(1590) Hai jiwaku, pujilah
kerahiman Allah yang tak terselami. Segala sesuatu untuk kemulaiaan-Nya.
Krakow, 10 Februari 1938
Buku Enam
Sr. Faustina dari Sakramen
Mahakudus
Anggota Kongregasi Para Suster
Bunda Allah Kerahiman
(1591) Hatiku tertarik ke tempat
Allahku tersembunyi; di sana, siang malam Ia tinggal bersama kita, berbusana
Hosti Putih; Ia memerintah seluruh dunia, Ia bersatu dengan jiwa-jiwa. Hatiku
tertarik ke tempat Allahku bersembunyi; di sana kasih-Nya dikurbankan, di sana
hatiku merasakan air yang menghidupkan; Itulah Allahku yang hidup, meski
tersembunyi di balik selubung.
(1592) 10 Februari 1938. Dalam
meditasi, Tuhan memperlihatkan kepadaku sukacita surga dan orang-orang kudus
ketika menyambut kedatangan kita di sana; mereka mencintai Allah sebagai
satu-satunya sasaran cinta mereka, tetapi mereka juga memiliki cinta yang mesra
dan tulus kepada kita. Dari wajah Allahlah sukacita itu memancar kepada semua
orang sebab kita melihat Dia dari muka ke muka. Wajah Allah sedemikian manis
sehingga setiap jiwa tenggelam di dalam ekstase.
(1593) Tuhan sendiri menggerakkan
aku untuk menulis doa-doa dan madah-madah mengenai kerahiman-Nya; madah-madah
pujian ini memaksakan diri pada bibirku. Aku menyaksikan kata-kata pujian
mengenai kerahiman Allah masuk ke dalam pikiranku; kata-kata itu sudah sia
dirumuskan sehingga aku mengambil keputusan untuk menuliskannya sejauh aku
mampu. Aku dapat merasakan bahwa Allahlah yang mendesak aku untuk melakukannya.
(1594) Salah seorang suster masuk
ke dalam kamarku. Sesudah suatu percakapan singkat mengenai ketaatan, ia
berkata kepadaku, Oh, kini aku memahami
bagaimana orang-orang kudus bertindak. Terima kasih, Suster; suatu terang
cemerlang telah masuk ke dalam jiwaku; aku sudah memetik manfaat yang besar.”
(1595) O Yesusku, ini adalah
karya-Mu. Engkaulah yang telah mengatakan hal ini kepada jiwa itu sebab suster
itu masuk ke kamarku ketika aku sepenuhnya membenamkan diri di dalam Allah, dan
tepat pada saat itu permenungan yang mendalam ini berakhir. O Yesusku, aku tahu
bahwa untuk menjadi berguna bagi jiwa-jiwa, orang harus berusaha
sungguh-sungguh untuk menjalin kesatuan yang seerat mungkin dengan-Mu, Sang
Kasih Abadi. Satu kata yang diucapkan oleh jiwa yang bersatu dengan Allah
menghasilkan lebih banyak kebaikan dalam jiwa-jiwa daripada diskusi dan khotbah
hebat yang disampaikan oleh jiwa yang tidak sempurna.
(1596) Aku melihat pastor Andrasz
heran akan tindakan-tindakanku, tetapi semua itu untuk kemuliaan Allah. Oh,
betapa besarnya rahmat-Mu, ya Tuhan, rahmat yang mengangkat jiwa ke
puncak-puncak yang lebih tinggi. AKu sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah
memberi aku seorang imam yang cemerlang. Bisa saja Engkau terus membiarkan aku dalam
ketidakpastian dan keragu-raguan, tetapi kebaikan-Mu mengatasinya. O Yesusku,
mustahil bagiku untuk menghitung kebaikan-Mu ...
(1597) “Putri-Ku, pergulatanmu akan
berlangsung sampai ajal. Napas terakhirmu akan menandai berakhirnya hidupmu.
Engkau akan mengalahkan kerapuhan dengan kelembutan.”
(1598) 13 Februari 1938. Aku
melihat betapa Tuhan Yesus enggan datang kepada jiwa-jiwa tertentu dalam komuni
kudus. Ia mengucapkan kata-kata ini kepadaku, “Aku memasuki hati tertentu
serasa masuk ke dalam Sengsara yang kedua.”
(1599) Ketika aku berusaha
melakukan Jam Kudus, aku melihat Yesus yang sedang menderita, dan mendengar Ia
menuturkan kata-kata ini kepadaku, “Putri-Ku, jangan terlalu memperhatikan
bejana yang Kugunakan untuk memberi rahmat kepadamu, melainkan rahmat yang
Kuberikan kepadamu sebab bejana itu tidak selalu menyenangkan hatimu, dan
karenanya engkau pun kurang menghargai rahmat itu. Aku ingin menghindarkan
engkau dari sikap seperti itu, dan Aku ingin agar perhatianmu tidak pernah
terpancang pada bejana yang Kugunakan untuk mengirimkan rahmat-Ku kepadamu.
Biarlah segenap perhatian jiwamu terpusat pada upaya menanggapi rahmat-Ku
sesetia mungkin.”
(1600) O Yesusku, kalau Engkau
sendiri tidak meredakan kerinduan jiwaku, tak seorang pun dapat menghibur atau
meredakannya. Setiap pendekatan-Mu membangkitkan pesona cinta dalam jiwaku,
tetapi juga mengakibatkan suatu
sakratulmaut yang baru; sebab meskipun begitu sering Engkau menghampiri jiwaku,
bahkan dengan cara yang paling istimewa, aku masih tetap mencintai-Mu dari
kejauhan, dan hatiku hanya bisa tenggelam dalam ekstase cinta; sebab kesatuan
ini belumlah kesatuan yang penuh dan kekal meskipun sering kali Engkau
menyatukan diri dengan aku tanpa sekat selubung [seolah-olah dari muka ke
muka]. Dengan itu, ya Allahku, Engkau justru membuka dalam jiwa dan hatiku
suatu jurang cinta dan kerinduan akan Dikau, dan jurang yang menganga amat
lebar ini, kerinduan total kepada Allah ini, tidak dapat sungguh-sungguh
dipenuhi di bumi ini.
(1601) Tuhan telah menunjukkan kepadaku
betapa Ia sangat mendambakan kesempurnaan jiwa-jiwa terpilih.
“Di tangan-Ku, jiwa-jiwa terpilih
itu adalah terang yang Kupancarkan ke dalam kegelapan dunia dan Kugunakan untuk
meneranginya. Sebagaimana bintang-bintang menerangi malam, demikian jiwa-jiwa
terpilih itu menerangi bumi. Semakin sempurna suatu jiwa, semakin benderanglah
terangnya di sekitarnya dan semakin jauh terang itu dipancarkan olehnya. Bisa
jadi ia tersembunyi dan tidak dikenal, bahkan oleh orang-orang yang paling
dekat dengannya, tetapi kekudusannya terpancar dalam jiwa-jiwa bahkan sampai ke
batas-batas dunia yang paling jauh.”
(1602) Hari ini Tuhan berkata
kepadaku, “Putri-Ku, setiap kali engkau pergi ke pengakuan dosa, ke mata air
kerahiman-Ku, Darah dan Air yang memancar dari Hati-Ku mengalir ke dalam jiwamu
dan membuat jiwamu semakin mulia. Setiap kali engkau pergi ke pengakuan dosa,
dengan pengharapan yang besar, benamkanlah diri sepenuhnya ke dalam
kerahiman-Ku sehingga Aku dapat mencurahkan kelimpahan rahmat-Ku atas jiwamu.
Apabila engkau menghampiri kamar pengakuan, ketahuilah bahwa Aku sendiri sedang
menantikan engkau di sana. Aku hanya bersembunyi di balik sosok imam, tetapi
Aku sendirilah yang bekerja di dalam jiwamu. Di sini, jiwa yang appa bertemu
dengan Allah yang maharahim. Katakanlah kepada jiwa-jiwa bahwa dari mata air
kerahiman ini jiwa-jiwa hanya dapat menimba rahmat dengan bejana pengharapan.
Kalau pengharapan mereka besar, maka kemurahan-Ku tidak ada batasnya. Banjir
rahmat akan menggenangi jiwa-jiwa yang rendah hati. Jiwa yang sombong akan
selalu tinggal dalam kemiskinan dan kepapaan sebab rahmat-Ku menghindar dari
mereka dan mengalir kepada jiwa-jiwa yang rendah hati.”
(1603) 4 Februari 1938. Dalam
adorasi, aku mendengar suara ini, “Berdoalah untuk seorang siswi yang sangat
membutuhkan rahmat-Ku.” Aku tahu yang dimaksud adalah N. Maka, aku
berdoa dengan khusyuk, dan kerahiman Allah merengkuh jiwa itu.
(1604) Dalam adorasi, ketika aku
mengulangi doa “Allah yang Kudus” beberapa
kali, tiba-tiba kehadiran Allah yang hidup meliputi diriku dan, dicekam dalam
roh, aku berdiri di hadapan Allah yang agung. Aku menyaksikan bagaimana para
malaikat dan para kudus Tuhan memuliakan Allah. Kemuliaan Allah itu sedemikian
besar sehingga aku tidak berani melukiskannya sebab aku tidak akan mampu
melakukannya, dan aku takut kalau-kalau jiwa-jiwa akan berpikir bahwa apa yang
telah aku tulis sudah mencakup semuanya. Santo Paulus, kini aku memahami
mengapa engkau tidak ingin melukiskan surga, tetapi hanya berkata bahwa mata
tidak pernah melihat, telinga tidak pernah mendengar, tidak pernah masuk dalam
hati manusia apa yang telah dipersiapkan Allah bagi mereka yang mengasihi-Nya.
Sungguh, memang harus demikian. Semua yang datang dari Allah akan kembali
kepada-Nya dengan cara yang sama dan memberikan kepada-Nya kemuliaan yang
sempurna. Kini, aku melihat dengan jelas bagaimana aku menyembah Allah. Oh,
sungguh memprihatinkan! Sungguh, semua itu hanya ibarat satu tetes kecil
dibandingkan dengan samudra kemuliaan surgawi yang serba sempurna. Ya Allahku,
betapa baiknya Engkau karena sudi menerima juga pujianku, dan sudi menatap aku
dengan penuh kebaikan serta mengizinkan kami mengetahui bahwa doa kami
menyenangkan Engkau.
(1605) “Tulislah segala sesuatu yang
engkau pikirkan sehubungan dengan kebaikan-Ku.” Aku menjawab, “Apa maksud-Mu, Tuhan, bagaimana kalau aku
menulis terlalu banyak?” Dan Tuhan menjawab, “Putri-Ku, kalaupun engkau mengatakan
sekaligus segala sesuatu dalam semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tidak
pernah engkau mengatakan terlalu banyak. Sebaliknya, yang engkau kidungkan itu
hanyalah sebagian kecil dari pujian atas kebaikan-Ku - kerahiman-Ku yang tak
terselami.”
O Yesusku, Engkau sendiri harus
menaruh kata-kata ke dalam mulutku, supaya aku dapat memuji Engkau dengan
sepantasnya.
“Putri-Ku, tenanglah, lakukanlah
seperti yang kukatakan kepadamu. Pikiran-pikiranmu berpadu dengan
pikiran-pikiran-Ku; maka tulislah apa pun yang muncul dalam pikiranmu. Engkau
adalah juru tulis kerahiman-Ku. Aku telah memilih engkau untuk tugas ini, baik
dalam kehidupan sekarang maupun dalam kehidupan yang akan datang. Begitulah Aku
menghendakinya kendati segala perlawanan yang akan diberikan orang terhadapmu.
Ketahuilah bahwa pilihan-Ku tidak akan berubah.”
Pada saat itu, aku membenamkan
diriku dalam kerendahan hati yang mendalam di hadapan keagungan Allah. Tetapi,
semakin merendahkan diriku, semakin aku diresapi oleh kehadiran Allah ...
(1606) O Yesus, penghiburanku
satu-satunya! Betapa menakutkan tempat pembuangan ini! Betapa mengerikan padang
gurun yang harus kulintasi ini. Ibarat melawan semak duri, jiwaku bergulat
melawan segala macam kesulitan yang mengerikan. Kalau Engkau sendiri tidak
menopang aku, Tuhan, aku sama sekali tidak mempunyai bayangan bagaimana
melangkah maju.
(1607) 16 Februari 1938. Ketika aku
berdoa kepada Hati Yesus yang hidup dalam Sakramen Mahakudus untuk ujud imam
tertentu, tiba-tiba Yesus menunjukkan kebaikan-Nya kepadaku dan berkata
kepadaku, “Aku tidak akan membebankan kepadanya suatu pun yang melampaui
kekuatannya.”
(1608) Pada waktu itu, aku sedang
mencermati sejumlah penderitaan dan kesengsaraan yang diderita oleh seseorang
dalam kaitan dengan seluruh karya Allah ini. Ketika itu, sebelum komuni kudus,
aku minta kepada Tuhan Yesus agar Ia memberitahukan kepadaku apakah
penderitaan-penderitaan ini disebabkan olehku. Kataku, “Yesusku yang amat manis, berkat kebaikan dan kerahiman-Mu yang tak
terbatas, aku mohon kepada-Mu, beri tahukanlah kepadaku apakah dalam masalah
ini ada sesuatu yang tidak menyenangkan Hati-Mu atau apakah aku sudah melakukan
suatu kesalahan. Kalau ada, aku mohon kepada-Mu, pada waktu Engkau masuk ke
dalam hatiku, penuhilah hatiku dengan kegelisahan dan beri tahukanlah kepadaku
ketidaksenangan-Mu. Dan kalau dalam hal ini aku tidak bersalah, teguhkanlah aku
dalam damai.” Ketika aku menyambut Tuhan, jiwaku dipenuhi dengan damai yang
luar biasa, dan Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa karya ini sedang mengalami
cobaan, tetapi perkenan Allah tidak berkurang sedikit pun karena masalah itu.
Karena hal ini, aku merasakan sukacita yang besar; tetapi aku menggandakan
doa-doaku agar kesulitan-kesulitan yang menghadang karya ini dapat diatasi.
(1609) O Yesusku, betapa baiknya
berada di salib, asalkan bersama Engkau! Bersama-Mu, Kasih-Ku, jiwaku terus
menerus terentang pada kayu salib dan dipenuhi dengan kepahitan. Cuka dan
empedu menyentuh bibirku, tetapi sungguh baik bahwa terjadi seperti itu karena
sepanjang hidup-Mu Hati ilahi-Mu dipenuhi dengan kepahitan; dan sebagai imbalan
untuk kasih-Mu, Engkau menerima sikap tidak tahu terima kasih. Penderitaan yang
Kaurasakan sedemikian berat sehingga rintihan yang pedih terlontar dari
bibir-Mu ketika Engkau mengatakan bahwa Engkau mendambakan penghiburan tetapi
tidak seorang pun memberikannya.
(1610) Pada suatu hari, aku minta
kepada Tuhan untuk berkenan memandang sekilas satu jiwa yang sedang bergulat
sendirian melawan banyak kesulitan. Ketika itu, serta merta Tuhan memperlihatkan
kepadaku bahwa semua orang menjadi laksana debu di bawah kaki-Nya. “Maka,
jangan cemas; engkau melihat bahwa dari diri sendiri mereka tidak dapat
melakukan suatu pun. Kalaupun Aku membiarkan mereka tampak menang, ini
Kulakukan karena kebijaksanaan-Ku yang tak terselami.” Aku mengalami
ketenangan besar setelah menyadari bahwa semuanya tergantung dari Tuhan.
(1611) Ketika imam komunitas
mengantar Tuhan Yesus kepadaku, aku diresapi dengan kehadiran Allah yang sangat
nyata, dan Tuhan memperlihatkan kekudusan-Nya kepadaku. Pada saat seperti itu,
noda yang paling kecil sekalipun pada jiwaku dapat kulihat, dan aku ingin
memurnikannya sebelum setiap komuni kudus. Ketika aku bertanya kepada bapak
pengakuanku, ia berkata bahwa tidak perlu aku mengaku dosa sebelum setiap
komuni kudus. Komuni kudus sendiri menghapus noda-noda kecil itu; berpikir
tentang pengakuan dosa ketika menyambut komuni kudus adalah suatu godaan. Aku
tidak melanjutkan penjelasan tentang keadaan jiwaku secara lebih rinci karena
imam itu bukan pembimbing rohaniku, tetapi bapak pengakuan. Pengetahuan ini
tidak menyita waktuku sebab ia muncul lebih cepat daripada kilat; pengetahuan
ini menyalakan apa cintaku, dan membiarkan aku menyadari keadaan diriku ....
(1612) 20 Februari 1938. Hari ini,
Tuhan berkata kepadaku, “Aku membutuhkan penderitaan-penderitaanmu
untuk menyelamatkan jiwa-jiwa.”
O Yesusku, berbuatlah padaku seperti
yang Engkau kehendaki. Aku tidak memiliki keberanian untuk meminta penderitaan
yang lebih berat kepada Tuhan Yesus sebab pada malam sebelumnya aku sudah
menderita sedemikian banyak sehingga aku tidak mampu menanggung satu tetes
lebih banyak daripada penderitaan yang telah diberikan Yesus sendiri kepadaku.
(1613) Hampir semalam suntuk aku
mengalami rasa sakit yang sedemikian nyeri sehingga terasa semua ususku
tercabik-cabik. Aku memuntahkan obat yang sudah kutelan. Ketika aku menundukkan
kepalaku sampai ke lantai, aku kehilangan kesadaran. Selama beberapa waktu, aku
tetap dalam keadaan seperti itu dengan kepala tertunduk di lantai. Ketika
sadar, aku baru tahu bahwa seluruh tubuhku menghimpit kepala dan wajahku, dan
aku merasa mual-mual. Aku pikir ini akan menjadi akhir hidupku. Muder Superior
terkasih dan Suster Tarcyzja berusaha menolongku sebaik mungkin. Yesus meminta
penderitaan, tetapi bukan kematian. O Yesusku, berbuatlah padaku seperti yang
Engkau kehendaki. Hanya saja berilah aku kekuatan untuk menanggung penderitaan
itu. Karena ditopang oleh kekuatan-Mu, aku akan mampu menanggung segala
sesuatu. O jiwa-jiwa, betapa aku mencintaimu!
(1614) Hari ini, salah seorang
suster datang menjengukku dan berkata, “Suster,
aku merasakan sesuatu yang aneh, seolah-olah ada sesuatu yang mengatakan supaya
aku datang kepadamu dan menyerahkan sejumlah permasalahanku kepadamu sebelum
engkau meninggal. Kiranya Suster dapat memohon kepada Tuhan Yesus dan
membereskan permasalahanku ini. Sesuatu terus berbisik kepadaku bahwa engkau
akan mampu memperoleh karunia ini bagiku.” Aku menjawabnya dengan terus
terang bahwa sungguh, sesudah kematianku aku akan mampu memperoleh lebih
banyak rahmat dari Tuhan Yesus daripada sekarang ini. “Di hadapan takhta-Nya, Suster, aku akan mengingat engkau.”
(1615) Ketika aku memasuki ruang
tidur di dekat kamarku untuk menengok para suster yang sedang sakit, salah
seorang dari mereka berkata kepadaku, “Suster,
kalau engkau meninggal, aku sama sekali tidak akan takut kepadamu. Sesudah
engkau meninggal, datanglah menengok aku sebab aku akan membeberkan kepadamu
rahasia jiwaku, dan aku ingin engkau membereskan permasalahaku itu bersama
Tuhan Yesus. Aku tahu engkau dapat memperoleh karunia ini dari Dia.” Karena
ia berbicara di hadapan umum, maka aku menjawabnya begini, “Tuhan Yesus sangat cermat. Maka Ia tahu persis semua rahasia yang ada
di antara Dia dan suatu jiwa. Ia tidak memberitahukannya kepada sesiapa pun.”
(1616) O Tuhanku, terima kasih
pada-Mu karena, lewat pengurbanan, Engkau membuat aku serupa dengan Engkau
sendiri. Aku menyaksikan bahwa bejana duniawi ini mulai mengerut. Aku
bersukacita mengenai hal ini, karena tidak lama lagi aku akan berada di rumah
Bapaku.
(1617) 27 Februari 1938. Hari ini,
aku pergi mengaku dosa kepada Pastor Andrasz. Aku melakukannya sesuai dengan
keinginan Yesus. Sesudah pengakuan, suatu pancaran sinar memenuhi jiwaku.
Kemudian aku mendengar suara, “Karena engkau ini seorang anak, maka engkau
akan selalu dekat dengan Hati-Ku. Kesederhanaanmu lebih menyenangkan Hati-Ku
daripada semua mati ragamu.”
(1618) Pastor Andrasz berkata, “Hiduplah lebih karena iman. Berdoalah agar
Kerahiman Ilahi menjadi semakin dikenal, dan agar karya ini sampai ke
tangan-tangan yang baik yang akan mengurusnya dengan baik. Untuk engkau
sendiri, berusahalah menjadi biarawati yang baik - meskipun keadaannya seperti
adanya - tetapi berusahalah menjadi seorang biarawati yang baik persis di
tempat ini. Untuk sekarang, kalau engkau merasa bahwa hal-hal yang mendesak itu
berasal dari Tuhan dan kalau engkau mengenali bahwa engkau saksikan itu Tuhan,
ikutilah Dia. Baktikanlah dirimu pada doa sepanjang waktu yang dikhususkan
untuk itu, sedangkan buatlah catatan-catatan sesudah doa ...
(1619) Dua hari terakhir pesta
karnaval. Penderitaan-penderitaan fisikku menjadi lebih gawat. Aku sedang
menyatukan diri secara lebih erat dengan penderitaan Sang Juru Selamat, sambil
memohon kepada-Nya kerahiman untuk seluruh dunia, yang semakin terpuruk dalam
kejahatannya. Sepanjang hari, aku merasakan sakitnya mahkota duri. Apabila aku
berbaring, aku tidak dapat meletakkan kepadaku pada bantal. Tetapi, pada pukul
sepuluh malam, rasa sakit itu lenyap, dan aku tertidur; tetapi pada hari
berikutnya, aku merasa sangat keletihan.
(1620) Ya Yesus-Hosti, kalau Engkau
sendiri tidak menopang aku, aku tidak akan mampu bertahan pada salib. Aku tidak
akan mampu menanggung penderitaan yang begitu banyak. Tetapi, kuasa rahmat-Mu
tetap menopang aku pada tingkat yang cukup tinggi dan membuat penderitaan-penderitaanku
mendatangkan banyak pahala. Engkau memberi aku kekuatan untuk terus maju dan
mencapai surga dengan sekuat tenaga dan untuk tetap mencintai mereka yang
menyebabkan aku menanggung penderitaan dan penghinaan. Dengan bantuan
rahmat-Mu, orang dapat melakukan segala sesuatu.
(1621) 1 Maret 1938. Rekoleksi Satu
Hari.
Dalam meditasi, aku mendapat
pengertian bahwa aku harus menyembunyikan diri sebaik mungkin di dalam Hati
Yesus, merenungkan Sengsara-Nya yang pedih, dan menyelami gejolak Hati ilahi-Nya
yang penuh dengan kerahiman terhadap orang-orang berdosa. Untuk memperoleh
kerahiman bagi mereka, aku rela menghampakan diri setiap saat, sambil hidup
seturut kehendak Allah.
(1622) Sepanjang masa Prapaskah
ini, aku mau menjadi ibarat hosti di dalam tangan-Mu, ya Yesus. Gunakanlah aku
sedemikian rupa sehingga Engkau sendiri dapat masuk ke dalam hati orang-orang
berdosa. Mintalah dariku apa pun yang Engkau kehendaki; tidak ada kurban yang
akan terlalu berat bagiku asal jiwa-jiwa itu selamat.
(1623) Aku telah mempersembahkan
misa dan komuni kudus selama sebulan ini untuk intensi Pastor Andrasz, agar
Allah memberi dia pengetahuan yang bahkan lebih dalam lagi tentang kasih dan
kerahiman-Nya.
(1624) Bulan ini aku akan
mengamalkan tiga keutamaan yang dianjurkan kepadaku oleh Bunda Allah:
kerendahan hati, kemurniaan dan kasih akan Allah. Sementara itu, dengan
sungguh-sungguh berserah kepada kehendak Allah, aku akan menerima segala
sesuatu yang akan Ia kirimkan kepadaku.
(1625) 2 Maret 1938. Aku memulai
Masa Prapaskah yang suci dengan cara yang dikehendaki Yesus, yakni dengan
membuat diriku sungguh-sungguh tergantung pada kehendak kudus-Nya dan dengan
penuh cinta menerima segala sesuatu yang Ia kirimkan kepadaku. Aku sama sekali
tidak dapat melaksanakan mati raga-mati raga yang lebih berat sebab aku sangat
lemah. Sakit yang berkepanjangan ini sungguh-sungguh menguras kekuatanku. Lewat
penderitaan aku menyatukan diriku dengan Yesus. Ketika aku merenungkan
sengsara-Nya yang pedih, penderitaan fisikku berkurang.
(1626) Tuhan berkata kepadaku, “Selama
seluruh Masa Prapaskah ini, Aku membawa engkau ke sekolah-Ku. Aku ingin
mengajar engkau bagaimana caranya menderita.” Aku menjawab, “Bersama-Mu, Tuhan, aku siap untuk segala
sesuatu.” Aku mendengar suatu suara, “Engkau boleh minum dari piala yang Kupakai
untuk minum. Karunia istimewa ini Kuberikan kepadamu hari ini.”
(1627) Hari ini, aku merasa
sengsara Yesus di seluruh tubuhku, dan Tuhan memberi aku pengertian tentang
bertobatnya jiwa-jiwa tertentu.
(1628) Dalam misa kudus, aku
melihat Yesus terentang pada kayu salib, dan Ia berkata kepadaku, “Hai
murid-Ku, cintailah dengan sepenuh hati orang-orang yang menyebabkan engkau
menderita. Berbuat baiklah kepada orang-orang yang membenci engkau.” Aku
menjawab, “O Guruku, Engkau sungguh-sungguh
tahu bahwa aku tidak mencintai mereka, dan itulah yang membuat hatiku bersedih.”
Yesus menjawab, “Tidak selalu engkau mampu mengendalikan perasaan-perasaanmu. Engkau
akan tahu bahwa engkau sudah mencintai mereka kalau, sesudah mengalami ganguan
dan perlawanan, engkau tetap merasa damai; tetapi, berdoalah bagi mereka yang
telah membuat engkau menderita dan mohonlah kebaikan bagi mereka.” Ketika
aku kembali [...]
Y.M.Y
(1629) Aku ini ibarat hosti di
tangan-Mu, o Yesus, Pencipta dan Tuhanku: kelu, tersembunyi, tanpa keindahan
dan kecantikan, sebab semua keindahan jiwaku tergurat di dalam diriku.
Aku ini ibarat hosti di tangan-Mu,
o Imam ilahi. Berbuatlah padaku seperti yang Engkau kehendaki; aku sepenuhnya
bergantung pada kehendak-Mu, o Tuhan; itulah kesukaan dan kegembiraan jiwaku.
Aku ini ibarat hosti putih di
tangan-Mu, ya Allah. Aku mohon kepada-Mu, ubahlah aku menjadi diri-Mu sendiri.
Semoga aku sepenuhnya tersembunyi di dalam Engkau, terkurung dalam Hati-Mu yang
maharahim seperti di dalam surga.
Aku ini ibarat hosti di tangan-Mu,
o Imam Abadi. Semoga oplatek tubuhku menyembunyikan aku dari mata insan; semoga
hanya mata-Mu yang menakar cinta dan baktiku, sebab hatiku selalu bersatu
dengan Hati ilahi-Mu.
Aku ini ibarat hosti kurban di
tangan-Mu, o Pengantara ilahi. Aku dibakar pada altar pengurbanan, laksana
butir-butir gandum, aku diremukkan dan digiling oleh penderitaan, dan semua ini
demi kemuliaan-Mu, demi keselamatan jiwa-jiwa.
Aku ini ibarat hosti yang tinggal
di tabernakel Hati-Mu. Aku menjalani hidupku sambil membenamkan diri di dalam
kasih-Mu, dan aku tidak takut akan suatu pun di dunia ini, karena Engkau
sendirilah perisaiku, kekuatanku, dan pembelaku.
Aku ini ibarat hosti, yang
diletakkan pada altar Hati-Mu, untuk dibakar selama-lamanya dengan api kasih.
Aku tahu, Engkau telah mengangkat aku hanya karena kerahiman-Mu; karena itu,
semua karunia dan rahmat kuberikan kepada kemuliaan-Mu.
Aku ini ibarat hosti di tangan-Mu,
o Hakim dan Juru Selamat. Pada saat terakhir hidupku, semoga rahmat-Mu yang
mahakuasa menuntun aku ke tujuanku, semoga termasyhurlah kemurahan-Mu lewat
bejana kerahiman.
(1630) Yesus, kuatkanlah daya-daya
jiwaku supaya musuhku tidak memperoleh apa-apa. Tanpa Engkau, aku serba rapuh.
Apakah aku ini tanpa rahmat-Mu? Tidak lain kecuali jurang kehampaanku!
Kepapaanlah milikku.
(1631) O Luka Kerahiman, o Hati
Yesus, sembunyikanlah aku di dalam lubuk Hati-Mu laksana satu tetes darah-Mu
sendiri, dan jangan biarkan aku terlepas dari situ selama-lamanya!. Kurunglah
aku di dalam lubuk Hati-Mu, dan ajarlah aku mencintai Engkau! O Kasih yang
kekal, bentuklah sendiri jiwaku supaya mampu membalas kasih-Mu. O Kasih yang
hidup, mampukanlah aku mencintai-Mu selama-lamanya. Aku rindu membalas cinta-Mu
untuk selama-lamanya. O Kristus, bagiku, satu tatapan mata dari-Mu lebih
membahagiakan daripada seribu dunia, daripada seluruh surga sendiri. Tuhan,
Engkau dapat memampukan jiwaku memahami sepenuhnya siapa diri-Mu. Aku tahu dan
percaya bahwa Engkau dapat melakukan segala sesuatu; kalau Engkau berkenan
memberikan diri-Mu sendiri kepadaku dengan begitu murah, aku tahu bahwa Engkau
dapat memberikannya bahkan dengan lebih murah hati lagi. Bawalah aku masuk ke
dalam rengkuhan mesra-Mu sejauh itu dapat ditanggung oleh kodrat insani ....
Y.M.Y.
(1632) Kerinduan hatiku sedemikian
besar dan tak terselami sehingga tidak suatu pun dapat memenuhi lubuk hatiku.
Bahkan barang-barang paling indah dari seluruh dunia pun tidak akan dapat
sesaat pun menggantikan Dikau. Dengan sekilas, aku menjelajah seluruh dunia,
dan aku tidak menemukan cinta seperti cinta hatiku. Karena itu aku menjelajah
dunia abadi - sebab dunia ini terlalu kecil bagiku. Hatiku mendambakan cinta
dari Dia yang Tak Dapat Mati.
Hatiku merasakan bahwa aku ini anak
Raja, yang berada di tempat pembuangan, di suatu tanah asing. Aku tahu bahwa
rumahku adalah istana surgawi; hanya di sana aku akan merasa berada di tanah
airku sendiri. Engkau sendiri telah merunduk kepadaku, sambil memberi jiwaku
pengertian yang lebih dalam tengan Engkau. Sungguh agung misteri cinta yang
mendorong Engkau menciptakan aku!
Cinta yang murni telah membuat aku
kuat dan berani. Aku tidak takut, baik terhadap Serafim maupun terhadap
Kerubim, yang berdiri dengan pedang di tangan. Aku melintas dengan tenang
sementara yang lain dengan gemetar, sebab tidak suatu pun perlu ditakutkan
kalau aku dituntun oleh cinta.
Tiba-tiba tatapan jiwaku berpaut
pada-Mu, o Tuhan Yesus Kristis yang terentang di kayu salib. Inilah kasihku;
bersama Dia, aku akan beristirahat dalam kuburku. Inilah Mempelaiku, Tuhan dan
Allahku yang tak terselami.
(1633) 10 Maret 1938. Penderitaan
fisik yang terus-menerus. Aku disalibkan bersama Yesus.
Pada suatu kesempatan, Muder
Superior berkata kepadaku, “Karena
kurangnya cintamu akan sesama, Suster, engkau telah makan sesuatu, lalu
menderita dan mengganggu suter-suster lain yang sedang menikmati istirahat
malam.” Tetapi, aku yakin bahwa rasa sakit pada usus-ususku itu sama sekali
bukan karena makanan. Dokter juga mengatakan hal yang sama. Semua penderitaan
ini muncul sendiri dari tubuhku, atau lebih tepat dibiarkan oleh Allah. Tetapi,
sesudah teguran itu, aku berniat untuk menderita dengan diam dan tidak minta
bantuan sebab semua itu tidak ada gunanya sama sekali karena aku selalu
memuntahkan semua obat yang diberikan kepadaku.
Sering kali, aku mengalami
penderitaan akibat serangan-serangan yang hanya diketahui oleh Yesus. Rasa
sakit itu sedemikian nyeri dan pedih sehingga menyebabkan aku kehilangan
kesadaran. Sesudah aku pingsan karena sakitnya, dan mengucurkan keringat
dingin, rasa sakit itu pelan-pelan mulai menghilang. Kadang-kadang ini
berlangsung selama tiga jam atau lebih. O Yesusku, kiranya terjadilah kehendak
kudus-Mu; aku menerima segala sesuatu dari tangan-Mu. Kalau aku menerima
sukacita dan luapan cinta sampai aku menjadi lupa akan apa yang terjadi di
sekelilingku, sungguh tepatlah kalau aku pun menerima dengan penuh cinta semua
penderitaan yang menyebabkan aku rasanya tidak sadarkan diri.
(1634) Ketika dokter datang, aku tidak dapat turun ke ruang
tamu untuk bertemu dengan dia, seperti para suster lain. Aku minta agar dokter
datang ke kamarku sebab aku tidak dapat turun berhubung dengan adanya kesulitan
tertentu. Sesaat kemudian, ia datang ke kamarku dan sesudah memeriksa aku, ia
berkata, Aku akan mengatakan segala
sesuatu kepada Suster Ruang Sakit.” Ketika Suster Ruang Sakit datang,
sesudah dokter pergi, aku memberitahukan kepadanya mengapa aku tidak dapat
turun ke ruang tamu. Tetapi, suster itu menyatakan kepadaku betapa ia sangat
tidak senang. Dan ketika aku bertanya, “Suster,
apa yang dikatakan dokter mengenai penyakitku ini?”, ia menjawab bahwa
dokter tidak mengatakan suatu pun; jadi tidak ada masalah apa-apa, sehingga
dokter itu mengatakan bahwa pasien ini hanya manja. Sesudah berkata demikian,
ia langsung pergi. Kemudian aku berkata kepada Allah, “Ya Kristus, berilah aku kekuatan dan tenaga untuk menanggung
penderitaan ini; berilah kepada hatiku cinta yang tulus kepada suster ini.” Sesudah
itu, suser itu tidak menjenguk aku lagi selama seluruh pekan. Tetapi,
penderitaan-penderitaan itu berulang dengan rasa nyeri yang lebih berat dan
berlangsung hampir semalam suntuk, dan aku merasa bahwa hidupku akan berakhir,
saat itu dan di tempat itu. Para superior memutuskan untuk membawa aku ke
dokter yang lain, dan dokter itu menyakinkan bahwa kondisiku sangat parah dan
ia berkata kepadaku, “Tidak mungkin untuk
memulihkan kesehatanmu. Kami dapat mengobati keadaanmu sebagian, tetapi
kesembuhan total sama sekali tidak mungkin.” Ia menuliskan resep obat untuk
penyakitku, dan sesudah aku meminum obatnya, serangan-serangan yang berat tidak
terjadi lagi. “Tetapi, Suster, kalau
engkau datang ke sini lagi, kami akan berusaha memulihkan kesehatanmu, kalau
itu masih mungkin.” Dokter sangat menginginkan agar aku pergi ke rumah sakit
untuk menjalani perawatan. O Yesusku, betapa anehnya rencana-rencana-Mu!
(1635) Yesus memerintahkan kepadaku
untuk menulis semua ini guna memberikan penghiburan kepada jiwa-jiwa lain yang
akan mengalami penderitaan-penderitaan yang sama.
(1636) Meskipun merasa sangat
lemah, aku pergi ke dokter sebab superior menghendaki demikian. Suster yang
menemani aku sangat tidak senang pergi bersama aku. Berkali-kali ia
memperlihatkan ketidaksenangan ini kepadaku, dan akhirnya ia berkata, “Apa yang akan kita lakukan? AKu tidak
mempunyai cukup uang untuk membayar angkutan.” Aku sama sekali tidak
menjawab. “Dan bagaimana kalau tidak ada
kenderaan? Bagaimana kita akan sampai ke sana? Jaraknya sedemikian jauh!” Ia
mengatakan hal ini dan banyak hal lain lagi hanya untuk menggangguku sebab para
superior kami yang terkasih sudah memberikan kepada kami uang yang cukup untuk
segala sesuatu, dan kami tidak kekurangan. Ketika menyadari di dalam roh semua
permasalahan ini, aku tertawa dan mengatakan kepada suster itu bahwa aku tidak
cemas sedikit pun. “Marilah kita
mengandalkan Allah.” Dan aku melihat bahwa ketenangan hatiku yang mendalam
menganggu dirinya, maka aku mulai mendoakan dia.
(1637) O Tuhanku, semua ini
untuk-Mu dan untuk memperoleh kerahiman bagi orang-orang berdosa. Ketika
kembali dari rumah sakit, aku sedemikian letih sehingga aku harus langsung
membaringkan diri di tempat tidur. Tetapi, hari itu adalah hari untuk pengakuan
dosa tiga bulanan. Aku berusaha mengikuti pengakuan dosa, bukan hanya karena
aku membutuhkannya, tetapi juga untuk minta nasihat dari pembimbing rohaniku.
Aku mulai mempersiapkan diri; tetapi aku merasa sedemikian lemah sehingga aku
memutuskan untuk minta kepada Muder Superior agar mengizinkan aku mengaku dosa
sebelum para novis. Muder Superior menjawab, “Pergilah dan bertemulah dengan Pembimbing novis. Kalau ia mengizinkan
engkau mengaku dosa sebelum para novis, saya pun mengizinkannya.” Tetapi,
hanya ada tiga suster di depan saya yang menungguh giliran untuk mengaku dosa;
maka aku menunggu sebab aku tidak memiliki cukup kekuatan untuk pergi dan
bertemu dengan Pembimbing novis. Ketika aku masuk ke kamar pengakuan dosa, aku
merasa kesehatanku begitu buruk sehingga aku tidak dapat menceritakan keadaan
jiwaku; aku hanya berusaha melakukan pengakuan dosa. Pada saat itu, aku
mencatat betapa semangat sungguh
dibutuhkan; huruf saja tidak membuat cinta berkembang.
(1638) Pada hari itu, terjadi salah
paham antara Superior dan diriku. Bukan dia dan bukan aku yang harus
dipersalahkan, tetapi penderitaan batin yang terus menghimpit aku sehingga aku
tidak dapat menjelaskan masalah yang ia tanyakan karena itu adalah suatu
rahasia. Inilah sebabnya aku sangat menderita meskipun, dengan satu kata saja,
aku mestinya dapat mengungkapkan kebenaran.
(1639) 20 Maret 1938. Hari ini,
dalam roh, aku mendampingi suatu jiwa yang menghadapi ajal. AKu berhasil
membangkitkan pengharapan akan kerahiman Allah terhadapnya. Jiwa itu hampir
saja putus asa.
(1640) Malam ini hanya diketahui
oleh-Mu, o Tuhan. Aku telah mempersembahkannya untuk orang-orang berdosa yang
keras kepala, untuk memperoleh kerahiman-Mu bagi mereka. Cambuklah aku
sekarang, bakarlah aku sekarang, asal saja Engkau memberikan kepadaku jiwa-jiwa
orang-orang berdosa, khususnya .... O Yesus, bersama Engkau, tidak ada suatu
pun yang hilang; ambillah segala sesuatu dariku, dan berikanlah kepadaku
jiwa-jiwa .... orang-orang berdosa.
(1641) Dalam adorasi selama empat
puluh jam, Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, tulislah bahwa
pelanggaran-pelanggaran tak sengaja yang dilakukan oleh jiwa-jiwa tidak
menghalangi cinta-Ku terhadap mereka; juga tidak menghalangi Aku untuk
menyatukan diri dengan mereka. Tetapi, pelanggaran-pelanggaran yang disengaja,
juga yang paling kecil, menghancurkan rahmat, dan Aku tidak dapat melimpahkan
karunia-karunia-Ku ke atas jiwa-jiwa seperti itu.”
(1642) Yesus menunjukkan kepadaku
bagaimana segala sesuatu tergantung pada kehendak-Nya; dengan demikian, Ia
memberi aku damai yang sangat teduh dalam kaitan dengan kepastian tentang
karya-Nya.
(1643) “Dengarkanlah, hai Putri-Ku.
Memang, semua karya yang muncul karena kehendak-Ku menghadapi
tantangan-tantangan yang berat. Tetapi, camkanlah, adakah sesuatu dari
karya-karya itu yang gagal karena kesulitan-kesulitan yang lebih besar daripada
karya itu? Secara langsung karya itu adalah karya-Ku - Karya Penebusan. Hendaknya engkau tidak terlalu mencemaskan
hambatan-hambatan. Dunia tidak sekuat seperti tampaknya; kekuatannya jelas
terbatas. Ketahuilah, Putri-Ku, kalau jiwamu dipenuhi dengan api cinta-Ku yang
murni, segala kesulitan akan musnah laksana kabut diterpa sinar mentari dan
tidak berani menyentuh jiwa itu. Semua musuh akan takut untuk memulai
pertempuran melawan jiwa seperti itu sebab mereka merasakan jiwa itu lebih kuat
daripada seluruh dunia ....”
(1644) “Putri-Ku, untuk karya kerahiman
ini, bekerjalah sekuat tenaga sejauh diizinkan oleh ketaatan. Paparkanlah
dengan jelas kepada bapak pengakuanmu permintaan-Ku yang paling kecil, dan
biarlah dia yang akan mengambil keputusan. Bagaimana pun mereka tidak boleh
lalai, tetapi laksanakanlah segala sesuatu dengan setia; kalau tidak, Aku tidak
akan berkenan padamu....”
(1645) 25 Maret 1938. Hari ini, aku
melihat penderitaan Tuhan Yesus. Ia bersandar padaku dan berbisik lembut, “Putri-Ku,
tolonglah Aku menyelamatkan orang-orang berdosa.” Tiba-tiba, keinginan
membara untuk menyelamatkan jiwa-jiwa itu menyusup ke dalam jiwaku. Ketika aku
menyadari perasaan-perasaanku, aku tahu persis bagaimana aku harus menolong
jiwa-jiwa itu, dan aku mempersiapkan diriku untuk menanggung
penderitaan-penderitaan yang lebih berat.
(1646) Hari ini, penderitaanku
meningkat; di samping itu, aku merasakan luka-luka pada tangan, kaki dan
lambungku. Aku menanggungnya dengan sabar. Aku merasakan keganasan musuh
jiwa-jiwa, tetapi ia tidak menyentuh aku.
(1647) 1 April 1938. Sekali lagi,
hari ini aku merasa kurang sehat. Demam tinggi mulai menyerang aku, dan aku
tidak dapat makan apa-apa pun. Aku ingin minum sesuatu yang segar, tetapi tidak
ada air sedikit pun dalam tempat minumku. Semua ini, o Yesus, kupersembahkan
untuk memperoleh kerahiman bagi jiwa-jiwa.
Baru saja aku membarui niatku
dengan cinta yang lebih besar; salah seorang novis masuk dan memberi aku sebuah
jeruk yang besar yang dikirim oleh Pembimbing novis. Di sini, aku melihat
tangan Tuhan. Hal yang sama terjadi lagi, beberapa kali. Pada saat itu,
walaupun orang mengetahui kebutuhan-kebutuhanku, tidak pernah aku menerima
sesuatu yang segar untuk kumakan meskipun aku telah memintanya. Namun, aku tahu
bahwa Allah meminta penderitaan dan pengurbanan. Aku tidak menulis
penolakan-penolakan itu secara rinci sebab merupakan masalah yang rumit dan
sulit untuk dipercaya. Tetapi, Allah memang dapat menuntut
pengurbanan-pengurbanan seperti itu.
(1648) Aku sedang berpikir-pikir
untuk minta kepada Muder Superior agar mengizinkan orang mengantar sesuatu ke
kamarku untuk menghilangkan dahagaku yang luar biasa. Tetapi, sebelum aku
memintanya, Muder sendiri mulai berbicara, “Suster,
marilah mengakhiri penyakit ini sekali untuk selama-lamanya, dengan cara apa
pun. Perlu diadakan perawatan serius, atau sesuatu yang lain ... Hal seperti
ini tidak dapat dibiarkan lebih lama lagi.” Tidak lama kemudian, ketika aku
sendirian, aku berkata, “Ya Kristus, apa
yang harus kulakukan? Haruskah aku minta kepada-Mu kesehatan atau kematian?” Aku
tidak mendapat perintah yang jelas, maka aku berlutut dan berkata, Semoga kehendak kudus-Mu terlaksana di dalam
permasalahanku ini. Berbuatlah terhadap aku, ya Yesus, seperti yang Engkau
kehendaki.” Pada saat itu juga, aku merasa bahwa aku sama sekali sendirian,
dan beragam godaan menyerbu aku. Tetapi, dalam doa yang tulus itu, aku
merasakan damai dan beroleh penerangan; aku memahami bahwa superior hanya ingin
mencobai aku.
(1649) Aku tidak tahu bagaimana ini
terjadi: kamar tempat aku terbaring sangat diabaikan. Kadang-kadang, kamar itu
tidak dibersihkan selama lebih dari dua pekan. Sering kali, tidak seorang pun
mau menyalakan api di tungku pemanas, dan karena itu batukku semakin memburuk.
Kadang-kadang aku minta agar api dinyalakan, dan pada kesempatan lain aku tidak
memiliki keberanian untuk memintanya. Pada suatu kesempatan, Muder Superior
datang menengok aku. Ketika ia bertanya apakah aku memerlukan sesuatu untuk
lebih menghangatkan ruangan, aku berkata, “Tidak,”´sebab
udara di luar sudah lebih hangat, dan kami suda membuka jendela.
(1650) Jumaat pertama. Ketika aku
mengambil mingguan Poslaniec Serca
Jezusowego dan membaca laporan mengenai kanonisasi St. Andreas Bobola,
jiwaku tiba-tiba dipenuhi dengan kerinduan yang amat besar agar Kongregasi kami
pun memiliki seorang santa, dan aku menangis seperti anak kecil bahwa tidak ada
santa di tengah-tengah kami. Maka aku berkata kepada Tuhan, “Aku mengetahui kemurahan-Mu, tetapi aku
merasa bahwa Engkau kurang murah hati kepada kami.” Dan sekali lagi aku
menangis seperti anak kecil. Maka Tuhan berkata kepadaku, “Jangan menangis, Engkaulah santa
itu.” Kemudian terang Allah menyinari jiwaku, dan aku diberi tahu
betapa banyaknya aku harus menderita. Maka aku berkata kepada Tuhan, Bagaimana itu akan terjadi? Engkau telah
berkata kepadaku mengenai Kongregasi lain.” Dan Tuhan menjawab, “Bukanlah
urusanmu bagaimana hal itu akan terjadi. Tugasmu adalah bersikap setia kepada
rahmat-Ku dan selalu melakukan apa yang ada dalam batas kemampuanmu dan apa yang
diizinkan oleh ketaatan untuk engkau lakukan.”
No comments:
Post a Comment