(1322)
Sampan hidupku terus berlayar di tengah kegelapan dan bayangan malam, dan aku
tidak melihat pantai; aku mengarungi samudra luas.
Badai yang
paling riangan pun dapat menenggalamkan aku, menelan perahuku dalam pusaran
yang dalam, kalau Engkau sendiri tidak memperhatikan aku, ya Allah, dalam
setiap saat dan kesempatan hidupku.
Di tengah
ombak yang menderu aku berlayar dengan tenang, penuh pengharapan, dan seperti
seorang anak, menatap ke kejauhan tanpa takut, sebab Engkau, o Yesus, menjadi
Cahayaku.
Kengerian
dan ketakutan ada di sekelilingku, tetapi dalam jiwaku ada damai yang lebih
dalam daripada jurang samudra, karena yang beserta-Mu, o Tuhan, tidak akan
binasa; hal ini dijamin padaku oleh kasih ilahi-Mu, ya Allah.
Meskipun
beragam bahaya mengerumuni aku, tidak suatu pun menakutkan aku, karena aku
terus menatap langit yang bertaburan bintang, dan aku terus berlayar dengan
berani dan penuh sukacita, karena pantaslah demikian bagi hati yang murni.
Dan kalau
perahu hidupku berlayar begitu tenang, itu tidak lain karena satu hal ini:
Engkaulah Juru Mudiku, ya Allah, aku mengakuinya dengan segala kerendahan hati.
(1323) Aku
cinta pada-Mu, ya Allahku.
Sr.
Faustina dari Sakramen Mahakudus.
Krakow, 20
Oktober 1937.
(1324) Aku
bersujud di hadapan-Mu, o Roti Malaikat, dengan iman, harapan, dan kasih yang
mendalam; dan dari lubuk hatiku, aku menyembah Engkau, meskipun aku ini hanya
kehampaan belaka.
Aku
bersujud di hadapan-Mu, o Allah yang tersembunyi, dan aku mengasihi Engkau
dengan segenap hati. Selubung misteri tidak lagi menghalangi aku sama sekali;
aku mengasihi Engkau seperti para pilihan-Mu di surga.
Aku
bersujud di hadapan-Mu, o Anak Domba Allah, yang menghapus dosa-dosa jiwaku,
yang setiap pagi aku sambut ke dalam hatiku, Engkau, yang menolong agar aku
selamat.
Krakow, 20
Oktober 1937, Buku Harian Lima.
(1325) Ya
Allahku, biarlah segala yang ada dalam diriku memuji Engkau, Tuhan dan
Penciptaku; dengan setiap denyut jantungku, aku ingin memuji kerahiman-Mu yang
tak terselami. Aku ingin menuturkan kebaikan-Mu kepada jiwa-jiwa dan aku ingin
mendorong mereka untuk mengandalkan kerahiman-Mu. Inilah misiku, yang telah
Engkau percayakan sendiri kepadaku, ya Tuhan, dalam hidup ini dan dalam
kehidupan yang akan datang.
(1326) Hari
ini, kami memulai retret delapan hari. Yesus, Guruku, tolonglah aku menjalani
retret suci ini dengan penuh gairah sebagai latihan-latihan kesalehan. Semoga
Roh-Mu, ya Allah, membimbing aku ke dalam lubuk pengetahuan yang paling dalam
tentang Engkau, dan juga tentang diriku sendiri. Sebab aku hanya akan mampu
mengasihi Engkau sebanyak aku bisa mengenal Engkau. Dan aku hanya akan mampu
merendahkan diriku sebanyak aku bisa mengenal kepapaanku. Aku tahu, ya Tuhan,
bahwa Engkau tidak akan menolak memberikan pertolongan-Mu kepadaku. Aku ingin
keluar dari retret ini sebagai seorang santa meskipun mata insani tidak akan
memperhatikannya, termasuk juga mata para superior. Aku menyerahkan diriku
sepenuhnya kepada tindakan rahmat-Mu. Biarlah kehendak-Mu digenapi sepenuhnya
di dalam diriku, ya Tuhan.
(1327) Hari
pertama. Yesus berkata, “Putri-Ku, retret ini akan menjadi suatu
kontemplasi yang tanpa henti. Aku akan membawa engkau memasuki retret ini
seperti memasuki perjamuan rohani. Dengan selalu berada di dekat Hati-Ku yang
maharahim, engkau akan merenungkan segala rahmat yang diterima oleh hatimu, dan
suatu damai yang sungguh teduh akan menyelimuti jiwamu. AKu menghendaki mata
jiwamu selalu menatap kehendak-Ku yang kudus karena dengan cara inilah engkau
akan paling menyenangkan Hati-Ku. Tidak ada pengurbanan yang dapat dibandingkan
dengan ini. Selama seluruh latihan ini, engkau akan tinggal di dekat Hati-Ku.
Engkau tidak akan melakukan satu perombakan pun sebab hidupmu selaras dengan
kehendak-Ku. Imam yang akan memimpin retret ini tidak akan mengucapkan sepatah
kata pun yang akan menyusahkanmu.”
(1328)
Yesusku, aku telah melakukan dua meditasi, dan aku menyadari lewat kedua
meditasi itu bahwa segala sesuatu yang telah Engkau katakan adalah benar. Aku
sedang mengalami suatu damai yang sangat teduh, dan damai ini mengalir dari
kesaksian suara hatiku, yakni bahwa aku selalu melaksanakan kehendak-Mu, ya
Tuhan.
(1329)
Dalam meditasi mengenai tujuan hidup manusia, aku tahu bahwa kebenaran ini
berakar kuat dalam jiwaku, dan bahwa karenanya perbuatan-perbuatanku menjadi
lebih sempurna. Aku tahu mengapa aku diciptakan. Bagiku, segala ciptaan
bersama-sama tidak dapat menggantikan Penciptaku. AKu tahu bahwa Allah adalah
tujuan akhir hidupku dan dengan demikian, dalam apa pun yang aku kerjakan, aku
selalu memperhitungkan Allah.
(1330) Oh,
betapa indahnya meluangkan retret di dekat Hati Allahku yang teramat manis. Aku
sendirian di padang gurun bersama Mempelaiku. Tidak seorang pun mengganggu
percakapanku yang mesra dengan Dia.
(1331)
Yesus, Engkau sendiri telah berkenan meletakkan dasar-dasar untuk kesucianku,
sementara kerja sama dari pihakku tidaklah seberapa. Engkau telah mengajar aku
untuk tidak menimbun barang-barang yang akan kugunakan atau kupilih sebab
hatiku sendiri sedemikian rapuh. Inilah sebabnya aku telah minta kepada-Mu, o
Guruku, untuk tidak menghiraukan rasa sakit yang menyayat hatiku, tetapi supaya
Engkau membasmi apa saja yang barangkali menjauhkan aku dari jalan kasih. Aku tidak
memahami Engkau, ya Tuhan, pada saat-saat menderita, ketika Engkau melaksanakan
karya-Mu di dalam jiwaku; tetapi hari ini, aku memahami Engkau dan bersukacita
dalam kebebasan rohku. Yesus sendiri telah berjaga agar hatiku tidak lagi
terperangkap dalam jerat nafsu apa pun. Kini aku mengetahui sungguh-sungguh
dari bahaya-bahaya macam apa Ia telah membebaaskan aku, dan karena itu ucapan
syukurku kepada Allah tidak terhingga.
(1332) Hari
kedua. Begitu aku bermeditasi mengenai dosa para malaikat dan hukuman mereka,
aku bertanya kepada Yesus, mengapa para malaikat langsung dihukum begitu mereka
melakukan dosa. Aku mendengar suatu suara, “Sebab pengetahuan mereka mengenai Allah
sangat jelas. Tidak seorang pun di bumi ini, meskipun ia seorang santo besar,
memiliki pengetahuan mengenai Allah seperti malaikat.” Tetapi, kepadaku
yang begini papa, Engkau telah menunjukkan kerahiman-Mu, ya Allah, dan ini
terjadi berulang kali. Engkau menggendong aku dalam pelukan kerahiman-Mu dan
mengampuni aku setiap kali aku mohon pengampunan-Mu dengan hati yang remuk
redam.
(1333)
Keheningan yang mencekam meliputi jiwaku. Tidak satu awam pun menutupi Matahari
dariku. Aku membuka diriku sepenuhnya kepada sinarnya sehingga kasih Allah
dapat menghasilkan perubahan total dalam diriku. AKu ingin keluar dari retret
ini sebagai seorang santa, dan ini harus terjadi, apa pun juga hambatannya;
maksudku, kendati segala kejahatanku. Aku ingin menjadi seorang santa, dan aku
percaya bahwa kerahiman Allah dapat membuat seorang santa bahkan dari orang
yang sedemikian papa seperti aku sebab aku sungguh-sungguh memiliki kehendak
yang baik. Walaupun banyak kegagalanku, aku ingin bertempur seperti jiwa yang
suci dan bertindak seperti jiwa yang suci. Aku tidak akan berkecil hati karena
alasan apa pun, seperti halnya tidak ada suatu pun yang dapat membuat jiwa yang
kudus berkecil hati. Aku ingin hidup dan mati seperti jiwa yang suci, dengan
mataku menatap Engkau, ya Yesus, yang terentang di salib, sebagai model untuk
kegiatan-kegiatanku. Aku bisa memandang kesekelilingku untuk mencari-cari
teladan, dan aku tidak menemukan satu pun yang cukup memuaskan, dan aku sadar
bahwa kesucianku belumlah seberapa. Tetapi, mulai sekarang, mataku akan terus
menatap Engkau, ya Kristus, yang menjadi pandu terbaik bagiku. Aku percaya
bahwa Engkau akan memberkati usaha-usahaku.
(1334)
Dalam meditasiku mengenai dosa, Tuhan memperlihatkan kepadaku betapa jahatnya
dosa dan sikap tidak tahu terima kasih yang ada di dalamnya. Dalam jiwaku, aku
merasakan kejijikkan yang besar bahkan terhadap dosa yang paling ringan
sekalipun. Tetapi, kebenaran-kebenaran abadi yang aku renungkan menjadi begitu
jelas sehingga tidak meninggalkan satu bayangan pun tentang kebimbangan atau
kegelisahan dalam jiwaku. Dan meskipun aku sangat memperhatikannya,
kontemplasiku tidak terganggu olehnya. Dalam kontemplasi ini, bukan
getaran-getaran hati yang aku alami, tetapi keteduhan damai dan keheningan yang
mengagumkan. Meskipun kasihku berkobar-kobar, aku mengalami suatu ketenangan
yang luar biasa, bahkan penyambutan
Ekaristi tidak membangkitkan perasaan, tetapi mengantar aku ke dalam
kesatuan mesra di mana kasihku dan kasih Allah lebur menjadi satu.
(1335)
Yesus telah memberitahukan kepadaku bahwa aku harus mendoakan para suster yang
sedang menjalankan retret. Dalam doa, aku menyaksikan pergulatan yang sedang
melanda beberapa suster, dan aku menggandakan doa-doaku bagi mereka.
(1336)
Dalam keheningan yang sangat teduh ini, aku dapat menilai keadaan jiwaku dengan
lebih baik. Jiwaku seperti air jenih di mana aku dapat melihat segala sesuatu:
baik kepapaanku maupun kelimpahan rahmat Allah. Dan karena pengenalan diri yang
gamblang ini, rohku dikuatkan dalam kerendahan hati yang tulus. Aku membuka
hatiku kepada tindakan rahmat-Mu seperti sebuah kristal yang siap ditembus oleh
sinar mentari. Kiranya gambar-Mu, o Allahku, terpancar dari hatiku sejauh
gambar itu dapat dipancarkan oleh ciptaan. Biarlah ke-Allahan-Mu memancar lewat
aku, ya Engkau yang tinggal di dalam jiwaku.
(1337)
Sementara aku berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus, setiap kali aku memberi
salam kepada kelima luka Yesus, aku merasakan adanya banjir rahmat yang meluap
ke dalam jiwaku; berkat rahmat itu, aku dapat mencicipi surga dan beroleh
kepercayaan penuh akan kerahiman Allah.
(1338)
Sementara aku menulis kata-kata ini, aku mendengar teriakan setan, “Ia sedang menuliskan segala sesuatu, ia
sedang menuliskan segala sesuatu, dan karena itu kita kehilangan banyak sekali!
Jangan menulis tentang kebaikan Allah; Ia itu adil!” Dan sambil menjerit
berangasan, mereka menghilang.
(1339) Ya
Allah yang maharahim, Engkau tidak menolak kami, tetapi terus-menerus
melimpahkan rahmat-Mu atas kami. Engkau membuat kami layak memasuki
kerajaan-Mu, dan dalam kebaikan-Mu Engkau memberi anugerah bahwa manusia boleh
mengisi ruang kosong yang ditinggalkan oleh para malaikat yang tidak tahu
terima kasih. Ya Allah yang maharahim, Engkau telah memalingkan tatapan
kudus-Mu dari para malaikat yang memberontak dan mengarahkannya kepada manusia
yang bertobat. Pujian dan kemuliaan bagi kerahiman-Mu yang tak terbatas, ya
Allah yang tidak menghinakan hati yang rendah.
(1340) Ya
Yesusku, Engkau sudah melimpahkan semua rahmat kepadaku. Walaupun demikian, aku
merasa bahwa kodratku, meski sudah dimuliakan, belum sepenuhnya suci; karena
itu, aku tetap waspada. Aku harus bergulat dengan banyak kesalahan karena aku
tahu dengan sungguh-sungguh bahwa bukan pertempuran yang merendahkan orang,
tetapi sikap pengecut dan kegagalan.
(1341)
Apabila kesehatan seseorang memburuk, banyak penderitaan harus ditanggung
olehnya. Karena kalau ia menjadi sakit, tetapi tidak harus berbaring di tempat
tidur, ia tidak dianggap sakit. Oleh karena itu, ia selalu beroleh kesempatan
untuk berkurban, dan kadang-kadang ia harus melakukan pengurbanan yang berat.
Kini aku tahu bahwa hanya di dunia abadi banyak hal akan menjadi jelas. Tetapi,
aku juga tahu bahwa kalau Allah menuntut suatu pengurbanan, Ia tidak akan
menahan rahmat-Nya; sebaliknya, kepada jiwa yang harus menderita itu, Ia akan
memberikan rahmat secara berkelimpahan.
(1342) Ya
Yesusku, biarlah kurbanku terbakar habis di hadapan takhta-Mu dalam keheningan,
tetapi dengan penuh kuasa kasih, sebagaimana aku mohon kepada-Mu agar Engkau
berbelas kasih kepada jiwa-jiwa.
(1343) Hari
ketiga. Dalam meditasi tentang kematian, aku mempersiapkan diri seolah-olah aku
sungguh menghadapi kematian. Aku meneliti suara hatiku dan memeriksa segala
urusanku seolah-olah sudah mendekati kematian; syukur atas rahmat Allah, semua
urusanku terarah kepada tujuan terakhir. Hal ini memenuhi hatiku dengan syukur
yang luar biasa kepada Allah, dan aku memutuskan untuk mengabdi Allahku bahkan
dengan lebih setia lagi. Hanya satu hal yang perlu: mematikan diriku yang lama
dan memulai suatu kehidupan baru. Pada pagi hari, aku mempersiapkan komuni
kudus seolah-olah itu komuni kudus terakhir dalam hidupku, dan sesudah komuni
kudus aku membayangkan kematianku sungguh sudah tiba, dan aku mendaras doa-doa
dalam sakratulmaut, dan kemudian mendaras De
Profundis (kata pembuka Mazmur 130) untuk jiwaku sendiri. AKu membayangkan
tubuhku diturunkan ke dalam liang lahat, dan aku berkata kepada jiwaku, “Lihatlah, apa yang terjadi dengan tubuhmu!
Seonggok kotoran penuh dengan belatung! Itulah harta warisanmu.”
(1344) O
Allah yang maharahim, Engkau masih membiarkan aku hidup. Berilah aku kekuatan
supaya aku dapat menghayati suatu kehidupan yang baru, kehidupan baru dalam
roh, yang tidak dikuasai oleh kematian. Dengan demikian, hatiku dibarui, dan,
sementara masih tinggal di bumi ini, aku memulai suatu kehidupan baru, suatu
kehidupan yang penuh kasih akan Allah. Tetapi, aku tidak lupa bahwa aku ini
sangat rapuh meskipun aku tidak ragu-ragu sedetik pun bahwa aku akan selalu
memperoleh pertolongan rahmat-Mu, ya Allah.
(1345) Hari
keempat. O Yesus, aku merasa heran karena selama retret ini aku merasa baik
dekat Hati-Mu. Tidak suatu pun mengusik ketenangan hatiku. Dengan satu mata,
aku menatap jurang kepapaanku dan dengan mata yang lain aku menatap kedalaman
kerahiman-Mu.
(1346) Dalam
misa kudus, yang dipimpin oleh Pastor Andrasz, aku melihat Kanak-kanak Yesus.
Kedua tangan-Nya terulur ke arah kami, sementara Ia duduk di dalam piala yang
digunakan dalam misa kudus itu. Sesudah menatap aku dengan tajam, Ia
mengucapkan kata-kata berikut, “Sebagaimana engkau melihat Aku di dalam
piala ini, demikianlah Aku tinggal di dalam hatimu.”
(1347)
Pengakuan dosa. Sesudah mengungkapkan pengalaman batinku, aku mendapat izin
untuk melaksanakan hal-hal yang aku minta, yakni setiap hari mengenakan gelang
selama setengah jam pada waktu misa kudus, dan pada saat menghadapi kesulitan
mengenakan ikat pinggang selama dua jam. [Pastor Andrasz berkata,] “Suster, bertahanlah dalam kesetiaan yang
teguh terhadap Tuhan Yesus.”
(1348) Hari
kelima. Pada pagi ini ketika memasuki kapel, aku mengetahui bahwa Muder
Superior mengalami sejumlah kesulitan sehubungan dengan permasalahanku. Hal ini
menyebabkan hatiku sangat menderita. Sesudah komuni kudus, aku menyandarkan
kepalaku pada Hati Yesus yang mahakudus dan berkata, “Ya Tuhanku, aku mohon kepada-Mu, biarlah semua penghiburan yang aku
rasakan karena kehadiran-Mu dalam hatiku dilimpahkan ke dalam jiwa Muder
Superiorku yang terkasih, yang sangat bersedih karena aku, dan biarlah
kesedihannya tercurah atas aku.”
(1349) Yesus
menghibur aku dengan berkata bahwa kedua jiwa kami sudah mendapat ganjaran yang
sepadan. Tetapi, aku memohon kepada Tuhan agar Ia berkenan menjaga jangan
sampai aku menjadi penyebab penderitaan orang lain karena hatiku tidak dapat
menanggung hal seperti ini.
(1350)
O Hosti Putih, Engkau telah menjaga jiwaku tetap putih; aku takut kalau-kalau
suatu saat aku meninggalkan Engkau. Engkau adalah Roti para malaikat, dan
dengan demikian juga Roti para perawan.
No comments:
Post a Comment