Friday, January 8, 2016

Dairi St.Faustina: 1231 - 1250 (Jilid 4)

(1231) Hari ini, Yesus datang untuk tinggal di hatiku. Ia turun dari takhta-Nya di surga. Ia Tuhan yang agung, Pencipta segala sesuatu, Ia datang kepadaku dalam wujud roti.
O Allah yang kekal, yang bersemayam di hatiku, dengan memiliki Engkau, seluruh surga kumiliki, dan bersama para malaikat, aku bernyanyi bagi-Mu: kudus; hidupku hanya untuk kemuliaan-Mu.
Bukan dengan Serafim Engkau menyatukan diri, o Allah, tetapi dengan manusia malang yang tanpa Engkau, tidak dapat melakukan suatu pun; tetapi kepadanya Engkau selalu bersikap rahim.
Hatiku adalah tempat tinggal-Mu, o Raja Kemuliaan Kekal; memerintahlah di hatiku dan jadilah Rajanya, ibarat di suatu istana megah yang tak terlukiskan.
O Allah yang agung, yang tak terselami, Engkau berkenan merendahkan diri sedemikian rupa; dengan bersujud aku menyembah Engkau dan mohon agar dalam kebaikan-Mu menyelamatkan aku.
(1232) O Bunda Allah yang manis, aku ingin menjadikan hidupku seperti hidupmu; bagiku engkau adalah fajar yang cerah; dalam dikau aku tak sadar ‘kan diri karena terpesona.
O Bunda, Perawan yang tak bernoda, cahaya ilahi terpantul dalam dirimu, di tengah badai, engkaulah yang mengajar aku mencintai Tuhan, engkau perisai dan pembelaku terhadap musuh.
Krakow, 10 Agustus 1937.
(1233) Tulisan Suster Maria Faustina dari Sakramen Mahakudus:
O Hosti kudus, sumber kemanisan ilahi, Engkau memberikan kekuatan kepada jiwaku; O Engkau Sang Mahakuasa, yang mengambil daging dari Perawan, secara rahasia Engkau datang ke dalam hatiku, melampaui segala indra serba tak pasti.
Krakow, 10 Agustus 1937 - Buku Harian Empat.
(1234) Segalanya bagi-Mu, ya Yesus. Dengan setiap denyut jantungku, aku ingin menyembah kerahiman-Mu dan, sejauh aku mampu, aku ingin mendorong jiwa-jiwa untuk percaya akan kerahiman itu, sebagaimana Engkau sendiri memrintahkan kepadaku, o Tuhan.
(1235) Dalam hatiku, dalam jiwaku, terjadi suatu malam yang kelam. Rohku membubung, tetapi terhalang oleh tembok yang tak dapat ditembus yang menyembunyikan Engkau dariku. Tetapi, kegelapan ini bukan karena perbuatanku. Memang aneh siksaan ini; aku takut untuk melukiskannya secara lengkap. Tetapi, dalam keadaan ini pun, aku berusaha setia kepada-Mu, o Yesusku. Kapan saja dan dalam hal apa saja, jantungku berdenyut hanya bagi-Mu.
(1236) 10 Agustus 1937. Hari ini, aku kembali dari Rabka ke Krakow. Aku merasa sakit sekali. Hanya Yesus yang tahu seberapa banyak aku menderita. Selama hari ini, aku amat sangat menyerupai Yesus yang tersalib. Aku sudah mempersenjatai diri dengan kesabaran untuk memberikan penjelasan kepada setiap suster mengapa aku tidak tahan berada di Rabka, yakni karena kesehatanku menjadi semakin buruk meskipun aku tahu dengan baik bahwa ada seorang suster yang akan mempertanyakannya, bukan karena simpati terhadap penderitaanku, tetapi karena mau memperberatnya.
(1237) O Yesus, betapa kegelapan meliputi aku dan betapa kehampaan menyelubungi aku. Tetapi, Yesusku, jangan meninggalkan aku sendirian; berilah aku rahmat kesetiaan. Meskipun aku tidak mampu menyelami misteri kunjungan Allah, aku toh dapat berkata: Jadilah kehendak-Mu.
(1238) 12 Austus. Hari ini, Pastor Sopocko mengadakan kunjungan singkat kepadaku ketika ia lewat di Krakow. Sudah lama, aku ingin berjumpa dengan dia, dan Tuhan memenuhi keinginanku. Imam ini adalah orang yang baik, jiwanya sungguh-sungguh dipenuhi dengan kehadiran Allah. Sukacita sungguh luar biasa, dan aku bersyukur kepada Allah atas rahmat yang besar ini sebab demi semakin besarnya kemuliaan Allahlah aku ingin bertemu dengan dia.
(1239) O Hosti yang hidup, o Yesus yang tersembunyi, Engkau tahu keadaan jiwaku. Dari diriku sendiri, aku tidak mampu mengucapkan nama-Mu yang kudus. Aku tidak mampu mengeluarkan api kasih dari hatiku, tetapi sambil berlutut di kaki-Mu, aku mengarahkan tatapan mata kesetiaan. Engkau tidak pernah berubah, sementara dalam jiwaku selalu terjadi perubahan. Aku berharap bahwa akan tiba saatnya Engkau akan menyingkapkan selubung wajah-Mu yang manis. Aku heran, ya Yesus, bahwa Engkau dapat menyembunyikan diri-Mu dariku sedemikian lama dan bahwa Engkau dapat menahan kasih-Mu yang sedemikian besar terhadap aku. Dalam kediaman hatiku, aku sedang mendengarkan dan menantikan kedatangan-Mu, o satu-satunya Harta hatiku!
(1240) Tuhan Yesus sungguh-sungguh melindungi para wakil-Nya di bumi. Betapa eratnya Ia menyatukan diri dengan mereka; dan Ia menyuruh aku lebih mengutamakan pendapat para imam daripada pendapat-Nya. Aku pun telah memahami ikatan yang sedemikian erat antara Yesus dan para imam. Yesus membela apa pun yang dikatakan oleh imam dan sering tunduk kepada keinginan-keinginannya, dan kadang-kadang membuat hubungan-Nya sendiri dengan suatu jiwa bergantung pada nasihat imam. O Yesus, lewat rahmat yang istimewa, aku telah mulai memahami dengan amat jelas sampai sejauh mana Engkau, ya Yesus, telah berbagi kekuasaan dan misteri dengan para imam, lebih daripada dengan para malaikat. Aku bersukacita karena hal ini sebab semua ini Kauatur demi kebaikanku.
(1241) O Yesusku, ketika seseorang bersikap tidak baik dan tidak menyenangkan terhadapku, cukup sulit untuk menanggung penderitaan seperti ini. Tetapi, ini sangatlah kecil kalau dibandingkan dengan penderitaan yang tidak dapat aku tanggung yakni penderitaan yang aku alami ketika seseorang memperlihatkan kebaikan hati terhadapku tetapi kemudian memasang jerat untuk setiap ayunan langkahku. Betapa aku membutuhkan kehendak yang kuat untuk mencintai jiwa seperti itu demi Allah. Sering kali, orang harus berusaha keras untuk mencintai jiwa seperti itu sesuai dengan tuntutan-tuntutan Allah. Kalau kontak dengan orang itu tidak sering terjadi, penderitaan itu akan lebih gampang ditanggung. Tetapi, kalau orang harus menjalin kontak yang sangat sering dengan orang seperti itu, bahkan setiap saat harus berhubungan dengan dia, maka hal ini menuntut usaha yang sangat besar.
(1242) O Yesusku, resapilah aku terus-menerus sehingga aku dapat memancarkan Engkau dalam seluruh hidupku. Ilahikanlah aku supaya perbuatanku dapat memiliki nilai adikodrati. Bantulah aku agar dapat memiliki kasih, kemurahan, dan kerahiman terhadap setiap jiwa tanpa kecuali. O Yesusku, setiap orang kudus-Mu memancarkan salah satu keutamaan-Mu; aku ingin memancarkan hati-Mu yang pemurah, penuh kerahiman; aku ingin memuliakannya. Biarlah kerahiman-Mu, o Yesus, tercetak dalam hatiku dan dalam jiwaku ibarat suatu materai, dan ini akan menjadi lencanaku dalam kehidupan yang sekarang dan yang akan datang. Memuliakan kerahiman-Mu adalah tugas ekslusif untuk hidupku.
15 Agustus 1937. Pengarahan Pastor Andrasz.
(1243) “Pada saat jiwa mengalami kegersangan dan kesadaran yang jelas akan kejahatan dirinya, yang diizinkan oleh Allah, jiwa dapat mengetahui betapa kecilnya yang dapat ia lakukan. Semua itu akan mengajarkan kepadamu betapa tingginya engkau harus menghargai rahmat-rahmat Allah. Kedua, kesetiaan dalam semua latihan dan tugas, kesetiaan dalam segala sesuatu, haruslah sama seperti pada saat sukacita. Ketiga, dalam kaitan dengan masalah-masalah [yang engkau tanyakan], bersikaplah setia mutlak kepada Uskup Agung; dari waktu ke waktu, masalah itu dapat terus dimintakan perhatiannya, tetapi dengan tenang. Kadang-kadang, suatu kebenaran yang sedikit pahit sungguh diperlukan.”
Pada akhir percakapan, aku minta kepada imam ini untuk mengizinkan aku bersatu dengan Yesus seperti yang dulu kulakukan. Ia menjawab, “Aku tidak dapat memberikan perintah kepada Tuhan Yesus, tetapi kalau Ia sendiri menarik engkau kepada diri-Nya, engkau boleh mengikuti tarikan-Nya. Tetapi, ingatlah selalu untuk menunjukkan sikap hormat yang tinggi kepada-Nya karena Tuhan itu sungguh agung. Kalau dalam semua ini engkau sungguh mencari kehendak Allah dan ingin memenuhinya, hatimu akan damai; Tuhan tidak akan membiarkan satu jenis kesesatan pun. Sehubungan dengan mati raga dan penderitaan-penderitaan, dalam pertemuan berikut engkau harus memberikan laporan kepadaku tentang bagaimana engkau melaksanakan semua itu. Tempatkan dirimu dalam tangan Bunda Tersuci.”
(1244) 15 Agustus 1937. Dalam meditasi, kehadiran Allah meresapi aku dengan amat nyata, dan aku menyadari sukacita Perawan Maria pada saat ia diangkat ke surga. Menjelang akhir upacara yang dilaksanakan untuk menghormati Bunda Allah, aku melihat Perawan Maria, dan ia berkata kepadaku, “Oh, betapa senangnya hatiku akan penghormatan kasih kalian.” Dan pada saat itu, ia menyelubungi semua suster anggota Kongregasi ini dengan mantolnya. Kemudian Bunda Allah berkata, “Setiap orang yang dengan teguh bertahan di dalam Kongregasiku sampai mati akan dibebaskan dari Purgatorium, dan aku ingin agar setiap orang unggul dalam keutamaan-keutamaan berikut: kerendahan hati dan kelembutan; kemurnian dan kasih akan Allah serta sesama; kemurahan hati dan kerahiman.” Sesudah kata-kata itu, seluruh Kongregasi menghilang dari pandanganku, dan aku tinggal sendirian bersama Bunda Tersuci yang mengajar aku tentang kehendak Allah dan bagaimana menerapkannya dalam hidup, sambil menyerahkan diri sepenuhnya kepada ketetapan-ketetapan-Nya yang mahakudus. Sungguh mustahil bagi seorang pun untuk menyenangkan hati Allah tanpa menaati kehendak kudus-Nya. “Putri-Ku, dengan tegas aku menganjurkan agar engkau dengan setia memenuhi semua kehendak Allah karena itulah yang paling menyenangkan dalam pandangan-Nya yang kudus. Aku sangat rindu agar engkau menjadi unggul dalam kesetiaan memenuhi kehendak Allah. Tempatkan kehendak Allah di atas semua mati raga dan pengurbanan.” Sementara Bunda surgawi berbicara dengan aku, suatu pemahaman yang jelas mengenai kehendak Allah menyusup ke dalam jiwaku.
(1245) Ya Yesusku, nikmat hatiku, ketika jiwaku dipenuhi dengan ke-Allahan-Mu, aku menerima kemanisan dan kepahitan dengan keterbukaan hati yang sama. Yang satu dan yang lain akan berlalu. Yang aku simpan di dalam jiwaku hanyalah kasih akan Allah. Inilah yang selalu aku upayakan; semua yang lain nomor dua.
(1246) 16 Agustus 1937. Sesudah komuni kudus, aku melihat Tuhan Yesus dalam segala keagungan-Nya dan Ia berkata kepadaku, “Putri-Ku, selama pekan-pekan engkau tidak melihat Aku atau tidak merasakan kehadiran-Ku, Aku lebih erat bersatu denganmu daripada waktu [engkau mengalami] ekstase. Dan kesetiaan serta keharuman doamu telah sampai kepadaku.” Sesudah kata-kata itu, jiwaku dilimpahi dengan penghiburan Allah. Aku tidak melihat Yesus, dan pada saat itu hanya sepatah kata yang dapat kuucapkan, “Yesus.” Dan sesudah mengucapkan Nama itu, jiwaku sekali lagi dipenuhi dengan terang dan merasakan kehadiran-Nya yang mengasyikkan yang berlangsung selama tiga hari tanpa terputus. Tetapi, secara lahiriah aku tetap dapat melaksanakan tugas-tugas rutinku.
Aku sungguh tergetar dalam lubuk hatiku yang paling tersembunyi. Kehadiran Allah tidak mengentarkan aku, tetapi membuatku bahagia. Dengan memberikan kemuliaan kepada-Nya, aku sendiri ditinggikan. Dengan menatap kebahagiaan-Nya, aku sendiri menjadi bahagia sebab semua yang ada di dalam Dia mengalir kepadaku.
(1247) Aku beroleh pengetahuan tentang keadaan jiwa tertentu dan tentang apa yang tidak menyenangkan Allah dalam jiwa itu. Aku mempelajarinya dengan cara berikut: biasanya tiba-tiba aku merasa sakit pada tangan, kaki, dan lambungku, yakni di tempat-tempat di mana tangan, kaki dan lambung Juru Selamat ditembus. Pada saat seperti itu, aku menerima pengetahuan tentang keadaan jiwa itu dan tentang hakikat dosa yang dilakukannya.
(1248) Aku merasakan suatu keinginan untuk memberikan doa penyilihan kepada Tuhan Yesus. Maka, hari ini aku mengenakan ikat pinggang rantai selama tujuh jam untuk memperoleh rahmat pertobatan bagi jiwa itu. Pada jam ketujuh, aku merasakan kelegaan ketika jiwa itu secara batin mengalami penghapusan dosanya meskipun ia belum pergi ke pengakuan dosa. Untuk dosa-dosa daging, aku melaksanakan mati raga tubuh dan berpuasa sejauh aku diizinkan. Untuk dosa kesombongan, aku berdoa dengan dahi menyentuh lantai. Untuk dosa-dosa kebencian, aku berdoa dan melakukan sejumlah perbuatan baik untuk orang yang aku rasa sulit. Dengan demikian, aku melaksanakan laku tapa sesuai dengan hakikat dosa yang aku sadari.
(1249) 19 Agustus 1937. Hari ini, dalam adorasi, Tuhan membuatku mengetahui betapa besar keinginan-Nya agar suatu jiwa menonjol dalam perbuatan-perbuatan cinta kasih. Dan dalam roh, aku melihat betapa banyaknya jiwa-jiwa yang berseru kepada kami, “Berikanlah Allah kepada kami.” Maka darah para rasul mendidih di dalam diriku. Aku tidak akan menahannya. Demi jiwa-jiwa yang kekal, aku mau menumpahkan seluruh darahku sampai tetes terakhir. Memang, barangkali Allah tidak akan menuntunnya dalam bentuk fisik, tetapi dalam roh hal itu mungkin dan tidak sedikit pahalanya.

(1250) Hari ini, aku menyadari bahwa untuk hal-hal tertentu aku tidak harus meminta izin, tetapi aku harus menanggapinya sebagaimana Bunda Allah menghendakinya. Untuk saat ini, tidak ada penjelasan yang dibutuhkan; damai telah kembali kepadaku. Aku menerima bisikan ini pada saat aku dalam perjalanan untuk melakukan pemeriksaan batin, dan aku sangat cemas karena aku tidak tahu bagaimana menyikapinya. Dalam sekejap, terang ilahi dapat melakukan lebih banyak daripada yang dapat kulakukan dengan berlelah-lelah selama beberapa hari.

No comments:

Post a Comment