sebab meskipun begitu sering Engkau menghampiri jiwaku, bahkan dengan cara yang paling istimewa, aku masih tetap mencintai-Mu dari kejauhan, dan hatiku hanya bisa tenggelam dalam ekstase cinta; sebab kesatuan ini belumlah kesatuan yang penuh dan kekal meskipun sering kali Engkau menyatukan diri dengan aku tanpa sekat selubung [seolah-olah dari muka ke muka]. Dengan itu, ya Allahku, Engkau justru membuka dalam jiwa dan hatiku suatu jurang cinta dan kerinduan akan Dikau, dan jurang yang menganga amat lebar ini, kerinduan total kepada Allah ini, tidak dapat sungguh-sungguh dipenuhi di bumi ini.
(1601) Tuhan telah menunjukkan kepadaku betapa Ia sangat mendambakan kesempurnaan jiwa-jiwa terpilih.
“Di tangan-Ku, jiwa-jiwa terpilih itu adalah terang yang Kupancarkan ke dalam kegelapan dunia dan Kugunakan untuk meneranginya. Sebagaimana bintang-bintang menerangi malam, demikian jiwa-jiwa terpilih itu menerangi bumi. Semakin sempurna suatu jiwa, semakin benderanglah terangnya di sekitarnya dan semakin jauh terang itu dipancarkan olehnya. Bisa jadi ia tersembunyi dan tidak dikenal, bahkan oleh orang-orang yang paling dekat dengannya, tetapi kekudusannya terpancar dalam jiwa-jiwa bahkan sampai ke batas-batas dunia yang paling jauh.”
(1602) Hari ini Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, setiap kali engkau pergi ke pengakuan dosa, ke mata air kerahiman-Ku, Darah dan Air yang memancar dari Hati-Ku mengalir ke dalam jiwamu dan membuat jiwamu semakin mulia. Setiap kali engkau pergi ke pengakuan dosa, dengan pengharapan yang besar, benamkanlah diri sepenuhnya ke dalam kerahiman-Ku sehingga Aku dapat mencurahkan kelimpahan rahmat-Ku atas jiwamu. Apabila engkau menghampiri kamar pengakuan, ketahuilah bahwa Aku sendiri sedang menantikan engkau di sana. Aku hanya bersembunyi di balik sosok imam, tetapi Aku sendirilah yang bekerja di dalam jiwamu. Di sini, jiwa yang appa bertemu dengan Allah yang maharahim. Katakanlah kepada jiwa-jiwa bahwa dari mata air kerahiman ini jiwa-jiwa hanya dapat menimba rahmat dengan bejana pengharapan. Kalau pengharapan mereka besar, maka kemurahan-Ku tidak ada batasnya. Banjir rahmat akan menggenangi jiwa-jiwa yang rendah hati. Jiwa yang sombong akan selalu tinggal dalam kemiskinan dan kepapaan sebab rahmat-Ku menghindar dari mereka dan mengalir kepada jiwa-jiwa yang rendah hati.”
(1603) 4 Februari 1938. Dalam adorasi, aku mendengar suara ini, “Berdoalah untuk seorang siswi yang sangat membutuhkan rahmat-Ku.” Aku tahu yang dimaksud adalah N. Maka, aku berdoa dengan khusyuk, dan kerahiman Allah merengkuh jiwa itu.
(1604) Dalam adorasi, ketika aku mengulangi doa “Allah yang Kudus” beberapa kali, tiba-tiba kehadiran Allah yang hidup meliputi diriku dan, dicekam dalam roh, aku berdiri di hadapan Allah yang agung. Aku menyaksikan bagaimana para malaikat dan para kudus Tuhan memuliakan Allah. Kemuliaan Allah itu sedemikian besar sehingga aku tidak berani melukiskannya sebab aku tidak akan mampu melakukannya, dan aku takut kalau-kalau jiwa-jiwa akan berpikir bahwa apa yang telah aku tulis sudah mencakup semuanya. Santo Paulus, kini aku memahami mengapa engkau tidak ingin melukiskan surga, tetapi hanya berkata bahwa mata tidak pernah melihat, telinga tidak pernah mendengar, tidak pernah masuk dalam hati manusia apa yang telah dipersiapkan Allah bagi mereka yang mengasihi-Nya. Sungguh, memang harus demikian. Semua yang datang dari Allah akan kembali kepada-Nya dengan cara yang sama dan memberikan kepada-Nya kemuliaan yang sempurna. Kini, aku melihat dengan jelas bagaimana aku menyembah Allah. Oh, sungguh memprihatinkan! Sungguh, semua itu hanya ibarat satu tetes kecil dibandingkan dengan samudra kemuliaan surgawi yang serba sempurna. Ya Allahku, betapa baiknya Engkau karena sudi menerima juga pujianku, dan sudi menatap aku dengan penuh kebaikan serta mengizinkan kami mengetahui bahwa doa kami menyenangkan Engkau.
(1605) “Tulislah segala sesuatu yang engkau pikirkan sehubungan dengan kebaikan-Ku.” Aku menjawab, “Apa maksud-Mu, Tuhan, bagaimana kalau aku menulis terlalu banyak?” Dan Tuhan menjawab, “Putri-Ku, kalaupun engkau mengatakan sekaligus segala sesuatu dalam semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tidak pernah engkau mengatakan terlalu banyak. Sebaliknya, yang engkau kidungkan itu hanyalah sebagian kecil dari pujian atas kebaikan-Ku - kerahiman-Ku yang tak terselami.”
O Yesusku, Engkau sendiri harus menaruh kata-kata ke dalam mulutku, supaya aku dapat memuji Engkau dengan sepantasnya.
“Putri-Ku, tenanglah, lakukanlah seperti yang kukatakan kepadamu. Pikiran-pikiranmu berpadu dengan pikiran-pikiran-Ku; maka tulislah apa pun yang muncul dalam pikiranmu. Engkau adalah juru tulis kerahiman-Ku. Aku telah memilih engkau untuk tugas ini, baik dalam kehidupan sekarang maupun dalam kehidupan yang akan datang. Begitulah Aku menghendakinya kendati segala perlawanan yang akan diberikan orang terhadapmu. Ketahuilah bahwa pilihan-Ku tidak akan berubah.”
Pada saat itu, aku membenamkan diriku dalam kerendahan hati yang mendalam di hadapan keagungan Allah. Tetapi, semakin merendahkan diriku, semakin aku diresapi oleh kehadiran Allah ...
(1606) O Yesus, penghiburanku satu-satunya! Betapa menakutkan tempat pembuangan ini! Betapa mengerikan padang gurun yang harus kulintasi ini. Ibarat melawan semak duri, jiwaku bergulat melawan segala macam kesulitan yang mengerikan. Kalau Engkau sendiri tidak menopang aku, Tuhan, aku sama sekali tidak mempunyai bayangan bagaimana melangkah maju.
(1607) 16 Februari 1938. Ketika aku berdoa kepada Hati Yesus yang hidup dalam Sakramen Mahakudus untuk ujud imam tertentu, tiba-tiba Yesus menunjukkan kebaikan-Nya kepadaku dan berkata kepadaku, “Aku tidak akan membebankan kepadanya suatu pun yang melampaui kekuatannya.”
(1608) Pada waktu itu, aku sedang mencermati sejumlah penderitaan dan kesengsaraan yang diderita oleh seseorang dalam kaitan dengan seluruh karya Allah ini. Ketika itu, sebelum komuni kudus, aku minta kepada Tuhan Yesus agar Ia memberitahukan kepadaku apakah penderitaan-penderitaan ini disebabkan olehku. Kataku, “Yesusku yang amat manis, berkat kebaikan dan kerahiman-Mu yang tak terbatas, aku mohon kepada-Mu, beri tahukanlah kepadaku apakah dalam masalah ini ada sesuatu yang tidak menyenangkan Hati-Mu atau apakah aku sudah melakukan suatu kesalahan. Kalau ada, aku mohon kepada-Mu, pada waktu Engkau masuk ke dalam hatiku, penuhilah hatiku dengan kegelisahan dan beri tahukanlah kepadaku ketidaksenangan-Mu. Dan kalau dalam hal ini aku tidak bersalah, teguhkanlah aku dalam damai.” Ketika aku menyambut Tuhan, jiwaku dipenuhi dengan damai yang luar biasa, dan Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa karya ini sedang mengalami cobaan, tetapi perkenan Allah tidak berkurang sedikit pun karena masalah itu. Karena hal ini, aku merasakan sukacita yang besar; tetapi aku menggandakan doa-doaku agar kesulitan-kesulitan yang menghadang karya ini dapat diatasi.
(1609) O Yesusku, betapa baiknya berada di salib, asalkan bersama Engkau! Bersama-Mu, Kasih-Ku, jiwaku terus menerus terentang pada kayu salib dan dipenuhi dengan kepahitan. Cuka dan empedu menyentuh bibirku, tetapi sungguh baik bahwa terjadi seperti itu karena sepanjang hidup-Mu Hati ilahi-Mu dipenuhi dengan kepahitan; dan sebagai imbalan untuk kasih-Mu, Engkau menerima sikap tidak tahu terima kasih. Penderitaan yang Kaurasakan sedemikian berat sehingga rintihan yang pedih terlontar dari bibir-Mu ketika Engkau mengatakan bahwa Engkau mendambakan penghiburan tetapi tidak seorang pun memberikannya.
(1610) Pada suatu hari, aku minta kepada Tuhan untuk berkenan memandang sekilas satu jiwa yang sedang bergulat sendirian melawan banyak kesulitan. Ketika itu, serta merta Tuhan memperlihatkan kepadaku bahwa semua orang menjadi laksana debu di bawah kaki-Nya. “Maka, jangan cemas; engkau melihat bahwa dari diri sendiri mereka tidak dapat melakukan suatu pun. Kalaupun Aku membiarkan mereka tampak menang, ini Kulakukan karena kebijaksanaan-Ku yang tak terselami.” Aku mengalami ketenangan besar setelah menyadari bahwa semuanya tergantung dari Tuhan.
(1611) Ketika imam komunitas mengantar Tuhan Yesus kepadaku, aku diresapi dengan kehadiran Allah yang sangat nyata, dan Tuhan memperlihatkan kekudusan-Nya kepadaku. Pada saat seperti itu, noda yang paling kecil sekalipun pada jiwaku dapat kulihat, dan aku ingin memurnikannya sebelum setiap komuni kudus. Ketika aku bertanya kepada bapak pengakuanku, ia berkata bahwa tidak perlu aku mengaku dosa sebelum setiap komuni kudus. Komuni kudus sendiri menghapus noda-noda kecil itu; berpikir tentang pengakuan dosa ketika menyambut komuni kudus adalah suatu godaan. Aku tidak melanjutkan penjelasan tentang keadaan jiwaku secara lebih rinci karena imam itu bukan pembimbing rohaniku, tetapi bapak pengakuan. Pengetahuan ini tidak menyita waktuku sebab ia muncul lebih cepat daripada kilat; pengetahuan ini menyalakan apa cintaku, dan membiarkan aku menyadari keadaan diriku ....
(1612) 20 Februari 1938. Hari ini, Tuhan berkata kepadaku, “Aku membutuhkan penderitaan-penderitaanmu untuk menyelamatkan jiwa-jiwa.”
O Yesusku, berbuatlah padaku seperti yang Engkau kehendaki. Aku tidak memiliki keberanian untuk meminta penderitaan yang lebih berat kepada Tuhan Yesus sebab pada malam sebelumnya aku sudah menderita sedemikian banyak sehingga aku tidak mampu menanggung satu tetes lebih banyak daripada penderitaan yang telah diberikan Yesus sendiri kepadaku.
(1613) Hampir semalam suntuk aku mengalami rasa sakit yang sedemikian nyeri sehingga terasa semua ususku tercabik-cabik. Aku memuntahkan obat yang sudah kutelan. Ketika aku menundukkan kepalaku sampai ke lantai, aku kehilangan kesadaran. Selama beberapa waktu, aku tetap dalam keadaan seperti itu dengan kepala tertunduk di lantai. Ketika sadar, aku baru tahu bahwa seluruh tubuhku menghimpit kepala dan wajahku, dan aku merasa mual-mual. Aku pikir ini akan menjadi akhir hidupku. Muder Superior terkasih dan Suster Tarcyzja berusaha menolongku sebaik mungkin. Yesus meminta penderitaan, tetapi bukan kematian. O Yesusku, berbuatlah padaku seperti yang Engkau kehendaki. Hanya saja berilah aku kekuatan untuk menanggung penderitaan itu. Karena ditopang oleh kekuatan-Mu, aku akan mampu menanggung segala sesuatu. O jiwa-jiwa, betapa aku mencintaimu!
(1614) Hari ini, salah seorang suster datang menjengukku dan berkata, “Suster, aku merasakan sesuatu yang aneh, seolah-olah ada sesuatu yang mengatakan supaya aku datang kepadamu dan menyerahkan sejumlah permasalahanku kepadamu sebelum engkau meninggal. Kiranya Suster dapat memohon kepada Tuhan Yesus dan membereskan permasalahanku ini. Sesuatu terus berbisik kepadaku bahwa engkau akan mampu memperoleh karunia ini bagiku.” Aku menjawabnya dengan terus terang bahwa sungguh, sesudah kematianku aku akan mampu memperoleh lebih banyak rahmat dari Tuhan Yesus daripada sekarang ini. “Di hadapan takhta-Nya, Suster, aku akan mengingat engkau.”
(1615) Ketika aku memasuki ruang tidur di dekat kamarku untuk menengok para suster yang sedang sakit, salah seorang dari mereka berkata kepadaku, “Suster, kalau engkau meninggal, aku sama sekali tidak akan takut kepadamu. Sesudah engkau meninggal, datanglah menengok aku sebab aku akan membeberkan kepadamu rahasia jiwaku, dan aku ingin engkau membereskan permasalahaku itu bersama Tuhan Yesus. Aku tahu engkau dapat memperoleh karunia ini dari Dia.” Karena ia berbicara di hadapan umum, maka aku menjawabnya begini, “Tuhan Yesus sangat cermat. Maka Ia tahu persis semua rahasia yang ada di antara Dia dan suatu jiwa. Ia tidak memberitahukannya kepada sesiapa pun.”
(1616) O Tuhanku, terima kasih pada-Mu karena, lewat pengurbanan, Engkau membuat aku serupa dengan Engkau sendiri. Aku menyaksikan bahwa bejana duniawi ini mulai mengerut. Aku bersukacita mengenai hal ini, karena tidak lama lagi aku akan berada di rumah Bapaku.
(1617) 27 Februari 1938. Hari ini, aku pergi mengaku dosa kepada Pastor Andrasz. Aku melakukannya sesuai dengan keinginan Yesus. Sesudah pengakuan, suatu pancaran sinar memenuhi jiwaku. Kemudian aku mendengar suara, “Karena engkau ini seorang anak, maka engkau akan selalu dekat dengan Hati-Ku. Kesederhanaanmu lebih menyenangkan Hati-Ku daripada semua mati ragamu.”
(1618) Pastor Andrasz berkata, “Hiduplah lebih karena iman. Berdoalah agar Kerahiman Ilahi menjadi semakin dikenal, dan agar karya ini sampai ke tangan-tangan yang baik yang akan mengurusnya dengan baik. Untuk engkau sendiri, berusahalah menjadi biarawati yang baik - meskipun keadaannya seperti adanya - tetapi berusahalah menjadi seorang biarawati yang baik persis di tempat ini. Untuk sekarang, kalau engkau merasa bahwa hal-hal yang mendesak itu berasal dari Tuhan dan kalau engkau mengenali bahwa engkau saksikan itu Tuhan, ikutilah Dia. Baktikanlah dirimu pada doa sepanjang waktu yang dikhususkan untuk itu, sedangkan buatlah catatan-catatan sesudah doa ...
(1619) Dua hari terakhir pesta karnaval. Penderitaan-penderitaan fisikku menjadi lebih gawat. Aku sedang menyatukan diri secara lebih erat dengan penderitaan Sang Juru Selamat, sambil memohon kepada-Nya kerahiman untuk seluruh dunia, yang semakin terpuruk dalam kejahatannya. Sepanjang hari, aku merasakan sakitnya mahkota duri. Apabila aku berbaring, aku tidak dapat meletakkan kepadaku pada bantal. Tetapi, pada pukul sepuluh malam, rasa sakit itu lenyap, dan aku tertidur; tetapi pada hari berikutnya, aku merasa sangat keletihan.
(1620) Ya Yesus-Hosti, kalau Engkau sendiri tidak menopang aku, aku tidak akan mampu bertahan pada salib. Aku tidak akan mampu menanggung penderitaan yang begitu banyak. Tetapi, kuasa rahmat-Mu tetap menopang aku pada tingkat yang cukup tinggi dan membuat penderitaan-penderitaanku mendatangkan banyak pahala. Engkau memberi aku kekuatan untuk terus maju dan mencapai surga dengan sekuat tenaga dan untuk tetap mencintai mereka yang menyebabkan aku menanggung penderitaan dan penghinaan. Dengan bantuan rahmat-Mu, orang dapat melakukan segala sesuatu.
(1621) 1 Maret 1938. Rekoleksi Satu Hari.
Dalam meditasi, aku mendapat pengertian bahwa aku harus menyembunyikan diri sebaik mungkin di dalam Hati Yesus, merenungkan Sengsara-Nya yang pedih, dan menyelami gejolak Hati ilahi-Nya yang penuh dengan kerahiman terhadap orang-orang berdosa. Untuk memperoleh kerahiman bagi mereka, aku rela menghampakan diri setiap saat, sambil hidup seturut kehendak Allah.
(1622) Sepanjang masa Prapaskah ini, aku mau menjadi ibarat hosti di dalam tangan-Mu, ya Yesus. Gunakanlah aku sedemikian rupa sehingga Engkau sendiri dapat masuk ke dalam hati orang-orang berdosa. Mintalah dariku apa pun yang Engkau kehendaki; tidak ada kurban yang akan terlalu berat bagiku asal jiwa-jiwa itu selamat.
(1623) Aku telah mempersembahkan misa dan komuni kudus selama sebulan ini untuk intensi Pastor Andrasz, agar Allah memberi dia pengetahuan yang bahkan lebih dalam lagi tentang kasih dan kerahiman-Nya.
(1624) Bulan ini aku akan mengamalkan tiga keutamaan yang dianjurkan kepadaku oleh Bunda Allah: kerendahan hati, kemurniaan dan kasih akan Allah. Sementara itu, dengan sungguh-sungguh berserah kepada kehendak Allah, aku akan menerima segala sesuatu yang akan Ia kirimkan kepadaku.
(1625) 2 Maret 1938. Aku memulai Masa Prapaskah yang suci dengan cara yang dikehendaki Yesus, yakni dengan membuat diriku sungguh-sungguh tergantung pada kehendak kudus-Nya dan dengan penuh cinta menerima segala sesuatu yang Ia kirimkan kepadaku. Aku sama sekali tidak dapat melaksanakan mati raga-mati raga yang lebih berat sebab aku sangat lemah. Sakit yang berkepanjangan ini sungguh-sungguh menguras kekuatanku. Lewat penderitaan aku menyatukan diriku dengan Yesus. Ketika aku merenungkan sengsara-Nya yang pedih, penderitaan fisikku berkurang.
(1626) Tuhan berkata kepadaku, “Selama seluruh Masa Prapaskah ini, Aku membawa engkau ke sekolah-Ku. Aku ingin mengajar engkau bagaimana caranya menderita.” Aku menjawab, “Bersama-Mu, Tuhan, aku siap untuk segala sesuatu.” Aku mendengar suatu suara, “Engkau boleh minum dari piala yang Kupakai untuk minum. Karunia istimewa ini Kuberikan kepadamu hari ini.”
(1627) Hari ini, aku merasa sengsara Yesus di seluruh tubuhku, dan Tuhan memberi aku pengertian tentang bertobatnya jiwa-jiwa tertentu.
(1628) Dalam misa kudus, aku melihat Yesus terentang pada kayu salib, dan Ia berkata kepadaku, “Hai murid-Ku, cintailah dengan sepenuh hati orang-orang yang menyebabkan engkau menderita. Berbuat baiklah kepada orang-orang yang membenci engkau.” Aku menjawab, “O Guruku, Engkau sungguh-sungguh tahu bahwa aku tidak mencintai mereka, dan itulah yang membuat hatiku bersedih.” Yesus menjawab, “Tidak selalu engkau mampu mengendalikan perasaan-perasaanmu. Engkau akan tahu bahwa engkau sudah mencintai mereka kalau, sesudah mengalami ganguan dan perlawanan, engkau tetap merasa damai; tetapi, berdoalah bagi mereka yang telah membuat engkau menderita dan mohonlah kebaikan bagi mereka.” Ketika aku kembali [...]
Y.M.Y
(1629) Aku ini ibarat hosti di tangan-Mu, o Yesus, Pencipta dan Tuhanku: kelu, tersembunyi, tanpa keindahan dan kecantikan, sebab semua keindahan jiwaku tergurat di dalam diriku.
Aku ini ibarat hosti di tangan-Mu, o Imam ilahi. Berbuatlah padaku seperti yang Engkau kehendaki; aku sepenuhnya bergantung pada kehendak-Mu, o Tuhan; itulah kesukaan dan kegembiraan jiwaku.
Aku ini ibarat hosti putih di tangan-Mu, ya Allah. Aku mohon kepada-Mu, ubahlah aku menjadi diri-Mu sendiri. Semoga aku sepenuhnya tersembunyi di dalam Engkau, terkurung dalam Hati-Mu yang maharahim seperti di dalam surga.
Aku ini ibarat hosti di tangan-Mu, o Imam Abadi. Semoga oplatek tubuhku menyembunyikan aku dari mata insan; semoga hanya mata-Mu yang menakar cinta dan baktiku, sebab hatiku selalu bersatu dengan Hati ilahi-Mu.
Aku ini ibarat hosti kurban di tangan-Mu, o Pengantara ilahi. Aku dibakar pada altar pengurbanan, laksana butir-butir gandum, aku diremukkan dan digiling oleh penderitaan, dan semua ini demi kemuliaan-Mu, demi keselamatan jiwa-jiwa.
Aku ini ibarat hosti yang tinggal di tabernakel Hati-Mu. Aku menjalani hidupku sambil membenamkan diri di dalam kasih-Mu, dan aku tidak takut akan suatu pun di dunia ini, karena Engkau sendirilah perisaiku, kekuatanku, dan pembelaku.
Aku ini ibarat hosti, yang diletakkan pada altar Hati-Mu, untuk dibakar selama-lamanya dengan api kasih. Aku tahu, Engkau telah mengangkat aku hanya karena kerahiman-Mu; karena itu, semua karunia dan rahmat kuberikan kepada kemuliaan-Mu.
Aku ini ibarat hosti di tangan-Mu, o Hakim dan Juru Selamat. Pada saat terakhir hidupku, semoga rahmat-Mu yang mahakuasa menuntun aku ke tujuanku, semoga termasyhurlah kemurahan-Mu lewat bejana kerahiman.
(1630) Yesus, kuatkanlah daya-daya jiwaku supaya musuhku tidak memperoleh apa-apa. Tanpa Engkau, aku serba rapuh. Apakah aku ini tanpa rahmat-Mu? Tidak lain kecuali jurang kehampaanku! Kepapaanlah milikku.
(1631) O Luka Kerahiman, o Hati Yesus, sembunyikanlah aku di dalam lubuk Hati-Mu laksana satu tetes darah-Mu sendiri, dan jangan biarkan aku terlepas dari situ selama-lamanya!. Kurunglah aku di dalam lubuk Hati-Mu, dan ajarlah aku mencintai Engkau! O Kasih yang kekal, bentuklah sendiri jiwaku supaya mampu membalas kasih-Mu. O Kasih yang hidup, mampukanlah aku mencintai-Mu selama-lamanya. Aku rindu membalas cinta-Mu untuk selama-lamanya. O Kristus, bagiku, satu tatapan mata dari-Mu lebih membahagiakan daripada seribu dunia, daripada seluruh surga sendiri. Tuhan, Engkau dapat memampukan jiwaku memahami sepenuhnya siapa diri-Mu. Aku tahu dan percaya bahwa Engkau dapat melakukan segala sesuatu; kalau Engkau berkenan memberikan diri-Mu sendiri kepadaku dengan begitu murah, aku tahu bahwa Engkau dapat memberikannya bahkan dengan lebih murah hati lagi. Bawalah aku masuk ke dalam rengkuhan mesra-Mu sejauh itu dapat ditanggung oleh kodrat insani ....
Y.M.Y.
(1632) Kerinduan hatiku sedemikian besar dan tak terselami sehingga tidak suatu pun dapat memenuhi lubuk hatiku. Bahkan barang-barang paling indah dari seluruh dunia pun tidak akan dapat sesaat pun menggantikan Dikau. Dengan sekilas, aku menjelajah seluruh dunia, dan aku tidak menemukan cinta seperti cinta hatiku. Karena itu aku menjelajah dunia abadi - sebab dunia ini terlalu kecil bagiku. Hatiku mendambakan cinta dari Dia yang Tak Dapat Mati.
Hatiku merasakan bahwa aku ini anak Raja, yang berada di tempat pembuangan, di suatu tanah asing. Aku tahu bahwa rumahku adalah istana surgawi; hanya di sana aku akan merasa berada di tanah airku sendiri. Engkau sendiri telah merunduk kepadaku, sambil memberi jiwaku pengertian yang lebih dalam tengan Engkau. Sungguh agung misteri cinta yang mendorong Engkau menciptakan aku!
Cinta yang murni telah membuat aku kuat dan berani. Aku tidak takut, baik terhadap Serafim maupun terhadap Kerubim, yang berdiri dengan pedang di tangan. Aku melintas dengan tenang sementara yang lain dengan gemetar, sebab tidak suatu pun perlu ditakutkan kalau aku dituntun oleh cinta.
Tiba-tiba tatapan jiwaku berpaut pada-Mu, o Tuhan Yesus Kristis yang terentang di kayu salib. Inilah kasihku; bersama Dia, aku akan beristirahat dalam kuburku. Inilah Mempelaiku, Tuhan dan Allahku yang tak terselami.
(1633) 10 Maret 1938. Penderitaan fisik yang terus-menerus. Aku disalibkan bersama Yesus.
Pada suatu kesempatan, Muder Superior berkata kepadaku, “Karena kurangnya cintamu akan sesama, Suster, engkau telah makan sesuatu, lalu menderita dan mengganggu suter-suster lain yang sedang menikmati istirahat malam.” Tetapi, aku yakin bahwa rasa sakit pada usus-ususku itu sama sekali bukan karena makanan. Dokter juga mengatakan hal yang sama. Semua penderitaan ini muncul sendiri dari tubuhku, atau lebih tepat dibiarkan oleh Allah. Tetapi, sesudah teguran itu, aku berniat untuk menderita dengan diam dan tidak minta bantuan sebab semua itu tidak ada gunanya sama sekali karena aku selalu memuntahkan semua obat yang diberikan kepadaku.
Sering kali, aku mengalami penderitaan akibat serangan-serangan yang hanya diketahui oleh Yesus. Rasa sakit itu sedemikian nyeri dan pedih sehingga menyebabkan aku kehilangan kesadaran. Sesudah aku pingsan karena sakitnya, dan mengucurkan keringat dingin, rasa sakit itu pelan-pelan mulai menghilang. Kadang-kadang ini berlangsung selama tiga jam atau lebih. O Yesusku, kiranya terjadilah kehendak kudus-Mu; aku menerima segala sesuatu dari tangan-Mu. Kalau aku menerima sukacita dan luapan cinta sampai aku menjadi lupa akan apa yang terjadi di sekelilingku, sungguh tepatlah kalau aku pun menerima dengan penuh cinta semua penderitaan yang menyebabkan aku rasanya tidak sadarkan diri.
(1634) Ketika  dokter datang, aku tidak dapat turun ke ruang tamu untuk bertemu dengan dia, seperti para suster lain. Aku minta agar dokter datang ke kamarku sebab aku tidak dapat turun berhubung dengan adanya kesulitan tertentu. Sesaat kemudian, ia datang ke kamarku dan sesudah memeriksa aku, ia berkata, Aku akan mengatakan segala sesuatu kepada Suster Ruang Sakit.” Ketika Suster Ruang Sakit datang, sesudah dokter pergi, aku memberitahukan kepadanya mengapa aku tidak dapat turun ke ruang tamu. Tetapi, suster itu menyatakan kepadaku betapa ia sangat tidak senang. Dan ketika aku bertanya, “Suster, apa yang dikatakan dokter mengenai penyakitku ini?”, ia menjawab bahwa dokter tidak mengatakan suatu pun; jadi tidak ada masalah apa-apa, sehingga dokter itu mengatakan bahwa pasien ini hanya manja. Sesudah berkata demikian, ia langsung pergi. Kemudian aku berkata kepada Allah, “Ya Kristus, berilah aku kekuatan dan tenaga untuk menanggung penderitaan ini; berilah kepada hatiku cinta yang tulus kepada suster ini.” Sesudah itu, suser itu tidak menjenguk aku lagi selama seluruh pekan. Tetapi, penderitaan-penderitaan itu berulang dengan rasa nyeri yang lebih berat dan berlangsung hampir semalam suntuk, dan aku merasa bahwa hidupku akan berakhir, saat itu dan di tempat itu. Para superior memutuskan untuk membawa aku ke dokter yang lain, dan dokter itu menyakinkan bahwa kondisiku sangat parah dan ia berkata kepadaku, “Tidak mungkin untuk memulihkan kesehatanmu. Kami dapat mengobati keadaanmu sebagian, tetapi kesembuhan total sama sekali tidak mungkin.” Ia menuliskan resep obat untuk penyakitku, dan sesudah aku meminum obatnya, serangan-serangan yang berat tidak terjadi lagi. “Tetapi, Suster, kalau engkau datang ke sini lagi, kami akan berusaha memulihkan kesehatanmu, kalau itu masih mungkin.” Dokter sangat menginginkan agar aku pergi ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. O Yesusku, betapa anehnya rencana-rencana-Mu!
(1635) Yesus memerintahkan kepadaku untuk menulis semua ini guna memberikan penghiburan kepada jiwa-jiwa lain yang akan mengalami penderitaan-penderitaan yang sama.
(1636) Meskipun merasa sangat lemah, aku pergi ke dokter sebab superior menghendaki demikian. Suster yang menemani aku sangat tidak senang pergi bersama aku. Berkali-kali ia memperlihatkan ketidaksenangan ini kepadaku, dan akhirnya ia berkata, “Apa yang akan kita lakukan? AKu tidak mempunyai cukup uang untuk membayar angkutan.” Aku sama sekali tidak menjawab. “Dan bagaimana kalau tidak ada kenderaan? Bagaimana kita akan sampai ke sana? Jaraknya sedemikian jauh!” Ia mengatakan hal ini dan banyak hal lain lagi hanya untuk menggangguku sebab para superior kami yang terkasih sudah memberikan kepada kami uang yang cukup untuk segala sesuatu, dan kami tidak kekurangan. Ketika menyadari di dalam roh semua permasalahan ini, aku tertawa dan mengatakan kepada suster itu bahwa aku tidak cemas sedikit pun. “Marilah kita mengandalkan Allah.” Dan aku melihat bahwa ketenangan hatiku yang mendalam menganggu dirinya, maka aku mulai mendoakan dia.
(1637) O Tuhanku, semua ini untuk-Mu dan untuk memperoleh kerahiman bagi orang-orang berdosa. Ketika kembali dari rumah sakit, aku sedemikian letih sehingga aku harus langsung membaringkan diri di tempat tidur. Tetapi, hari itu adalah hari untuk pengakuan dosa tiga bulanan. Aku berusaha mengikuti pengakuan dosa, bukan hanya karena aku membutuhkannya, tetapi juga untuk minta nasihat dari pembimbing rohaniku. Aku mulai mempersiapkan diri; tetapi aku merasa sedemikian lemah sehingga aku memutuskan untuk minta kepada Muder Superior agar mengizinkan aku mengaku dosa sebelum para novis. Muder Superior menjawab, “Pergilah dan bertemulah dengan Pembimbing novis. Kalau ia mengizinkan engkau mengaku dosa sebelum para novis, saya pun mengizinkannya.” Tetapi, hanya ada tiga suster di depan saya yang menungguh giliran untuk mengaku dosa; maka aku menunggu sebab aku tidak memiliki cukup kekuatan untuk pergi dan bertemu dengan Pembimbing novis. Ketika aku masuk ke kamar pengakuan dosa, aku merasa kesehatanku begitu buruk sehingga aku tidak dapat menceritakan keadaan jiwaku; aku hanya berusaha melakukan pengakuan dosa. Pada saat itu, aku mencatat betapa semangat sungguh dibutuhkan; huruf saja tidak membuat cinta berkembang.
(1638) Pada hari itu, terjadi salah paham antara Superior dan diriku. Bukan dia dan bukan aku yang harus dipersalahkan, tetapi penderitaan batin yang terus menghimpit aku sehingga aku tidak dapat menjelaskan masalah yang ia tanyakan karena itu adalah suatu rahasia. Inilah sebabnya aku sangat menderita meskipun, dengan satu kata saja, aku mestinya dapat mengungkapkan kebenaran.
(1639) 20 Maret 1938. Hari ini, dalam roh, aku mendampingi suatu jiwa yang menghadapi ajal. AKu berhasil membangkitkan pengharapan akan kerahiman Allah terhadapnya. Jiwa itu hampir saja putus asa.
(1640) Malam ini hanya diketahui oleh-Mu, o Tuhan. Aku telah mempersembahkannya untuk orang-orang berdosa yang keras kepala, untuk memperoleh kerahiman-Mu bagi mereka. Cambuklah aku sekarang, bakarlah aku sekarang, asal saja Engkau memberikan kepadaku jiwa-jiwa orang-orang berdosa, khususnya .... O Yesus, bersama Engkau, tidak ada suatu pun yang hilang; ambillah segala sesuatu dariku, dan berikanlah kepadaku jiwa-jiwa .... orang-orang berdosa.
(1641) Dalam adorasi selama empat puluh jam, Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, tulislah bahwa pelanggaran-pelanggaran tak sengaja yang dilakukan oleh jiwa-jiwa tidak menghalangi cinta-Ku terhadap mereka; juga tidak menghalangi Aku untuk menyatukan diri dengan mereka. Tetapi, pelanggaran-pelanggaran yang disengaja, juga yang paling kecil, menghancurkan rahmat, dan Aku tidak dapat melimpahkan karunia-karunia-Ku ke atas jiwa-jiwa seperti itu.”
(1642) Yesus menunjukkan kepadaku bagaimana segala sesuatu tergantung pada kehendak-Nya; dengan demikian, Ia memberi aku damai yang sangat teduh dalam kaitan dengan kepastian tentang karya-Nya.
(1643) “Dengarkanlah, hai Putri-Ku. Memang, semua karya yang muncul karena kehendak-Ku menghadapi tantangan-tantangan yang berat. Tetapi, camkanlah, adakah sesuatu dari karya-karya itu yang gagal karena kesulitan-kesulitan yang lebih besar daripada karya itu? Secara langsung karya itu adalah karya-Ku - Karya Penebusan. Hendaknya engkau tidak terlalu mencemaskan hambatan-hambatan. Dunia tidak sekuat seperti tampaknya; kekuatannya jelas terbatas. Ketahuilah, Putri-Ku, kalau jiwamu dipenuhi dengan api cinta-Ku yang murni, segala kesulitan akan musnah laksana kabut diterpa sinar mentari dan tidak berani menyentuh jiwa itu. Semua musuh akan takut untuk memulai pertempuran melawan jiwa seperti itu sebab mereka merasakan jiwa itu lebih kuat daripada seluruh dunia ....”
(1644) “Putri-Ku, untuk karya kerahiman ini, bekerjalah sekuat tenaga sejauh diizinkan oleh ketaatan. Paparkanlah dengan jelas kepada bapak pengakuanmu permintaan-Ku yang paling kecil, dan biarlah dia yang akan mengambil keputusan. Bagaimana pun mereka tidak boleh lalai, tetapi laksanakanlah segala sesuatu dengan setia; kalau tidak, Aku tidak akan berkenan padamu....”
(1645) 25 Maret 1938. Hari ini, aku melihat penderitaan Tuhan Yesus. Ia bersandar padaku dan berbisik lembut, “Putri-Ku, tolonglah Aku menyelamatkan orang-orang berdosa.” Tiba-tiba, keinginan membara untuk menyelamatkan jiwa-jiwa itu menyusup ke dalam jiwaku. Ketika aku menyadari perasaan-perasaanku, aku tahu persis bagaimana aku harus menolong jiwa-jiwa itu, dan aku mempersiapkan diriku untuk menanggung penderitaan-penderitaan yang lebih berat.
(1646) Hari ini, penderitaanku meningkat; di samping itu, aku merasakan luka-luka pada tangan, kaki dan lambungku. Aku menanggungnya dengan sabar. Aku merasakan keganasan musuh jiwa-jiwa, tetapi ia tidak menyentuh aku.
(1647) 1 April 1938. Sekali lagi, hari ini aku merasa kurang sehat. Demam tinggi mulai menyerang aku, dan aku tidak dapat makan apa-apa pun. Aku ingin minum sesuatu yang segar, tetapi tidak ada air sedikit pun dalam tempat minumku. Semua ini, o Yesus, kupersembahkan untuk memperoleh kerahiman bagi jiwa-jiwa.
Baru saja aku membarui niatku dengan cinta yang lebih besar; salah seorang novis masuk dan memberi aku sebuah jeruk yang besar yang dikirim oleh Pembimbing novis. Di sini, aku melihat tangan Tuhan. Hal yang sama terjadi lagi, beberapa kali. Pada saat itu, walaupun orang mengetahui kebutuhan-kebutuhanku, tidak pernah aku menerima sesuatu yang segar untuk kumakan meskipun aku telah memintanya. Namun, aku tahu bahwa Allah meminta penderitaan dan pengurbanan. Aku tidak menulis penolakan-penolakan itu secara rinci sebab merupakan masalah yang rumit dan sulit untuk dipercaya. Tetapi, Allah memang dapat menuntut pengurbanan-pengurbanan seperti itu.
(1648) Aku sedang berpikir-pikir untuk minta kepada Muder Superior agar mengizinkan orang mengantar sesuatu ke kamarku untuk menghilangkan dahagaku yang luar biasa. Tetapi, sebelum aku memintanya, Muder sendiri mulai berbicara, “Suster, marilah mengakhiri penyakit ini sekali untuk selama-lamanya, dengan cara apa pun. Perlu diadakan perawatan serius, atau sesuatu yang lain ... Hal seperti ini tidak dapat dibiarkan lebih lama lagi.” Tidak lama kemudian, ketika aku sendirian, aku berkata, “Ya Kristus, apa yang harus kulakukan? Haruskah aku minta kepada-Mu kesehatan atau kematian?” Aku tidak mendapat perintah yang jelas, maka aku berlutut dan berkata, Semoga kehendak kudus-Mu terlaksana di dalam permasalahanku ini. Berbuatlah terhadap aku, ya Yesus, seperti yang Engkau kehendaki.” Pada saat itu juga, aku merasa bahwa aku sama sekali sendirian, dan beragam godaan menyerbu aku. Tetapi, dalam doa yang tulus itu, aku merasakan damai dan beroleh penerangan; aku memahami bahwa superior hanya ingin mencobai aku.
(1649) Aku tidak tahu bagaimana ini terjadi: kamar tempat aku terbaring sangat diabaikan. Kadang-kadang, kamar itu tidak dibersihkan selama lebih dari dua pekan. Sering kali, tidak seorang pun mau menyalakan api di tungku pemanas, dan karena itu batukku semakin memburuk. Kadang-kadang aku minta agar api dinyalakan, dan pada kesempatan lain aku tidak memiliki keberanian untuk memintanya. Pada suatu kesempatan, Muder Superior datang menengok aku. Ketika ia bertanya apakah aku memerlukan sesuatu untuk lebih menghangatkan ruangan, aku berkata, “Tidak,”´sebab udara di luar sudah lebih hangat, dan kami suda membuka jendela.

(1650) Jumaat pertama. Ketika aku mengambil mingguan Poslaniec Serca Jezusowego dan membaca laporan mengenai kanonisasi St. Andreas Bobola, jiwaku tiba-tiba dipenuhi dengan kerinduan yang amat besar agar Kongregasi kami pun memiliki seorang santa, dan aku menangis seperti anak kecil bahwa tidak ada santa di tengah-tengah kami. Maka aku berkata kepada Tuhan, “Aku mengetahui kemurahan-Mu, tetapi aku merasa bahwa Engkau kurang murah hati kepada kami.” Dan sekali lagi aku menangis seperti anak kecil. Maka Tuhan berkata kepadaku, “Jangan menangis, Engkaulah santa itu.” Kemudian terang Allah menyinari jiwaku, dan aku diberi tahu betapa banyaknya aku harus menderita. Maka aku berkata kepada Tuhan, Bagaimana itu akan terjadi? Engkau telah berkata kepadaku mengenai Kongregasi lain.” Dan Tuhan menjawab, “Bukanlah urusanmu bagaimana hal itu akan terjadi. Tugasmu adalah bersikap setia kepada rahmat-Ku dan selalu melakukan apa yang ada dalam batas kemampuanmu dan apa yang diizinkan oleh ketaatan untuk engkau lakukan.”