(1551)
Dalam merenungkan kematian, aku minta kepada Tuhan agar Ia berkenan memenuhi
hatiku dengan perasaan-perasaan yang akan kurasakan pada saat kematianku. Dan
lewat rahmat Allah, aku menerima jawaban batin bahwa aku telah melakukan apa
yang ada dalam batas kemampuanku dan dengan demikian aku menjadi tenang. Pada
saat itu, rasa syukur yang mendalam memenuhi jiwaku sehingga aku mengucurkan
air mata sukacita seperti seorang anak kecil. Aku mempersiapkan diri untuk
menyambut komuni kudus keesokan harinya seolah-olah sebagai viaticum, dan aku mendaraskan doa-doa
pada saat menghadapi ajal untuk intensiku sendiri.
(1552) Saat
itulah aku mendengar suara, “Sebagaimana engkau bersatu dengan Aku
semasa hidupmu, demikian engkau akan bersatu dengan Aku pada saat kematianmu.” Sesudah
kata-kata itu, pengharapan yang amat besar akan kerahiman Allah yang agung
memenuhi jiwaku sehingga kalaupun aku harus menanggung dosa-dosa seluruh dunia,
termasuk dosa semua jiwa terhukum yang membebani hati nuraniku, aku tidak akan
memiliki keragu-raguan sedikit pun mengenai kebaikan Allah. Sebaliknya, tanpa
ragu, aku akan menghempaskan diri ke dalam lubuk Kerahiman Ilahi, yang selalu
terbuka bagi kita; dan, dengan hati yang remuk redam, aku akan bersujud pada
kaki-Nya, sambil menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak kudus-Nya, yang
tidak lain adalah kerahiman itu sendiri.
(1553) O
Yesusku, Kehidupan jiwaku, Sumber hayatku, Juru Selamatku, Mempelaiku yang amat
manis, dan sekaligus juga Hakimku, Engkau tahu bahwa pada saat terakhir hidupku
ini sedikit pun aku tidak memperhitungkan jasaku sendiri, tetapi hanya
kerahiman-Mu yang kuperhitungkan. Bahkan, seperti hari ini, aku selalu
membenamkan diri sama sekali dalam lubuk kerahiman-Mu, yang selalu terbuka bagi
setiap jiwa.
O Yesusku,
di masa hidupku ini, di saat matiku nanti, dan sepanjang keabadian kelak, aku
hanya memiliki satu tugas, yakni menyembah kerahiman-Mu yang tak dapat
dipahami. Tidak ada pikiran, entah pikiran malaikat entah pikiran manusia, yang
dapat menyelami misteri-misteri kerahiman-Mu, ya Allah. Para malaikat tenggelam
dalam pesona menyaksikan misteri Kerahiman Ilahi, tetapi mereka tidak dapat
memahaminya. Segala sesuatu yang datang dari Sang Pencipta tercakup dalam
misteri yang tak terselami ini, yakni dalam lubuk kerahiman-Nya yang mesra.
Ketika aku merenungkan hal ini, rohku jatuh pingsan, dan hatiku hanyut dalam
sukacita. O Yesusku, lewat Hati-Mu yang mahamurah, laksana lewat sebuah
kristal, berkas-berkas sinar Kerahiman Ilahi telah menembus diri kami.
(1554) 1
Februari 1938. Hari ini, secara fisik aku merasa kurang sehat, tetapi aku masih
ambil bagian dalam kehidupan bersama. Untuk itu, aku harus berusaha keras;
hanya Engkau yang tahu, ya Yesus. Di ruang makan, aku berpikir bahwa aku tidak
akan mampu bertahan sampai acara makan berakhir. Setiap suap yang masuk ke
dalam mulut menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.
(1555)
Ketika Muder Superior mengunjungi aku sepekan yang lalu, ia berkata kepadaku, “Setiap penyakit melekat padamu, Suster,
sebab organ tubuhmu memang begitu rapuh; tetapi ini bukan kesalahanmu. Kalau
suster lain mengalami penyakit yang sama, ia pasti masih dapat pergi ke sana
kemari; sedangkan engkau, Suster, harus terbaring di tempat tidur!” Kata-kata
ini tidak melukai hatiku. Tetapi, lebih baik tidak membuat perbandingan seperti
itu untuk orang yang sungguh-sungguh sakit sebab pialanya sudah cukup penuh.
Hal lain: kalau para suster mengunjungi orang sakit, hendaknya mereka tidak
setiap kali bertanya sampai rinci, “Apa
yang sakit, dan bagaimana sakitnya itu?” sebab sangatlah meletihkan untuk
menceritakan kepada setiap suster hal yang sama mengenai diri sendiri. Dan
kadang-kadang terjadi bahwa dalam satu hari orang harus mengulangi hal yang
sama, lagi dan lagi, sering kali ...
(1556)
Ketika aku pergi ke kapel sejenak, Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa di antara
orang-orang pilihan-Nya, ada beberapa yang Ia pilih secara khusus, dan yang Ia
panggil kepada tingkat kesucian yang lebih tinggi, kepada kesatuan yang
istimewa dengan Dia. Dari jiwa-jiwa yang mirip Serafim ini, Allah menuntut
kasih yang lebih besar daripada yang Ia tuntut dari jiwa-jiwa yang lain. Memang
mereka semua hidup dalam biara; tetapi kadang-kadang Tuhan menuntut dari jiwa
tertentu tingkat kasih yang lebih tinggi. Jiwa yang demikian memahami panggilan
ini secara batin, tetapi jiwa itu dapat mengikuti atau mengabaikan panggilan
ini. Tergantung pada jiwa itu sendiri apakah ia akan setia kepada
sentuhan-sentuhan Roh Kudus, atau menolaknya. Sudah diperlihatkan kepadaku
bahwa di Purgatorium ada tempat di mana jiwa-jiwa harus membayar utang mereka
kepada Allah atas pelanggaran-pelanggaran seperti itu; siksaan seperti ini
merupakan siksaan yang paling berat bagi semua jiwa. Jiwa yang telah menerima
tanda khusus dari Allah akan ditonjolkan di mana pun ia berada: entah di surga,
entah di Purgatorium entah di neraka. Di surga, ia akan diunggulkan di atas
jiwa-jiwa lain dengan kemuliaan yang lebih cemerlang dan pengetahuan yang lebih
jelas tentang Allah. Di Purgatorium, ia akan menanggung penderitaan yang lebih
berat sebab ia mengenal Allah dengan lebih baik dan mendambakan-Nya dengan
kerinduan yang lebih besar. Di neraka, ia menderita lebih berat daripada
jiwa-jiwa lain karena ia mengetahui dengan lebih jelas bahwa ia telah
kehilangan segala sesuatu. Tanda kasih eksklusif Allah yang tak terhapuskan
ini, [dalam jiwa], tidak akan dihapus.
(1557) O
Yesus, jagalah aku selalu berada dalam ketakutan kudus supaya aku tidak pernah
menyia-nyiakan rahmat. Tolonglah aku supaya selalu setia kepada ilham Roh
Kudus. Bantulah aku supaya aku lebih senang kalau hatiku meledak karena cinta
akan Dikau daripada aku melalaikan satu oleh cinta pun terhadap-Mu.
(1558) 2
Februari 1938. Kegelapan jiwa. Hari ini adalah Pesta Bunda Allah, dan keadaan
jiwaku sedemikian gelap. Tuhan telah menyembunyikan Diri, dan aku sendirian,
sama sekali sendirian. Pikiranku menjadi sedemikian redup sehingga aku hanya
melihat khayalan-khayalan melulu. Tidak seberkas sinar pun memancar ke dalam
jiwaku. Aku tidak memahami diriku sendiri; juga tidak memahami mereka yang
berbicara kepadaku. Godaan-godaan yang menakutkan mengenai iman kudus menyerbu
aku. O Yesusku, selamatkanlah aku. Aku tidak dapat berbicara lebih lama lagi.
Aku tidak dapat melukiskan hal-hal ini secara rinci karena aku takut membuat
seseorang akan tersandung kalau membacanya. Aku sangat heran bahwa
siksaan-siksaan seperti ini dapat menimpa suatu jiwa. O badai, apa yang engkau
lakukan terhadap biduk hatiku? Sudah sepanjang hari dan sepanjang malam badai
ini berlangsung.
Ketika itu
Muder Superior masuk untuk menjenguk aku dan bertanya, “Apa engkau mau memanfaatkan kesempatan ini, Suster, sebab Pastor
Andrasz datang untuk mendengarkan pengakuan dosa?” Aku menjawab, “Tidak!” Aku merasa Pastor Andrasz tidak
akan memahami aku, atau aku tidak akan mampu melakukan pengakuan dosa.
Aku
menjalani sepanjang malam bersama Yesus di Getsemani. Dari dadaku, melesat satu
rintihan yang terus-menerus. Suatu sakratulmaut yang alami akan jauh lebih
ringan sebab sesudah berada dalam sakratulmaut itu orang akan mati; sedangkan
di sini, orang orang berada dalam sakratulmaut, tetapi tidak dapat mati. O
Yesus, aku tidak pernah membayangkan penderitaan seperti ini dapat terjadi.
Kehampaan: itulah kenyataannya. O Yesus, selamatkanlah aku! Aku percaya akan
Dikau dengan segenap hatiku. Sudah begitu sering kali aku melihat kecemerlangan
wajah-Mu, dan kini, di manakah Engkau, Tuhan? ... Aku percaya, aku percaya, dan
sekali lagi aku percaya akan Dikau, Allah Tritunggal, Bapa, Putra, dan Roh
Kudus. Aku juga percaya akan semua kebenaran yang diajarkan oleh Gereja
kudus-Mu untuk diimani. ... Tetapi kegelapan tidak juga surut, dan rohku
tenggelam dalam sakratulmaut yang bahkan lebih mengerikan. Dan pada saat itu,
siksaan yang sedemikian mengerikan menguasai aku sampai-sampai aku heran bahwa
aku tidak menghembuskan napas terakhir; tetapi semua itu hanya berlangsung
dalam waktu yang sangat singkat.
(1559) Pada
saat itu, aku melihat Yesus, dan dari Hati-Nya keluar dua berkas sinar seperti
yang sudah pernah kulihat. Kedua berkas sinar itu menyelubungi aku sepenuhnya.
Pada saat itu juga, segala siksaan saya itu lenyap. “Putri-Ku,” kata Tuhan, “ketahuilah bahwa dari dirimu
sendiri engkau hanyalah seperti yang baru saja engkau alami, dan hanya karena
rahmat-Ku engkau dapat mengambil bagian dalam kehidupan kekal dan dalam segala
karunia yang Aku limpahkan kepadamu.” Dengan kata-kata Tuhan ini,
muncullah dalam hatiku pengetahuan sejati tentang diriku sendiri. Yesus sedang
memberikan pelajaran kepadaku tentang kerendahan hati yang mendalam dan,
sekaligus, tentang penyerahan total kepada-Nya. Hatiku akan kembali menjadi
debu dan abu, dan kalaupun semua orang harus menginjak-injak aku, aku masih
tetap akan memandang hal itu sebagai karunia.
Aku merasa
dan, sungguh, aku menyadari sepenuhnya bahwa aku ini bukan apa-apa sehingga
setiap penghinaan yang kualami akan menjadi suatu penyegaran bagiku.
(1560) 3
Februari 1938. Hari ini, sesudah komuni kudus, Yesus sekali lagi memberikan
beberapa petunjuk kepadaku, “Pertama, jangan bertempur melawan godaan
dengan mengandalkan dirimu sendiri, tetapi segera ungkapkanlah godaan itu
kepada bapak pengakuanmu; maka, kekuatan godaan itu akan hilang sama sekali.
Kedua, dalam pertempuran ini, jangan sampai engkau kehilangan damai; hiduplah
di hadirat-Ku; mintalah pertolongan kepada Bunda-Ku dan kepada para kudus.
Ketiga, yakinlah bahwa Aku menjaga dan menopang engkau. Keempat, jangan takut,
baik terhadap pertempuran jiwa maupun terhadap godaan-godaan apa pun sebab Aku
menopang engkau; kalau engkau mau berjuang, ketahuilah bahwa kemenangan selalu
ada di pihakmu. Kelima, ketahuilah bahwa dengan gigih berperang, engkau memberikan
kemuliaan besar kepada-Ku dan menimbun pahala bagi dirimu sendiri.
Godaan-godaan memberi engkau kesempatan untuk menunjukkan kesetiaanmu
kepada-Ku.”
(1561) “Sekarang,
Aku ingin memberitahukan kepadamu sesuatu yang paling penting bagimu: kejujuran
yang tak terbatas kepada pembimbing rohanimu. Kalau engkau tidak memanfaatkan
rahmat agung ini sesuai dengan petunjuk-petunjuk-Ku, Aku akan mengambil dia
darimu, dan engkau akan sendirian; dan segala siksaan, yang telah engkau kenal
dengan sangat baik, akan kembali menimpamu. Sangatlah tidak menyenangkan Aku
kalau engkau tidak memanfaatkan kesempatan untuk bertemu dan berbicara dengan
dia. Ketahuilah bahwa pembimbing rohani yang Kuberikan kepada suatu jiwa adalah
rahmat besar dari piahk-Ku. Banyak jiwa meminta rahmat ini kepada-Ku, tetapi
tidak semua diberi. Sejak Aku memberikan imam ini kepadamu sebagai sebagai
pembimbing rohani. Aku melimpahi dia dengan terang cemerlang sehingga dengan
mudah ia dapat mengenal dan memahami jiwamu...”
(1562) O
Yesusku, satu-satunya kerahimanku, perkenankanlah aku melihat kepuasan di
wajah-Mu sebagai tanda pengampunan-Mu terhadap aku sebab hatiku tidak tahan
menyaksikan keseriusan-Mu; kalau hal ini berlangsung sedikit lebih lama, hatiku
akan hancur karena kepedihan. Engkau tahu bahwa sekarang ini aku bahkan sudah
luluh lantak menjadi debu.
(1563) Pada
saat itu juga aku melihat diriku sendiri seperti di dalam suatu istana, dan
Yesus mengulurkan tangan-Nya kepadaku, mendudukkan aku di samping-Nya, dan
berkata dengan ramah, “Mempelai-Ku, dengan kerendahan hatimu,
engkau selalu menyenangkan hati-Ku. Kepapaan yang paling besar pun tidak akan
menghalangi Aku untuk menyatukan diri-Ku dengan suatu jiwa; sebaliknya di mana
ada kesombongan, di situ Aku tidak ada.”
Ketika aku
sadarkan diri, aku merenungkan apa yang baru saja terjadi dalam hatiku, sambil
bersyukur kepada Allah karena cinta-Nya dan karena kerahiman yang telah Ia
tunjukkan kepadaku.
(1564)
Yesus, sembunyikanlah aku; seperti Engkau menyembunyikan diri di balik rupa
Hosti yang putih, demikianlah sembunyikan aku dari mata manusia; khususnya,
sembunyikanlah karunia-karunia yang dengan begitu murah Kauberikan kepadaku.
Jangan biarkan aku memamerkan secara lahiriah apa yang sedang Kaukerjakan di
dalam jiwaku. Di hadapan-Mu, Imam ilahi, aku adalah hosti yang putih.
Konsekrasikanlah aku, dan semoga hanya Engkaulah yang mengetahui
transubstansiasiku. Setiap hari, aku berdiri di hadapan-Mu sebagai hosti
kurban, dan aku mohon agar kerahiman-Mu turun ke atas dunia. Dalam keheningan,
dan tak terlihat, aku akan menghampakan diri di hadapan-Mu; dalam keheningan
yang sangat teduh, cintaku yang murni dan tak terbagi akan dibakar sebagai
kurban. Semoga keharuman cintaku membubung ke tumpuan takhta-Mu. Engkau adalah
Tuhan para tuan, tetapi Engkau berkenan akan jiwa-jiwa yang tak bernoda dan
rendah hati.
(1565)
Ketika aku masuk ke kapel sejenak, Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, tolonglah Aku
menyelamatkan seorang berdosa yang menghadapi ajal. Daraslah bagi dia Koronka
yang telah Kuajarkan kepadamu.” Ketika aku mulai mendaras Koronka, aku
melihat orang yang menghadapi ajal itu di tengah siksaan dan pergulatan yang
mengerikan. Malaikat Pelindungnya sedang membela dia, tetapi, sungguh, ia tidak
berdaya menghadapi besarnya kepapaan jiwa itu. Suatu himpunan besar roh-roh
jahat sedang menantikan jiwa itu. Tetapi, ketika aku mendaras Koronka, aku
melihat Yesus persis seperti dilukis dalam gambar Kerahiman Ilahi.
Berkas-berkas sinar yang memancar dari Hati Yesus menyelubungi orang sakit itu,
dan kuasa kegelapan pun berlarian dalam kepanikan. Orang sakit itu
menghembuskan napas terakhir dengan damai. Ketika aku sadarkan diri, aku tahu
betapa pentingnya Koronka bagi orang yang menghadapi ajal. Koronka meredakan
murka Allah.
(1566) Pada
suatu hari, aku minta maaf kepada Tuhan Yesus karena suatu perbuatan yang tak
lama kemudian ternyata kurang sempurna. Ketika itu, Yesus menenangkan hatiku
dengan kata-kata ini, “Putri-Ku, Aku memberikan ganjaran kepadamu
karena maksud murni yang engkau miliki pada waktu engkau melakukan kegiatan
itu. Hati-Ku bersukacita karena engkau jadikan kasih-Ku dasar pertimbangan pada
waktu engkau melaksanakan kegiatan itu, dan itu engkau lakukan dengan cara yang
khas; bahkan sekarang pun engkau masih dapat merasakan pahala dari kegiatan
itu, yakni pahala karena penghinaan yang engkau terima. Sungguh, Anak-Ku, Aku
ingin engkau selalu memiliki maksud tulus sebesar itu, juga dalam kegiatan
paling kecil yang engkau lakukan.”
(1567)
Ketika aku memegang pena, aku memanjatkan doa singkat kepada Roh Kudus dengan
berkata, “Yesus, berkatilah pena ini
supaya semua yang Kauperintahkan untuk kutulis dapat kutulis demi kemuliaan
Allah.” Saat itu aku mendengar suara, “Baik, Aku memberkati [pena ini] sebab dalam
tulisan ini ada meterai ketaatan kepada superior dan kepada bapak pengakuanmu,
dan kenyataan itu sendiri sudah memberikan kemuliaan kepada-Ku, dan banyak jiwa
akan memetik manfaat darinya. Putri-Ku, Aku minta dengan sangat supaya engkau
menggunakan semua waktu luangmu untuk menulis tentang kebaikan dan kerahiman-Ku.
Sepanjang hayatmu, engkau harus terus bekerja untuk memperkenalkan kepada
jiwa-jiwa kerahiman agung-Ku bagi mereka dan untuk mendorong mereka agar
percaya akan kerahiman-Ku yang tanpa batas.”
(1568) O
Yesusku, aku percaya akan kata-kata-Mu, dan aku tidak lagi memiliki
keragu-raguan sedikit pun mengenai hal ini karena dalam percakapan dengan Muder
Superior, ia pun menyuruhku untuk menulis tentang kerahiman-Mu. Penegasan itu
amat sangat sesuai dengan permintaan-Mu. O Yesusku, sekarang aku tahu bahwa
kalau Engkau meminta sesuatu dari suatu jiwa, Engkau juga mengilhami para
superior untuk mengizinkan kami memenuhi permintaan-Mu meskipun kadang-kadang
terjadi bahwa tidak seketika itu juga kami mendapat izin, dan kesabaran kami
sering kali diuji.
(1569) O
Yesus, Kasih Abadi, Engkau telah mengurung diri dalam Hosti, dan di sana Engkau
menyembunyikan ke-Allah-an dan keelokan-Mu. Engkau melakukan ini untuk
memberikan diri-Mu seutuhnya dan seluruhnya kepada jiwaku, dan untuk tidak
mengentarkan jiwaku dengan keagungan-Mu.
O Yesus,
Kekasih Abadi, O Terang Abadi, Sumber sukacita dan kebahagiaan yang tak
terselami, Engkau telah menyelubungi diri-Mu dengan roti. Karena ingin menjadi
bagiku surga di bumi, Engkau sungguh menjadi surga ketika kasih-Mu, o Allah, Kaulimpahkan
kepadaku.
(1570) O
Allah yang maharahim, Kebaikan yang Tak Terbatas, hari ini seluruh umat manusia
berseru dari jurang kepapaannya kepada kerahiman-Mu - kepada belas kasih-Mu, o
Allah; mereka berseru dengan suara kepapaan yang memilukan. Ya Allah yang murah
hati, janganlah menolak doa kaum buangan di bumi ini! O Tuhan, o Kebaikan yang
melampaui pengertian kami, Engkau sungguh-sungguh mengenal kepapaan kami, dan
Engkau mengetahui bahwa dengan kekuatan kami sendiri kami tidak mampu menghadap
Engkau. Maka kami mohon kepada-Mu: limpahilah kami dengan rahmat-Mu dan
tingkatkanlah selalu kerahiman-Mu dalam diri kami supaya kami setia
melaksanakan kehendak kudus-Mu sepanjang hidup kami dan pada saat kematian
kami. Biarlah kerahiman-Mu yang mahakuasa melindungi kami dari serangan
musuh-musuh keselamatan kami sehingga kami, sebagai anak-anak-Mu, dengan penuh
pengharapan menantikan kedatangan-Mu yang terakhir - hari yang hanya Engkau
yang tahu. Kami berharap akan menikmati segala sesuatu yang dijanjikan Yesus
kepada kami meskipun kami ini penuh dengan kejahatan. Sebab Yesuslah harapan
kami: lewat Hati-Nya yang maharahim, ibarat lewat gerbang yang terbuka lebar,
kami masuk ke dalam surga.
(1571) Aku
sungguh menyadari bahwa sejak saat aku masuk biara, aku telah dicela karena
satu hal, yakni bahwa aku adalah seorang santa. Tetapi, kata ini selalu
digunakan dengan nada mengejek. Mula-mula, hal ini sangat melukai hatiku,
tetapi setelah aku dapat mengatasinya, aku tidak lagi mempedulikannya. Tetapi,
pada suatu hari ada orang yang menderita karena kesucianku. Ketika itu aku
sangat menderita bahwa karena aku, orang lain mengalami suatu ketidaknyamanan.
Aku mulai mengeluh kepada Tuhan Yesus, sambil bertanya mengapa harus demikian.
Dan Tuhan menjawab aku, “Apakah engkau bersedih hati karena hal ini?
Memang, engkau adalah seorang santa. Tidak lama lagi Aku sendiri akan membuat
hal ini nyata di dalam dirimu, dan mereka akn mengucapkan kata yang sama,
seorang santa, hanya saja kali ini diucapkan dengan penuh cinta.”
(1572) “Aku
mengingatkan engkau, Putri-Ku, setiap kali engkau mendengar bunyi jam yang
menunjukkan pukul tiga petang, benamkanlah dirimu sepenuhnya dalam kerahiman-Ku
sambil menyembah dan memuliakannya; mohonlah bantuannya yang mahakuasa bagi
seluruh dunia, khususnya bagi orang-orang berdosa yang malang, sebab pada saat
ini, kerahiman-Ku terbuka lebar bagi setiap jiwa. Pada jam ini, engkau dapat
memperoleh segala sesuatu bagi dirimu sendiri dan bagi orang-orang lain yang
engkau doakan; inilah saat rahmat bagi seluruh dunia - saat kerahiman yang mengalahkan keadilan.”
“Putri-Ku,
berusahalah bebaik-baiknya untuk melaksanakan Jalan Salib pada jam ini, asal
saja tidak terhalang oleh tugas-tugasmu; kalau tidak mungkin melaksanakan Jalan
Salib, sekurang-kurangnya masuklah ke kapel barang sejenak dan sembahlah
Hati-Ku yang penuh kerahiman dalam Sakramen Mahakudus; dan kalau untuk masuk ke
kapel pun tidak mungkin, di mana pun kebetulan engkau berasa, benamkanlah
dirimu dalam doa, biarpun hanya sebentar. Aku menuntut penghormatan terhadap
kerahiman-Ku dari setiap makhluk, terutama dari engkau karena kepadamulah Aku
telah memberikan pemahaman yang paling mendalam tentang misteri ini.”
(1573) Ya
Allahku, hari ini aku dicekam oleh rasa rindu yang luar biasa akan Dikau. Oh,
tidak ada sesuatu lain yang masih ada dalam hatiku. Bumi tidak lagi ada artinya
bagiku. O Yesus, betapa sedihnya aku merasakan pembuangan ini; betapa lamanya
bagiku! O Kematian, utusan Allah, kapan engkau akan memaklumkan kepadaku saat
yang sudah lama kutunggu, saat aku akan bersatu dengan Allahku selama-lamanya!
(1574) O
Yesusku, biarlah hari-hari terakhir pembuanganku ini berlangsung sepenuhnya
sesuai dengan kehendak-Mu yang amat kudus. Penderitaanku, kepahitanku, dan
sakratulmaut terakhirku kusatukan dengan sengsara-Mu yang kudus; aku
mempersembahkan diriku untuk seluruh dunia guna memohon kelimpahan kerahiman
Allah bagi jiwa-jiwa, khususnya bagi jiwa-jiwa yang ada di rumah-rumah biara
kami. Aku teguh percaya dan menyerahkan diriku sepenuhnya kepada kehendak kudus-Mu,
yang tidak lain adalah kerahiman sendiri. Pada saat terakhir hidupku,
kerahiman-Mu akan menjadi segala-galanya bagiku, sebagaimana telah Kaujanjikan
sendiri kepadaku ...
(1575)
Salam kepada-Mu, o Kasih Abadi, Yesusku yang manis, yang telah turun untuk
tinggal di dalam hatiku! Aku memberi salam kepada-Mu, o Allah yang mulia yang
berkenan merunduk kepadaku, dan karena cinta-Mu akan daku, Engkau telah
menghampakan diri sedemikian rupa dengan tampil dalam wujud roti yang
sederhana. Aku memberi salam kepada-Mu, ya Yesus, Puspa kemanusiaan yang tidak
pernah akan layu. Engkau satu-satunya bagi jiwaku. Cinta-Mu lebih murni
daripada bunga bakung, dan kehadiran-Mu lebih menyenangkan hatiku daripada
harumnya sedap malam. Persahabatan-Mu lebih mesra dan lebih lembut daripada
lembutnya bunga mawar, tetapi sekaligus lebih kuat daripada maut. O Yesus,
Keindahan yang tiada tara, dengan jiwa-jiwa yang murnilah Engkau menyatukan
Diri secara paling mesra sebab hanya mereka yang mampu menunjukkan kegigihan
dalam pengurbanan. O Darah yang manis, yang merah laksana mawar, angkatlah
harkat darahku dan ubahlah menjadi darah-Mu sendiri, dan biarlah hal ini
terjadi atas diriku sesuai dengan perkenan-Mu yang kudus.
(1576) “Ketahuilah,
Putri-Ku, bahwa antara Aku dan engkau ada jurang yang tak terseberangi, suatu
jurang yang memisahkan Pencipta dari ciptaan. Tetapi, jurang ini telah
ditimbuni dengan kerahiman-Ku. Aku sendiri telah mengangkat engkau kepada-Ku
bukan karena Aku membutuhkan engkau, tetapi karena Aku ingin memberikan kepadamu
rahmat kesatuan dengan diri-Ku, dan semua ini melulu karena kerahiman-Ku.”
(1577) “Katakanlah
kepada jiwa-jiwa agar mereka tidak memasang dalam hati mereka sendiri
rintangan-rintangan terhadap kerahiman-Ku, yang sedemikian ingin bertindak
dalam diri mereka. Kerahiman-Ku bekerja dalam semua hati yang membuka pintu
baginya. Baik orang berdosa maupun orang benar membutuhkan kerahiman-Ku.
Pertobatan adalah rahmat dari kerahiman-Ku; demikian juga keteguhan hati.”
(1578) “Biarlah
jiwa-jiwa yang sungguh mengusahakan kesempurnaan menyembah kerahiman-Ku secara
istimewa sebab rahmat berlimpah yang Kuanugerahkan kepada mereka mengalir dari
kerahiman-Ku. Aku ingin agar jiwa-jiwa ini menjadi unggul karena pengharapan
yang tanpa batas kepada kerahiman-Ku. AKu sendiri akan membantu pengudusan
jiwa-jiwa seperti itu. Aku akan memperlengkapi mereka dengan segala sesuatu
yang mereka butuhkan untuk mencapai kesucian. Rahmat kerahiman-Ku hanya dapat
diperoleh dengan menggunakan satu bejana, yakni pengharapan. Semakin besar
pengharapan suatu jiwa, semakin banyak rahmat yang akan ia terima. Jiwa-jiwa
yang pengharapannya tanpa batas merupakan penghiburan yang paling besar bagi-Ku
sebab dengan demikian Aku dapat melimpahkan seluruh khazanah rahmat-Ku ke dalam
diri mereka. Aku bersukacita bahwa mereka memintanya dalam jumlah banyak karena
Aku memang ingin sekali memberikan banyak rahmat, bahkan amat banyak.
Sebaliknya, Aku sangat sedih kalau jiwa-jiwa hanya minta sedikit rahmat, kalau
mereka menyempitkan pintu hati mereka.”
(1579) Aku
paling menderita kalau menjumpai kemunafikan. Kini aku tahu, o Juru Selamatku,
mengapa Engkau mencela orang-orang Farisi dengan sedemikian keras karena
kemunafikan mereka. Tetapi, ketika orang-orang berdosa yang keras hati
menghampiri Engkau dengan penuh sesal, dengan lebih murah hati Engkau
menyatukan diri dengan mereka.
(1580) O
Yesusku, kini aku tahu bahwa aku telah melewati semua tahap kehidupanku dengan
mengikuti Engkau: masa kanak-kanak, masa remaja, panggilan, karya kerasulan,
Tabor, Getsemani, dan kini aku sudah bersama-Mu di Kalvari. Dengan ikhlas, aku
membiarkan diriku disalibkan, dan aku memang sudah disalibkan; meskipun aku
masih bisa berjalan, aku sudah direntangkan di kayu salib, dan dengan jelas aku
merasakan bahwa ada kekuatan yang mengalir kepadaku dari salib-Mu sehingga
Engkau, Engkau sendiri, yang menjadi penopangku. Memang sering aku mendengar
godaan yang berbisik kepadaku, “Turunlah
dari salib!” Tetapi, kuasa Allah menguatkan aku. Memang kesendirian,
kegelapan, dan segala macam penderitaan menghimpit hatiku; tetapi kuasa
misterius Allah menopang dan menguatkan aku. Aku ingin minum piala ini sampai
tetes terakhir. Aku sungguh percaya bahwa rahmat-Mu, yang telah menopang aku di
Taman Getsemani, kini juga akan menopang aku ketika aku berada di Kalvari.
(1581) O
Yesusku, Guruku, aku mempersatukan keinginan-keinginanku dengan
keinginan-keinginan-Mu tatkala bergantung di salib: aku ingin memenuhi kehendak
kudus-Mu; aku menginginkan bertobatnya jiwa-jiwa; aku ingin agar kerahiman-Mu
dihormati; aku ingin agar kemenangan Gereja dipercepat; aku ingin agar Pesta
Kerahiman Ilahi dirayakan di seluruh dunia; aku menginginkan kesucian para
imam; aku ingin agar ada seorang santa dalam Kongregasi kami; aku ingin agar
seluruh Kongregasi kami memiliki semangat yang berkobar-kobar untuk kemuliaan
Allah dan keselamatan jiwa-jiwa; aku ingin agar jiwa-jiwa yang hidup di
rumah-rumah kami tidak menyakiti Allah, tetapi bertekun dalam kebaikan; aku
ingin agar berkat Allah turun atas orangtuaku dan atas seluruh keluargaku; aku
ingin agar Allah memberikan terang istimewa kepada para pembimbing rohaniku,
khususnya kepada Pastor Andrasz dan Pastor Sopocko; aku menginginkan berkat
istimewa bagi para superior yang memberikan arahan-arahan kepadaku, khususnya
bagi Muder Jenderal dan Muder Irena serta Pembimbing novis, Muder Jozefa.
(1582) O
Yesusku, kini aku merengkuh seluruh dunia dan memohon kerahiman-Mu baginya.
Ketika Engkau, ya Allah, mengatakan kepadaku bahwa sudah cukup, dan bahwa
kehendak kudus-Mu sudah digenapi sepenuhnya, maka dalam kesatuan dengan Dikau,
ya Juru Selamatku, aku akan menyerahkan jiwaku ke tangan Bapa surgawi dengan
penuh harapan akan kerahiman-Mu yang tak terbatas. Dan ketika aku berdiri pada
kaki singgasana-Mu, madah pertama yang akan kulambungkan adalah madah pujian
atas kerahiman-Mu. Hai bumi yang malang, aku tidak akan melupakan engkau,
memang aku akan serta merta membenamkan diri dalam Allah laksana dalam suatu
samudra kebahagiaan. Tetapi, kebahagiaan itu tidak akan menjadi hambatan bagiku
untuk kembali ke bumi guna mendorong jiwa-jiwa dan merangsang mereka untuk
percaya akan kerahiman Allah. Sungguh, pembenaman diri dalam Allah ini justru
akan memberikan aku kemungkinan untuk melakukan kegiatan yang tak terbatas.
(1583)
Ketika aku menulis semua ini, aku mendengar setan menggertakkan gigi. Ia tidak
tahan menghadapi kerahiman Allah, dan ia terus membantingkan barang-barang yang
ada di kamarku. Tetapi dalam diriku, aku merasakan kekuatan Allah yang
sedemikian besar sehingga perbuatan setan itu bahkan tidak mengganggu aku, dan
dengan tenang aku terus menulis sehingga musuh keselamatan kita itu menjadi
marah.
(1584) O
Kebaikan Allah yang tak terselami, yang melindungi kami di setiap langkah,
semoga kerahiman-Mu dipuji tanpa henti. Bahwa Engkau menjadi saudara bagi
manusia, bukan saudara bagi malaikat, adalah suatu mukjizat misteri kerahiman-Mu
yang tak terbatas. Seluruh harapan kami bertumpu pada-Mu, ya Saudara sulung
kami, Yesus Kristus, sungguh Allah dan sungguh Manusia. Hatiku dipenuhi dengan
sukacita menyaksikan betapa baiknya Allah kepada kita, orang yang jahat dan
tidak tahu berterima kasih ini. Dan sebagai bukti cinta-Nya, Allah memberikan
kepada kita anugerah yang tak terselami, yakni Diri-Nya sendiri dalam pribadi
Putra-Nya. Sepanjang segala abad kita tak pernah akan mampu menyerap misteri
cinta ini. O umat manusia, mengapa engkau berpikir sedemikian picik mengenai
Allah yang sungguh berada di tengah kita? O Anak Domba Allah, aku tidak tahu
apa yang harus kukagumi lebih dulu: kelembutan-Mu, hidup-Mu yang tersembunyi,
penghampaan diri-Mu demi keselamatan manusia, atau mukjizat kerahiman-Mu yang
tanpa henti, yang mengubah jiwa-jiwa dan membangkitkan mereka untuk menikmati
kehidupan kekal. Meskipun Engkau tersemunyi di balik semua ini,
kemahakuasaan-Mu lebih jelas daripada dalam penciptaan manusia. Memang
kerahiman-Mu yang mahakuasa bekerja dalam karya penyelamatan orang berdosa,
tetapi tindakan-Mu tetap lembut dan tersembunyi.
(1585)
Penampakan Bunda Allah. Di tengah cahaya yang terang benderang, aku melihat
Bunda Allah mengenakan gaun putih dengan
ikat pinggang emas; seluruh busananya bertaburan bintang kecil-kecil, juga dari
emas, dan pada lengannya ada lencana dari linen berhias emas. Mantolnya
berwarna biru langit, tersampir ringan di atas bahunya. Kerudung transparan
dengan indah menudungi kepalanya, sementara rambutnya yang terurai dihias indah
oleh mahkota dari emas yang pada puncaknya terdapat salib-salib kecil. Dengan
tangan kirinya, ia menggendong Bayi Yesus. Belum pernah aku melihat Santa
Perawan Maria dalam wujud seperti ini. Kemudian, ia memandang aku dengan ramah
dan berkata, “Aku adalah Bunda dari Allah
para Imam.” Sambil berkata demikian,
ia menurunkan Yesus dari pelukannya ke tanah, mengangkat tanganya ke surga dan
berkata, “Ya Allah, berkatilah Polandia,
berkatilah para imam.” Kemudian ia menyapa aku sekali lagi, “Katakanlah kepada para imam apa yang telah
engkau lihat.” Aku berniat memberitahukannya kepada Pastor pada kesempatan
pertama aku bertemu dengan dia, tetapi aku tidak dapat mengerti apa-apa dari
penglihatan ini.
(1586) O
Yesusku, Engkau tahu betapa aku sangat berterima kasih kepada Pastor Sopocko,
yang telah memajukan karya-Mu sedemikian jauh. Jiwa yang sedemikian rendah hati
itu sudah menanggung segala macam badai. Tidak pernah ia membiarkan dirinya
berkecil hati karena penderitaan-penderitaan; sebaliknya, ia telah menanggapi
panggilan Allah dengan setia.
(1587)
Salah seorang suster ditugaskan untuk merawat orang sakit, tetapi ia sedemikian
lalai sehingga orang harus sungguh mengamalkan mati raga. Pada suatu hari, aku
memutuskan untuk memberitahukan hal ini kepada superior, tetapi kemudian aku
mendengar suara dalam jiwaku, “Tanggunglah semua ini dengan sabar; orang
lain akan mengatakan hal itu kepada superior.” Tetapi, pelayanan itu
berlangsung satu bulan lamanya. Ketika akhirnya aku mampu turun ke ruang makan
dan ke ruang rekreasi, aku mendengar suara ini dalam jiwaku, “Sekarang
suster-suster lain akan memberitahukan kelalaian suster itu dalam pelayanannya,
tetapi engkau hendaknya tinggal diam dan tidak berbicara mengenai masalah itu.”
Dan pada saat itu, meletuslah perdebatan yang tajam mengenai suster
itu, dan ia tidak menemukan apa pun [kata-kata] untuk membela diri karena semua
suster berkata serentak, “Suster, engkau
harus meningkatkan pelayananmu kepada orang sakit.” Kini, aku tahu bahwa
kadang-kadang Tuhan tidak memperkenankan kita mengatakan sendiri sesuatu; Ia
mempunyai cara sendiri, dan Ia tahu kapan harus mengatakannya.
(1588) Hari
ini, aku mendengar suara, “Dalam Perjanjian Lama, Aku mengutus para
nabi yang membawa ancaman-ancaman kepada umat-Ku. Sekarang, Aku mengutus engkau
membawa kerahiman-Ku kepada umat manusia di seluruh dunia. Aku tidak ingin
menghukum umat manusia yang sedang sakit. Sebaliknya, Aku ingin menyembuhkan
mereka, sambil mendekapkan mereka ke Hati-Ku yang maharahim. Aku menggunakan
hukuman kalau mereka sendiri memaksa Aku berbuat demikian; tangan-Ku enggan
untuk memegang pedang keadilan. Sebelum hari Penghakiman tiba, Aku akan
menggelar Hari Kerahiman.” Aku menjawab, “O Yesusku, berbicaralah sendiri kepada jiwa-jiwa sebab kata-kataku
tidak berdaya.”
Suatu Jiwa
Menantikan Kedatangan Tuhan:
(1589) Aku
tidak tahu, o Tuhan, kapan Engkau akan datang. Karena itu, sebagai mempelai
pilihan-Mu, aku terus berjaga dan mendengarkan sebab aku tahu Engkau senang
datang secara tak terduga. Tetapi, dari jauh, hati yang murni sudah akan
merasakan Engkau, o Tuhan.
Dalam
ketenangan dan keheningan, aku menantikan Engkau, ya Tuhan, dengan kerinduan
yang membara di dalam hatiku, dan dengan keinginan yang tak terpadamkan.
Aku
erasakan bahwa cintaku akan Dikau semakin berkobar-kobar, dan akan membubung ke
surga laksana nyala api pada akhir hayat, dan pada waktu itu segala keinginanku
terpenuhi. Maka, datanglah, ya Tuhanku, yang teramat manis, dan bawalah hatiku
yang dahaga ke rumah-Mu di kawasan yang paling indah di surga, tempat kehidupan
abadi-Mu berlangsung.
Hidup di
dunia ini ibarat suatu sakratulmaut; hatiku sadar bahwa ia diciptakan untuk
surga. Baginya, lembah-lembah kehidupan ini tidak menarik, karena tanah airku
ada di surga - inilah yang kuimani
dengan teguh.
[Akhir Buku
Harian Jilid 5]
No comments:
Post a Comment