(901) Ada seseorang yang menguji
kesabaranku. Aku harus membuang banyak waktu untuk dia. Apabila aku berbicara
dengan dia, aku merasa bahwa ia membual, dan ini terus menerus terjadi. Ia
menceritakan kepadaku hal-hal yang terjadi jauh di tempat lain, yang tidak
dapat aku buktikan kebenarannya. Karena itu, ia dapat lolos dengan
kebohongannya. Tetapi dalam hati aku yakin bahwa tidak ada kebenaran dalam apa
yang ia katakan. Pernah aku merasa bimbang, jangan-jangan aku salah dan ia
mengatakan kebenaran; maka aku minta kepada Tuhan Yesus untuk memberi aku tanda
berikut: kalau ia sungguh berbohong, biarlah ia sendiri menyatakan kepadaku
bahwa ia telah berbohong mengenai sesuatu hal yang aku yakini bahwa ia sudah
berbohong. Dan kalau ia mengatakan kebenaran, biarlah Tuhan Yesus mengambil
keyakinan itu dariku bahwa ia bohong. Sesaat kemudian, ia datang lagi kepadaku
dan berkata, “Suster, aku minta ampunmu
karena aku telah berbohong mengenai ini dan itu.” Dengan demikian, aku tahu
bahwa terang batinku mengenai orang itu tidak menyesatkan aku.
(902) 29 Januari 1937. Hari ini,
aku tidur terlalu lama. Kalau saja aku tidur sedikit lebih lama lagi, aku akan
terlambat untuk menyambut komuni kudus karena kapel agak jauh dari paviliun
kami. Ketika aku keluar kamar, salju sudah setinggi lutut. Tetapi sebelum aku
berpikir bahwa dokter tentu akan melarang aku keluar dalam suasana bersalju
seperti itu, aku sudah sampai pada Tuhan di kapel. Aku menerima komuni kudus
dan kembali dengan cepat sekali. Aku mendengar kata-kata di dalam jiwaku, “Putri-Ku,
beristirahatlah di dekat Hati-Ku. Aku tahu semua usahamu.” Jiwaku lebih
bersukacita ketika aku berada di dekat Hati Allahku.
30 Januari 1937. Retret Satu Hari
(903) Aku berusaha agar semakin
hari aku makin mengetahui kebesaran Allah dan makin bersukacita di dalam Dia.
Terus menerus aku tinggal bersama Dia di dalam lubuk hatiku. Dalam jiwaku
sendirilah aku paling mudah menemukan Allah.
(904) Dalam meditasiku, aku mendengar
kata-kata ini, “Putri-Ku, dengan sabar menyerahkan diri kepada kehendak-Ku, engkau
memberi-Ku kemuliaan yang paling besar, dan engkau memperoleh bagi dirimu
sendiri pahala yang lebih besar daripada yang dapat engkau peroleh lewat puasa
atau mati raga mana pun. Ketahuilah, Putri-Ku bahwa kalau engkau menundukkan
kehendakmu kepada kehendak-Ku, engkau menarik perkenan istimewa-Ku atas dirimu.
Pengurbanan ini menyenangkan hati-Ku dan sangat manis rasanya. Aku sangat puas
menikmatinya; ada kekuatan di dalamnya.”
(905) Pemeriksaan batin: masih
tetap sama, yakni menyatukan diri dengan Kristus yang maharahim. Caranya, lewat
keheningan batin dengan mematuhi silentium secara ketat.
(906) Apabila mengalami saat-saat
sulit, aku akan mengarahkan tatapan mataku ke Hati Yesus yang tinggal diam,
yang terentang di salib; dari letupan nyala Hati-Nya yang maharahim akan
mengalir kepadaku daya dan kekuatan untuk terus berjuang.
(907) Adalah hal yang luar biasa
[bahwa] pada musim dingin seekor kenari hinggap di jendela kamarku dan berkicau
indah selama beberapa waktu. Aku berusaha menyelidiki apakah ada seekor kenari
dalam sangkar di sekitar tempat itu, tetapi sama sekali tidak ada, bahkan juga
di gedung terdekat. Salah seorang pasien lain juga mendengarnya, tetapi hanya sekali,
dan heran bagaimana seekor kenari berkicau di musim dingin seperti ini.
(908) O Yesus, betapa sedihnya
hatiku menyaksikan orang-orang berdosa yang malang. Yesus, berilah mereka tobat
dan penyesalan. Ingatlah akan sengsara-Mu yang pedih itu. Aku mengenal
kerahiman-Mu yang tak terbatas dan aku tidak tahan bahwa suatu jiwa yang telah
Kautebus dengan harga yang begitu mahal akan binasa. Yesus, berikan kepadaku
jiwa orang-orang berdosa; biarlah kerahiman-Mu beristirahat dalam diri mereka.
Ambillah segala sesuatu yang ada padaku, tetapi berikanlah jiwa-jiwa itu
kepadaku. Aku ingin menjadi hosti-kurban bagi orang-orang berdosa. Biarlah
kulit tubuhku menyembunyikan persembahanku ini sebab Hati-Mu yang Mahakudus
juga bersembunyi di dalam Hosti, padahal Engkau adalah kurban yang hidup.
Ubahlah
aku menjadi diri-Mu sendiri, o Yesus, sehingga aku dapat menjadi kurban yang
hidup dan menyenangkan bagi-Mu. Setiap saat aku ingin memberikan penyilihan
bagi orang-orang berdosa yang malang itu. Kurban yang dipersembahkan oleh rohku
tersembunyi di balik selubung tubuhku; mata insan tidak dapat menangkapnya, dan
karena itulah kurbanku murni dan menyenangkan Engkau. O Pencipta dan Bapaku
yang maharahim, aku berharap kepada-Mu karena Engkau adalah Sang Kebaikan. Hai
jiwa-jiwa, jangan takut akan Allah, tetapi andalkanlah Dia karena Ia baik, dan
kerahiman-Nya berlangsung selama-lamanya.
(909) O Tuhan, Engkau tinggal di
dalam hatiku; maka kita saling mengenal. Sungguh, sekarang akulah yang
menyambut Engkau sebagai Tamu dalam rumah hatiku yang mungil, tetapi saatnya
mendekat Engkau akan akan memanggilku ke tempat kediaman-Mu, yang sudah Engkau
siapkan bagiku sejak awal dunia. Oh, apakah diriku dibandingkan dengan Engkau,
o Tuhan?
(910) Tuhan menuntunku ke dalam
dunia yang tidak kukenal. Ia memperkenalkan rahmat-Nya yang besar kepadaku,
tetapi aku takut akan rahmat itu dan sejauh ada dalam batas kekuatanku, aku
tidak mau menyerahkan diri kepada pengaruhnya, sampai aku diyakinkan oleh
pembimbing rohaniku rahmat macam apa itu.
(911) Sekali peristiwa, kehadiran
Allah meliputi seluruh hidupku, dan secara misterius akal budiku beroleh
pencerahan untuk memahami Jati Diri-Nya. Ia mengizinkan aku memahami kehidupan
batin-Nya. Dalam roh, aku melihat ketiga Pribadi Ilahi, tetapi kodrat Mereka adalah
Satu. Allah itu Satu, Sungguh Esa, tetapi dalam Tiga Pribadi; tidak satu pun
dari Mereka lebih besar atau lebih kecil; tidak ada perbedaan baik dalam
keindahan maupun kekudusan Mereka sebab Mereka itu Satu. Mereka sungguh-sungguh
Satu. Kasih-Nya mengantar aku ke dalam pengetahuan ini dan menyatukan aku
dengan Diri-Nya. Ketika aku bersatu dengan Pribadi yang satu, aku juga bersatu
dengan Pribadi yang kedua dan dengan Pribadi yang ketiga sedemikian rupa
sehingga ketika kita bersatu dengan yang pertama, kita juga bersatu dengan
kedua Pribadi yang lain sama seperti dengan yang pertama. Kehendak Mereka
adalah satu, satu Allah meskipun Pribadinya tiga. Ketika Satu dari ketiga
Pribadi itu berkomunikasi dengan suatu jiwa, lewat kuasa kehendak yang satu,
jiwa itu menyadari diri bersatu dengan ketiga Pribadi dan diliputi kebahagiaan
yang mengalir dari Tritunggal yang Mahakudus; itulah pula kebahagiaan yang
menjadi santapan para kudus. Kebahagiaan yang sama, yang mengalir dari
Tritunggal yang Mahakudus, membuat semua ciptaan merasa bahagia; darinya muncul
kehidupan yang menghidupkan dan memberkati segala kehidupan yang berasal dari
Dia. Pada saat-saat seperti ini, jiwaku mengalami nikmat ilahi yang sedemikian
besar sehingga aku mengalmi kesulitan untuk mengungkapkannya.
(912) Kemudian aku mendengar
kata-kata yang dirumuskan; inilah kata-kata itu, “Aku menghendaki engkau menjadi
mempelai-Ku.” Ketakutan menyusup ke dalam jiwaku, tetapi dengan tenang
aku terus merenungkan ikatan macam apa yang dapat terjadi? Tetapi, setiap kali
ketakutan menyusup ke dalam jiwaku, suatu kekuatan dari atas memberikan damai
kepada jiwaku.
Bagaimana
pun juga, aku sudah mengikrarkan kaul kekal, dan aku telah mengikrarkannya atas
dasar kehendakku sendiri yang sama sekali bebas. Maka aku terus merenungkan
apakah artinya. Aku merasa dan mulai menyadari, bahwa ini adalah suatu rahmat
yang istimewa. Setiap kali memikirkannya, aku serasa pingsan karena Allah;
tetapi dalam keadaan pingsan ini, pikiranku jelas dan diliputi dengan terang.
Ketika aku menyatukan diri dengan Dia, aku pingsan karena kebahagiaan yang luar
biasa, tetapi pikiranku begitu cerah dan jelas serta bebas dari sagala
bayangan. Engkau turun meninggikan keagungan-Mu untuk tinggal bersama dengan
ciptaan yang papa ini. Syukur kepada-Mu, o Tuhan, karena rahmat agung ini, yang
memungkinkan aku bersekutu dengan-Mu. Yesus, Nama-Mu adalah nikmatku; dari jauh
aku merasakan kehadiran Kekasihku, dan jiwaku yang merana menemukan ketenangan
dalam pelukan-Nya; aku tidak tahu bagaimana hidup tanpa Dia. Aku lebih senang
bersama dengan Dia dalam penindasan dan penderitaan daripada tanpa Dia berada
dalam nikmat surgawi yang paling besar.
(913) 2 Februari 1937. Hari ini,
sejak pagi-pagi buta, Keheningan ilahi meresapi jiwaku. Dalam misa, aku
berpikir bahwa aku akan melihat Yesus yang kecil, seperti sering kualami;
tetapi, hari ini, dalam misa kudus, aku melihat Yesus yang tersalib. Yesus
dipaku pada salib dan menjalani sakratulmaut yang berat. Penderitaan-Nya
menusuk aku, jiwa dan raga, dengan cara yang tak kelihatan, tetapi sungguh amat
nyeri. Oh, betapa mengagumkan misteri yang terjadi selama misa!
(914) Suatu misteri yang agung
dihadirkan dalam misa kudus. Dengan sikap hormat yang amat besar, kita harus
mengikuti misa dan mengambil bagian dalam kematian Yesus ini. Pada suatu hari,
kita akan mengetahui apa yang dikerjakan Allah untuk kita dalam setiap misa dan
anugerah apa yang disediakan-Nya untuk kita. Hanya kasih ilahi-Nya yang
memungkinkan karunia sebesar itu disediakan bagi kita. O Yesus, Yesusku, betapa
nyeri rasa sakit yang menembus jiwaku ketika aku melihat sumber kehidupan ini
mengalirkan kemanisan dan kekuatan bagi setiap jiwa, sementara pada saat yang
sama aku melihat jiwa-jiwa menjadi layu dan mengeringkan karena kesalahan
mereka sendiri. O Yesus, berilah agar kuasa kerahiman merengkuh jiwa-jiwa itu.
(915) O Maria, hari ini suatu
pedang yang mengerikan menembus jiwamu yang kudus. Selain Allah, tidak seorang
pun mengetahui penderitaanmu. Jiwamu tidak hancur; jiwamu berani sebab ia
bersama dengan Yesus. Bunda yang manis, satukan jiwaku dengan Yesus sebab
hanyalah dengan demikian aku akan mampu bertahan dalam segala pencobaan dan
kesusahan, dan hanya dalam kesatuan dengan Yesus kurban-kurban kecilku akan
menyenangkan Allah. Bunda yang amat manis, teruslah mengajar aku tentang
kehidupan batin. Semoga pedang penderitaan tidak pernah menghancurkan aku. O
Perawan yang murni, curahkanlah keberanian ke dalam hatiku dan jagalah dia.
(916) Hari ini sangatlah istimewa
bagiku; meskipun aku menghadapi begitu banyak penderitaan, jiwaku dilimpahi
dengan sukacita yang besar. Dalam kamar pribadi di sebelah kamarku, terbaring
seorang perempuan Yahudi yang sakit parah. Tiga hari yang lalu, aku pergi
menengok dia dan hatiku sangat sedih membayangkan bahwa ia akan segera
meninggal tanpa jiwanya dibersihkan oleh rahmat pembaptisan. Aku membuat
kesepakatan dengan perawatnya, seorang Suster [biarawati] supaya kalau saat
ajalnya sudah mendekat, ia berkenan membaptisnya. Tetapi ada kesulitan berikut,
yakni bahwa di sana selalu ada beberapa orang Yahudi yang menemaninya. AKu
merasa terdorong untuk berdoa di hadapan Gambar Kerahiman Ilahi yang diminta
Yesus kepadaku dilukis. Aku mempunyai suatu brosur dengan Gambar Kerahiman
Ilahi pada sampulnya. Dan aku berkata kepada Tuhan, “Yesus, Engkau sendiri mengatakan kepadaku bahwa Engkau akan
memberikan banyak rahmat lewat gambar ini. Maka, aku mohon kepada-Mu,
rahmat pembaptisan untuk perempuan Yahudi ini. Tidak masalah siapa yang akan
membaptisnya, asal saja ia dibaptis.”
Sesudah
berkata demikian, aku merasakan damai yang luar biasa dalam hatiku, dan aku
sangat yakin bahwa kendati ada banyak kesulitan, air baptis akan dicurahkan
atas jiwanya. Malam itu, ketika kesehatannya sangat merosot, aku turun dari
tempat tidur tiga kali untuk menengok dia, sambil mencari kesempatan yang tepat
untuk memberikan rahmat pembaptisan kepadanya. Keesokkan harinya, tampaknya ia
merasa sedikit lebih baik. Pada petang hari, saat terakhir telah mendekat
baginya. Suster yang merawatnya berkata bahwa pembaptisan akan sulit
dilaksanakan kerean mereka mendampingi dia. Saatnya pun tiba ketika perempuan
yang sakit itu mulai kehilangan kesadaran, dan akibatnya, untuk menyelamatkan
dia, mereka mulai lari berhamburan; beberapa [pergi] menjemput dokter,
sedangkan yang lain pergi ke arah yang lain untuk mencari pertolongan.
Jadi,
pasien ditinggalkan sendirian, dan Suster membaptisnya, dan sebelum mereka
semua kembali, jiwanya sudah indah, dihiasi dengan rahmat Allah.
Sakratulmautnya yang terakhir pun tiba-tiba dimulai, tetapi itu tidak
berlangsung lama. Seolah-olah ia tertidur. Sekonyong-konyong, aku melihat
jiwanya naik ke surga dengan keindahan yang menakjubkan. Oh, betapa indahnya
jiwa yang menyandangkan rahmat pengudus! Sukacita membanjiri hatiku bahwa di
hadapan gambar ini aku telah menerima rahmat Yesus yang begitu besar bagi jiwa
ini.
(917) Oh, betapa besarnya kerahiman
Allah; hendaklah setiap jiwa memujinya. O Yesusku, untuk selama-lamanya jiwa
itu akan melambungkan bagi-Mu madah kerahiman. Aku tidak akan melupakan kesan
yang hari ini digoreskan pada jiwaku. Inilah rahmat agung kedua yang telah aku
terima untuk jiwa-jiwa di sini, di hadapan gambar ini.
Oh,
betapa baiknya Tuhan, dan betapa penuh belas kasihan Ia; Yesus, dengan segenap
hati aku bersyukur kepada-Mu atas rahmat-rahmat ini.
(918) 5 Februari 1937. Yesusku,
bagaimana pun juga, aku ingin sekali menyatukan diri dengan-Mu. Yesus, kalau
ini mungkin, ambillah aku kepada diri-Mu karena aku merasa bahwa hatiku akan
terbakar karena menrindukan Engkau!
Oh,
betapa aku merasakan bahwa aku berada di dalam pembuangan! Kapan aku akan
mendapati diriku tinggal di rumah Bapa kita, sambil bersukacita dalam
kebahagiaan yang mengalir dari Tritunggal yang mahakudus? Tetapi, kalau memang
sudah menjadi kehendak-Mu bahwa aku masih harus hidup dan menderita, aku
merindukan apa yang sudah Engkau tetapkan bagiku. Tahanlah aku di bumi ini
selama Kauinginkan, bahkan sampai ke akhir dunia sekalipun. O kehendak Tuhanku,
jadilah sukacita dan pesona jiwaku. Meskipun bumi ini sedemikian penuh dengan
manusia, aku sungguh merasa sendirian, dan bumi menjadi padang gurun yang
menakutkan bagiku. O Yesus, Engkau tahu dan memahami kepanasan hatiku; hanya
Engkau, o Tuhan, dapat memenuhi keinginanku.
(919) Hari ini, aku memperingatkan
seorang gadis agar ia tidak berdiri berjam-jam di lorong bersama kaum laki-laki
karena tidak pantas bagi perempuan muda yang sopan untuk berbuat demikian.
Maka, ia minta maaf dan berjanji akan memperbaiki diri. Ia mulai menangis
ketika ia menyadari keteledorannya. Ketika aku mengatakan kepadanya beberapa
hal mengenai perilaku moral, semua laki-laki dari aula datang berkerumun dan
mendengarkan kata-kata nasihatku. Bahkan orang-orang Yahudi itu mendengarkan
beberapa hal mengenai diri mereka sendiri. Sesudah itu, seseorang berkata
kepadaku bahwa mereka memasang telinga dari balik tembok dan mendengarkan
dengan penuh perhatian. Memang, aku merasakan bahwa mereka mendengarkan, tetapi
aku tetap mengatakan apa yang harus kukatakan. Tembok itu sedemikian tipis
sehingga suara orang dapat didengar, juga kalau ia berbicara dengan suara
lembut.
(920) Di sini, ada seorang
perempuan yang dulu adalah salah seorang siswa kami. Seperti biasa, ia menguji
kesabaranku. Beberapa kali sehari ia datang mengunjungi aku. Sesudah tiap
kunjungan ini aku merasa letih, tetapi aku melihat bahwa Tuhan Yesus telah
mengirim jiwa ini kepadaku. Biarlah segala sesuatu memuliakan Engkau, o Tuhan.
Kesabaran memberikan kemuliaan kepada Allah. Oh, betapa malangnya jiwa-jiwa
itu!
(921) 6 Februari 1937. Hari ini, Tuhan
berkata kepadaku, “Putri-Ku, Aku mendengar bahwa ada banyak kesederhanaan dalam dirimu;
karena itu mengapa engkau tidak menceritakan kepada-Ku segala sesuatu yang
terjadi atas dirimu, juga hal-hal yang paling kecil? Ceritakan segala sesuatu
kepada-Ku, dan ketahuilah hal ini akan memberikan sukacita yang besar
kepada-Ku.” Aku menjawab, “Tetapi,
Engkau mengetahui segala sesuatu, Tuhan.” Dan Yesus menjawab kepadaku, “Memang,
Aku tahu; tetapi hendaknya engkau tidak berdalih dengan memanfaatkan kenyataan bahwa
Aku sudah tahu. Dengan kesederhanaan seorang anak, katakanlah kepada-Ku segala
sesuatu karena telinga dan Hati-Ku Kusendengkan kepadamu, dan kata-katamu
menyenangkan Hati-Ku.”
(922) Hari ini, aku memulai novena
besar dengan tiga ujud. Ketika memulai novena ini, aku melihat seekor serangga
kecil di lantai dan aku berpikir: bagaimana ia sampai di sini di tengah-tengah
dinginnya musim dingin? Maka aku mendengar kata-kata berikut di dalam jiwaku, “Engkau
tahu, Aku mempedulikan serangga itu dan menopangnya. Tetapi, apa arti serangga
itu dibandingkan denganmu? Mengapa jiwamu ketakutan meski hanya sejenak?”
Aku minta maaf kepada Tuhan atas saat itu. Yesus menghendaki aku selalu menjadi
seperti seorang anak dan menyerahkan segala urusanku kepada-Nya, dan dengan
segenap hati menyerahkan diri kepada kehendak-Nya yang kudus. Ia telah
mengambil segala sesuatu untuk diri-Nya.
(923) 7 Februari 1937. Hari ini,
Tuhan berkata kepadaku, “Aku minta darimu persembahan yang sempurna
dan yang terbakar seluruhnya, yakni persembahan kehendak. Tidak ada pengurbanan
lain yang dapat dibandingkan dengan yang satu ini. Aku sendiri sedang
mengarahkan hidupmu dan mengatur segala sesuatu sedemikian rupa sehingga
bagi-Ku engkau akan menjadi suatu kurban lestari dan akan selalu melaksanakan
kehendak-Ku. Dan untuk menggenapi kurban ini, engkau akan menyatukan dirimu
dengan Aku di salib. Aku tahu apa yang dapat engkau lakukan. Aku sendiri akan
memberi engkau banyak perintah secara langsung, tetapi Aku akan menunda
kemungkinan pelaksanaannya dan membuatnya bergantung pada orang-orang lain.
Tetapi, apa yang tidak dapat dilaksanakan oleh para superior, Aku sendiri akan
langsung menggenapinya dalam jiwamu. Dan dalam lubuk jiwamu yang paling
tersembunyi, suatu kurban yang sempurna akan dipersembahkan, bukan hanya untuk
sesaat, tetapi ketahuilah, Putri-Ku, bahwa persembahan ini akan berlangsung
sampai akhir hayatmu. Tetapi, masih ada waktu sehingga Aku, Tuhan, akan
memenuhi semua keinginanmu. Aku bersukacita dalam dirimu seperti dalam Hosti yang
hidup; janganlah ada sesuatu yang menggentarkan hatimu. Aku menyertaimu.”
(924) Hari ini, aku menerima suatu
catatan rahasia dari Muder Superior yang melarang aku pergi ke samping tempat
tidur orang yang menghadapi ajal. Karena itu, kepada orang yang menghadapi
ajal, aku akan mengirimkan ketaatan sebagai ganti diriku sendiri, dan ini akan
menguatkan jiwa-jiwa yang sedang menghadapi ajal. Demikianlah kehendak Allah,
dan itu cukup bagiku. Apa yang tidak dapat kupahami sekarang, kelak akan
kupahami.
(925) 7 Februari 1937. Hari ini,
aku berdoa lebih khusyuk daripada kapan pun untuk Bapa Suci dan tiga imam agar
Allah memberikan ilham kepada mereka sehubungan dengan apa yang Ia minta dariku
karena pewujudannya tergantung pada mereka. Oh, betapa bahagianya aku bahwa
kesehatan Bapa Suci membaik. Hari ini, aku mendengar ia memberi sambutan di
hadapan Kongres Ekaristi, dan dalam roh aku pergi ke sana untuk menerima berkat
apostolik.
(926) 9 Februari 1937. Selasa
menjelang Prapaskah. Dalam dua hari terakhir pesta karnaval, aku merasa dilanda
banjir dosa dan hukuman. Dalam sekejap, Tuhan memperlihatkan kepadaku dosa-dosa
yang dilakukan di seluruh dunia pada hari ini. Aku pingsan karena ketakutan,
dan meskipun aku tahu betapa dalamnya kerahiman Allah, aku heran bahwa Allah
membiarkan umat manusia ada. Dan, Tuhan membuat aku tahu siapa yang menopang
keberadaan umat manusia: mereka adalah jiwa-jiwa yang terpilih. Ketika jumlah
jiwa-jiwa yang terpilih itu terpenuhi, maka keberadaan dunia akan berakhir.
(927) Dalam dua hari ini, aku
menyambut komuni kudus sebagai olah penyilihan, dan aku berkata kepada Tuhan, “Yesus, hari ini aku mempersembahkan segala
sesuatu untuk orang-orang berdosa. Biarlah deraan-deraan keadilan-Mu menimpa
diriku, dan lautan kerahiman-Mu meliputi orang-orang berdosa yang malang.” Dan,
Tuhan mendengarkan doaku: banyak jiwa kembali kepada Tuhan, tetapi aku
mengalami sakratulmaut di bawah himpitan keadilan Allah. Aku merasa bahwa aku
menjadi sasaran murka Allah yang mahatinggi. Petang hari penderitaanku telah
mencapai tahap kesepian batin sehingga tanpa sengaja rintihan-rintihan keluar
dari hatiku. Aku mengunci pintu kamarku dan memulai suatu adorasi; maksudku
melaksanakan Jam Kudus. Kesepian batin dan pengalaman terhimpit oleh keadilan
Allah - itulah doaku; rintihan dan kepedihan yang keluar dari jiwaku
menggantikan percakapan yang manis dengan Tuhan.
(928) Kemudian, tiba-tiba aku
melihat Tuhan yang mendekapkan aku ke Hati-Nya dan berkata, “Putri-Ku,
jangan menangis karena Aku tidak dapat menahan air matamu. Aku akan memberikan
kepadamu segala sesuatu yang engkau minta, tetapi berhentilah menangis.”
Dan hatiku dipenuhi dengan sukacita yang besar, dan rohku, seperti biasa,
membenamkan diri dalam Dia seperti dalam hartanya satu-satunya. Hari ini,
didorong oleh kebaikan-Nya, aku berbicara lebih panjang lebar dengan Yesus.
(929) Setelah aku beristirahat di
dekat Hati Yesus yang amat manis, aku berkata kepada-Nya, “Yesus, aku punya banyak hal untuk diceritakan.” Dan Tuhan berkata
kepadaku dengan penuh kasih, “Berbicaralah terus Putri-Ku.” Dan
aku mulai menyebut penderitaan hatiku; yakni, betapa besar kepedulianku
terhadap seluruh umat manusia, yang “sama sekali tidak mengenal Engkau, dan
mereka yang memang mengenal Engkau tetapi tidak mengasihi Engkau sebagaimana
Engkau harus dikasihi. Aku juga melihat betapa mengerikan para pendosa itu
melukai Hati-Mu; kemudian, aku melihat juga betapa kejinya kaum beriman,
khususnya hamba-hamba-Mu, ditindas dan dianiaya. Dan kemudian, juga, aku
melihat banyak jiwa terjun ke jurang neraka. Yesus, Engkau tahu, inilah
penderitaan yang menggerogoti hati dan tulang-tulangku. Dan meskipun Engkau
menunjukkan kepadaku kasih yang istimewa dan membanjiri hatiku dengan
aliran-aliran sukacita-Mu, namun, semua itu tidak meringankan penderitaan yang
telah aku sebutkan, malah sebaliknya menusuk-nusuk hatiku yang malang dengan
semakin tajam. Oh, betapa bernyala-nyala keinginanku agar seluruh umat manusia
berpaling dengan penuh harapan kepada kerahiman-Mu. Kemudian, melihat kemuliaan
nama-Mu, hatiku akan lega.”
Yesus
mendengarkan curahan hatiku ini dengan penuh minat dan perhatian, seolah-olah
Ia belum tahu apa-apa mengenai semua itu, dan ini tampaknya untuk membuat aku
lebih lancar bercerita. Dan Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, curahan hatimu itu
menyenangkan Aku, dan dengan mendaraskan Koronka engkau mengantar umat manusia
semakin dekat kepada-Ku.” Sesudah mendengar kata-kata ini, aku mendapati
diriku sendirian, tetapi kehadiran Allah selalu ada dalam jiwaku.
(930) O Yesusku, meskipun aku akan
pergi kepada-Mu, dan Engkau akan memenuhi aku dengan diri-Mu, dan itu akan membuat
kebahagiaanku lengkap, namun aku tidak akan melupakan umat manusia. Aku ingin
menyingkapkan selubung surga sehingga bumi tak akan memiliki keragu-raguan lagi
mengenai Kerahiman Ilahi. Hatiku tenang kalau memaklumkan kerahiman-Mu.
Jiwa mempersembahkan kemuliaan yang paling besar kepada Penciptanya kalau ia
berpaling dengan penuh harapan kepada Kerahiman Ilahi.
(931) 10 Februari 1937. Hari ini
adalah Rabu Abu.
Pada
waktu misa kudus, dalam waktu yang singkat aku merasakan sengsara Yesus pada
anggota-anggota tubuhku. Prapaskah adalah masa yang sangat istimewa dalam karya
para imam. Kita harus membantu mereka menyelamatkan jiwa-jiwa.
(932) Beberapa hari yang lalu, aku
menulis surat kepada pembimbingku, minta izin untuk beberapa mati raga ringan
selama Prapaskah. Aku harus mengajukan permintaan ini lewat surat karena aku
tidak mendapatkan izin dari dokter untuk pergi ke kota. Tetapi Rabu Abu sudah
berlangsung, dan aku belum menerima jawaban. Maka pagi ini, sesudah komuni
kudus, aku minta kepada Yesus agar dengan terang-Nya Ia memberikan ilham kepada
pembimbingku supaya ia memberikan jawaban kepadaku, dan supaya aku tahu dalam
jiwaku bahwa pembimbingku tidak berkeberatan aku melaksanakan mati raga-mati
raga yang sudah kemintakan izin, dan bahwa ia akan memberikan izinnya. Maka
dengan tenang, aku mulai melaksanakan mati raga itu. Pada siang hari yang sama,
aku menerima surat dari pembimbingku, yang mengatakan bahwa dengan senang hati
ia memberi aku izin untuk melaksanakan mati raga yang telah aku mintakan izin.
Aku sangat senang bahwa pengetahuan batinku selaras dengan pandangan bapa
rohaniku.
(933) Kemudian aku mendengar
kata-kata berikut di dalam jiwaku, “Engkau akan menerima ganjaran yang lebih
besar karena ketaatan dan penyerahanmu kepada bapak pengakuan mengenai mati
raga-mati raga yang akan engkau laksanakan. Ketahuilah ini, Putri-Ku, dan
bertindaklah dengan semestinya: apa saja, betapa pun kecilnya, yang memiliki
meterai ketaatan kepada wakil-Ku sungguh menyenangkan Hati-Ku dan sangat
berarti dalam pandangan-Ku.”
(934) Latihan-latihan ringan selama
Prapaskah. Memang aku ingin dan rindu melakukan mati raga-mati raga yang berat
seperti sebelumnya, tetapi aku tidak dapat melaksanakan karena aku berada di
bawah pengawasan ketat dari dokter. Tetapi, aku dapat melaksanakan hal-hal
ringan: pertama: tidur tanpa bantal;
tidak makan kenyang biar tetap merasa lapar; setiap hari, dengan tangan
terentang, mendaras Koronka yang telah diajarkan Tuhan kepadaku; kadang-kadang,
dengan tangan terentang, selama waktu yang tidak ditentukan berdoa secara
bebas. Ujudnya: memohon Kerahiman Ilahi bagi para pendosa yang malang, dan
bagi para imam, memohon kekuatan agar mereka dapat membawa hati yang berdosa
kepada pertobatan.
(935) Hubunganku dengan orang yang
menghadapi ajal sangat dekat, sama seperti pada masa-masa sebelumnya. Aku
sering mendampingi orang yang menghadapi ajal di tempat yang jauh, tetapi
sukacitaku yang paling besar adalah ketika aku melihat janji kerahiman digenapi
dalam jiwa-jiwa itu. Tuhan itu setia; apa yang pernah Ia tetapkan, pasti Ia
penuhi.
(936) Seseorang di aula [rumah
sakit] kami mulai memasuki saat kematian. Di tengah siksaan yang mengerikan, ia
mengalami sakratulmaut selama tiga hari, kadang-kadang kembali sadar. Setiap
orang di aula itu mendoakan dia. Aku ingin sekali pergi mengunjunginya, tetapi
Muder Superior telah melarang aku mengunjungi orang yang menghadapi ajal; maka
aku berdoa di kamarku untuk jiwa itu. Tetapi, ketika aku mendengar bahwa ia
masih ada dalam sakratulmaut, dan tidak ada orang yang dapat mengatakan sampai
berapa lama ia akan menderita, tiba-tiba aku marasakan bisikan dalam jiwaku dan
aku berkata kepada Tuhan, “Yesus, kalau
semua yang aku lakukan ini menyenangkan hati-Mu, aku mohon kepada-Mu, sebagai
bukti, biarlah jiwa itu berhenti menderita dan langsung beralih ke alam
kekalnya yang membahagiakan.” Beberapa minit kemudian, aku tahu bahwa orang
itu telah menghembuskan napas terakhirnya dengan sedemikian tenang dan cepat
sehingga mereka bahkan tidak sempat menyalakan lilin.
(937) Aku ingin mengatakan sepatah
kata lagi mengenai pembimbing rohaniku. Sangat aneh bahwa begitu sedikit imam
yang tahu bagaimana mencurahkan kemampuan, kekuatan, dan keberanian ke dalam
jiwa sehingga ia dapat terus menerus mengupayakan kemajuan tanpa menjadi lelah.
Di bawah bimbingan seperti itu suatu jiwa, yang tidak begitu kuat pun, dapat
melakukan banyak hal untuk kemuliaan Allah. Dan di sini aku menemukan suatu
rahasia, yakni bapak pengakuan, atau lebih tepat pembimbing rohani, tidak
menyelepekan hal-hal kecil yang diungkapkan kepadanya oleh jiwa-jiwa. Dan
ketika jiwa itu tahu bahwa ia sungguh-sungguh dibimbing, ia berusaha sekuat
tenaga dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang paling kecil sekalipun untuk
melaksanakan keutamaan dan juga untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang
paling ringan. Dan dari usaha-usaha ini, ibarat dari batu-batu kecil,
berdirilah dalam jiwa itu suatu bait yang sangat indah. Sebaliknya, kalau suatu
jiwa tahu bahwa bapak pengakuan mengabaikan hal-hal kecil ini, ia pun akan mengabaikannya
dan tidak lagi mengungkapkannya kepada bapak pengakuan dan, lebih buruk lagi,
akan mulai menjadi teledor dalam hal-hal kecil. Dengan demikian, ia tidak
semakin maju tetapi setahap demi setahap semakin mundur dan baru menyadari
situasi itu ketika ia telah jatuh ke dalam sejumlah kesulitan yang serius. Di
sini, suatu pertanyaan yang serius muncul dengan sendirinya: siapakah yang
bersalah, jiwa yang bersangkutan atau bapak pengakuan; maksudnya: pembimbing
rohani? Di sini aku berbicara tentang pembimbing. Menurutku, semua kesalahan
harus ditimpakan pada pembimbing rohani yang tidak bijaksana; satu-satunya
kesalahan jiwa itu adalah mengambil begitu saja keputusan seorang pembimbing
rohani. Pembimbing rohani hendaknya dapat dengan baik membimbing jiwa-jiwa
meniti jalan kehendak Allah menuju kesucian.
(938) Hendaknya jiwa berdoa dengan
khusyuk dan lebih banyak bagi seorang pembimbing rohani dan hendaknya ia minta
agar Tuhan sendiri memilihkan seorang pembimbing rohani baginya. Apa yang
dimulai dalam Allah akan bersifat ilahi, dan apa yang dimulai secara melulu
insani akan tetap bersifat insani. Allah itu sedemikian maharahim sehingga
untuk menolong suatu jiwa, Ia sendiri memilih seorang pembimbing rohani dan
memberikan terang kepada jiwa itu sehingga ia dapat mengenal pembimbing rohani
itu, dan di hadapannya ia dapat mengungkapkan lubuk jiwanya yang paling
tersembunyi seolah-olah ia membeberkan dirinya di hadapan Tuhan Yesus sendiri.
Dan apabila jiwa itu tahu serta menyadari bahwa semua ini telah diatur oleh
Allah, hendaknya ia berdoa dengan khusyuk bagi bapak pengakuan agar ia dapat
memiliki terang ilahi untuk mengenalnya dengan baik. Hendaknya ia tidak
berganti-ganti pembimbing seperti itu kecuali karena alasan yang sungguh berat.
Sama seperti ia telah berdoa secara khusyuk dan cukup banyak untuk mengetahui
kehendak Allah sebelum memilih seorang pembimbing rohani, demikian juga
hendaknya ia berdoa dengan khusyuk dan cukup lama untuk menentukan apakah
sungguh merupakan kehendak Allah bahwa ia meninggalkan pembimbing rohani yang
lain. Kalau kehendak Allah tidak sungguh jelas, hendaknya ia tidak berganti
pembimbing rohani karena dengan mengandalkan diri sendiri orang tidak akan
mencapai kemajuan yang berarti, dan inilah yang dikehendaki oleh setan: membuat
orang yang gigih mengupayakan kesucian itu membimbing dirinya sendiri karena,
dengan demikian, tanpa ragu, ia tidak pernah akan mencapai kesucian.
(939) Ada suatu kekecualian [untuk
hal ini], yakni kalau Allah sendiri mengarahkan jiwa itu; dalam hal ini, pembimbing
rohani akan langsung menyadari bahwa orang tersebut dibimbing oleh Allah
sendiri. Allah akan membuat dia mengetahui hal ini dengan jelas dan gamblang,
dan dengan demikian orang itu hendaknya justru lebih mematuhi arahan pembimbing
rohani daripada arahan orang lain mana pun. Dalam hal ini, pembimbing rohani
tidak begitu banyak memberikan bimbingan atau menunjukkan jalan yang harus
ditempuh oleh jiwa itu; tetapi, terutama, ia akan lebih banyak menilai dan
mengukuhkan bahwa jiwa itu meniti jalan yang tepat dan dituntun oleh roh yang
baik.
Dalam
situasi ini, pembimbing rohani hendaknya tidak hanya suci, tetapi juga
berpengalaman dan bijaksana. Dan, hendaknya jiwa itu menempatkan pendapat
pembimbing rohani di atas pendapat Allah sendiri karena dengan demikian jiwa
itu akan terhindar dari khayalan dan penyimpangan. Kalau suatu jiwa tidak
sepenuhnya mau menundukkan bisikan-bisikan hatinya kepada kontrol ketat Gereja,
yakni kepada pembimbing rohani, jelas dengan sendirinya bahwa ia sedang
dijerumuskan oleh roh jahat. Dalam hal-hal seperti ini, pembimbing rohani
hendaknya sungguh-sungguh waspada dan dengan saksama menguji ketaatan jiwa itu.
Setan bahkan dapat menyelubungi dirinya dengan mantol kerendahan hati, tetapi
ia tidak tahu bagaimana mengenakan mantol ketaatan, dan karena itu
rencana-rencana jahatnya akan terbongkar. Tetapi, pembimbing rohani hendaknya
tidak secara berlebihan mencemaskan jiwa seperti itu sebab kalau Allah
menempatkan jiwa ini dalam asuhannya, Ia juga akan memberi dia terang ilahi
yang cemerlang mengenai jiwa itu sebab, kalau tidak, mustahil ia dapat
menangani dengan bijaksana misteri-misteri besar yang terjadi antara jiwa itu
dan Allah.
(940) Aku sendiri sangat banyak
menderita dan mengalami begitu banyak cobaan dalam kaitan dengan hal ini. Oleh
karena itu, apa yang kutulis ialah apa yang telah aku alami sendiri. Barulah
sesudah aku melakukan banyak novena, doa, dan laku tobat, Allah mengirim
kepadaku seorang imam yang memahami jiwaku. Oh, kiranya akan banyak jiwa yang
suci kalau saja ada lebih banyak bapak pengakuan yang berpengalaman dan saleh.
Betapa banyaknya jiwa, yang gigih mengupayakan kekudusan, tidak mampu bertahan
dalam masa-masa pencobaan dan meninggalkan jalan menuju kesempurnaan. O Yesus,
berilah kami imam-imam yang bersemangat dan suci!
(941) Oh, betapa tingginya martabat
imam, tetapi sekaligus, betapa berat tanggung jawabnya! Banyak sudah diberikan
kepadamu, hai para imam, tetapi banyak juga yang akan dituntut darimu!
(942) 11 Februari 1936. Hari ini,
hari Jumat. Dalam misa, aku menderita rasa sakit pada tubuhku: pada tanganku,
pada kakiku, dan pada lambungku. Yesus sedang mengirim penderitaan ini kepadaku
supaya aku mengadakan penyilihan bagi orang-orang berdosa. Rasa sakit itu tidak
berlangsung lama, tetapi sangat nyeri. Tidak lebih dari beberapa menit aku
menderita, tetapi rasa nyerinya bertahan sampai waktu yang lama dan sangat
terasa.
(943) Hari ini, aku merasakan
kesendirian yang luar biasa di dalam jiwaku sampai aku tidak tahu bagaimana
menjelaskannya bahkan kepada diriku sendiri. Aku ingin menyembunyikan diri dari
semua orang dan menangis tanpa henti. Tidak seorangpun memahami hati yang
terluka karena cinta, dan ketika hati seperti itu merasa diri ditinggalkan sama
sekali, tidak seorang pun dapat menghiburnya. O Jiwa orang-orang berdosa,
engkau telah mengambil Tuhan dariku, tetapi baiklah, baiklah; ketahuilah betapa
manisnya Tuhan, dan biarlah seluruh lautan kepahitan melanda hatiku. Aku telah
memberikan semua penghiburan ilahiku kepadamu.
(944) Ada saat-saat ketika aku
tidak memercayai diriku sendiri, ketika aku merasakan kelemahan dan kejahatanku
sendiri di dalam lubuk hatiku yang terdalam, sekaligus aku menyadari bahwa aku
dapat menanggung saat-saat seperti itu hanya karena mengandalkan kerahiman
Allah yang tak terbatas. Kesabaran, doa, dan keheningan - inilah yang
memberikan kekuatan kepada jiwa. Ada saat-saat ketika orang harus diam, dan
tidak tepat mengadakan pembicaraan dengan makhluk; inilah saat-saat ketika
orang tidak puas dengan dirinya sendiri, dan ketika jiwa merasa lemah seperti
seorang anak kecil. Kemudian jiwa itu berpaut pada Allah dengan segenap
kekuatannya. Pada saat-saat seperti itu, aku hanya hidup karena iman, dan
ketika aku merasa dikuatkan oleh rahmat Allah, maka aku lebih berani berbicara
berkomunikasi dengan sesamaku.
(945) Pada petang hari, Tuhan
berkata kepadaku, “Anak-Ku beristirahatlah dalam Hati-Ku; Aku melihat bahwa engkau telah
bekerja keras di kebun anggur-Ku.” Dan jiwaku pun dibanjiri dengan
sukacita ilahi.
(946) 12 Februari 1937. Hari ini,
laksana siinar matahari, kehadiran Allah menembus hatiku makin lama makin
dalam. Jiwaku merindukan Allah sedemikian hebatnya sehingga berulang kali aku
seolah-olah jatuh pingsan. Aku merasakan diriku dijamah oleh Sang Kasih Kekal,
dan kekecilanku tidak mampu menahannya, dan inilah yang menyebabkan aku
seolah-olah pingsan. Tetapi, kekuatan batinku masih besar, dan jiwaku ingin
mengimbangi cinta Sang Kasih yang diterimanya. Pada saat-saat seperti itu jiwa
memiliki pengetahuan yang amat mendalam tentang Allah, dan semakin ia mengenal
Allah, semakin murni serta semakin berkobar kasihnya akan Dia. Betapa tak
terselami misteri yang terjadi antara jiwa dan Allah!
(947) Kadang-kadang, berjam-jam
jiwaku tidak sadarkan diri karena takjub menyaksikan keagungan Allah yang tak
terbatas yang merendahkan Diri begitu rendah ke tataran jiwaku. Tak kunjung
henti pesona batinku bahwa Tuhan yang mahatinggi berkenan akan daku dan
membeberkan Jati Diri-Nya kepadaku. Dan aku membenamkan diri bahkan lebih dalam
lagi ke dalam kehampaanku sebab aku tahu siapa diriku. Tetapi, aku harus
berkata bahwa sebagai tanggapan, aku mengasihi Penciptaku dengan setiap denyut
jantungku dan setiap gerak sarafku; tanpa sadar jiwaku membenamkan diri,
membenamkan diri ... di dalam Dia. Aku merasa bahwa tidak suatu pun akan
memisahkan aku dari Tuhan, baik surga maupun bumi, baik masa sekarang maupun
masa yang akan datang. Segala sesuatu akan berubah, tetapi kasih tidak pernah,
tidak pernah berubah; ia selalu sama. Dia, Allah yang kuat dan kekal, membuat
kehendak-Nya aku kenal supaya aku dapat mengasihi Dia secara sangat istimewa,
dan Ia sendiri membuat jiwaku mampu mengasihi Dia sesuai dengan kehendak-Nya.
Aku mengubur diriku sendiri makin hari makin dalam di dalam Dia, dan aku tidak
takut akan suatu pun.
Kasih
telah menguasai seluruh hatiku, dan kalaupun aku diberi tahu tentang keadilan
Allah dan tentang betapa roh-roh yang murni pun gemetar serta menutup wajahnya
di hadapan Dia, sambil berkata tanpa henti, “Kudus,” yang memberi kesan bahwa
keakrabanku dengan Allah akan merongrong kemuliaan dan keagungannya, [aku akan
menjawab,] “O tidak, tidak, dan sekali
lagi tidak!” Dalam kasih yang murni, ada ruang untuk segala sesuatu: pujian
yang paling agung dan sembah sujud yang paling khusyuk; lewat kasih, jiwa akan
membenamkan diri dalam damai sejati di dalam Dia; dan kata-kata orang, yang
masuk dari luar, tidak akan mempengaruhi jiwa itu. Apa yang mereka katakan
tentang Allah hanyalah bayangan yang kabur kalau dibandingkan dengan apa yang
dialami jiwa itu tentang Allah sendiri; sering kali mengherankan bagaimana
orang tersentak kagum atas apa yang dikatakan seseorang tentang Allah,
sementara bagi jiwa itu ungkapan tersebut sama sekali tidak istimewa karena ia
tahu bahwa apa yang dapat dituangkan dalam kata-kata belumlah seberapa. Maka,
jiwa itu mendengarkan segala sesuatu dengan penuh hormat, tetapi ia sendiri
hidup di dalam Allah.
(948) 13 Februari 1937. Hari ini,
dalam Ibadat Sengsara, aku melihat Yesus disiksa, dimahkotai duri, dan memegang
buluh dengan tangan-Nya. Yesus diam saja ketika para serdadu mondar-mandir di
dekat-Nya, dan berlomba-lomba menyiksa-Nya. Yesus tidak berkata sepatah pun. Ia
hanya memandangku, dan dalam tatapan itu aku merasakan penderitaan-Nya begitu
mengerikan sehingga kita tidak mampu membayangkan betapa Ia menderita bagi kita
sebelum Ia disalibkan. Jiwaku terasa perih dan merana; dalam jiwaku, aku
merasakan kebencian yang kuat sekali terhadap dosa; bahkan ketidaksetiaanku
yang paling kecil pun tampak padaku seperti gunung raksasa sehingga aku harus
mengadakan penyilihan dengan mati raga dan laku tobat. Ketika aku melihat Yesus
disiksa, hatiku tercabik-cabik, dan aku berpikir: apa jadinya orang-orang
berdosa kalau mereka tidak memetik manfaat dari sengsara Yesus? Dalam
Sengsara-Nya aku melihat seluruh samudra kerahiman.
Y.M.Y. 12 Februari 1937
Kasih Allah Adalah Bunga -
Kerahiman Adalah Buahnya
(949) Biarlah jiwa yang bimbang
membaca renungan-renungan tentang Kerahiman Ilahi ini dan menjadi percaya.
- Kerahiman Ilahi, yang mengalir
dari rahim Bapa, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, sifat Allah yang
tertinggi, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, misteri yang tak
terselami, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahai, mata air yang
mengalir dari misteri Tritunggal yang mahakudus, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang tak
terselami oleh akal budi, baik manusia maupun malaikat, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, sumber segala
kehidupan dan kebahagiaan Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang melampaui
surga, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, sumber mukjizat
dan segala keajaiban, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang mencakup
seluruh semesta, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang turun ke
bumi dalam Pribadi Sabda yang menjelma, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang mengalir
dari luka Hati Yesus yang menganga, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang terkandung
dalam Hati Yesus bagi kami, khususnya bagi orang-orang berdosa, Engkau
andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang tak
terselami dalam penetapan Ekaristi kudus, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, dalam
pembentukan Gereja kudus, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, dalam Sakramen
Baptis yang kudus, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, dalam
penyelamatan kami lewat Yesus Kristus, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang menyertai
kami sepanjang hidup kami, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang merenkuh
kami, khususnya pada saat kematian, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang
menganugerahkan kehidupan kekal kepada kami, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang menyertai
kami setiap saat sepanjang hidup kami, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang melindungi
kami dari api neraka, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, dalam pertobatan
orang-orang berdosa yang keras hati, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang memesona
para malaikat dan tak terselami oleh para kudus, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang tak
terselami dalam semua misteri Allah, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang merengggut
kami keluar dari segala kemalangan, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, sumber
kebahagiaan dan sukacita kami, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang memanggil
kami dari ketiadaan kepada keberadaan, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang merangkum
semua karya tangan Allah, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, mahkota segala karya Allah yang ada maupun
yang akan ada, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang didalamnya
kami dibenamkan, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahikelegaan nyaman
bagi hati yang sangat menderita, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, harapan
satu-satunya bagi jiwa-jiwa yang putus asa, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, istirahat bagi
hati, dan damai di tengah ketakutan, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, kesukaan dan
kenikmatan jiwa-jiwa yang suci, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang
membangkitkan harapan di luar segala harapan, Engkau andalanku!
(950)
Allah yang kekal, dalam diri-Mu ada kerahiman yang tanpa batas dan harta belas
kasihan yang tak kunjung habis. Pandanglah kami dengan rela hati dan
tingkatkanlah kerahiman-Mu dalam diri kami, supaya pada saat-saat sulit kami
tidak menjadi putus asa atau remuk hati, tetapi dengan kepercayaan yang teguh
menyerahkan diri kami kepada kehendak-Mu yang kudus, Sang Kasih dan Sang
Kerahiman sendiri.
No comments:
Post a Comment