Wednesday, January 27, 2016

Dairi St.Faustina: 1551 - 1589

(1551) Dalam merenungkan kematian, aku minta kepada Tuhan agar Ia berkenan memenuhi hatiku dengan perasaan-perasaan yang akan kurasakan pada saat kematianku. Dan lewat rahmat Allah, aku menerima jawaban batin bahwa aku telah melakukan apa yang ada dalam batas kemampuanku dan dengan demikian aku menjadi tenang. Pada saat itu, rasa syukur yang mendalam memenuhi jiwaku sehingga aku mengucurkan air mata sukacita seperti seorang anak kecil. Aku mempersiapkan diri untuk menyambut komuni kudus keesokan harinya seolah-olah sebagai viaticum, dan aku mendaraskan doa-doa pada saat menghadapi ajal untuk intensiku sendiri.
(1552) Saat itulah aku mendengar suara, “Sebagaimana engkau bersatu dengan Aku semasa hidupmu, demikian engkau akan bersatu dengan Aku pada saat kematianmu.” Sesudah kata-kata itu, pengharapan yang amat besar akan kerahiman Allah yang agung memenuhi jiwaku sehingga kalaupun aku harus menanggung dosa-dosa seluruh dunia, termasuk dosa semua jiwa terhukum yang membebani hati nuraniku, aku tidak akan memiliki keragu-raguan sedikit pun mengenai kebaikan Allah. Sebaliknya, tanpa ragu, aku akan menghempaskan diri ke dalam lubuk Kerahiman Ilahi, yang selalu terbuka bagi kita; dan, dengan hati yang remuk redam, aku akan bersujud pada kaki-Nya, sambil menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak kudus-Nya, yang tidak lain adalah kerahiman itu sendiri.
(1553) O Yesusku, Kehidupan jiwaku, Sumber hayatku, Juru Selamatku, Mempelaiku yang amat manis, dan sekaligus juga Hakimku, Engkau tahu bahwa pada saat terakhir hidupku ini sedikit pun aku tidak memperhitungkan jasaku sendiri, tetapi hanya kerahiman-Mu yang kuperhitungkan. Bahkan, seperti hari ini, aku selalu membenamkan diri sama sekali dalam lubuk kerahiman-Mu, yang selalu terbuka bagi setiap jiwa.
O Yesusku, di masa hidupku ini, di saat matiku nanti, dan sepanjang keabadian kelak, aku hanya memiliki satu tugas, yakni menyembah kerahiman-Mu yang tak dapat dipahami. Tidak ada pikiran, entah pikiran malaikat entah pikiran manusia, yang dapat menyelami misteri-misteri kerahiman-Mu, ya Allah. Para malaikat tenggelam dalam pesona menyaksikan misteri Kerahiman Ilahi, tetapi mereka tidak dapat memahaminya. Segala sesuatu yang datang dari Sang Pencipta tercakup dalam misteri yang tak terselami ini, yakni dalam lubuk kerahiman-Nya yang mesra. Ketika aku merenungkan hal ini, rohku jatuh pingsan, dan hatiku hanyut dalam sukacita. O Yesusku, lewat Hati-Mu yang mahamurah, laksana lewat sebuah kristal, berkas-berkas sinar Kerahiman Ilahi telah menembus diri kami.
(1554) 1 Februari 1938. Hari ini, secara fisik aku merasa kurang sehat, tetapi aku masih ambil bagian dalam kehidupan bersama. Untuk itu, aku harus berusaha keras; hanya Engkau yang tahu, ya Yesus. Di ruang makan, aku berpikir bahwa aku tidak akan mampu bertahan sampai acara makan berakhir. Setiap suap yang masuk ke dalam mulut menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.
(1555) Ketika Muder Superior mengunjungi aku sepekan yang lalu, ia berkata kepadaku, “Setiap penyakit melekat padamu, Suster, sebab organ tubuhmu memang begitu rapuh; tetapi ini bukan kesalahanmu. Kalau suster lain mengalami penyakit yang sama, ia pasti masih dapat pergi ke sana kemari; sedangkan engkau, Suster, harus terbaring di tempat tidur!” Kata-kata ini tidak melukai hatiku. Tetapi, lebih baik tidak membuat perbandingan seperti itu untuk orang yang sungguh-sungguh sakit sebab pialanya sudah cukup penuh. Hal lain: kalau para suster mengunjungi orang sakit, hendaknya mereka tidak setiap kali bertanya sampai rinci, “Apa yang sakit, dan bagaimana sakitnya itu?” sebab sangatlah meletihkan untuk menceritakan kepada setiap suster hal yang sama mengenai diri sendiri. Dan kadang-kadang terjadi bahwa dalam satu hari orang harus mengulangi hal yang sama, lagi dan lagi, sering kali ...
(1556) Ketika aku pergi ke kapel sejenak, Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa di antara orang-orang pilihan-Nya, ada beberapa yang Ia pilih secara khusus, dan yang Ia panggil kepada tingkat kesucian yang lebih tinggi, kepada kesatuan yang istimewa dengan Dia. Dari jiwa-jiwa yang mirip Serafim ini, Allah menuntut kasih yang lebih besar daripada yang Ia tuntut dari jiwa-jiwa yang lain. Memang mereka semua hidup dalam biara; tetapi kadang-kadang Tuhan menuntut dari jiwa tertentu tingkat kasih yang lebih tinggi. Jiwa yang demikian memahami panggilan ini secara batin, tetapi jiwa itu dapat mengikuti atau mengabaikan panggilan ini. Tergantung pada jiwa itu sendiri apakah ia akan setia kepada sentuhan-sentuhan Roh Kudus, atau menolaknya. Sudah diperlihatkan kepadaku bahwa di Purgatorium ada tempat di mana jiwa-jiwa harus membayar utang mereka kepada Allah atas pelanggaran-pelanggaran seperti itu; siksaan seperti ini merupakan siksaan yang paling berat bagi semua jiwa. Jiwa yang telah menerima tanda khusus dari Allah akan ditonjolkan di mana pun ia berada: entah di surga, entah di Purgatorium entah di neraka. Di surga, ia akan diunggulkan di atas jiwa-jiwa lain dengan kemuliaan yang lebih cemerlang dan pengetahuan yang lebih jelas tentang Allah. Di Purgatorium, ia akan menanggung penderitaan yang lebih berat sebab ia mengenal Allah dengan lebih baik dan mendambakan-Nya dengan kerinduan yang lebih besar. Di neraka, ia menderita lebih berat daripada jiwa-jiwa lain karena ia mengetahui dengan lebih jelas bahwa ia telah kehilangan segala sesuatu. Tanda kasih eksklusif Allah yang tak terhapuskan ini, [dalam jiwa], tidak akan dihapus.
(1557) O Yesus, jagalah aku selalu berada dalam ketakutan kudus supaya aku tidak pernah menyia-nyiakan rahmat. Tolonglah aku supaya selalu setia kepada ilham Roh Kudus. Bantulah aku supaya aku lebih senang kalau hatiku meledak karena cinta akan Dikau daripada aku melalaikan satu oleh cinta pun terhadap-Mu.
(1558) 2 Februari 1938. Kegelapan jiwa. Hari ini adalah Pesta Bunda Allah, dan keadaan jiwaku sedemikian gelap. Tuhan telah menyembunyikan Diri, dan aku sendirian, sama sekali sendirian. Pikiranku menjadi sedemikian redup sehingga aku hanya melihat khayalan-khayalan melulu. Tidak seberkas sinar pun memancar ke dalam jiwaku. Aku tidak memahami diriku sendiri; juga tidak memahami mereka yang berbicara kepadaku. Godaan-godaan yang menakutkan mengenai iman kudus menyerbu aku. O Yesusku, selamatkanlah aku. Aku tidak dapat berbicara lebih lama lagi. Aku tidak dapat melukiskan hal-hal ini secara rinci karena aku takut membuat seseorang akan tersandung kalau membacanya. Aku sangat heran bahwa siksaan-siksaan seperti ini dapat menimpa suatu jiwa. O badai, apa yang engkau lakukan terhadap biduk hatiku? Sudah sepanjang hari dan sepanjang malam badai ini berlangsung.
Ketika itu Muder Superior masuk untuk menjenguk aku dan bertanya, “Apa engkau mau memanfaatkan kesempatan ini, Suster, sebab Pastor Andrasz datang untuk mendengarkan pengakuan dosa?” Aku menjawab, “Tidak!” Aku merasa Pastor Andrasz tidak akan memahami aku, atau aku tidak akan mampu melakukan pengakuan dosa.
Aku menjalani sepanjang malam bersama Yesus di Getsemani. Dari dadaku, melesat satu rintihan yang terus-menerus. Suatu sakratulmaut yang alami akan jauh lebih ringan sebab sesudah berada dalam sakratulmaut itu orang akan mati; sedangkan di sini, orang orang berada dalam sakratulmaut, tetapi tidak dapat mati. O Yesus, aku tidak pernah membayangkan penderitaan seperti ini dapat terjadi. Kehampaan: itulah kenyataannya. O Yesus, selamatkanlah aku! Aku percaya akan Dikau dengan segenap hatiku. Sudah begitu sering kali aku melihat kecemerlangan wajah-Mu, dan kini, di manakah Engkau, Tuhan? ... Aku percaya, aku percaya, dan sekali lagi aku percaya akan Dikau, Allah Tritunggal, Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Aku juga percaya akan semua kebenaran yang diajarkan oleh Gereja kudus-Mu untuk diimani. ... Tetapi kegelapan tidak juga surut, dan rohku tenggelam dalam sakratulmaut yang bahkan lebih mengerikan. Dan pada saat itu, siksaan yang sedemikian mengerikan menguasai aku sampai-sampai aku heran bahwa aku tidak menghembuskan napas terakhir; tetapi semua itu hanya berlangsung dalam waktu yang sangat singkat.
(1559) Pada saat itu, aku melihat Yesus, dan dari Hati-Nya keluar dua berkas sinar seperti yang sudah pernah kulihat. Kedua berkas sinar itu menyelubungi aku sepenuhnya. Pada saat itu juga, segala siksaan saya itu lenyap. “Putri-Ku,”  kata Tuhan, “ketahuilah bahwa dari dirimu sendiri engkau hanyalah seperti yang baru saja engkau alami, dan hanya karena rahmat-Ku engkau dapat mengambil bagian dalam kehidupan kekal dan dalam segala karunia yang Aku limpahkan kepadamu.” Dengan kata-kata Tuhan ini, muncullah dalam hatiku pengetahuan sejati tentang diriku sendiri. Yesus sedang memberikan pelajaran kepadaku tentang kerendahan hati yang mendalam dan, sekaligus, tentang penyerahan total kepada-Nya. Hatiku akan kembali menjadi debu dan abu, dan kalaupun semua orang harus menginjak-injak aku, aku masih tetap akan memandang hal itu sebagai karunia.
Aku merasa dan, sungguh, aku menyadari sepenuhnya bahwa aku ini bukan apa-apa sehingga setiap penghinaan yang kualami akan menjadi suatu penyegaran bagiku.
(1560) 3 Februari 1938. Hari ini, sesudah komuni kudus, Yesus sekali lagi memberikan beberapa petunjuk kepadaku, “Pertama, jangan bertempur melawan godaan dengan mengandalkan dirimu sendiri, tetapi segera ungkapkanlah godaan itu kepada bapak pengakuanmu; maka, kekuatan godaan itu akan hilang sama sekali. Kedua, dalam pertempuran ini, jangan sampai engkau kehilangan damai; hiduplah di hadirat-Ku; mintalah pertolongan kepada Bunda-Ku dan kepada para kudus. Ketiga, yakinlah bahwa Aku menjaga dan menopang engkau. Keempat, jangan takut, baik terhadap pertempuran jiwa maupun terhadap godaan-godaan apa pun sebab Aku menopang engkau; kalau engkau mau berjuang, ketahuilah bahwa kemenangan selalu ada di pihakmu. Kelima, ketahuilah bahwa dengan gigih berperang, engkau memberikan kemuliaan besar kepada-Ku dan menimbun pahala bagi dirimu sendiri. Godaan-godaan memberi engkau kesempatan untuk menunjukkan kesetiaanmu kepada-Ku.”
(1561) “Sekarang, Aku ingin memberitahukan kepadamu sesuatu yang paling penting bagimu: kejujuran yang tak terbatas kepada pembimbing rohanimu. Kalau engkau tidak memanfaatkan rahmat agung ini sesuai dengan petunjuk-petunjuk-Ku, Aku akan mengambil dia darimu, dan engkau akan sendirian; dan segala siksaan, yang telah engkau kenal dengan sangat baik, akan kembali menimpamu. Sangatlah tidak menyenangkan Aku kalau engkau tidak memanfaatkan kesempatan untuk bertemu dan berbicara dengan dia. Ketahuilah bahwa pembimbing rohani yang Kuberikan kepada suatu jiwa adalah rahmat besar dari piahk-Ku. Banyak jiwa meminta rahmat ini kepada-Ku, tetapi tidak semua diberi. Sejak Aku memberikan imam ini kepadamu sebagai sebagai pembimbing rohani. Aku melimpahi dia dengan terang cemerlang sehingga dengan mudah ia dapat mengenal dan memahami jiwamu...”
(1562) O Yesusku, satu-satunya kerahimanku, perkenankanlah aku melihat kepuasan di wajah-Mu sebagai tanda pengampunan-Mu terhadap aku sebab hatiku tidak tahan menyaksikan keseriusan-Mu; kalau hal ini berlangsung sedikit lebih lama, hatiku akan hancur karena kepedihan. Engkau tahu bahwa sekarang ini aku bahkan sudah luluh lantak menjadi debu.
(1563) Pada saat itu juga aku melihat diriku sendiri seperti di dalam suatu istana, dan Yesus mengulurkan tangan-Nya kepadaku, mendudukkan aku di samping-Nya, dan berkata dengan ramah, “Mempelai-Ku, dengan kerendahan hatimu, engkau selalu menyenangkan hati-Ku. Kepapaan yang paling besar pun tidak akan menghalangi Aku untuk menyatukan diri-Ku dengan suatu jiwa; sebaliknya di mana ada kesombongan, di situ Aku tidak ada.”
Ketika aku sadarkan diri, aku merenungkan apa yang baru saja terjadi dalam hatiku, sambil bersyukur kepada Allah karena cinta-Nya dan karena kerahiman yang telah Ia tunjukkan kepadaku.
(1564) Yesus, sembunyikanlah aku; seperti Engkau menyembunyikan diri di balik rupa Hosti yang putih, demikianlah sembunyikan aku dari mata manusia; khususnya, sembunyikanlah karunia-karunia yang dengan begitu murah Kauberikan kepadaku. Jangan biarkan aku memamerkan secara lahiriah apa yang sedang Kaukerjakan di dalam jiwaku. Di hadapan-Mu, Imam ilahi, aku adalah hosti yang putih. Konsekrasikanlah aku, dan semoga hanya Engkaulah yang mengetahui transubstansiasiku. Setiap hari, aku berdiri di hadapan-Mu sebagai hosti kurban, dan aku mohon agar kerahiman-Mu turun ke atas dunia. Dalam keheningan, dan tak terlihat, aku akan menghampakan diri di hadapan-Mu; dalam keheningan yang sangat teduh, cintaku yang murni dan tak terbagi akan dibakar sebagai kurban. Semoga keharuman cintaku membubung ke tumpuan takhta-Mu. Engkau adalah Tuhan para tuan, tetapi Engkau berkenan akan jiwa-jiwa yang tak bernoda dan rendah hati.
(1565) Ketika aku masuk ke kapel sejenak, Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, tolonglah Aku menyelamatkan seorang berdosa yang menghadapi ajal. Daraslah bagi dia Koronka yang telah Kuajarkan kepadamu.” Ketika aku mulai mendaras Koronka, aku melihat orang yang menghadapi ajal itu di tengah siksaan dan pergulatan yang mengerikan. Malaikat Pelindungnya sedang membela dia, tetapi, sungguh, ia tidak berdaya menghadapi besarnya kepapaan jiwa itu. Suatu himpunan besar roh-roh jahat sedang menantikan jiwa itu. Tetapi, ketika aku mendaras Koronka, aku melihat Yesus persis seperti dilukis dalam gambar Kerahiman Ilahi. Berkas-berkas sinar yang memancar dari Hati Yesus menyelubungi orang sakit itu, dan kuasa kegelapan pun berlarian dalam kepanikan. Orang sakit itu menghembuskan napas terakhir dengan damai. Ketika aku sadarkan diri, aku tahu betapa pentingnya Koronka bagi orang yang menghadapi ajal. Koronka meredakan murka Allah.
(1566) Pada suatu hari, aku minta maaf kepada Tuhan Yesus karena suatu perbuatan yang tak lama kemudian ternyata kurang sempurna. Ketika itu, Yesus menenangkan hatiku dengan kata-kata ini, “Putri-Ku, Aku memberikan ganjaran kepadamu karena maksud murni yang engkau miliki pada waktu engkau melakukan kegiatan itu. Hati-Ku bersukacita karena engkau jadikan kasih-Ku dasar pertimbangan pada waktu engkau melaksanakan kegiatan itu, dan itu engkau lakukan dengan cara yang khas; bahkan sekarang pun engkau masih dapat merasakan pahala dari kegiatan itu, yakni pahala karena penghinaan yang engkau terima. Sungguh, Anak-Ku, Aku ingin engkau selalu memiliki maksud tulus sebesar itu, juga dalam kegiatan paling kecil yang engkau lakukan.”
(1567) Ketika aku memegang pena, aku memanjatkan doa singkat kepada Roh Kudus dengan berkata, “Yesus, berkatilah pena ini supaya semua yang Kauperintahkan untuk kutulis dapat kutulis demi kemuliaan Allah.” Saat itu aku mendengar suara, “Baik, Aku memberkati [pena ini] sebab dalam tulisan ini ada meterai ketaatan kepada superior dan kepada bapak pengakuanmu, dan kenyataan itu sendiri sudah memberikan kemuliaan kepada-Ku, dan banyak jiwa akan memetik manfaat darinya. Putri-Ku, Aku minta dengan sangat supaya engkau menggunakan semua waktu luangmu untuk menulis tentang kebaikan dan kerahiman-Ku. Sepanjang hayatmu, engkau harus terus bekerja untuk memperkenalkan kepada jiwa-jiwa kerahiman agung-Ku bagi mereka dan untuk mendorong mereka agar percaya akan kerahiman-Ku yang tanpa batas.”
(1568) O Yesusku, aku percaya akan kata-kata-Mu, dan aku tidak lagi memiliki keragu-raguan sedikit pun mengenai hal ini karena dalam percakapan dengan Muder Superior, ia pun menyuruhku untuk menulis tentang kerahiman-Mu. Penegasan itu amat sangat sesuai dengan permintaan-Mu. O Yesusku, sekarang aku tahu bahwa kalau Engkau meminta sesuatu dari suatu jiwa, Engkau juga mengilhami para superior untuk mengizinkan kami memenuhi permintaan-Mu meskipun kadang-kadang terjadi bahwa tidak seketika itu juga kami mendapat izin, dan kesabaran kami sering kali diuji.
(1569) O Yesus, Kasih Abadi, Engkau telah mengurung diri dalam Hosti, dan di sana Engkau menyembunyikan ke-Allah-an dan keelokan-Mu. Engkau melakukan ini untuk memberikan diri-Mu seutuhnya dan seluruhnya kepada jiwaku, dan untuk tidak mengentarkan jiwaku dengan keagungan-Mu.
O Yesus, Kekasih Abadi, O Terang Abadi, Sumber sukacita dan kebahagiaan yang tak terselami, Engkau telah menyelubungi diri-Mu dengan roti. Karena ingin menjadi bagiku surga di bumi, Engkau sungguh menjadi surga ketika kasih-Mu, o Allah, Kaulimpahkan kepadaku.
(1570) O Allah yang maharahim, Kebaikan yang Tak Terbatas, hari ini seluruh umat manusia berseru dari jurang kepapaannya kepada kerahiman-Mu - kepada belas kasih-Mu, o Allah; mereka berseru dengan suara kepapaan yang memilukan. Ya Allah yang murah hati, janganlah menolak doa kaum buangan di bumi ini! O Tuhan, o Kebaikan yang melampaui pengertian kami, Engkau sungguh-sungguh mengenal kepapaan kami, dan Engkau mengetahui bahwa dengan kekuatan kami sendiri kami tidak mampu menghadap Engkau. Maka kami mohon kepada-Mu: limpahilah kami dengan rahmat-Mu dan tingkatkanlah selalu kerahiman-Mu dalam diri kami supaya kami setia melaksanakan kehendak kudus-Mu sepanjang hidup kami dan pada saat kematian kami. Biarlah kerahiman-Mu yang mahakuasa melindungi kami dari serangan musuh-musuh keselamatan kami sehingga kami, sebagai anak-anak-Mu, dengan penuh pengharapan menantikan kedatangan-Mu yang terakhir - hari yang hanya Engkau yang tahu. Kami berharap akan menikmati segala sesuatu yang dijanjikan Yesus kepada kami meskipun kami ini penuh dengan kejahatan. Sebab Yesuslah harapan kami: lewat Hati-Nya yang maharahim, ibarat lewat gerbang yang terbuka lebar, kami masuk ke dalam surga.
(1571) Aku sungguh menyadari bahwa sejak saat aku masuk biara, aku telah dicela karena satu hal, yakni bahwa aku adalah seorang santa. Tetapi, kata ini selalu digunakan dengan nada mengejek. Mula-mula, hal ini sangat melukai hatiku, tetapi setelah aku dapat mengatasinya, aku tidak lagi mempedulikannya. Tetapi, pada suatu hari ada orang yang menderita karena kesucianku. Ketika itu aku sangat menderita bahwa karena aku, orang lain mengalami suatu ketidaknyamanan. Aku mulai mengeluh kepada Tuhan Yesus, sambil bertanya mengapa harus demikian. Dan Tuhan menjawab aku, “Apakah engkau bersedih hati karena hal ini? Memang, engkau adalah seorang santa. Tidak lama lagi Aku sendiri akan membuat hal ini nyata di dalam dirimu, dan mereka akn mengucapkan kata yang sama, seorang santa, hanya saja kali ini diucapkan dengan penuh cinta.”
(1572) “Aku mengingatkan engkau, Putri-Ku, setiap kali engkau mendengar bunyi jam yang menunjukkan pukul tiga petang, benamkanlah dirimu sepenuhnya dalam kerahiman-Ku sambil menyembah dan memuliakannya; mohonlah bantuannya yang mahakuasa bagi seluruh dunia, khususnya bagi orang-orang berdosa yang malang, sebab pada saat ini, kerahiman-Ku terbuka lebar bagi setiap jiwa. Pada jam ini, engkau dapat memperoleh segala sesuatu bagi dirimu sendiri dan bagi orang-orang lain yang engkau doakan; inilah saat rahmat bagi seluruh dunia -  saat kerahiman yang mengalahkan keadilan.”
“Putri-Ku, berusahalah bebaik-baiknya untuk melaksanakan Jalan Salib pada jam ini, asal saja tidak terhalang oleh tugas-tugasmu; kalau tidak mungkin melaksanakan Jalan Salib, sekurang-kurangnya masuklah ke kapel barang sejenak dan sembahlah Hati-Ku yang penuh kerahiman dalam Sakramen Mahakudus; dan kalau untuk masuk ke kapel pun tidak mungkin, di mana pun kebetulan engkau berasa, benamkanlah dirimu dalam doa, biarpun hanya sebentar. Aku menuntut penghormatan terhadap kerahiman-Ku dari setiap makhluk, terutama dari engkau karena kepadamulah Aku telah memberikan pemahaman yang paling mendalam tentang misteri ini.”
(1573) Ya Allahku, hari ini aku dicekam oleh rasa rindu yang luar biasa akan Dikau. Oh, tidak ada sesuatu lain yang masih ada dalam hatiku. Bumi tidak lagi ada artinya bagiku. O Yesus, betapa sedihnya aku merasakan pembuangan ini; betapa lamanya bagiku! O Kematian, utusan Allah, kapan engkau akan memaklumkan kepadaku saat yang sudah lama kutunggu, saat aku akan bersatu dengan Allahku selama-lamanya!
(1574) O Yesusku, biarlah hari-hari terakhir pembuanganku ini berlangsung sepenuhnya sesuai dengan kehendak-Mu yang amat kudus. Penderitaanku, kepahitanku, dan sakratulmaut terakhirku kusatukan dengan sengsara-Mu yang kudus; aku mempersembahkan diriku untuk seluruh dunia guna memohon kelimpahan kerahiman Allah bagi jiwa-jiwa, khususnya bagi jiwa-jiwa yang ada di rumah-rumah biara kami. Aku teguh percaya dan menyerahkan diriku sepenuhnya kepada kehendak kudus-Mu, yang tidak lain adalah kerahiman sendiri. Pada saat terakhir hidupku, kerahiman-Mu akan menjadi segala-galanya bagiku, sebagaimana telah Kaujanjikan sendiri kepadaku ...
(1575) Salam kepada-Mu, o Kasih Abadi, Yesusku yang manis, yang telah turun untuk tinggal di dalam hatiku! Aku memberi salam kepada-Mu, o Allah yang mulia yang berkenan merunduk kepadaku, dan karena cinta-Mu akan daku, Engkau telah menghampakan diri sedemikian rupa dengan tampil dalam wujud roti yang sederhana. Aku memberi salam kepada-Mu, ya Yesus, Puspa kemanusiaan yang tidak pernah akan layu. Engkau satu-satunya bagi jiwaku. Cinta-Mu lebih murni daripada bunga bakung, dan kehadiran-Mu lebih menyenangkan hatiku daripada harumnya sedap malam. Persahabatan-Mu lebih mesra dan lebih lembut daripada lembutnya bunga mawar, tetapi sekaligus lebih kuat daripada maut. O Yesus, Keindahan yang tiada tara, dengan jiwa-jiwa yang murnilah Engkau menyatukan Diri secara paling mesra sebab hanya mereka yang mampu menunjukkan kegigihan dalam pengurbanan. O Darah yang manis, yang merah laksana mawar, angkatlah harkat darahku dan ubahlah menjadi darah-Mu sendiri, dan biarlah hal ini terjadi atas diriku sesuai dengan perkenan-Mu yang kudus.
(1576) “Ketahuilah, Putri-Ku, bahwa antara Aku dan engkau ada jurang yang tak terseberangi, suatu jurang yang memisahkan Pencipta dari ciptaan. Tetapi, jurang ini telah ditimbuni dengan kerahiman-Ku. Aku sendiri telah mengangkat engkau kepada-Ku bukan karena Aku membutuhkan engkau, tetapi karena Aku ingin memberikan kepadamu rahmat kesatuan dengan diri-Ku, dan semua ini melulu karena kerahiman-Ku.”
(1577) “Katakanlah kepada jiwa-jiwa agar mereka tidak memasang dalam hati mereka sendiri rintangan-rintangan terhadap kerahiman-Ku, yang sedemikian ingin bertindak dalam diri mereka. Kerahiman-Ku bekerja dalam semua hati yang membuka pintu baginya. Baik orang berdosa maupun orang benar membutuhkan kerahiman-Ku. Pertobatan adalah rahmat dari kerahiman-Ku; demikian juga keteguhan hati.”
(1578) “Biarlah jiwa-jiwa yang sungguh mengusahakan kesempurnaan menyembah kerahiman-Ku secara istimewa sebab rahmat berlimpah yang Kuanugerahkan kepada mereka mengalir dari kerahiman-Ku. Aku ingin agar jiwa-jiwa ini menjadi unggul karena pengharapan yang tanpa batas kepada kerahiman-Ku. AKu sendiri akan membantu pengudusan jiwa-jiwa seperti itu. Aku akan memperlengkapi mereka dengan segala sesuatu yang mereka butuhkan untuk mencapai kesucian. Rahmat kerahiman-Ku hanya dapat diperoleh dengan menggunakan satu bejana, yakni pengharapan. Semakin besar pengharapan suatu jiwa, semakin banyak rahmat yang akan ia terima. Jiwa-jiwa yang pengharapannya tanpa batas merupakan penghiburan yang paling besar bagi-Ku sebab dengan demikian Aku dapat melimpahkan seluruh khazanah rahmat-Ku ke dalam diri mereka. Aku bersukacita bahwa mereka memintanya dalam jumlah banyak karena Aku memang ingin sekali memberikan banyak rahmat, bahkan amat banyak. Sebaliknya, Aku sangat sedih kalau jiwa-jiwa hanya minta sedikit rahmat, kalau mereka menyempitkan pintu hati mereka.”
(1579) Aku paling menderita kalau menjumpai kemunafikan. Kini aku tahu, o Juru Selamatku, mengapa Engkau mencela orang-orang Farisi dengan sedemikian keras karena kemunafikan mereka. Tetapi, ketika orang-orang berdosa yang keras hati menghampiri Engkau dengan penuh sesal, dengan lebih murah hati Engkau menyatukan diri dengan mereka.
(1580) O Yesusku, kini aku tahu bahwa aku telah melewati semua tahap kehidupanku dengan mengikuti Engkau: masa kanak-kanak, masa remaja, panggilan, karya kerasulan, Tabor, Getsemani, dan kini aku sudah bersama-Mu di Kalvari. Dengan ikhlas, aku membiarkan diriku disalibkan, dan aku memang sudah disalibkan; meskipun aku masih bisa berjalan, aku sudah direntangkan di kayu salib, dan dengan jelas aku merasakan bahwa ada kekuatan yang mengalir kepadaku dari salib-Mu sehingga Engkau, Engkau sendiri, yang menjadi penopangku. Memang sering aku mendengar godaan yang berbisik kepadaku, “Turunlah dari salib!” Tetapi, kuasa Allah menguatkan aku. Memang kesendirian, kegelapan, dan segala macam penderitaan menghimpit hatiku; tetapi kuasa misterius Allah menopang dan menguatkan aku. Aku ingin minum piala ini sampai tetes terakhir. Aku sungguh percaya bahwa rahmat-Mu, yang telah menopang aku di Taman Getsemani, kini juga akan menopang aku ketika aku berada di Kalvari.
(1581) O Yesusku, Guruku, aku mempersatukan keinginan-keinginanku dengan keinginan-keinginan-Mu tatkala bergantung di salib: aku ingin memenuhi kehendak kudus-Mu; aku menginginkan bertobatnya jiwa-jiwa; aku ingin agar kerahiman-Mu dihormati; aku ingin agar kemenangan Gereja dipercepat; aku ingin agar Pesta Kerahiman Ilahi dirayakan di seluruh dunia; aku menginginkan kesucian para imam; aku ingin agar ada seorang santa dalam Kongregasi kami; aku ingin agar seluruh Kongregasi kami memiliki semangat yang berkobar-kobar untuk kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa; aku ingin agar jiwa-jiwa yang hidup di rumah-rumah kami tidak menyakiti Allah, tetapi bertekun dalam kebaikan; aku ingin agar berkat Allah turun atas orangtuaku dan atas seluruh keluargaku; aku ingin agar Allah memberikan terang istimewa kepada para pembimbing rohaniku, khususnya kepada Pastor Andrasz dan Pastor Sopocko; aku menginginkan berkat istimewa bagi para superior yang memberikan arahan-arahan kepadaku, khususnya bagi Muder Jenderal dan Muder Irena serta Pembimbing novis, Muder Jozefa.
(1582) O Yesusku, kini aku merengkuh seluruh dunia dan memohon kerahiman-Mu baginya. Ketika Engkau, ya Allah, mengatakan kepadaku bahwa sudah cukup, dan bahwa kehendak kudus-Mu sudah digenapi sepenuhnya, maka dalam kesatuan dengan Dikau, ya Juru Selamatku, aku akan menyerahkan jiwaku ke tangan Bapa surgawi dengan penuh harapan akan kerahiman-Mu yang tak terbatas. Dan ketika aku berdiri pada kaki singgasana-Mu, madah pertama yang akan kulambungkan adalah madah pujian atas kerahiman-Mu. Hai bumi yang malang, aku tidak akan melupakan engkau, memang aku akan serta merta membenamkan diri dalam Allah laksana dalam suatu samudra kebahagiaan. Tetapi, kebahagiaan itu tidak akan menjadi hambatan bagiku untuk kembali ke bumi guna mendorong jiwa-jiwa dan merangsang mereka untuk percaya akan kerahiman Allah. Sungguh, pembenaman diri dalam Allah ini justru akan memberikan aku kemungkinan untuk melakukan kegiatan yang tak terbatas.
(1583) Ketika aku menulis semua ini, aku mendengar setan menggertakkan gigi. Ia tidak tahan menghadapi kerahiman Allah, dan ia terus membantingkan barang-barang yang ada di kamarku. Tetapi dalam diriku, aku merasakan kekuatan Allah yang sedemikian besar sehingga perbuatan setan itu bahkan tidak mengganggu aku, dan dengan tenang aku terus menulis sehingga musuh keselamatan kita itu menjadi marah.
(1584) O Kebaikan Allah yang tak terselami, yang melindungi kami di setiap langkah, semoga kerahiman-Mu dipuji tanpa henti. Bahwa Engkau menjadi saudara bagi manusia, bukan saudara bagi malaikat, adalah suatu mukjizat misteri kerahiman-Mu yang tak terbatas. Seluruh harapan kami bertumpu pada-Mu, ya Saudara sulung kami, Yesus Kristus, sungguh Allah dan sungguh Manusia. Hatiku dipenuhi dengan sukacita menyaksikan betapa baiknya Allah kepada kita, orang yang jahat dan tidak tahu berterima kasih ini. Dan sebagai bukti cinta-Nya, Allah memberikan kepada kita anugerah yang tak terselami, yakni Diri-Nya sendiri dalam pribadi Putra-Nya. Sepanjang segala abad kita tak pernah akan mampu menyerap misteri cinta ini. O umat manusia, mengapa engkau berpikir sedemikian picik mengenai Allah yang sungguh berada di tengah kita? O Anak Domba Allah, aku tidak tahu apa yang harus kukagumi lebih dulu: kelembutan-Mu, hidup-Mu yang tersembunyi, penghampaan diri-Mu demi keselamatan manusia, atau mukjizat kerahiman-Mu yang tanpa henti, yang mengubah jiwa-jiwa dan membangkitkan mereka untuk menikmati kehidupan kekal. Meskipun Engkau tersemunyi di balik semua ini, kemahakuasaan-Mu lebih jelas daripada dalam penciptaan manusia. Memang kerahiman-Mu yang mahakuasa bekerja dalam karya penyelamatan orang berdosa, tetapi tindakan-Mu tetap lembut dan tersembunyi.
(1585) Penampakan Bunda Allah. Di tengah cahaya yang terang benderang, aku melihat Bunda Allah mengenakan  gaun putih dengan ikat pinggang emas; seluruh busananya bertaburan bintang kecil-kecil, juga dari emas, dan pada lengannya ada lencana dari linen berhias emas. Mantolnya berwarna biru langit, tersampir ringan di atas bahunya. Kerudung transparan dengan indah menudungi kepalanya, sementara rambutnya yang terurai dihias indah oleh mahkota dari emas yang pada puncaknya terdapat salib-salib kecil. Dengan tangan kirinya, ia menggendong Bayi Yesus. Belum pernah aku melihat Santa Perawan Maria dalam wujud seperti ini. Kemudian, ia memandang aku dengan ramah dan berkata, “Aku adalah Bunda dari Allah para Imam.”  Sambil berkata demikian, ia menurunkan Yesus dari pelukannya ke tanah, mengangkat tanganya ke surga dan berkata, “Ya Allah, berkatilah Polandia, berkatilah para imam.” Kemudian ia menyapa aku sekali lagi, “Katakanlah kepada para imam apa yang telah engkau lihat.” Aku berniat memberitahukannya kepada Pastor pada kesempatan pertama aku bertemu dengan dia, tetapi aku tidak dapat mengerti apa-apa dari penglihatan ini.
(1586) O Yesusku, Engkau tahu betapa aku sangat berterima kasih kepada Pastor Sopocko, yang telah memajukan karya-Mu sedemikian jauh. Jiwa yang sedemikian rendah hati itu sudah menanggung segala macam badai. Tidak pernah ia membiarkan dirinya berkecil hati karena penderitaan-penderitaan; sebaliknya, ia telah menanggapi panggilan Allah dengan setia.
(1587) Salah seorang suster ditugaskan untuk merawat orang sakit, tetapi ia sedemikian lalai sehingga orang harus sungguh mengamalkan mati raga. Pada suatu hari, aku memutuskan untuk memberitahukan hal ini kepada superior, tetapi kemudian aku mendengar suara dalam jiwaku, “Tanggunglah semua ini dengan sabar; orang lain akan mengatakan hal itu kepada superior.” Tetapi, pelayanan itu berlangsung satu bulan lamanya. Ketika akhirnya aku mampu turun ke ruang makan dan ke ruang rekreasi, aku mendengar suara ini dalam jiwaku, “Sekarang suster-suster lain akan memberitahukan kelalaian suster itu dalam pelayanannya, tetapi engkau hendaknya tinggal diam dan tidak berbicara mengenai masalah itu.” Dan pada saat itu, meletuslah perdebatan yang tajam mengenai suster itu, dan ia tidak menemukan apa pun [kata-kata] untuk membela diri karena semua suster berkata serentak, “Suster, engkau harus meningkatkan pelayananmu kepada orang sakit.” Kini, aku tahu bahwa kadang-kadang Tuhan tidak memperkenankan kita mengatakan sendiri sesuatu; Ia mempunyai cara sendiri, dan Ia tahu kapan harus mengatakannya.
(1588) Hari ini, aku mendengar suara, “Dalam Perjanjian Lama, Aku mengutus para nabi yang membawa ancaman-ancaman kepada umat-Ku. Sekarang, Aku mengutus engkau membawa kerahiman-Ku kepada umat manusia di seluruh dunia. Aku tidak ingin menghukum umat manusia yang sedang sakit. Sebaliknya, Aku ingin menyembuhkan mereka, sambil mendekapkan mereka ke Hati-Ku yang maharahim. Aku menggunakan hukuman kalau mereka sendiri memaksa Aku berbuat demikian; tangan-Ku enggan untuk memegang pedang keadilan. Sebelum hari Penghakiman tiba, Aku akan menggelar Hari Kerahiman.” Aku menjawab, “O Yesusku, berbicaralah sendiri kepada jiwa-jiwa sebab kata-kataku tidak berdaya.”
Suatu Jiwa Menantikan Kedatangan Tuhan:
(1589) Aku tidak tahu, o Tuhan, kapan Engkau akan datang. Karena itu, sebagai mempelai pilihan-Mu, aku terus berjaga dan mendengarkan sebab aku tahu Engkau senang datang secara tak terduga. Tetapi, dari jauh, hati yang murni sudah akan merasakan Engkau, o Tuhan.
Dalam ketenangan dan keheningan, aku menantikan Engkau, ya Tuhan, dengan kerinduan yang membara di dalam hatiku, dan dengan keinginan yang tak terpadamkan.
Aku erasakan bahwa cintaku akan Dikau semakin berkobar-kobar, dan akan membubung ke surga laksana nyala api pada akhir hayat, dan pada waktu itu segala keinginanku terpenuhi. Maka, datanglah, ya Tuhanku, yang teramat manis, dan bawalah hatiku yang dahaga ke rumah-Mu di kawasan yang paling indah di surga, tempat kehidupan abadi-Mu berlangsung.
Hidup di dunia ini ibarat suatu sakratulmaut; hatiku sadar bahwa ia diciptakan untuk surga. Baginya, lembah-lembah kehidupan ini tidak menarik, karena tanah airku ada di surga -  inilah yang kuimani dengan teguh.

[Akhir Buku Harian Jilid 5]

No comments:

Post a Comment