(1231) Hari ini, Yesus datang untuk
tinggal di hatiku. Ia turun dari takhta-Nya di surga. Ia Tuhan yang agung,
Pencipta segala sesuatu, Ia datang kepadaku dalam wujud roti.
O Allah yang kekal, yang bersemayam
di hatiku, dengan memiliki Engkau, seluruh surga kumiliki, dan bersama para
malaikat, aku bernyanyi bagi-Mu: kudus; hidupku hanya untuk kemuliaan-Mu.
Bukan dengan Serafim Engkau
menyatukan diri, o Allah, tetapi dengan manusia malang yang tanpa Engkau, tidak
dapat melakukan suatu pun; tetapi kepadanya Engkau selalu bersikap rahim.
Hatiku adalah tempat tinggal-Mu, o
Raja Kemuliaan Kekal; memerintahlah di hatiku dan jadilah Rajanya, ibarat di
suatu istana megah yang tak terlukiskan.
O Allah yang agung, yang tak
terselami, Engkau berkenan merendahkan diri sedemikian rupa; dengan bersujud
aku menyembah Engkau dan mohon agar dalam kebaikan-Mu menyelamatkan aku.
(1232) O Bunda Allah yang manis,
aku ingin menjadikan hidupku seperti hidupmu; bagiku engkau adalah fajar yang
cerah; dalam dikau aku tak sadar ‘kan diri karena terpesona.
O Bunda, Perawan yang tak bernoda,
cahaya ilahi terpantul dalam dirimu, di tengah badai, engkaulah yang mengajar
aku mencintai Tuhan, engkau perisai dan pembelaku terhadap musuh.
Krakow, 10 Agustus 1937.
(1233) Tulisan Suster Maria
Faustina dari Sakramen Mahakudus:
O Hosti kudus, sumber kemanisan
ilahi, Engkau memberikan kekuatan kepada jiwaku; O Engkau Sang Mahakuasa, yang
mengambil daging dari Perawan, secara rahasia Engkau datang ke dalam hatiku,
melampaui segala indra serba tak pasti.
Krakow, 10 Agustus 1937 - Buku
Harian Empat.
(1234) Segalanya bagi-Mu, ya Yesus.
Dengan setiap denyut jantungku, aku ingin menyembah kerahiman-Mu dan, sejauh
aku mampu, aku ingin mendorong jiwa-jiwa untuk percaya akan kerahiman itu,
sebagaimana Engkau sendiri memrintahkan kepadaku, o Tuhan.
(1235) Dalam hatiku, dalam jiwaku,
terjadi suatu malam yang kelam. Rohku membubung, tetapi terhalang oleh tembok
yang tak dapat ditembus yang menyembunyikan Engkau dariku. Tetapi, kegelapan
ini bukan karena perbuatanku. Memang aneh siksaan ini; aku takut untuk
melukiskannya secara lengkap. Tetapi, dalam keadaan ini pun, aku berusaha setia
kepada-Mu, o Yesusku. Kapan saja dan dalam hal apa saja, jantungku berdenyut
hanya bagi-Mu.
(1236) 10 Agustus 1937. Hari ini,
aku kembali dari Rabka ke Krakow. Aku merasa sakit sekali. Hanya Yesus yang
tahu seberapa banyak aku menderita. Selama hari ini, aku amat sangat menyerupai
Yesus yang tersalib. Aku sudah mempersenjatai diri dengan kesabaran untuk
memberikan penjelasan kepada setiap suster mengapa aku tidak tahan berada di
Rabka, yakni karena kesehatanku menjadi semakin buruk meskipun aku tahu dengan
baik bahwa ada seorang suster yang akan mempertanyakannya, bukan karena simpati
terhadap penderitaanku, tetapi karena mau memperberatnya.
(1237) O Yesus, betapa kegelapan
meliputi aku dan betapa kehampaan menyelubungi aku. Tetapi, Yesusku, jangan
meninggalkan aku sendirian; berilah aku rahmat kesetiaan. Meskipun aku tidak
mampu menyelami misteri kunjungan Allah, aku toh dapat berkata: Jadilah
kehendak-Mu.
(1238) 12 Austus. Hari ini, Pastor
Sopocko mengadakan kunjungan singkat kepadaku ketika ia lewat di Krakow. Sudah
lama, aku ingin berjumpa dengan dia, dan Tuhan memenuhi keinginanku. Imam ini
adalah orang yang baik, jiwanya sungguh-sungguh dipenuhi dengan kehadiran
Allah. Sukacita sungguh luar biasa, dan aku bersyukur kepada Allah atas rahmat
yang besar ini sebab demi semakin besarnya kemuliaan Allahlah aku ingin bertemu
dengan dia.
(1239) O Hosti yang hidup, o Yesus
yang tersembunyi, Engkau tahu keadaan jiwaku. Dari diriku sendiri, aku tidak
mampu mengucapkan nama-Mu yang kudus. Aku tidak mampu mengeluarkan api kasih
dari hatiku, tetapi sambil berlutut di kaki-Mu, aku mengarahkan tatapan mata
kesetiaan. Engkau tidak pernah berubah, sementara dalam jiwaku selalu terjadi
perubahan. Aku berharap bahwa akan tiba saatnya Engkau akan menyingkapkan
selubung wajah-Mu yang manis. Aku heran, ya Yesus, bahwa Engkau dapat menyembunyikan
diri-Mu dariku sedemikian lama dan bahwa Engkau dapat menahan kasih-Mu yang
sedemikian besar terhadap aku. Dalam kediaman hatiku, aku sedang mendengarkan
dan menantikan kedatangan-Mu, o satu-satunya Harta hatiku!
(1240) Tuhan Yesus sungguh-sungguh
melindungi para wakil-Nya di bumi. Betapa eratnya Ia menyatukan diri dengan
mereka; dan Ia menyuruh aku lebih mengutamakan pendapat para imam daripada
pendapat-Nya. Aku pun telah memahami ikatan yang sedemikian erat antara Yesus
dan para imam. Yesus membela apa pun yang dikatakan oleh imam dan sering tunduk
kepada keinginan-keinginannya, dan kadang-kadang membuat hubungan-Nya sendiri
dengan suatu jiwa bergantung pada nasihat imam. O Yesus, lewat rahmat yang
istimewa, aku telah mulai memahami dengan amat jelas sampai sejauh mana Engkau,
ya Yesus, telah berbagi kekuasaan dan misteri dengan para imam, lebih daripada
dengan para malaikat. Aku bersukacita karena hal ini sebab semua ini Kauatur
demi kebaikanku.
(1241) O Yesusku, ketika seseorang
bersikap tidak baik dan tidak menyenangkan terhadapku, cukup sulit untuk
menanggung penderitaan seperti ini. Tetapi, ini sangatlah kecil kalau
dibandingkan dengan penderitaan yang tidak dapat aku tanggung yakni penderitaan
yang aku alami ketika seseorang memperlihatkan kebaikan hati terhadapku tetapi
kemudian memasang jerat untuk setiap ayunan langkahku. Betapa aku membutuhkan
kehendak yang kuat untuk mencintai jiwa seperti itu demi Allah. Sering kali,
orang harus berusaha keras untuk mencintai jiwa seperti itu sesuai dengan
tuntutan-tuntutan Allah. Kalau kontak dengan orang itu tidak sering terjadi,
penderitaan itu akan lebih gampang ditanggung. Tetapi, kalau orang harus
menjalin kontak yang sangat sering dengan orang seperti itu, bahkan setiap saat
harus berhubungan dengan dia, maka hal ini menuntut usaha yang sangat besar.
(1242) O Yesusku, resapilah aku
terus-menerus sehingga aku dapat memancarkan Engkau dalam seluruh hidupku.
Ilahikanlah aku supaya perbuatanku dapat memiliki nilai adikodrati. Bantulah
aku agar dapat memiliki kasih, kemurahan, dan kerahiman terhadap setiap jiwa
tanpa kecuali. O Yesusku, setiap orang kudus-Mu memancarkan salah satu
keutamaan-Mu; aku ingin memancarkan hati-Mu yang pemurah, penuh kerahiman; aku
ingin memuliakannya. Biarlah kerahiman-Mu, o Yesus, tercetak dalam hatiku dan
dalam jiwaku ibarat suatu materai, dan ini akan menjadi lencanaku dalam
kehidupan yang sekarang dan yang akan datang. Memuliakan kerahiman-Mu adalah
tugas ekslusif untuk hidupku.
15 Agustus 1937. Pengarahan Pastor
Andrasz.
(1243) “Pada saat jiwa mengalami kegersangan dan kesadaran yang jelas akan
kejahatan dirinya, yang diizinkan oleh Allah, jiwa dapat mengetahui betapa
kecilnya yang dapat ia lakukan. Semua itu akan mengajarkan kepadamu betapa
tingginya engkau harus menghargai rahmat-rahmat Allah. Kedua, kesetiaan dalam semua latihan dan tugas,
kesetiaan dalam segala sesuatu, haruslah sama seperti pada saat sukacita. Ketiga, dalam kaitan dengan masalah-masalah [yang
engkau tanyakan], bersikaplah setia mutlak kepada Uskup Agung; dari waktu ke
waktu, masalah itu dapat terus dimintakan perhatiannya, tetapi dengan tenang.
Kadang-kadang, suatu kebenaran yang sedikit pahit sungguh diperlukan.”
Pada akhir percakapan, aku minta
kepada imam ini untuk mengizinkan aku bersatu dengan Yesus seperti yang dulu
kulakukan. Ia menjawab, “Aku tidak dapat
memberikan perintah kepada Tuhan Yesus, tetapi kalau Ia sendiri menarik engkau
kepada diri-Nya, engkau boleh mengikuti tarikan-Nya. Tetapi, ingatlah selalu
untuk menunjukkan sikap hormat yang tinggi kepada-Nya karena Tuhan itu sungguh
agung. Kalau dalam semua ini engkau sungguh mencari kehendak Allah dan ingin
memenuhinya, hatimu akan damai; Tuhan tidak akan membiarkan satu jenis
kesesatan pun. Sehubungan dengan mati raga dan penderitaan-penderitaan, dalam
pertemuan berikut engkau harus memberikan laporan kepadaku tentang bagaimana
engkau melaksanakan semua itu. Tempatkan dirimu dalam tangan Bunda Tersuci.”
(1244) 15 Agustus 1937. Dalam
meditasi, kehadiran Allah meresapi aku dengan amat nyata, dan aku menyadari
sukacita Perawan Maria pada saat ia diangkat ke surga. Menjelang akhir upacara
yang dilaksanakan untuk menghormati Bunda Allah, aku melihat Perawan Maria, dan
ia berkata kepadaku, “Oh, betapa
senangnya hatiku akan penghormatan kasih kalian.” Dan pada saat itu, ia
menyelubungi semua suster anggota Kongregasi ini dengan mantolnya. Kemudian
Bunda Allah berkata, “Setiap orang yang
dengan teguh bertahan di dalam Kongregasiku sampai mati akan dibebaskan dari
Purgatorium, dan aku ingin agar setiap orang unggul dalam keutamaan-keutamaan
berikut: kerendahan hati dan kelembutan; kemurnian dan kasih akan Allah serta
sesama; kemurahan hati dan kerahiman.” Sesudah kata-kata itu, seluruh
Kongregasi menghilang dari pandanganku, dan aku tinggal sendirian bersama Bunda
Tersuci yang mengajar aku tentang kehendak Allah dan bagaimana menerapkannya
dalam hidup, sambil menyerahkan diri sepenuhnya kepada ketetapan-ketetapan-Nya
yang mahakudus. Sungguh mustahil bagi seorang pun untuk menyenangkan hati Allah
tanpa menaati kehendak kudus-Nya. “Putri-Ku, dengan tegas aku menganjurkan agar
engkau dengan setia memenuhi semua kehendak Allah karena itulah yang paling
menyenangkan dalam pandangan-Nya yang kudus. Aku sangat rindu agar engkau
menjadi unggul dalam kesetiaan memenuhi kehendak Allah. Tempatkan kehendak
Allah di atas semua mati raga dan pengurbanan.” Sementara Bunda surgawi
berbicara dengan aku, suatu pemahaman yang jelas mengenai kehendak Allah
menyusup ke dalam jiwaku.
(1245) Ya Yesusku, nikmat hatiku,
ketika jiwaku dipenuhi dengan ke-Allahan-Mu, aku menerima kemanisan dan
kepahitan dengan keterbukaan hati yang sama. Yang satu dan yang lain akan
berlalu. Yang aku simpan di dalam jiwaku hanyalah kasih akan Allah. Inilah yang
selalu aku upayakan; semua yang lain nomor dua.
(1246) 16 Agustus 1937. Sesudah
komuni kudus, aku melihat Tuhan Yesus dalam segala keagungan-Nya dan Ia berkata
kepadaku, “Putri-Ku, selama pekan-pekan engkau tidak melihat Aku atau tidak
merasakan kehadiran-Ku, Aku lebih erat bersatu denganmu daripada waktu [engkau
mengalami] ekstase. Dan kesetiaan serta keharuman doamu telah sampai kepadaku.”
Sesudah kata-kata itu, jiwaku dilimpahi dengan penghiburan Allah. Aku tidak
melihat Yesus, dan pada saat itu hanya sepatah kata yang dapat kuucapkan, “Yesus.” Dan sesudah mengucapkan Nama
itu, jiwaku sekali lagi dipenuhi dengan terang dan merasakan kehadiran-Nya yang
mengasyikkan yang berlangsung selama tiga hari tanpa terputus. Tetapi, secara
lahiriah aku tetap dapat melaksanakan tugas-tugas rutinku.
Aku sungguh tergetar dalam lubuk
hatiku yang paling tersembunyi. Kehadiran Allah tidak mengentarkan aku, tetapi
membuatku bahagia. Dengan memberikan kemuliaan kepada-Nya, aku sendiri
ditinggikan. Dengan menatap kebahagiaan-Nya, aku sendiri menjadi bahagia sebab
semua yang ada di dalam Dia mengalir kepadaku.
(1247) Aku beroleh pengetahuan
tentang keadaan jiwa tertentu dan tentang apa yang tidak menyenangkan Allah
dalam jiwa itu. Aku mempelajarinya dengan cara berikut: biasanya tiba-tiba aku
merasa sakit pada tangan, kaki, dan lambungku, yakni di tempat-tempat di mana
tangan, kaki dan lambung Juru Selamat ditembus. Pada saat seperti itu, aku
menerima pengetahuan tentang keadaan jiwa itu dan tentang hakikat dosa yang
dilakukannya.
(1248) Aku merasakan suatu
keinginan untuk memberikan doa penyilihan kepada Tuhan Yesus. Maka, hari ini
aku mengenakan ikat pinggang rantai selama tujuh jam untuk memperoleh rahmat
pertobatan bagi jiwa itu. Pada jam ketujuh, aku merasakan kelegaan ketika jiwa
itu secara batin mengalami penghapusan dosanya meskipun ia belum pergi ke
pengakuan dosa. Untuk dosa-dosa daging, aku melaksanakan mati raga tubuh dan
berpuasa sejauh aku diizinkan. Untuk dosa kesombongan, aku berdoa dengan dahi
menyentuh lantai. Untuk dosa-dosa kebencian, aku berdoa dan melakukan sejumlah
perbuatan baik untuk orang yang aku rasa sulit. Dengan demikian, aku
melaksanakan laku tapa sesuai dengan hakikat dosa yang aku sadari.
(1249) 19 Agustus 1937. Hari ini,
dalam adorasi, Tuhan membuatku mengetahui betapa besar keinginan-Nya agar suatu
jiwa menonjol dalam perbuatan-perbuatan cinta kasih. Dan dalam roh, aku melihat
betapa banyaknya jiwa-jiwa yang berseru kepada kami, “Berikanlah Allah kepada kami.” Maka darah para rasul mendidih di
dalam diriku. Aku tidak akan menahannya. Demi jiwa-jiwa yang kekal, aku mau
menumpahkan seluruh darahku sampai tetes terakhir. Memang, barangkali Allah
tidak akan menuntunnya dalam bentuk fisik, tetapi dalam roh hal itu mungkin dan
tidak sedikit pahalanya.
(1250) Hari ini, aku menyadari
bahwa untuk hal-hal tertentu aku tidak harus meminta izin, tetapi aku harus
menanggapinya sebagaimana Bunda Allah menghendakinya. Untuk saat ini, tidak ada
penjelasan yang dibutuhkan; damai telah kembali kepadaku. Aku menerima bisikan
ini pada saat aku dalam perjalanan untuk melakukan pemeriksaan batin, dan aku
sangat cemas karena aku tidak tahu bagaimana menyikapinya. Dalam sekejap,
terang ilahi dapat melakukan lebih banyak daripada yang dapat kulakukan dengan
berlelah-lelah selama beberapa hari.
No comments:
Post a Comment