(1501)
Malam ini, aku sulit tidur karena merasakan penderitaanku. Maka aku berkunjung
ke semua gereja dan kapel; meskipun hanya sebentar, aku melakukan sembah sujud
di hadapan Sakramen Mahakudus. Ketika kembali ke kapelku, aku mendoakan
imam-imam tertentu yang memaklumkan dan memuliakan Kerahiman Ilahi. Aku juga
berdoa untuk ujud-ujud Bapa Suci dan untuk memperoleh kerahiman ilahi bagi
orang-orang berdosa - demikianlah malam-malamku berlalu.
(1502) 20
Januari 1938. Aku tidak pernah merayu seorang pun. Aku tidak tahan mendengar
sanjung puji yang berlebihan karena kerendahan hati sejati selalu bersikap apa
adanya. Tidak ada bujuk rayu dalam kerendahan hati yang sejati. Memang, aku
menganggap diriku yang paling kecil di seluruh biara tetapi, di lain pihak, aku
menikmati penghormatan yang tinggi karena menjadi mempelai Kristus. Aku tidak
pedulikan yang sering kudengar dikatakan orang bahwa aku ini sombong karena aku
tidak menghiraukan penilaian manusia yang tidak melihat dengan cermat motif
yang ada di balik tindakan-tindakan kita.
(1503) Pada
awal kehidupanku sebagai biarawati, sesudah masa novisiat, ketika aku mulai
melatih diri secara khusus dalam kerendahan hati, aku merasa bahwa perendahan
diri yang dikirim Allah kepadaku tidak cukup. Maka, dalam semangatku yang
bernyala-nyala, atas prakarsa sendiri, aku mencari bentuk-bentuk perendahan
diri yang lebih berat, dan di hadapan para superior sering kali aku menampilkan
perilaku yang berbeda dengan keadaanku yang sesungguhnya, dan sering aku
berbicara tentang kepapaan-kepapaan yang sesungguhnya tidak ada padaku. Tetapi,
tidak lama kemudian, Yesus mengajarkan kepadaku bahwa kerendahan hati yang
sejati adalah bersikap seperti adanya. Sejak saat itu, aku mengubah cara
pikirku, dengan mengikuti terang Yesus secara setia. Aku mengerti bahwa kalau
suatu jiwa bersama Yesus, Yesus tidak akan membiarkan dia sesat.
(1504)
Tuhan, Engkau tahu bahwa sudah sejak masa mudaku aku selalu mencari kehendak-Mu
dan ketika mengetahuinya, aku selalu berusaha mengamalkannya. Hatiku telah
menjadi terbiasa dengan ilham-ilham Roh Kudus; kepada-Nya aku selalu setia. Di
tengah hiruk pikuk yang paling gaduh pun aku dapat mendengar suara Allah. Aku
selalu mengetahui apa yang sedang terjadi dalam batinku ...
(1505) Aku
gigih mengupayakan kesucian sebab dengan cara ini aku akan bermanfaat bagi
Gereja. Aku melakukan usaha-usaha yang tekun dalam mengamalkan keutamaan. Aku
berusaha setia dalam mengikuti Yesus. Dan, aku berusaha mengamalkan seluruh
rangkain keutamaan harian - silentium, tersembunyi, hampir tidak kelihatan;
semua kuamalkan dengan cinta yang besar - dan kuletakkan dalam khazanah Gereja
Allah demi mafaat umum bagi jiwa-jiwa. Secara batin, aku merasakan seolah-olah
aku bertanggung jawab atas semua jiwa. Aku sungguh-sungguh paham bahwa aku
hidup tidak hanya untuk diriku sendiri, tetapi [untuk] seluruh Gereja.
(1506) O
Allah yang tak terselami, hatiku bersukacita karena Engkau telah mengizinkan
aku memasuki misteri-misteri kerahiman-Mu! Segala sesuatu dimulai dengan
kerahiman-Mu dan berakhir dengan kerahiman-Mu.
(1507)
Segala rahmat mengalir dari kerahiman, dan saat terakhir pun akan penuh dengan
kerahiman bagi kita. Hendaknya tidak seorang pun meragukan kebaikan Allah; juga
kalau dosa-dosanya sehitam malam kelam. Kerahiman Allah lebih besar daripada
kepapaan kita. Hanya satu hal yang perlu, yakni agar pendosa membiarkan pintu
hatinya terbuka meskipun sangat kecil, untuk membiarkan sinar rahmat Allah yang
maharahim masuk; kemudian, selebihnya akan dikerjakan oleh Allah. Tetapi,
sungguh malanglah jiwa yang telah menutup pintu terhadap
kerahiman Allah, juga pada saat terakhir hidupnya. Jiwa seperti itulah yang
mencampakkan Yesus ke dalam dukacita yang pedih di Taman Zaitun; sungguh, dari
Hati-Nya yang maharahimlah Kerahiman Ilahi mengalir keluar.
(1508) 21
Januari 1938. Ya Yesus, betapa mengerikan menanggung penderitaan kalau bukan
demi Engkau. Namun, ya Yesus, Engkau yang terentang pada salib memberi aku
kekuatan dan selalu dekat dengan jiwa yang menderita. Ciptaan-ciptaan akan
meninggalkan orang yang menderita, tetapi Engkau, Tuhan, selalu setia ....
(1509)
Sering terjadi, ketika orang sakit, seperti halnya dengan Ayub dalam Perjanjian
Lama, sejauh ia masih dapat bergerak dan bekerja, segala sesuatu dianggap beres
dan baik-baik saja; tetapi apabila Allah mengirimkan rasa sakit, ringan atau
berat, hanya sedikit sahabat yang datang. Tetapi, bagaimana pun masih ada.
Mereka masih peduli akan penderitaan kita. Tetapi, kalau Allah memberikan rasa sakit
yang telah lama, ada beberapa sahabat setia yang pelan-pelan mulai meninggalkan
kita. Mereka semakin jarang mengunjungi kita dan sering kali kunjungan mereka
justru menimbulkan penderitaan. Mereka tidak menghibur kita, tetapi malah
mencela kita karena hal-hal tertentu, dan hal itu justru memperparah
penderitaan. Demikianlah jiwa itu, seperti Ayub, ditinggalkan sendirian;
tetapi, untunglah, ia sungguh tidak sendirian sebab Yesus-dalam-Hosti selalu
menyertainya.
Sesudah
mengecap penderitaan-penderitaan seperti di atas dan menjalani sepanjang malam
dalam kepahitan, keesokan harinya, imam komunitas mengantar komuni kudus
kepadaku. Ketika itu, aku harus mengendalikan diri dengan sekuat tenaga jangan
sampai aku berteriak dengan sekuat suaraku. “Selamat
datang Sahabatku yang sejati dan satu-satunya.” Komuni kudus memberi aku
kekuatan untuk menderita dan bertempur.
Aku ingin
berbicara tentang satu hal lagi yang telah kualami: ketika Allah tidak
memberikan kesehatan, tetapi tidak juga memberikan kematian, dan [ketika] hal
ini berlangsung selama bertahun-tahun, orang menjadi terbiasa dengan keadaan
ini dan menganggap orang yang menderita itu tidak sakit. Maka mulailah seluruh
rangkaian kemartiran batin. Hanya Allah yang tahu betapa beratnya penderitaan
yang ditanggung oleh jiwa itu.
(1510)
Suatu petang, aku merasa kesehatanku begitu buruk sehingga aku bertanya-tanya
dalam hati bagaimana aku dapat kembali ke kamarku. Ketika itu, aku menghampiri
Suster Asisten yang sedang minta kepada salah seorang suster dari kelompok
pertama untuk pergi ke gerbang menyampaikan suatu pesan. Tetapi, begitu melihat
aku, Suster Asisten berkata kepadanya, “Tidak,
Suster, engkau tidak perlu pergi ke sana. Biarlah Sr. Faustina yang akan pergi
sebab hujan sangat lebat.” Aku menjawab, “Baik,” dan aku pergi serta melaksanakan perintahnya, tetapi hanya
Allah yang mengetahui seluruh permasalahan itu. Ini hanyalah satu contoh dari
begitu banyak penderitaan. Kadang-kadang, ada kesan bahwa seorang suster dari
kelompok kedua itu tercipta dari batu, padahal ia juga manusia dan memiliki
hati serta perasaan ...
(1511) Pada
saat-saat seperti itu, Allah sendiri datang untuk menolong, sebab kalau tidak,
jiwa itu tidak akan mampu menanggung salib-salib yang bahkan belum pernah aku
tulis, dan sekarang pun aku tidak bermaksud untuk menuliskannya. Tetapi,
apabila aku merasakan ilham untuk melakukannya, semuannya itu akan kutulis ...
(1512) Hari
ini, di dalam misa, aku melihat Tuhan Yesus di tengah penderitaan-Nya,
seolah-olah Ia sedang menghadapi ajal-Nya di salib. Ia berkata kepadaku, “Putri-Ku,
seringlah merenungkan penderitaan-penderitaan yang sudah Kujalani; maka tidak
satu pun dari apa yang engkau derita akan terasa berat. Engkau paling
menyenangkan Hati-Ku ketika engkau merenungkan sengsara-Ku yang pedih.
Gabungkanlah penderitaanmu yang kecil-kecil dengan sengsara-Ku yang pedih
supaya semua penderitaanmu memiliki nilai yang tak terbatas di hadapan
keagungan-Ku.”
(1513) Hari
ini, Yesus berkata kepadaku, “Engkau sering menyebut Aku Gurumu. Ini
menyenangkan hati-Ku; tetapi jangan lupa, Murid-Ku, bahwa engkau adalah murid
dari Guru yang tersalib. Biarlah kata ‘salib’ itu cukup bagimu. Engkau tahu apa
yang terkandung di dalam salib.”
(1514) Aku
tahu bahwa kekuatan paling besar tersembunyi di dalam kesabaran. Aku tahu bahwa
kesabaran selalu mengantar kepada kemenangan meskipun tidak serta merta; tetapi
kemenangan itu akan menjadi nyata sesudah bertahun-tahun. Kesabaran terkait
dengan kelembutan.
(1515) Aku menjalani
seluruh malam ini ersama Yesus dalam ruang bawah tanah yang gelap gulita.
Inilah malam adorasi. Para suster berdoa di kapel, dan aku menyatukan diri
dengan mereka dalam roh sebab kondisi kesehatanku yang buruk tidak memungkinkan
aku untuk pergi ke kapel. Tetapi, sepanjang malam aku tidak dapat tidur
sehingga aku menjalani malam itu dalam penjara yang gelap bersama Yesus. Yesus
memberi tahu aku penderitaan-penderitaan yang Ia alami di sana. Dunia akan
mengetahui semua itu pada hari penghakiman.
(1516) “Putri-Ku,
katakanlah kepada jiwa-jiwa bahwa Aku memberikan kerahiman-Ku kepada mereka
sebagai suatu pembelaan. Aku sendiri bertempur menggantikan mereka dan menahan
murka yang memang sepantasnya dijatuhkan oleh Bapa-Ku.”
(1517) “Katakanlah,
Putri-Ku, bahwa Pesta Kerahiman-Ku itu telah muncul dari lubuk Hati-Ku sendiri
untuk memberikan penghiburan kepada seluruh dunia.”
(1518) Yesus,
damai dan istirahatku, aku mohon kepada-Mu untuk memberikan terang kepada
suster itu supaya secara batin ia dapat berubah. Topanglah ia sungguh-sungguh
dengan rahmat-Mu, supaya ia juga dapat mencapai kesempurnaan.
(1519) Hari
ini, sebelum komuni kudus, Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, hari ini berbicaralah
terus terang kepada Superior mengenai kerahiman-Ku sebab di antara semua
superior, ia telah ambil bagian paling besar dalam memaklumkan kerahiman-Ku.” Dan
memang, Muder Superior siang ini datang, dan kami berbicara mengenai karya
Allah ini. Muder mengatakan kepadaku bahwa gambar-gambar itu tidak dicetak
dengan baik dan penjualannya tidak sangat lancar. “Tetapi,” katanya, “aku
sendiri telah membelinya dalam jumlah yang cukup banyak. Aku sedang
membagikannya di mana aku dapat, dan aku berusaha sungguh-sungguh untuk dapat
menyebarluaskan karya kerahiman ini.” Ketika ia telah pergi, Tuhan
memberitahukan kepadaku betapa jiwa ini menyenangkan Hati-Nya.
(1520) Hari
ini, Tuhan berkata kepadaku, “Aku telah membuka Hati-Ku sebagai mata air
kerahiman yang terus mengalir. Biarlah semua jiwa menimba kehidupan dari mata
air ini. Biarlah mereka menghampiri samudra kerahiman ini dengan pengharapan
yang teguh. Orang-orang berdosa akan memperoleh pengampunan, dan orang-orang
benar akan diteguhkan dalam kebaikan. Barangsiapa mengandalkan kerahiman-Ku,
pada saat kematiannya ia akan dipenuhi dengan damai ilahi-Ku.”
(1521)
Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, jangan lelah memaklumkan
kerahiman-Ku. Dengan cara ini, engkau akan menyegarkan Hati-Ku yang
bernyala-nyala dengan api belas kasih bagi orang-orang berdosa. Katakanlah
kepada para imam-Ku bahwa orang-orang berdosa yang keras hati akan bertobat
pada saat mendengar mereka berbicara mengenai kerahiman-Ku yang tak terbatas,
dan tentang kemurahan Hati-Ku terhadap mereka. Kepada para imam yang
memaklumkan dan memuliakan kerahiman-Ku, AKu akan memberikan kekuatan yang
mengagumkan; Aku akan mengurapi kata-kata mereka dan menyentuh hati orang-orang
yang akan mendengarkan perkataan mereka.”
(1522)
Kehidupan komunitas itu memang sulit, tetapi jauh lebih sulit menghadapi
jiwa-jiwa yang sombong. “Ya Allah,
berilah aku iman yang lebih mendalam supaya aku dapat melihat dalam diri setiap
suster wajah kudus-Mu yang telah terukir di dalam jiwanya ...”
(1523)
Cinta yang lestari, api yang murni, berkobarlah di dalam hatiku tanpa padam dan
kuduskanlah seluruh pribadiku, seturut perkenan-Mu yang tak terbatas; dengan
perkenan-Mu itu, Engkau menyuruh aku memasuki kehidupan dan memanggil aku
mengambil bagian dalam kebahagiaan-Mu yang abadi. O Tuhan yang maharahim, hanya
karena kerahiman Engkau telah melimpahkan karunia-karunia ini atas diriku.
Melihat semua anugerah Cuma-Cuma dalam diriku ini, dengan kerendahan hati yang
mendalam aku menyembah kebaikan-Mu yang tak terselami. Tuhan, hatiku dipenuhi dengan
kekaguman bahwa Engkau, Tuhan yang mutlak, yang tidak membutuhkan seorang pun,
tetapi sudi merunduk sedemikian rendah karena cinta-Mu akan kami. Tak pernah
aku dapat menahan rasa kagumku bahwa Tuhan sudi menjalin hubungan yang
sedemikian mesra dengan ciptaan-ciptaan-Nya. Sekali lagi, ini adalah bukti
kebaikan-Nya yang tak terbatas. Setiap kali, aku mulai merenungkan hal ini,
tidak pernah aku dapat menyelesaikannya sebab rohku sepenuhnya terbenam dalam
dia. Betapa menyenangkan mencintai dengan segenap hati dan, sebagai balasannya,
dicintai bahkan dengan lebih mesra, dan merasakan serta mengalami semua ini
dengan penuh kesadaran. Tidak ada kata-kata untuk mengungkapkannya.
(1524) 25
Januari 1938. Yesusku, betapa baik dan sabarnya Engkau! Engkau sering memandangi
kami seperti anak-anak kecil. Kami sering memohon kepada-Mu, tetapi kami tidak
tahu untuk apa sebab menjelang akhir doa, ketika Engkau memberi kami apa yang
telah kami minta, kami tidak mau menerimanya.
(1525) Pada
suatu hari, salah seorang suster datang kepadaku dan meminta aku mendoakannya,
sambil mengatakan kepadaku bahwa ia tidak tahan lagi menghadapi situasi. “Maka, doakanlah saya, Suster.” Aku
menjawab bahwa aku akan mendoakannya, dan aku memulai novena kepada Kerahiman
Ilahi. Aku tahu bahwa Allah akan memberi dia rahmat, tetapi aku tahu juga bahwa
ia tidak akan puas ketika menerimannya. Tetapi, aku terus berdoa karena ia
telah meminta aku melakukannya. Hari berikutnya, suster yang sama datang
mencari aku, dan ketika kami mulai berbicara lagi mengenai masalah yang sama,
aku berkata kepadanya, “Engkau tahu,
Suster, kalau kita berdoa, kita tidak boleh memaksa Tuhan Allah untuk
memberikan kepada kita apa yang kita mau, tetapi lebih baik kita menyerahkan
semuanya kepada kehendak kudus-Nya.” Tetapi, ia berpikir bahwa
permintaannya tidak dapat ditawar-tawar. Menjelang akhir novena, suster itu
datang lagi dan berkata, “O Suster, Tuhan
Yesus telah memberi aku rahmat, tetapi sekarang saya berpikiran lain. Tolong
berdoa, supaya masalahnya kembali seperti semula.” Aku menjawab, “Baik, aku akan berdoa, tetapi supaya
kehendak Allah terlaksana dalam dirimu, Suster, dan bukan supaya terlaksana apa
yang engkau kehendaki.”
(1526) Hati
Yesus yang Maharahim, lindungilah kami dari murka Allah yang adil.
(1527)
Seorang suster terus-menerus menganiaya aku dengan alasan bahwa Allah
menyatukan diri denganku sedemikian mesra, dan ia pikir bahwa ini semua adalah
rekayasa dari pihakku. Ia berpikir bahwa aku telah melakukan sesuatu kesalahan.
Maka ia berkata, “Ada orang yang mendapatkan wahyu, tetapi mereka
melakukan kesalahan-kesalahan juga.” Ia mengatakan hal ini kepada semua
suster dan selalu dengan nada mencemooh, untuk menunjukkan bahwa aku adalah
seorang yang aneh. Pada suatu hari, aku sangat menderita memikirkan bagaimana
otak insan yang picik ini begitu sembrono menilai anugerah-anugerah Allah.
Sesudah komuni kudus, aku berdoa agar Tuhan meneranginya, tetapi aku dapat
pengertian bahwa jiwa ini tidak akan memperoleh kesempurnaan kalau ia tidak
mengubah sikap batinnya.
(1528)
Ketika aku mengeluh kepada Tuhan Yesus mengenai orang tertentu [dengan
berkata], “Yesus, bagaimana orang ini
dapat memberikan penghakiman seperti itu meskipun hanya dalam hati?” Tuhan
menjawab, “Jangan heran. Jiwa itu bahkan tidak mengenal dirinya sendiri; karena
itu, bagaimana mungkin ia dapat memberikan penilaian yang tepat mengenai jiwa
lain?”
(1529) Hari
ini, aku melihat Pastor Andrasz sedang berdoa. Aku juga tahu bahwa ia sedang
mendoakan aku di hadapan Tuhan. Kadang-kadang, Tuhan menunjukkan kepadaku siapa
yang sedang mendoakan aku.
(1530) Aku
menjaga diri untuk tetap sedikit berada di belakang, seolah-olah karya Allah
ini tidak menarik minatku. Sekarang aku tidak membicarakan masalah Pesta
Kerahiman Ilahi, tetapi seluruh jiwaku tenggelam dalam doa untuk itu, dan aku
mengalami bahwa Allah sedemikian baik seolah-olah Ia mau cepat-cepat memberikan
karunia itu, yakni Pesta Kerahiman Ilahi. Aku melihat juga bahwa Yesus sedang
bekerja. Dia sendiri sedang memberikan arahan-arahan bagaimana karya ini harus
dilaksanakan. Tidak suatu pun terjadi secara kebetulan.
(1531) Hari
ini, aku berkata kepada Tuhan Yesus, “Apakah
Engkau melihat betapa banyaknya kesulitan [yang harus diatasi] untuk membuat
mereka percaya bahwa Engkau sendirilah yang merancang karya ini? Bahkan
sekarang, tidak setiap orang memercayainya. “Tenanglah, Anak-Ku; tidak ada suatu pun yang dapat melawan
kehendak-Ku. Meskipun para suster mengerutu dan menentang, kehendak-Ku akan
terlaksana sepenuhnya di dalam dirimu, tepat seperti yang Kuinginkan dan
Kurancang; jangan sedih kalau bagi sejumlah jiwa, Aku pun merupakan batu
sandungan.”
(1532)
Yesus mengeluh kepadaku, betapa sakit Hati-Nya karena ketidaksetiaan jiwa-jiwa
pilihan, “Hati-Ku lebih terluka lagi oleh ketidakpercayaan mereka setelah mereka
jatuh. Seandainya mereka itu belum mengalami kebaikan Hati-Ku, ketidakpercayaan
itu tidaklah begitu menyakitkan!”
(1533) Aku
menyaksikan murka Allah yang besar menggantung di atas Polandia. Sekarang aku
melihat bahwa seandainya Allah menjatuhkan hukuman yang paling berat atas
negara ini, maka ini tetaplah bukti kerahiman-Nya yang besar. Sebab Ia dapat
saja menghukum kita dengan pemusnahan kekal atas sekian banyak kejahatan. Aku
serasa lumpuh karena ketakutan ketika Tuhan menyingkapkan kepadaku sedikit selubung
[hukuman] itu. Tetapi, sekarang aku tahu dengan jelas bahwa jiwa-jiwa pilihan
menopang keberadaan dunia ini supaya terpenuhilah takaran [keadilan].
(1534) Aku
melihat usaha-usaha seorang imam lewat doa. Dan doanya mirip dengan doa Tuhan
Yesus di Taman Getsemani. Oh, kalau saja imam itu mengetahui betapa doanya itu
menyenangkan Allah!
(1535) O
Yesus, aku mengurung diri di dalam Hati-Mu yang maharahim ibarat dalam suatu
benteng yang tidak dapat ditembus oleh peluru-peluru musuhku.
(1536) Hari
ini, aku merasa berada di dekat seorang yang menghadapi ajal tidak jauh dari
rumahku di desa. Aku mendukung dia dengan doa-doaku dan, tidak lama kemudian,
aku merasakan sejenak rasa sakit pada tangan, kaki, dan lambungku ...
(1537) 27
Januari 1938. Hari ini, dalam ibadat Jam Kudus, Yesus mengeluh kepadaku
mengenai sikap tidak tahu terima kasih dari jiwa-jiwa, “Sebagai balasan atas
berkat-berkat-Ku, Aku menerima sikap tidak tahu terima kasih. Sebagai balasan
atas kasih-Ku, AKu dilupakan dan tidak diacuhkan. Hati-Ku tidak tahan menanggung
perlakuan seperti ini!”
(1538) Pada
waktu itu, kasih akan Yesus berkobar sedemikian kuat di dalam hatiku sehingga
sambil mempersembahkan diri untuk jiwa-jiwa yang tidak tahu terima kasih, aku
membenamkan diri sepenuhnya di dalam Dia. Ketika aku kembali sadar, Tuhan
mengizinkan aku mengecap sedikit sikap tidak tahu terima kasih yang melanda
Hati-Nya. Pengalaman ini berlangsung dalam waktu yang singkat.
(1539) Hari
ini, aku berkata kepada Tuhan, “Kapan
Engkau akan mengambil aku untuk bersatu dengan diri-Mu? Sakitku sudah
sedemikian parah, dan aku telah menanti-nantikan kedatangan-Mu dengan kerinduan
yang membara!” Yesus menjawab, “Siaplah elalu; tidak lama lagi Aku akan
meninggalkan engkau di tempat pembuangan ini. Kehendak kudus-Ku harus digenapi
dalam dirimu.” O Tuhan, kalau kehendak kudus-Mu belum digenapi
sepenuhnya dalam diriku, inilah aku; aku sipa untuk segala sesuatu yang Engkau
kehendaki, o Tuhan! O Yesusku, hanya ada satu hal yang membuat aku heran, yakni
bahwa Engkau menyatakan begitu banyak rahasia kepadaku; tetapi tentang rahasia
yang satu ini - saat kematianku - Engkau tidak mau memberitahukannya kepadaku.
Dan Tuhan menjawab aku, “Tenanglah; Aku akan memberitahukannya
kepadamu, tetapi belum sekarang.” “Ah,
Tuhanku, aku mohon ampun kepada-Mu karena aku ingin mengetahui hal ini. Engkau
tahu dengan baik mengapa, sebab Engkau dambaan hatiku, yang dengan penuh gairah
ingin pergi kepada-Mu. Engkau tahu bahwa aku tidak ingin meninggal bahkan satu
detik pun sebelum waktu yang telah Engkau tentukan bagiku sebelum segala adab.”
Dengan kasih sayang yang mengherankan, Yesus mendengarkan curahan hatiku.
(1540) 28
Januari 1938. Hari ini, Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, tulislah kata-kata
ini: Semua jiwa yang memuliakan kerahiman-Ku dan menyebarluaskan devosi ini,
dengan mendorong jiwa-jiwa lain untuk mengharapkan kerahiman-Ku, tidak akan
mengalami ketakutan pada saat kematiannya. Kerahiman-Ku akan melindungi mereka
dalam menghadapi pertempuran akhir itu ...”
(1541) “Putri-Ku,
semangatilah jiwa-jiwa untuk mendaraskan Koronka yang telah Kuberikan kepadamu.
Dengan senang hati, Aku akan memberikan semua yang mereka minta kepada-Ku lewat
pendarasan Koronka. Apabila orang-orang berdosa yang keras hati mendaras
Koronka, Aku akan memenuhi jiwa mereka dengan damai, dan saat kematian mereka
akan menjadi saat yang membahagiakan.”
“Tulislah
demi jiwa-jiwa yang tertekan: kalau satu jiwa melihat dan menyadari betapa
berat dosa-dosanya, kalau ia menyaksikan seluruh jurang kepapaan yang
menenggelamkan dirinya terpapang di depan matanya, janganlah ia putus asa.
Sebaliknya, dengan penuh pengharapan, hendaknya ia menghempaskan diri ke dalam
pelukan kerahiman-Ku, seperti seorang anak menghempaskan diri ke dalam pelukan
ibunya yang terkasih. Jiwa-jiwa ini mempunyai hak untuk mendapatkan prioritas dari
Hati-Ku yang mahamurah; mereka memiliki hak pertama untuk menghampiri
kerahiman-Ku. Katakan kepada mereka bahwa belum pernah jiwa yang menyerukan
kerahiman-Ku dikecewakan dan dipermalukan. Hati-Ku yang maharahim sangat
berkenan akan jiwa yang menaruh pengharapan pada kebaikan-Ku.”
“Tulislah
bahwa kalau mereka mendaras Koronka di dekat orang yang menghadapi ajal, Aku
akan berdiri di antara Bapa-Ku dan orang yang menghadapi ajal itu, bukan
sebagai Hakim yang adil tetapi sebagai Juru Selamat yang maharahim.”
(1542) Pada
saat itu, Tuhan menunjukkan kepadaku betapa besar rasa cemburu-Nya mengenai
hatiku.
“Bahkan di
tengah-tengah para biarawati, engkau akan merasa sendirian. Saat itu,
ketahuilah bahwa Aku ingin agar engkau menyatukan diri lebih erat lagi dengan
Aku. Aku peduli akan setiap denyut jantungmu. Setiap gejolak kasihmu terpantul
di dalam Hati-Ku. Aku mendambakan kasihmu.” “Baik, Yesus, hatiku pun tidak akan mampu hidup tanpa Engkau; kalaupun
hati semua makhluk dicurahkan kepadaku, semua itu tidak akan memuaskan dahaga
hatiku.”
(1543) Hari
ini, menjelang petang, Tuhan berkata kepadaku, Pada saat kematianmu,
percayakanlah dirimu sepenuhnya kepada-Ku, dan Aku akan memperkenalkan engkau
kepada Bapa-Ku sebagai mempelai-Ku. Dan sekarang, secara istimewa, persatukanlah
semua perbuatanmu, juga yang paling kecil, dengan pahala-pahala-Ku. Maka,
Bapa-Ku akan memandang semua perbuatanmu itu dengan penuh kasih seolah-olah
semua itu adalah perbuatan-Ku sendiri.”
(1544) “Jangan
mengubah pemeriksaan batin khusus yang telah Kuberikan kepadamu lewat Pastor
Andrasz, yakni agar engkau terus-menerus menyatukan diri dengan Aku. Itulah
yang jelas Kuminta darimu hari ini. Terhadap wakil-wakil-Ku, bersikaplah
seperti seorang anak sebab bibir mereka Aku pinjam untuk berbicara kepadamu
sehingga engkau tidak akan memiliki keragu-raguan sedikit pun mengenai sesala
sesuatu.”
(1545)
Kesehatanku sedikit membaik. Hari ini, aku dapat pergi ke ruang makan dan ke
kapel. Tetapi, aku belum dapat melaksanakan tugas-tugasku; maka aku tetap tinggal
di kamar sambil bekerja dengan alat tenun (selama sakit, Sr.Faustina menyulam
taplak meja altar). Aku sangat menikmati pekerjaan ini. Memang pekerjaan ini
sangat ringan. Tetapi, dalam waktu singkat, aku sudah merasa letih. Aku
merasakan betapa lemahnya diriku. Tetapi, dalam hidupku, tidak ada saat yang
tidak penting karena setiap saat dalam hidupku dipenuhi dengan doa,
penderitaan, dan pekerjaan. Entah dengan cara yang satu, atau dengan cara yang
lain, aku selalu memuliakan Allah; dan seandainya Allah memberiku kesempatan
hidup yang kedua, aku tidak tahu apakah aku dapat menggunakannya dengan lebih
baik ...
(1546)
Tuhan berkata kepadaku, “Aku sangat senang akan kasihmu. Kasihmu
yang tulus menyenangkan Hati-Ku laksana harumnya bunga mawar di pagi hari, sebelum
embun yang menempel padanya diserap oleh sang surya. Kesegaran hatimu menawan
Aku; itulah sebabnya Aku menyatukan Diri denganmu lebih mesra daripada dengan
makhluk lain mana pun ...”
(1547) Hari
ini, aku melihat usaha-usaha imam itu dalam kaitan dengan karya-karya Allah.
Hatinya mulai mengecap apa yang memenuhi Hati Allah semasa hidup-Nya di bumi.
tetapi, sebagai imbalan untuk usaha-usahanya, ia menerima sikap tidak tahu
terima kasih. ... Namun, ia sangat gigih mengupayakan kemuliaan Allah ...
(1548) 30
Januari 1938. Rekoleksi Satu Hari.
Dalam
meditasi, Tuhan memberitahukan kepadaku bahwa selama jantungku berdenyut dalam
dadaku, aku harus selalu bekerja keras menyebarkan Kerajaan Allah di bumi. Aku
harus bertempur demi kemuliaan Penciptaku. Aku tahu bahwa aku akan dapat
memberikan kepada Allah kemuliaan yang Ia harapkan dariku kalau aku setia
bekerja sama dengan rahmat-Nya.
(1549) Aku
ingin hidup dalam semangat iman. Segala sesuatu yang muncul dalam perjalanan
hidupku kuterima sebagai sesuatu yang dikehendaki oleh Allah yang penuh kasih,
yang sungguh menginginkan kebahagiaanku. Maka, segala sesuatu yang dikirimkan
Allah kepadaku akan kuterima dengan patuh dan penuh syukur. Aku tidak akan
memperhatikan suara alam dan bisikan-bisikan cinta diri. Sebelum setiap
kegiatan yang penting, aku akan
merenungkan sejenak untuk menyelidiki apa hubungan kegiatan itu dengan
kehidupan kekal dan apa yang barangkali menjadi alasan utama aku melakukannya:
apakah itu demi kemuliaan Allah, atau demi kebaikan jiwaku sendiri, atau demi
kebaikan jiwa-jiwa orang lain? Kalau hatiku menjawab positif, aku tidak akan
goyah dalam melaksanakan tindakan itu, tidak peduli apa pun halangan atau
pengurbanan yang menghadang. Aku tidak akan gentar meninggalkan keinginanku
sendiri. Cukuplah bagiku kalau aku tahu bahwa hal itu menyenangkan Allah. Di
lain pihak, kalau aku tahu bahwa tindakan itu sama sekali tidak selaras dengan
apa yang sudah kusebutkan, aku akan berusaha meningkatkannya ke tahap yang
lebih luhur dengan mendasarinya dengan maksud yang baik. Dan kalau aku tahu
bahwa sesuatu mengalir dari cinta diri, aku akan langsung membatalkannya sejak
awal.
(1550)
Kalau ada keragu-raguan, aku tidak akan bertindak, tetapi dengan saksama aku
akan mencari kejelasan dari para imam, terutama dari pembimbing rohaniku. Kalau
seseorang mencela atau mengancam aku, aku tidak akan memberikan penjelasan
untuk membela diri kecuali kalau aku langsung diminta untuk memberi kesaksian
tentang kebenaran. Dengan penuh kesabaran, aku akan mendengarkan setiap orang
yang membuka hati kepadaku, menerima penderitaan mereka, memberi mereka
penghiburan rohani; tetapi aku sendiri akan membenamkan
penderitaan-penderitaanku dalam Hati Yesus yang maharahim. Tidak pernah aku
akan meninggalkan lubuk kerahiman-Nya; seluruh dunia akan kubawa masuk ke dalam
lubuk Kerahiman itu.
No comments:
Post a Comment