(1651) Hari ini, salah seorang dari
para suster masuk ke kamarku dan berkata bahwa suster X sangat cerewet mengenai
penyakitnya sendiri; ia merasakan sangat terganggu oleh penyakit itu dan ingin
sekali mengomeli dia tetapi, sayangnya, aku bukan anggota biara ini. Aku heran
bahwa ia berpikiran seperti itu. Maka aku berkata, “Suster, bayangkan saja betapa banyaknya malam-malam yang sudah dilalui
suster ini tanpa dapat tidur dan betapa banyaknya air mata ...” Sejak itu,
berubahlah pandangan suster itu.
(1652) Hai jiwaku, sembahlah
kerahiman Tuhan, o hatiku, bersukacitalah sepenuhnya dalam Dia, sebab engkau
telah dipilih oleh-Nya untuk menyebarkan kemuliaan kerahiman-Nya. Tak seorang
pun pernah menyelami kebaikan-Nya, tak seorang pun dapat mengukurnya.
Kemurahan-Nya tak terlukiskan. Hal ini dialami oleh setiap jiwa yang
menghampiri-Nya: ia akan dilindungi dan didekapkan pada dada-Nya yang
maharahim.
Berbahagialah jiwa yang percaya
akan kebaikan-Mu dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada kerahiman-Mu. Jiwanya
dipenuhi dengan damai yang penuh cinta, di mana-mana ia Kaubela seperti anak-Mu
sendiri.
O jiwa, siapa pun juga engkau di
dunia ini, kalau pun dosa-dosamu pekat seperti malam kelam, jangan takut akan
Allah, hai engkau anak yang lemah, sebab besarlah kuasa kerahiman Allah.
(1653) Terang yang ada di atas,
tempat Allahku meraja, inilah yang didambakan jiwaku, inilah yang dirindukan
hatiku: seluruh hidupku berpaut pada-Mu. Aku bergegas menuju dunia lain kepada
Allah satu-satunya, ke dalam Terang yang tak terselami, Sang Api Cinta, karena
jiwaku dan hatiku diciptakan untuk Dia, dan hatiku mencintai Dia sejak masa
mudaku dengan penuh gairah.
Di sana, dalam cahaya wajah-Mu yang
berseri-seri, cintaku yang merana akan menemukan istirahat. Dalam
pembuangannya, perawan-Mu setengah mati merindukan Dikau, karena ia hanya dapat
hidup kalau bersatu dengan Dikau.
Hariku mendekati titik akhir.
Sekarang juga aku merasakan pancaran sinar abadi-Mu, o Allahku. Tak seorang pun
akan tahu apa yang dirasakan hatiku; bibirku akan kelu membiasu dalam
kerendahan hati yang tulus. Bahkan sekarang, aku sudah dekat ke pesta nikah
abadi, ke surga yang tak kenal akhir, ke ruang yang tanpa batas. Aku tidak
merindukan istirahat atau ganjaran; cinta murni Allah menarikku ke surga.
Sekarang, aku pergi menjumpai
Engkau, Kasih Abadi, dengan hati yang merana karena merindukan Dikau. Aku
merasakan kasih-Mu yang murni, o Tuhan, tinggal di dalam hatiku, dan aku
merasakan kebahagiaan kekalku di surga. Sekarang, aku pergi kepada Bapa, di
surga yang kekal, dari tanah pembuangan, dari lembah air mata ini. Bumi tidak
lagi mampu menahan hatiku yang murni, dan puncak-puncak surga telah menarik
aku.
Aku pergi, o Mempelaiku, aku pergi
untuk melihat kemuliaan-Mu, yang sekarang sudah memenuhi jiwaku dengan
sukacita. Di sana, seluruh surga sujud menyembah-Mu, aku merasakan bahwa
ibadatku menyenangkan hati-Mu, meski aku ini kehampaan belaka.
Dalam kebahagiaan yang kekal, aku
tidak akan melupakan mereka yang di bumi; aku akan memohon kerahiman Allah bagi
semua orang, khususnya, aku akan mengingat mereka yang dekat di hatiku;
kelekatanku pada Allah tidak akan membiarkan aku melupakan mereka.
Di saat-saat akhir ini, aku tidak
tahu bagaimana bergaul dengan sesama, dalam keheningan, hanya Engkau, Tuhan,
yang kunantikan. AKu tahu akan tiba saatnya semua orang memahami karya Allah
dalam jiwaku. Aku tahu bahwa demikianlah kehendak-Mu, maka, itu akan terjadi.
(1654) O kebenaran, o kehidupan
yang penuh duri, untuk dapat melintas melalui engkau dengan jiwa, orang perlu
bersandar pada-Mu, ya Kristus, untuk selalu dekat dengan Engkau.
Aku tidak akan tahu bagaimana
menderita tanpa Engkau, o Kristus. Dari diriku sendiri, aku tidak mampu
menghadapi tantangan. Sendirian, aku tidak akan mempunyai keberanian untuk
minum dari piala-Mu; tetapi Engkau, Tuhan, selalu menyertai aku, dan Engkau
menuntun aku menapaki jalan-jalan rahasia.
Sebagai anak yang lemah, aku telah
memulai pertempuran dalam nama-Mu. Aku telah bertempur dengan berani meskipun
sering gagal. Aku tahu bahwa usaha-usahaku telah menyenangkan Hati-Mu, dan
usaha itu sendirilah yang Kauberikan pahala untuk selama-lamanya.
O kebenaran, o pergulatan
hidup-mati, ketika aku bangkit untuk bertempur, sebagai ksatria yang
berpengalaman, aku merasa memiliki darah ksatria meskipun masih seorang anak
dan karena itu, o Kristus, aku membutuhkan pertolongan dan perlindungan-Mu.
Hatiku tidak akan berhenti berusaha
dan berjuang sampai Engkau sendiri memanggil aku dari medan perang. AKu berdiri
di hadapan-Mu, tidak untuk menerima ganjaran, tetapi untuk membenamkan diri
dalam Dikau, dalam damai untuk selama-lamanya.
(1655) O Kristus, seandainya jiwaku
menyaksikan sekaligus apa yang harus ia derita sepanjang hidupnya, begitu
melihatnya ia pasti sudah mati ketakutan; ia tidak akan menyentuhkan bibirnya
pada piala kepahitan. Tetapi, karena setiap kali ia hanya minum satu tetes, ia
telah menghabiskan isi piala itu sampai tuntas. O Kristus, kalau Engkau sendiri
tidak menopang jiwa, seberapa banyak yang dapat ia kerjakan dari dirinya
sendiri? Kami kuat, hanya karena kekudusan-Mu. Dari diri kami sendiri, apakah
artinya kami? - Bukan apa-apa ....
(1656) Ya Yesusku, bagiku Engkau
melampaui segala sesuatu yang ada di dunia ini. Meskipun
penderitaan-penderitaan itu berat, Engkau menopang aku. Meskipun saat-saat
kesepian itu mengerikan, Engkau membuatnya manis bagiku. Meskipun kelemahan itu
besar, Engkau mengubahnya menjadi kekuatan bagiku.
Aku tidak tahu bagaimana melukiskan
semua yang aku derita; karena itu, yang telah kutulis hanyalah satu titik
kecil. Ada saat-saat penderitaan yang sungguh-sungguh tidak dapat kutulis.
Tetapi, dalam hidupku, ada juga saat-saat ketika bibirku harus tinggal diam,
tidak mengucapkan satu kata pun untuk membela diri, dan menundukkan diriku sepenuhnya
kepada kehendak Allah; kemudian Tuhan sendiri membela aku, dan mengajukan
tuntutan-tuntutan atas namaku; permintaan-permintaan-Nya Ia beberkan sedemikian
rupa sehingga semuanya dapat dilihat bahkan secara lahiriah. Tetapi, ketika aku
menyaksikan campur tangan-Nya yang begitu mencolok, yang menjadi nyata lewat
hukuman-hukuman, dengan tulus hati aku mohon kepada-Nya agar Ia memberikan
kerahiman dan pengampunan. Tetapi, aku selalu tidak didengarkan. Tuhan
bertindak terhadap aku dengan cara yang misterius. Ada saatnya Ia sendiri
membiarkan penderitaan-penderitaan yang mengerikan terjadi; tetapi ada juga
saat-saat ketika Ia tidak membiarkan aku menderita dan Ia memusnahkan segala
sesuatu yang akan menimpa jiwaku. Inilah jalan Tuhan, yang tak dapat diselidiki
dan dipahami. Kita harus menaklukkan diri sepenuhnya kepada kehendak kudus-Nya.
Ada misteri-misteri yang tidak pernah dapat diselami oleh akal manusia di bumi
ini; tetapi alam kekal akan menyingkapkannya.
(1657) 10 April 1938. Minggu Palma.
Aku menghadiri misa kudus, tetapi tidak memiliki kekuatan untuk pergi dan
mengambil palma. Aku merasa sedemikian lemah sehingga hampir tidak dapat
bertahan sampai akhir misa. Dalam misa, Yesus membuatku memahami penderitaan
jiwa-Nya, dan dengan jelas aku dapat merasakan bahwa madah-madah Hosanna bergaung sebagai gema yang
memilukan dalam Hati Kudus-Nya. Juga, jiwaku dibanjiri dengan samudra
kepahitan, dan setiap Hosanna
menembus hatiku sampai ke relung-relungnya. Segenap jiwaku ditarik erat kepada
Yesus. Aku mendengar suara Yesus, “Putri-Ku, ibamu terhadap Aku menyegarkan
diri-Ku. Dengan merenungkan sengsara-Ku, jiwamu memperoleh keindahan tersendiri
yang mencolok.”
(1658) Aku menyambut komuni di
lantai dua; aku tidak dapat turun ke kapel karena aku kehabisan tenaga setelah
mengeluarkan terlalu banyak keringat, dan sesudah semua itu, aku demam dan
menggigil. Aku merasa sama sekali tidak berdaya. Hari ini, salah seorang imam
Yesuit mengantar komuni kudus kepada kami. Ia menerimakan Yesus kepada tiga
orang suster lain dan kemudian kepadaku; karena mengira bahwa aku yang
terakhir, ia memberiku dua Hosti. Tetapi, salah seorang novis sedang terbaring
sakit di kamar sebelah, dan tidak ada Hosti yang tersisa baginya. Imam itu
kembali dan membawa Tuhan kepadanya, tetapi Yesus berkata kepadaku, “Aku
enggan masuk ke dalam hati itu. Engkau menerima dua Hosti karena Aku sengaja
menangguhkan kedatangan-Ku ke dalam jiwa yang menolak rahmat-Ku itu. Kunjungan
kepada jiwa seperti itu tidak menyenangkan Hati-Ku.” Pada saat itu,
jiwaku ditarik erat kepada kehadiran-Nya, dan aku menerima terang batin yang
benderang yang membuat aku memahami, dalam roh, semua karya kerahiman. Terang
itu laksana kilatan halilintar, tetapi lebih cemerlang daripada halilintar yang
dapat kupandang selama berjam-jam dengan mata tubuhku.
(1659) Lagi, untuk menulis segala
sesuatu, aku harus menggunakan kata-kata itu tidak dapat mengungkapkan semua
yang dinikmati oleh jiwaku ketika menyaksikan kemuliaan kerahiman Allah.
Kemuliaan Kerahiman Ilahi sedang merebak ke mana-mana, juga saat ini meskipun
dirongrong oleh usaha-usaha para musuhnya dan oleh usaha-usaha setan sendiri,
yang sangat membenci kerahiman Allah. Karya ini akan merenggut sejumlah besar
jiwa dari genggamannya; itulah sebabnya roh kegelapan kadang-kadang mencobai
orang-orang baik dengan keji supaya mereka menghambat karya itu. tetapi aku
telah melihat dengan jelas bahwa kehendak Allah sudah dipenuhi, dan bahwa kehendak
itu akan digenapi sampai detail terakhir. Usaha-usaha musuh yang paling besar
pun tidak akan menghancurkan bagian yang paling kecil dari rencana yang telah
ditetapkan Tuhan. Tidaklah menjadi masalah kalau karya itu kadang-kadang tampak
hancur sama sekali, justru dalam situasi seperti itu, karya itu sedang
dimantapkan.
(1660) Jiwaku dipenuhi dengan damai
yang jauh lebih teduh daripada semua damai yang pernah kualami sebelumnya.
Damai ini merupakan jaminan ilahi yang tidak mungkin ditiadakan oleh suatu pun,
suatu damai yang sangat teduh yang tidak dapat dikacaukan oleh suatu pun, meski
aku ditimpa penderitaan-penderitaan yang paling keji. Aku merasa damai; Allah
sendirilah yang mengatur segala sesuatu.
(1661) Aku menjalani seluruh hari
dalam doa syukur, dan rasa syukur itu terus menggenangi jiwaku. O Allahku,
begitu baiklah Engkau, begitu besarlah kerahiman-Mu! Engkau mengunjungi aku
dengan begitu banyak rahmat, padahal aku ini noda debu yang paling jahat. Sambil
meniarap pada kaki-Mu, o Tuhan, dengan hati tulus aku mengakui bahwa aku belum
melakukan apa pun untuk mensyukuri bahkan yang paling kecil dari rahmat-Mu.
Dalam kebaikan-Mu yang tak terbatas Engkau memberikan diri-Mu sendiri dengan
begitu murah hati kepadaku. Oleh karena itu, semakin besar rahmat yang diterima
hatiku, semakin dalamlah hatiku membenamkan diri dalam kerendahan hati.
(1662) O Kristus, menderita demi
Engkau adalah kesukaan hati dan jiwaku. Perpanjanglah penderitaan-penderitaanku
sampai tak terbatas sehingga aku dapat menunjukkan bukti cintaku kepada-Mu.
Semua yang ditimpakan oleh tangan-Mu kepadaku akan kuterima. Cinta-Mu, ya
Yesus, sudah cukup bagiku. Aku akan memuliakan Engkau dalam kesendirian dan
kegelapan, dalam kesusahan dan ketakutan, dalam penderitaan dan kepahitan,
dalam rintihan roh dan kepedihan hati. Dalam segala hal semoga Engkau tetap
dipuji. Hatiku sudah sama sekali tidak terikat pada bumi sehingga Engkau
sendiri sudah cukup bagiku. Sudah tidak ada satu saat pun dalam hidupku yang
aku gunakan untuk diriku sendiri.
(1663) Kamis Putih. Hari ini, aku
merasa cukup kuat untuk ambil bagian dalam upacara-upacara di gereja. Dalam
misa kudus, Yesus berdiri di depanku dan berkata, “Pandanglah Hati-Ku dan lihatlah
di sana cinta serta kerahiman-Ku terhadap umat manusia, khususnya terhadap
orang-orang berdosa. Pandanglah dan masuklah ke dalam sengsara-Ku.” Dalam
sekejap, aku merasakan dan mengalami seluruh sengsara Yesus dalam hatiku
sendiri. Aku heran bahwa siksaan-siksaan ini tidak menyudahi hidupku.
(1664) Dalam adorasi, Yesus berkata
kepadaku, “Putri-Ku, ketahuilah bahwa cintamu yang berkobar-kobar dan kemurahan
hatimu terhadap AKu merupakan penghiburan bagi-Ku di Taman [Getsemani].”
(1665) Dalam ibadat Jam Kudus pada
petang hari, aku mendengar suara, “Engkau menyaksikan kerahiman-Ku terhadap
orang-orang berdosa; pada saat ini kerahiman-Ku sedang dinyatakan dengan segala
kekuatannya. Lihatlah, betapa sedikitnya yang telah engkau tulis mengenai hal
ini; itu barulah satu titik kecil. Lakukanlah apa yang ada dalam kuasamu,
supaya orang-orang berdosa mulai mengenal kebaikan-Ku.”
(1666) Jumat Agung. Aku melihat
Tuhan Yesus disiksa, tetapi tidak dipaku pada salib. Ia masih beum disalibkan,
dan Ia berkata kepadaku, “Engkaulah [kekasih] Hati-Ku. Berbicaralah
kepada orang-orang berdosa mengenai kerahiman-Ku.” Maka, Tuhan memberi
aku pengetahuan batin yang jelas mengenai seluruh kedalam kerahiman-Nya bagi
jiwa-jiwa, dan aku tahu bahwa apa yang telah kutulis sungguh hanya satu titik
kecil.
(1667) Sabtu Suci. Dalam adorasi,
Tuhan berkata kepadaku, “Tenanglah, Putri-Ku. Karya kerahiman ini
adalah karya-Ku; tidak ada bagianmu dalam karya ini. Sangatlah menyenangkan
Hati-Ku bahwa dengan setia engkau melaksanakan apa yang telah Kuperintahkan
kepadamu, tanpa menambah atau mengurangi sepatah kata pun.” Lalu, Tuhan
memberi aku terang batin; karena terang itu aku mengetahui bahwa tidak satu
kata pun adalah kata-kataku; meskipun ada banyak kesulitan dan hambatan, aku
selalu dan selalu, memenuhi kehendak-Nya, sebagaimana yang Ia beri tahukan
kepadaku.
(1668) Kebangkitan. Sebelum misa
kebangkitan, aku merasa sedemikian lemah sehingga aku kehilangan harapan untuk
berpartisipasi dan prosesi yang dilaksanakan di dalam gereja; maka aku berkata
kepada Tuhan, “Yesus, kalau doa-doaku
menyenangkan hati-Mu, saat ini juga berilah aku kekuatan agar aku dapat ambil
bagian dalam prosesi.” Seketika itu juga, aku merasa kuat dan mantap
sehingga aku dapat pergi bersama para suster dalam prosesi.
(1669) Ketika perarakan dimulai,
aku melihat Yesus dalam cahaya yang lebih cemerlang daripada sinar matahari.
Yesus memandang aku dengan penuh kasih dan berkata, “Hai Jantung Hati-Ku,
bersukacitalah!” Pada saat itu juga rohku membenamkan diri dalam Dia.
.... Ketika aku menjadi sadar, aku sedang berjalan di tengah perarakan bersama
para suster, sementara jiwaku sepenuhnya terbenam di dalam Dia.
(1670) Paskah [17 April 1938].
Dalam misa, aku bersyukur kepada Tuhan Yesus karena Ia telah berkenan menebus
kita; juga karena Ia sudah memberi kita karunia yang paling besar di antara
segala karunia, yakni kasih-Nya dalam komuni kudus; artinya, diri-Nya sendiri.
Pada saat itu, aku direnggut ke pangkuan Tritunggal yang Mahakudus, dan aku
tenggelam di dalam kasih Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Saat-saat ini, hampir
tidak dapat dilukiskan.
(1671) Pada saat itu, aku berdoa
kepada Tuhan untuk seseorang, dan Tuhan menjawab aku, “Jiwa ini sangat Kukasihi.” Aku
sungguh sangat berbahagia mendengar hal ini. Kebahagiaan jiwa-jiwa lain
memenuhi hatiku dengan sukacita yang luar biasa, dan ketika aku melihat
anugerah-anugerah yang lebih mulia di dalam suatu jiwa, hatiku membubung tinggi
kepada Tuhan dalam madah sembah sujud yang khusyuk.
(1672) 19 April 1938. Dalam acara
rekreasi, salah seorang suster berkata, “Kesehatan
Sr.Faustina sedang begitu buruk sehingga ia hampir tidak dapat berjalan. Semoga
ia cepat meninggal karena ia akan menjadi seorang santa.” Kemudian salah
seorang suster pemimpin berkata, “Bahwa
ia akan meninggal, kita tahu; tetapi apakah ia akan menjadi seorang santa, itu
masalah lain.” Kemudian mulailah komentar-komentar sinis mengenai hal itu.
Aku tinggal diam; kemudian aku mengucapkan sepatah kata; tetapi aku melihat
bahwa percakapan menjadi semakin tidak menyenangkan sehingga sekali lagi aku
tinggal diam.
(1673) Hari ini, aku menerima
surat-surat dari para suster yang ada di biara-biara lain dan dari para suster
yang menjalani novisiatnya bersama aku. Mereka sering menghibur aku dan membuat
aku tertawa, ketika mereka biasa berkata seperti ini, “sr. Faustina yang terkasih, kami sangat kasihan bahwa sakitmu
sedemikian parah; tetapi kami sangat bahagia bahwa apabila Tuhan Yesus
mengambil engkau, engkau akan berdoa bagi kami karena engkau memiliki banyak
pengaruh terhadap Tuhan.” Salah satu suster mengatakan sebagai berikut, “Apabila engkau meninggal, Suster, mohon
tempatkan aku di bawah perhatianmu yang istimewa karena pastilah engkau dapat
melakukannya bagiku.” Suster lain lagi menulis sebagai berikut, “Bagaimana aku dapat menantikan saat ketika
Tuhan Yesus memanggil engkau sebab aku tahu apa yang akan terjadi kemudian; aku
sangat merindukan kematian bagimu.” Aku mau bertanya kepadanya apa yang ia
pikirkan sehubungan dengan kematianku, tetapi aku bermati raga dan menjawab, “Aku ini seorang pendosa. Padaku akan
terjadi hal yang sama seperti yang terjadi pada semua orang berdosa kalau
kerahiman Allah tidak melindungi aku.”
(1674) 20 April 1938. Keberangkatan
ke Pradnik. Aku sangat cemas jangan-jangan aku terbaring di tempat tidur dalam
suatu ruangan yang serba terbuka. Kalau itu hanya akan berlangsung selama satu
atau dua pekan ... tetapi itu akan berlangsung dalam waktu yang sedemikian
lama, dua bulan atau barangkali lebih. Pada petang hari, aku masuk ke kapel
untuk bercakap-cakap lama dengan Tuhan Yesus. Ketika melihat Tuhan Yesus, aku
mencurahkan seluruh isi hatiku di hadapan-Nya, semua kesusahanku, kekuatanku,
dan kecemasanku. Yesus mendengarkan aku dengan penuh kasih dan kemudian
berkata, “Tenanglah, Anak-Ku, Aku menyertaimu. Pergilah dalam damai. Semua sudah
siap; Aku telah mengatur, dengan cara-Ku sendiri yang istimewa, agar suatu
kamar pribadi disiapkan bagimu.” Diyakinkan oleh Tuhan dan dipenuhi
dengan rasa syukur, aku pergi tidur.
(1675) Pada hari berikutnya, Suster
Felicja mengantar aku ke Pradnik. Aku merasa sangat damai dan jiwaku merasa
tenang. Ketika kami tiba, mereka mengatakan kepada kami bahwa ada kamar khusus
untuk Sr. Faustina. Ketika masuk ke kamar itu, kami sangat heran bahwa segala
sesuatu telah disiapkan sedemikian indahnya: semua bersih dan rapi, meja
dilengkapi dengan taplak dan dihias dengan bunga; satu gambar Anak Domba Paskah
yang indah ditempatkan di meja doa oleh para suster. Seketika itu juga, tiga
orang Suster Hati Kudus yang bekerja di sanatorium itu, teman-teman lamaku, datang
dan menyambut aku dengan hangat. Suster Filicja sangat kagum akan semua ini.
Kami saling mengucapkan selamat berpisah dengan hangat dan ia pergi. Ketika aku
sendirian, hanya bersama dengan Tuhan Yesus, aku bersyukur kepada-Nya atas
rahmat yang besar ini.
(1676) Yesus berkata kepadaku, “Tenanglah,
Aku menyertaimu.” Karena lelah, aku cepat tertidur. Pada petang hari,
suster yang harus merawat aku datang dan berkata, “Besok engkau tidak akan menerima Tuhan Yesus, Suster sebab engkau
sangat lelah; selebihnya, akan kita lihat nanti.” Hal ini sangat
mengharukan hatiku, tetapi aku berkata dengan sangat tenang, “Baiklah,” dan, aku berserah sepenuhnya
kepada kehendak Tuhan; aku berusaha tidur. Pada pagi hari, aku membuat
meditasiku dan mempersiapkan diri untuk menyambut komuni kudus meskipun aku
seharusnya tidak menerima Tuhan Yesus. Ketika cinta dan keinginanku sudah
mencapai puncak yang tinggi, aku melihat di samping tempat tidurku sosok
Serafim, yang memberiku komuni kudus, sambil mengucapkan kata-kata ini, “Inilah Tuhan para malaikat.” Ketika aku
menerima Tuhan, rohku tenggelam dalam kasih Allah dan dalam pesona. Ini
terulang selama tiga belas hari meskipun aku tidak pernah yakin apakah ia akan
membawakan aku komuni kudus pada hari berikutnya. Tetapi, aku percaya
sepenuhnya kepada kebaikan Allah; meskipun demikian, aku tidak berani berpikir
bahwa aku akan menerima komuni kudus dengan cara ini pada hari berikutnya.
Serafim itu diiputi suatu cahaya
yang cemerlang; keilahian dan kasih Allah tercermin dalam dia. Ia mengenakan
jubah keemasan dan di atasnya suatu superpli yang transparan dan stola yang
juga transparan. Siborinya terbuat dari kristal, ditutupi dengan kain yang
transparan. Begitu selesai memberikan Tuhan kepadaku, ia menghilang.
(1677) Pernah, ketika suatu
keragu-raguan muncul dalam hatiku tidak lama sebelum komuni kudus, Serafim
bersama Tuhan Yesus berdiri di hadapanku. Aku bertanya kepada Tuhan Yesus, dan
tanpa menunggu jawaban, aku berkata kepada Serafim, “Dapatkah kiranya engkau mendengarkan pengakuan dosaku?” Dan ia
menjawab kepadaku, “Tidak ada roh di
surga yang memiliki kuasa itu.” Dan pada saat itu, Hosti kudus hinggap di
bibirku.
(1678) Pada hari Minggu, suster
yang ditugasi merawat orang sakit berkata kepadaku, “Suster, hari ini imam akan mengantar Tuhan Yesus kepadamu.” Aku
menjawab, “Baik,” dan imam itu
membawa-Nya. Tidak lama kemudian, aku mendapat izin untuk meninggalkan tempat
tidurku. Mulai hari itu, aku mengikuti misa kudus dan meluangkan waktu bersama
Tuhan secara teratur.
(1679) Sesudah pemeriksaan pertama,
dokter mendapati bahwa keadaanku sangat parah. “Kami menduga, Suster, bahwa engkau memang mengidap penyakit yang
pernah Suster katakan kepadaku. tetapi, Allah yang mahakuasa dapat melakukan
segala sesuatu.”
Ketika aku memasuki kamarku, aku
membenamkan diri dalam doa syukur atas segala sesuatu yang telah Tuhan kirimkan
kepadaku sepanjang seluruh hidupku, sambil menyerahkan diri sepenuhnya kepada
kehendak-Nya yang amat kudus. Sukacita dan damai yang luar biasa membanjiri
jiwaku. Aku merasakan suatu damai yang sedemikian luar biasa sehingga kalau
kematian datang pada saat itu, aku tidak akan berkata, “Tunggu, karena aku masih mempunyai sejumlah hal yang harus aku
selesaikan.” Tidak, aku akan menyambutnya dengan penuh sukacita sebab aku
sudah siap untuk berjumpa dengan Tuhan, tidak hanya hari ini, tetapi sudah
sejak aku menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kerahiman Ilahi, sambil
menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya yang amat kudus, yang penuh
dengan kerahiman dan kemurahan. Aku tahu apalah diriku sesungguhnya ....
(1680) Minggu Putih. Hari ini,
sekali lagi aku mempersembahkan diriku kepada Tuhan sebagai kurban bagi
orang-orang berdosa. Yesusku, kalau akhir hidupku sudah mendekat, dengan sangat
rendah hati aku mohon kepada-Mu, terimalah kematianku dalam kesatuan dengan
Dikau sebagai kurban yang kupersembahkan kepada-Mu hari ini, sementara aku
masih memiliki kemampuan dan kehendak yang sepenuhnya sadar; semua ini untuk
tiga tujuan:
Pertama: agar karya kerahiman-Mu dapat menyebar ke seluruh
dunia dan agar Pesta Kerahiman Ilahi dapat dimaklumkan dan dirayakan dengan
meriah.
Kedua: agar orang-orang berdosa, khususnya orang-orang berdosa yang
menghadapi ajal, dapat mengungsi kepada kerahiman-Mu dan mengalami buah-buah
kerahiman yang tak terlukiskan.
Ketiga: agar segala karya kerahiman-Mu dapat diwujudkan sesuai dengan
keinginan-Mu, dan bagi seorang yang ditugaskan untuk karya ini ....
Terimalah, ya Yesus yang maharahim,
kurbanku yang tidak pantas ini, yang hari ini kupersembahkan kepada-Mu di
hadapan surga dan bumi. Semoga Hati-Mu yang mahakudus, yang sedemikian penuh
kerahiman, menggenapi apa yang masih kurang dalam persembahanku, dan mempersembahkannya
kepada Bapa-Mu demi pertobatan orang-orang berdosa. AKu haus akan jiwa-jiwa, ya
Kristus.
(1681) Pada saat itu, sinar Allah
menembus diriku, dan aku merasakan bahwa aku menjadi milik Allah yanh istimewa;
aku mengalami kebebasan rohani yang amat besar, yang tidak pernah aku bayangkan
sebelumnya. Dan pada saat yang sama, aku melihat kemuliaan Kerahiman Ilahi dan
himpunan jiwa-jiwa yang tak terbilang jumlahnya sedang memuji kebaikan-Nya.
Jiwaku sepenuhnya tenggelam dalam Allah, dan aku mendengar suara, “Engkau
adalah putri kesayangan-Ku.” Kehadiran Allah yang sungguh nyata aku
rasakan sepanjang hari.
(1682) 1 Mei 1938. Petang ini,
Yesus berkata kepadaku, “Putri-Ku, apakah engkau membutuhkan
sesuatu?” Aku menjawab, “Oh
Kasihku, apabila aku memiliki Engkau, aku sudah memiliki segala sesuatu.” Dan
Tuhan menjawab, “Kalau jiwa-jiwa mau menyerahkan diri mereka sepenuhnya kepada-Ku, Aku
sendiri akan melaksanakan tugas untuk menguduskan mereka, dan Aku akan
melimpahkan bahkan rahmat yang lebih besar lagi ke atas mereka. Ada jiwa-jiwa
yang menghancurkan usaha-usaha-Ku, tetapi Aku tidak menyerah terhadap mereka;
begitu mereka berpaling kepada-Ku, Aku akan bergegas menolong mereka, dengan
melindungi mereka dalam kerahiman-Ku, dan Aku memberi mereka tempat pertama
dalam Hati-Ku yang pemurah.”
(1683) “Tulislah demi manfaat bagi jiwa
kaum religius bahwa Hati-Ku sangat senang datang kepada mereka dalam komuni
kudus. tetapi, kalau ada orang lain di dalam hati itu, Aku tidak tahan dan Aku
akan cepat meninggalkan hati itu, sambil membawa serta semua karunia dan rahmat
yang telah Kusiapkan bagi jiwa itu. Jiwa itu bahkan tidak menyadari
kepergian-Ku. Sesudah beberapa waktu, barulah ia akan merasakan kehampaan batin
dan ketidakpuasan. Oh, kalau saja kemudian ia berpaling kepada-Ku, Aku akan
membantu dia membersihkan hatinya, dan Aku akan memenuhi segala sesuatu yang
ada di dalam jiwanya; tetapi tanpa kesadaran dan persetujuannya, Aku tidak
dapat menjadi Penguasa hatinya.”
(1684) Aku sering mempersatukan
diri dengan orang-orang yang menghadapi ajal dan memperoleh Kerahiman Ilahi
bagi mereka. Oh, betapa besarnya kebaikan Allah: lebih besar daripada yang
dapat kita pahami. Ada saat-saat tertentu dan ada pula misteri-misteri
Kerahiman Ilahi yang memesona surga. Biarlah kita hentikan penghakiman kita
terhadap jiwa-jiwa karena kerahiman Allah atas mereka sungguh luar biasa.
(1685) Dalam ibadat Jam Kudus hari
ini, aku minta kepada Tuhan Yesus agar Ia berkenan mengajar aku tentang
kehidupan rohani. Yesus menjawab kepadaku, “Putri-Ku, hayatilah dengan setia kata-kata
yang Kusampaikan kepadamu. Jangan menghargai hal-hal lahiriah terlalu tinggi,
juga kalau hal itu tampak sangat berharga bagimu. Tinggalkanlah dirimu sendiri,
dan tinggallah bersma-Ku terus-menerus. Percayakanlah segala sesuatu kepada-Ku
dan jangan melakukan suatu pun dengan mengandalkan dirimu sendiri; maka engkau
akan selalu memiliki kebebasan roh yang leluasa. Tidak ada situasi atau
kejadian yang akan mampu mengacaukan engkau. Jangan terlalu mengacuhkan apa
yang dikatakan orang. Biarlah setiap orang menghakimi engkau menurut kesukaan
mereka. Jangan membela diri; penghakiman mereka tidak akan merugikan engkau.
Singkirkanlah segala sesuatu begitu mereka muncul dan menuntut sesuatu, juga
kalau mereka itu tampaknya sangat penting. Jangan meminta suatu pun tanpa minta
pertimbangan-Ku. Biarkan mereka mengambil apa pun yang bahkan menjadi hakmu -
kehormatan, nama baik - biarlah rohmu membubung di atas semua itu. Jadi,
bebaskanlah dirimu dari segala sesuatu, beristirahatlah di dekat Hati-Ku, dan
jangan biarkan damaimu dikacaukan oleh suatu pun. Oh, murid-Ku, camkanlah
kata-kata yang telah Kusampaikan kepadamu.”
(1686) O Kasihku, Guru kekalku,
betapa baiknya bersikap taat; sebab ketika ketaatan tercurah ke dalam jiwa, ia
membawa serta tenaga dan kekuatan untuk bertindak.
(1687) Hari ini, aku melihat Tuhan
Yesus yang tersalib. Permata dan mutiara-mutiara berharga tampak tercurah dari
luka yang ada di Hati-Nya. Aku melihat betapa banyaknya jiwa-jiwa yang
menghimpun karunia-karunia ini. Tetapi, ada satu jiwa yang berada paling dekat
dengan Hati-Nya; dan karena tahu akan besarnya karunia-karunia itu, ia
mengumpulkan sebanyak-banyaknya, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga
untuk orang-orang lain. Jurus Selamat berkata kepadaku, “Perhatikanlah khazanah rahmat
yang mengalir kepada jiwa-jiwa; tetapi tidak semua jiwa itu tahu bagaimana
memanfaatkan kemurahan-Ku.”
(1688) Hari ini, Tuhan berkata
kepadaku, “Putri-Ku, tengoklah ke dalam Hati-Ku yang Maharahim, dan pantulkanlah
kemurahannya di dalam hati dan perbuatan-perbuatanmu sendiri sehingga engkau,
yang memaklumkan kerahiman-Ku kepada dunia, dapat membara bersamanya.”
(1689) 8 Mei 1938. Hari ini, aku
melihat dua tiang yang luar biasa besarnya terpancang di tanah; tiang yang
satu, aku sendiri yang telah memancangkannya, sedangkan tiang yang satunya
dipancangkan oleh seorang lain, S.M. Kami telah melakukannya dengan usaha yang
tak terbayangkan, dengan banyak keletihan dan kesulitan. Dan sesudah selesai
memancangkan tiang itu, aku sendiri kagum dari mana kekuatan luar biasa itu
datang. Dan aku tahu bahwa bukan dengan kekuatanku sendiri aku melaksanakannya,
tetapi dengan kekuatan yang datang dari atas. Kedua tiang itu berdekatan satu
sama lain, di dekat gambar Kerahiman Ilahi. Dan aku melihat gambar itu diangkat
sangat tinggi dan digantungkan pada kedua tiang itu. Sekonyong-konyong,
berdirilah di atas kedua tiang itu suatu kanisah raksasa, yang ditopang baik
dari dalam maupun dari luar. Aku melihat suatu tangan sedang menyelesaikan pembangunan
kanisah itu, tetapi aku tidak melihat orangnya. Lalu, tampaklah suatu himpunan
besar orang, di dalam dan di luar bait, dan arus yang keluar dari Hati Yesus
yang Maharahim mengalir kepada setiap orang.
(1690) Hari ini, sesudah komuni
kudus, Yesus berkata, “Putri-Ku, berikanlah jiwa-jiwa kepada-Ku.
Ketahuilah bahwa misimu adalah memenangkan jiwa-jiwa bagi-Ku lewat doa dan
pengurbanan, dan dengan mendorong mereka untuk mengandalkan kerahiman-Ku.”
(1691) Oh, betapa besarnya
kerinduanku untuk mempersembahkan kemuliaan kepada kerahiman-Mu - sedangkan
untukku sendiri: kepahitan dan penderitaan! Ketika aku menyaksikan kemuliaan
kerahiman-Mu, kebahagiaanku tiada tara! Biarlah segala murka, penghinaan, dan
kesendirian tertumpah atas diriku, asal saja kemuliaan dan pujian bagi
kerahiman-Mu bergema di mana-mana - hanya inilah yang penting.
(1692) Sang Pencipta dan Ciptaan.
Aku menyembah Engkau, ya Tuhan dan
Pencipta, yang tersembunyi di dalam Sakramen Mahakudus. Aku menyembah Engkau
karena segala karya tangan-Mu yang menyatakan kepadaku begitu banyak
kebijaksanaan, kebaikan, dan kerahiman. O Tuhan, Engkau telah menghamburkan
begitu banyak keindahan ke atas bumi, dan semua itu menuturkan kepadaku
keindahan-Mu meskipun semua yang indah itu hanyalah pantulan lemah dari
keindahan-Mu, o Keindahan yang Tak Terselami. Meskipun Engkau menyembunyikan
diri dan menyamarkan keindahan-Mu, mataku yang diterangi oleh iman dapat
menangkap Engkau, dan jiwaku mengenali Penciptanya, Kebaikan teringginya; dan
hatiku sepenuhnya tenggelam dalam doa sembah sujud.
Tuhanku dan Penciptaku, kebaikan-Mu
memberanikan aku untuk bercakap-cakap dengan-Mu. Kerahiman-Mu meniadakan jurang
yang memisahkan Pencipta dari ciptaan. Bercakap-cakap dengan-Mu, o Tuhan,
sangatlah menyenangkan hatiku. Di dalam Engkau, aku menemukan segala sesuatu
yang didambakan hatiku. Di sini, Terang-Mu menerangi pikiranku, dan sekaligus
memampukannya untuk makin hari makin mengenal Engkau. Di sini, arus rahmat
mengalir ke dalam hatiku. Di sini, jiwaku menimba kehidupan kekal. O Tuhan dan
Penciptaku, di samping segala karunia ini, Engkau memberikan diri-Mu sendiri
kepadaku dan secara mesra menyatukan diri-Mu dengan ciptaan-Mu yang papa ini.
Di sini, tanpa mencari kata-kata, kita memahami satu sama lain. Di sini, tak
seorang pun mampu menyela percakapan kita. Apa yang kubicarakan dengan-Mu, ya
Yesus, adalah rahasia kita; tidak ada ciptaan yang akan mengetahuinya dan tidak
ada malaikat yang berani menanyakannya. Ini adalah misteri pengampunan yang
bersifat rahasia, yang hanya diketahui oleh Yesus dan aku sendiri; inilah
misteri kerahiman-Nya, yang merengkuh setiap jiwa secara terpisah. Karena
kebaikan-Mu yang tak terselami ini, dengan segenap hati dan sepenuh jiwaku, aku
menyembah Engkau, o Tuhan dan Penciptaku. Memang, ibadatku sedemikian tak
berarti dan papa, tetapi aku merasa damai sebab aku tahu bahwa Engkau tahu jika
ibadatku itu tulus meskipun tidak memadai...
(1693) Sementara aku menulis
kata-kata di atas, aku melihat Tuhan Yesus membungkuk di atas aku, dan Ia
bertanya, “Putri-Ku, apa yang sedang engkau tulis?” Aku menjawab, “Aku sedang menulis tentang Engkau, ya
Yesus, tentang ketersembunyian-Mu dalam Sakramen Mahakudus, tentang kasih dan
kerahiman-Mu yang tak terselami terhadap manusia.” Dan Yesus berkata, “Juru
tulis misteri-Ku yang paling dalam, ketahuilah bahwa kemesraan ekslusif ini
hanya Kujalin denganmu. Tugasmu adalah menuliskan segala sesuatu tentang
kerahiman-Ku yang Kuberitahukan kepadamu demi manfaat bagi mereka yang dengan
membacanya akan diteguhkan jiwanya dan akan memiliki keberanian untuk
menghampiri Aku. Oleh karena itu, Aku menghendaki engkau memanfaatkan semua
waktu luangmu untuk menulis.” “Tetapi,
o Tuhan, apakah aku akan selalu memiliki waktu meskipun hanya singkat, untuk
menulis?” Dan Yesus menjawab, “Bukanlah urusanmu untuk memikirkan hal itu.
Tugasmu hanyalah melakukan apa yang dapat engkau lakukan. Aku akan mengatur
segala sesuatu sedemikian rupa sehingga dengan gampang engkau akan dapat
melakukan apa yang Kuminta darimu...”
(1694) Hari ini, aku dikunjungi
oleh seorang awam yang telah menyebabkan aku sangat sedih karena ia telah
menyalahgunakan kebaikanku dengan menceritakan banyak kebohongan. Begitu aku
melihat dia, darah dalam nadiku serasa membeku sebab tiba-tiba terpampang di
hadapan mataku semua yang harus kuderita karena dia, meskipun dengan satu kata
saja aku dapat membebaskan diri dari semua itu. Maka muncullah gagasan dalam
benakku untuk mengatakan kebenaran kepadanya, dengan tegas dan terus terang.
Tetapi, pada saat itu, kerahiman Allah melintas di dapan mataku, dan aku
memutuskan untuk bertindak terhadapnya sebagaimana Yesus akan bertindak kalau
Ia berada pada tempatku. Aku mulai berbicara kepadanya dengan lembut. Ketika ia
mengungkapkan keinginan untuk berbicara sendirian dengan aku, secara amat rinci
dan jelas aku memberitahukan kepadanya keadaan jiwanya yang menyedihkan. Aku
melihat bahwa dia sangat terharu meskipun ia berusaha menyembunyikan
perasaannya dariku. Pada saat itu, datanglah orang ketiga, dan karenanya
pembicaraan dari hati ke hati itu terhenti. Ia minta kepadaku satu gelas air
dan dua barang lain yang kuberikan dengan ikhlas hati. tetapi, kalau bukan
karena rahmat Allah, aku tidak akan mampu bertindak seperti itu terhadapnya.
Ketika mereka pergi, aku bersyukur kepada Allah karena rahmat-Nya yang menopang
aku pada waktu itu.
(1695) Kemudian aku mendengar suara
ini, “Aku
senang sekali karena engkau berlaku sebagai putri-Ku yang sejati. Selalu
berbelas kasihlah, sama seperti Aku selalu berbelas kasih. Kasihilah setiap
orang demi kasihmu akan Daku; juga, kasihilah musuh-musuhmu yang paling besar
sehingga kerahiman-Ku dapat sepenuhnya terpantul di dalam hatimu.”
(1696) O Kristus, meskipun menuntut
banyak usaha, dengan rahmat-Mu segala sesuatu dapat terlaksana.
(1697) Hari ini, aku merasa sangat
sehat, dan aku senang sekali karena dapat melaksanakan ibadat Jam Kudus. Tetapi
ketika aku mulai melaksanakan Jam Kudus, penderitaan fisikku meningkat sehingga
aku tidak dapat berdoa. Ketika Jam Kudus sudah usai, semua penderitaanku pun
berakhir; maka aku mengeluh kepada Tuhan bahwa penderitaan-penderitaanku tidak
membiarkan aku membenamkan diri dalam sengsara-Nya yang pedih, padahal aku
sangat menginginkannya. Kemudian Yesus berkata kepadaku, “Putri-Ku, ketahuilah bahwa
jikalau Aku membiarkan engkau merasakan dan memiliki pengetahuan yang lebih
mendalam mengenai penderitaan-Ku, itu adalah rahmat dari Aku. tetapi, ketika
pikiranmu menjadi redup dan penderitaanmu meningkat, pada saat itu engkau ambil
bagian aktif dalam sengsara-Ku, dan Aku sedang menjadikan dirimu lebih serasi
dengan diri-Ku. Pada saat seperti itu, lebih daripada kapan pun, tugasmu adalah
menyerahkan diri kepada kehendak-Ku...”
(1698) Aku sering mendampingi orang yang menghadapi
ajal dan lewat permohonan yang mendesak memperoleh bagi mereka pengharapan akan
kerahiman Allah; pada saat seperti itu, aku juga memohon kepada Allah agar Ia
memberikan rahmat ilahi yang berlimpah, yang selalu jaya. Kadang-kadang, secara
mengagumkan dan misterius, kerahiman Allah menyentuh orang berdosa pada saat
akhir hidupnya. Secara lahiriah, tampaknya segala sesuatu sudah lenyap, tetapi
sesungguhnya tidak demikian. Pada kesempatan terakhir itu, jiwa diterangi oleh
sinar rahmat akhir yang penuh kuasa berpaling kepada Allah dengan kuasa cinta
yang sedemikian besar sehingga ia serta merta menerima dari Allah pengampunan
dosa dan pembebasan dari hukuman. Secara lahiriah, ia tidak menunjukkan tanda
penyesalan ataupun pertobatan sebab [pada tahap ini] jiwa tidak lagi bereaksi
terhadap hal-hal lahiriah. Oh, betapa kerahiman Allah melampaui segala
pemahaman! Tetapi - sungguh mengerikan! - ada juga jiwa-jiwa yang dengan
sengaja dan secara sadar menolak serta mencemooh rahmat ini. Meskipun orang
sudah berada pada titik kematian, Allah yang maharahim dapat memberikan kepada
jiwanya saat batin yang hidup sehingga kalau jiwa itu mau, ia memiliki
kesempatan untuk kembali kepada Allah. tetapi kadang-kadang, jiwa-jiwa
sedemikian keras kepala sehingga dengan sadar mereka memilih neraka; [dengan
demikian] mereka menyia-nyiakan semua doa yang dipersembahkan jiwa-jiwa lain
kepada Allah bagi mereka; bahkan, mereka menyia-nyiakan usaha Allah sendiri...
(1699) Kesunyian - saat-saat
kesayanganku, kesunyian - tetapi selalu bersama Engkau, ya Yesus dan Tuhan,
dekat pada Hati-Mu, saat terlalu indah bagiku; dekat pada-Nya, jiwaku menemukan
istirahat. Kalau hari dipenuhi dengan Dikau dan dilimpahi dengan cinta, kalau
jiwa bernyala-nyala karena api yang murni, di tengah kesunyian yang paling sepi
pun, jiwa takkan mengalami kesepian sebab ia beristirahat pada dada-Mu.
O Kesunyian - saat-saat persekutuan
yang paling luhur, meski ditinggalkan oleh segala ciptaan, aku membenamkan diri
sepenuhnya dalam samudra Ke-Allahan-Mu, dan Engkau senang mendengarkan cetusan
hatiku.
(1700) Petang ini, Tuhan bertanya
kepadaku, “Tidakkah engkau memiliki keinginan apa pun di dalam hatimu?” Aku
menjawab, “Aku memiliki satu keinginan
yang berkobar-kobar, yakni bersatu dengan Dikau selama-lamanya.” Dan Tuhan
menjawab kepadaku, “Itu akan segera terpenuhi. Anak-Ku yang terkasih, setiap kerinduanmu
bergema di dalam Hati-Ku. Tatapan mata-Ku yang berseri-seri terpaku padamu
sebelum Aku menatap ciptaan yang lain.”