(1301)
Sungguh luar biasa bahwa Muder Irene memperoleh begitu banyak pencerahan dari
Allah mengenai seluruh masalah ini. Ia adalah orang pertama yang mengizinkan
aku melaksanakan keinginan-keinginan Tuhan meskipun baru dua tahun sesudah
penyataan itu ia menjadi superior. Ia adalah orang pertama yang pergi bersama
aku untuk memantau perkembangan ketika pelukisan gambar itu mulai dikerjakan.
Dan kini, ketika sejumlah bahan mengenai Kerahiman Ilahi diterbitkan dan
gambar-gambar kudus kecil dicetak, sekali lagi dialah yang pergi bersama aku untuk
[memantau] perkembangan masalah ini. Allah telah mengatur semua ini secara
mengagumkan. Sebab karya ini dimulai di Vilnius, dan kini kehendak Allah sudah
mengarahkan situasi sedemikian rupa sehingga karya ini dilanjutkan di Krakow.
Aku tahu betapa superior ini menyenangkan Allah; aku menyaksikan bagaimana
Allah mengarahkan segala sesuatu dan menghendaki aku berada di bawah
perlindungannya selama masa-masa yang penting ini. .... Syukur kepada-Mu,
Tuhan, atas superior seperti ini, yang sungguh hidup dalam kasih dan takut akan
Allah. Itulah sebabnya aku berdoa paling banyak untuk dia sebab ia telah
melibatkan diri paling banyak demi karya Kerahiman Ilahi ini ...
(1302) 29
September 1937. Hari ini, kepadaku diberitahukan banyak hal mengenai
misteri-misteri Allah. Kini aku memahami bahwa komuni kudus tetap berada di
dalam diriku sampai komuni kudus berikut. Kehadiran Allah yang hangat dan nyata
terus berlanjut di dalam jiwaku. Kesadaran akan hal ini menceburkan aku ke
dalam permenungan yang mendalam, tanpa usaha sedikit pun dari pihakku. Hatiku
adalah tabernakel yang hidup, tempat Hosti yang hidup disimpan. Tidak pernah
aku mencari Allah di tempat-tempat yang jauh, tetapi di dalam diriku sendiri.
Dalam lubuk hatiku sendirilah aku menyatukan diri dengan Allahku.
(1303) Ya
Allahku, kendati semua rahmat-Mu, tanpa henti aku merindukan saat aku akan
disatukan selama-lamanya dengan Allahku; dan semakin baik aku mengenal Dia,
semakin bernyala-nyala aku merindukan Dia.
Y.M.Y.
(1304)
Dengan rindu, aku memandangi langit yang bertabur bintang, menatap hamparan
safir yang tiada tara. Di sana hati yang murni meleset mencari Engkau, o Allah,
dan ingin sekali dilepaskan dari ikatan-ikatan daging. Dengan amat rindu, aku
menatap engkau, tanah airku, kapan masa pembuanganku ini akan berakhir? O
Yesus, begitulah seruan mempelai-Mu, yang merana karena mendambakan Engkau.
Dengan
rindu, aku menatap jejak-jejak kaki para kudus yang melintasi padang gurun
dalam perjalanan mereka ke tanah air. Mereka mewariskan kepadaku teladan
keutamaan dan nasihat-nasihat dan mereka berkata kepadaku, “Sabarlah, Suster, tak lama lagi belenggu-belenggu akan lepas.”
Tetapi
jiwaku yang dibakar rindu tidak mendengar kata-kata itu. Dengan berapi-api, ia
merindukan Allah dan Tuhannya, dan ia tidak mengerti bahasa manusia, sebab ia
hanya mencintai Dia.
Jiwaku yang
dibakar rindu, yang terluka karena cinta, memaksakan jalannya melalui segala
makhluk ciptaan dan menyatukan diri dengan kekekalan yang tak terbatas, dengan
Tuhan yang telah menjadi Tunangan hatiku.
Izinkanlah,
o Allah, jiwaku yang dibakar rindu ini membenamkan diri dalam hakikat
Tritunggal ilahi-Mu, aku mohon dengan rendah hati, penuhilah kerinduanku dengan
hati yang dibakar oleh api cinta.
(1305) Hari
ini, ada seorang datang ke asrama dan minta diterima sebagai salah seorang
siswi kami. Tetapi, ia tidak dapat diterima. Padahal, ia sangat membutuhkan
asrama kami. Sementara aku mengadakan percakapan dengan dia, Sengsara Yesus
terasa kembali dalam diriku. Setelah ia pergi, aku melaksanakan suatu mati raga
yang paling berat. Bagaimana pun, lain kali aku tidak akan membiarkan jiwa
seperti itu pergi. Selama tiga hari aku sangat menderita karena memikirkan dia.
Betapa aku sangat menyesal bahwa lembaga kami terlalu kecil dan tidak mampu
menampung jiwa-jiwa yang lebih banyak. Yesusku, Engkau tahu betapa pedihnya
hatiku karena setiap domba yang hilang ....
(1306) O
Kerendahan hati, puspa nan indah, aku melihat betapa sedikitnya jiwa yang
memiliki engkau. Apakah karena engkau sedemikian indah dan sekaligus sedemikian
sulit untuk dicapai? Memang karena kedua-duanya. Sungguh, Allah sendiri sangat
berkenan padanya. Bagi jiwa yang rendah hati, gerbang surga dibuka, dan
kepadanya lautan rahmat meluap. O betapa
indahnya jiwa yang rendah hati. Dari hatinya, ibarat dari sebuah pedupaan,
aneka ragam keharuman yang paling menyenangkan membubung ke langit dan sampai ke
hadirat Allah sendiri, keharumannya memenuhi Hati Allah yang mahakudus dengan
sukacita. Allah tidak menolak apa pun bagi jiwa yang rendah hati; jiwa seperti
ini sangat perkasa dan mampu mempengaruhi nasib seluruh dunia. Allah mengangkatnya sampai ke takhta-Nya sendiri.
Dan, semakin jiwa ini merendahkan diri, semakin rendah Allah merunduk
kepadanya, sambil melimpahinya dengan rahmat dan, setiap saat, mendampingi dia
dengan kemahakuasaan-Nya. Jiwa seperti ini paling erat bersatu dengan Allah. O
kerendahan hati, berakar-kuatlah dalam diriku. O Perawan yang paling murni,
tetapi juga yang paling rendah hati, tolonglah aku mencapai kerendahan hati
yang mendalam. Kini aku mengerti mengapa jumlah orang saleh tidak banyak; tidak
lain karena begitu sedikitnya jiwa yang sungguh-sungguh rendah hati.
(1307) O
Kasih yang kekal, o Lubuk Kerahiman, o Tritunggal kudus tetapi Allah yang Esa,
Hati-Mu penuh kasih terhadap semua orang! Sebagai seorang Bapa yang baik,
Engkau tidak mengabaikan seorang pun. O Kasih Allah, o Mata Air yang hidup,
curahkanlah diri-Mu atas kami, makhluk ciptaan-Mu yang tidak pantas ini.
Kiranya kepapaan kami tidak menghalangi aliran kasih-Mu karena sungguh, tidak
ada batas untuk kerahiman-Mu.
(1308)
Yesus, telah kuperhatikan bahwa Engkau tampak kurang peduli terhadapku, “Benar,
Anak-Ku, karena Aku menggantikan diri-Ku dengan pembimbing rohanimu. Ia sedang
merawatmu selaras dengan kehendak-Ku. Hormatilah setiap kata-katanya seperti
kata-kata-Ku sendiri. Ia ibarat tirai; di belakangnya Aku bersembunyi.
Pembimbing rohanimu dan Aku adalah satu; kata-katanya adalah kata-kata-Ku.”
(1309)
Ketika aku melakukan Jalan Salib, aku sangat terharu pada perhentian kedua
belas. Di sini, aku merenungkan kemahakuasaan kerahiman Allah yang tersalur
lewat Hati Yesus. Dalam luka Hati Yesus yang menganga itu, aku merengkuh semua
orang miskin ... dan orang-orang yang kucintai, sama seperti setiap kali aku
melakukan Jalan Salib. Dari mata air Kerahiman itu, terpancarlah dua berkas
sinar; yakni Darah dan Air. Dengan kelimpahan rahmat-Nya, kedua berkas sinar
ini menyelubungi seluruh dunia....
(1310) Kalau
orang jatuh sakit dan menjadi lemah, ia terus-menerus berusaha melakukan apa
yang biasanya dilakukan oleh orang lain. Tetapi, bahkan hal-hal yang sudah
“biasanya” dilakukan tidak mampu ia lakukan. Bagaimana pun, syukur kepada-Mu,
ya Yesus, atas segala sesuatu sebab bukan besarnya karya yang diberi anugerah,
tetapi besarnya usaha. Apa yang dilakukan atas dasar cinta bukanlah hal yang
kecil, o Yesusku, karena Engkau dapat melihat segala sesuatu. Aku tidak tahu
mengapa aku merasa sedemikian tidak sehat pada pagi hari; aku harus mengerahkan
seluruh kekuatanku untuk turun dari tempat tidur, menghimpun segenap tenaga,
bahkan kadang-kadang diperlukan perjuangan yang berat. Pemikiran mengenai
komuni kudus memberi aku kembali sedikit kekuatan. Dengan demikian, hari itu
berawal dengan pergulatan dan berakhir pula dengan pergulatan. Ketika aku pergi
untuk beristirahat, aku merasa seperti seorang serdadu yang pulang dari medan
perang. Hanya Engkau, ya Tuhanku dan Guruku, yang mengetahui apa yang
terkandung pada hari ini.
(1311)
Meditasi. Pada waktu meditasi, suster yang berlutut di sampingku terus-menerus
batuk dan membunyikan tenggorokannya, kadang-kadang tanpa henti. Sejenak
terpikir olehku untuk pindah ke tempat lain pada saat renungan sebab misa kudus
sudah selesai. Tetapi, kemudian aku berpikir bahwa kalau aku pindah tempat,
suster itu akan tahu dan barangkali merasa tersinggung karena aku menjauhi dia.
Maka aku memutuskan untuk terus berdoa di tempatku yang biasa, dan mempersembahkan
olah kesabaran ini kepada Allah. Menjelang akhir meditasi, jiwaku dipenuhi
dengan penghiburan Allah, sebanyak yang dapat ditanggung hatiku; dan Tuhan
memberitahukan kepadaku bahwa kalau aku menyingkiri suster itu aku juga akan
menyingkirkan rahmat yang dicurahkan ke dalam jiwaku.
(1312) Hari
ini, Yesus masuk melalui pintu masuk utama, menyamar sebagai orang laki-laki
muda yang miskin. Laki-laki muda itu kurus, telanjang kaki dan tanpa tutup
kepala, berpakaian compang-camping, menggigil kedinginan karena hari hujan dan
udara sangat dingin. Ia minta sesuatu yang hangat untuk dimakan. Maka aku pergi
ke dapur, tetapi tidak menemukan apa-apa untuk orang miskin itu. Tetapi,
sesudah mencarinya ke sana kemari selama beberapa waktu, aku berhasil menemukan
sedikit sup. Aku memanasinya dan mencampurkan sedikit roti ke dalamnya. Lalu
aku memberikannya kepada laki-laki muda yang miskin itu, yang kemudian
memakannya. Ketika aku mengambil mangkuk darinya, Ia memperlihatkan kepadaku
bahwa Ia adalah Tuhan surga dan bumi. Ketika aku menyadari bahwa Ia adalah
Tuhan, seketika itu Ia menghilang dari pandanganku. Ketika aku kembali masuk
kamar dan merenungkan apa yang baru saja terjadi di pintu, aku mendengar
kata-kata ini dalam jiwaku, “Putri-Ku, ucapan syukur orang-orang miskin
yang memuji Aku sambil meninggalkan pintu itu telah sampai ke telinga-Ku. Dan
kemurahanmu, dalam batas-batas ketaatan, telah menyenangkan Hati-Ku. Itulah
sebabnya Aku turun dari takhta-Ku - untuk menikmati buah-buah belas kasihmu.”
(1313) O
Yesusku, kini segalanya sudah jelas bagiku, dan aku memahami semua yang baru
saja terjadi. Bagaimana pun, aku merasakan sesuatu dan bertanya dalam hati
orang miskin macam apa ini: ia memancarkan kesederhanaan yang begitu tulus.
Sejak saat itu, bergolaklah dalam hatiku cinta yang bahkan semakin murni kepada
orang yang miskin dan berkekurangan. Oh, betapa bahagiannya aku bahwa para
superiorku telah memberiku tugas seperti itu! Aku mengerti bahwa ada banyak
cara untuk melakukan belas kasihan; setiap saat, di mana saja dan kapan saja,
orang dapat berbuat baik. Cinta akan Allah yang bernyala-nyala selalu melihat
di sekitar dirinya kesempatan-kesempatan untuk membagikan diri lewat perbuatan,
perkataan, dan doa. Kini aku memahami, o Tuhan kata-kata yang Kauucapkan
kepadaku beberapa waktu yang lalu.
(1314) Oh,
betapa besarnya usaha-usaha yang harus kulakukan untuk melaksanakan
tugas-tugasku dengan baik ketika kesehatanku sedemikian buruk! Hanya Engkau
yang akan tahu mengenai hal ini, o Kristus.
(1315) Di
saat mengalami kesunyian batin, aku tidak kehilangan damaiku sebab aku tahu
bahwa Allah tidak pernah meninggalkan jiwa kecuali kalau jiwa itu sendiri
mematahkan ikatan cinta dengan Dia lewat ketidaksetiaannya. Segala makhluk,
tanpa kecuali, bergantung pada Tuhan dan dipelihara oleh kemahakuasaan-Nya.
Sebagian dari makhluk-makhluk itu berada di bawah hukum kasih, yang lain di
bawah hukum keadilan. Tergantung pada kita di bawah hukum mana kita mau hidup.
Sebab untuk setiap orang disediakan bantuan rahmat yang cukup. Aku sama sekali
tidak takut kalau aku tampak ditinggalkan sendirian. Aku akan memeriksa diri
secara lebih mendalam untuk menemukan apakah hal itu disebabkan oleh
kesalahanku. Kalau tidak demikian, terpujilah [Tuhan]!
(1316) 1
Oktober 1937. “Putri-Ku, Aku membutuhkan kurban yang dilaksanakan dengan penuh kasih
sebab hanya kurban seperti itulah yang memiliki arti bagi-Ku. Memang luar biasa
utang-utang dunia kepada-Ku; jiwa-jiwa yang murni dapat membayarnya dengan
pengurbanan mereka, sambil mengamalkan belas kasihan dalam roh.”
(1317) Aku
memahami kata-kata-Mu, Tuhan, dan aku juga memahami besarnya kerahiman yang
harus memancar di dalam jiwaku. Yesus [berkata], “Aku tahu, Putri-Ku, bahwa engkau
memahaminya dan bahwa engkau sudah melakukan segala sesuatu yang ada dalam
batas kemampuanmu. Tetapi, tulislah ini untuk banyak jiwa yang sering kali
gelisah karena mereka tidak memiliki sarana-sarana material untuk mengamalkan
tindak belas kasihan. Camkanlah, kerahiman rohani, baik yang tidak menuntut
izin maupun rumah penampungan jauh lebih berpahala dan dapat dilakukan oleh
setiap jiwa. Kalau, dengan satu dan lain cara, suatu jiwa tidak mengamalkan
belas kasihan, pada hari penghakiman ia tidak akan memperoleh kerahiman-Ku. Oh,
kalau saja semua jiwa mengetahui bagaimana mengumpulkan harta yang kekal bagi
diri mereka sendiri, pastilah mereka tidak akan dihakimi karena mereka akan
mencegah penghakiman-Ku dengan belas kasihan mereka.”
(1318) 10
Oktober 1937. O Yesusku, guna mensyukuri rahmat-Mu yang begitu banyak, aku
mempersembahkan kepada-Mu tubuh dan jiwaku, budi dan kehendakku, serta semua
perasaan hatiku. Lewat kaul-kaulku, aku telah menyerahkan diriku sepenuhnya
kepada-Mu; kini aku tidak memiliki apa-apa lagi yang dapat kupersembahkan
kepada-Mu. Yesus berkata kepadaku, “Putri-Ku, engkau belum pernah
mempersembahkan kepada-Ku apa yang sungguh-sungguh menjadi milikmu.”
Aku mawas diri secermat-cermatnya dan aku merasa bahwa aku sudah mencintai
Allah dengan segala kemampuan jiwaku, dan aku tidak mampu menemukan apa yang
belum kuberikan kepada Tuhan. Maka aku bertanya, “Yesus, katakan kepadaku, apa yang belum kuberikan kepada-Mu, dan
seketika itu juga aku akan memberikannya kepada-Mu dengan tulus hati.”
Yesus berkata kepadaku dengan penuh kasih, “Putri-Ku, berikanlah kepapaanmu sebab
itulah satu-satunya milikmu.” Dan pada saat itu juga, seberkas cahaya
menerangi jiwaku, dan aku melihat seluruh lubuk kepapaanku. Pada saat yang
sama, aku mendekapkan diriku pada Hati Yesus yang mahakudus dengan penyerahan
diri yang sedemikian besar sehingga kalaupun aku bersalah atas dosa semua orang
yang sudah dikutuk, aku tidak akan meragukan kerahiman Allah. Sebaliknya,
dengan hati yang remuk redam, aku akan menghempaskan diriku ke dalam lubuk
kerahiman-Nya. Aku percaya, o Yesus, bahwa Engkau tidak akan menolakku, tetapi
akan mengampuni segala dosaku lewat tangan wakil-Mu.
(1319) Engkau sudah wafat, ya Yesus, tetapi mata
air kehidupan memancar bagi jiwa-jiwa, dan lautan kerahiman terbuka untuk
seluruh dunia. O Mata Air Kehidupan, o Kerahiman Ilahi yang tak terhingga,
rengkuhlah seluruh dunia dan hampakan diri-Mu untuk kami.
(1320) “Pada
pukul tiga sore, mohonlah kerahiman-Ku, khususnya untuk orang-orang berdosa;
dan meskipun hanya sebentar, benamkanlah dirimu di dalam Sengsara-Ku, khususnya
di dalam kesendirian-Ku pada waktu menghadapi sakratulmaut. Inilah jam
kerahiman yang besar bagi seluruh dunia. Aku akan mengizinkan engkau masuk ke
dalam dukacita-K yang begitu pedih. Pada jam ini, Aku tidak akan menolak apa
pun yang dimohon oleh jiwa-jiwa yang mengajukan permintaan kepada-Ku demi
Sengsara-Ku ...”
(1321)
Salam, ya Hati Yesus yang maharahim, Mata Air yang mengalirkan segala rahmat,
satu-satunya naungan, satu-satunya pengungsian; dalam Dikau aku menemukan
terang pengharapan.
Salam, ya
Hati Allahku yang mahamurah, Mata Air Kasih yang tak terhingga, yang
terus-menerus mengalirkan kehiduan kepada orang berdosa, Mata Air segala
kemanisan.
Salam, ya
Luka Hati Mahakudus yang selalu terbuka, yang memancarkan sinar kerahiman, dan
mengizinkan kami menimba kehidupan dengan satu-satunya bejana, yakni
pengharapan.
Salam, ya
kebaikan Allah yang tak terselami, yang tak pernah dapat diukur dan dinilai,
yang penuh kasih dan kerahiman, meskipun mahakudus, yang seperti seorang ibu
yang baik, selalu merunduk atas kita.
Salam, ya
Takhta Kerahiman, Anak Domba Allah, yang memberikan hidup-Mu sebagai kurban
bagiku, di hadapan-Mu, jiwaku merendahkan diri setiap hari, dan hidup dalam
iman yang teguh.
No comments:
Post a Comment