(1451) Aku
mengakhiri tahun lama dengan penderitaan dan memulai tahun baru juga dengan
penderitaan. Dua hari sebelum tahun baru, aku harus terbaring sakit. Aku merasa
kesehataku sangat buruk, dan batuk berat melemahkan diriku. Di samping itu,
rasa sakit yang terus-menerus di dalam ususku telah membuat aku kehabisan
tenaga. Memang aku tidak dapat menggabungkan diri dalam doa komunitas, tetapi
secara rohani aku mempersatukan diri dengan seluruh Kongregasi. Ketika para
suster bangun pada pukul sebelas malam untuk berjaga dan menyongsong tahun
baru, aku harus terkapar kesakitan dalam sakratulmat mulai senja hari sampai tengah
malam. Aku menyatukan penderitaanku dengan doa-doa para suster yang sedang
berjaga di kapel dan memohon ampun kepada Allah untuk segala penghinaan yang
dilakukan orang-orang berdosa.
(1452)
Ketika jam berdentang dua belas kali, jiwaku membenamkan diri semakin khusyuk
dalam permenungan, dan aku mendengar suatu suara di dalam jiwaku, “Jangan
takut, Putri kecil-Ku, engkau tidak sendirian. Bertempurlah dengan berani sebab
lengan-Ku menopangmu; bertempurlah untuk keselamatan jiwa-jiwa, sambil
mendorong mereka untuk mengandalkan kerahiman-Ku sebab inilah tugasmu dalam
hidup ini dan dalam hidup yang akan datang.” Sesudah kata-kata ini, aku
menerima pemahaman yang lebih jelas tentang Kerahiman ilahi. Hanya jiwa yang
memang menghendaki hukuman akan dihukum. Sebab Allah tidak ingin menghukum
seorang pun.
(1453) Hari
ini adalah Pesta Tahun Baru. Pagi hari, aku merasa kesehatanku begitu buruk
sehingga aku hampir tidak mampu pergi ke Kamar Sakit untuk menyambut komuni
kudus. AKu tidak dapat mengikuti misa karena aku merasa sakitku sedemikian
parah, dan aku melakukan syukurku di tempat tidur juga. Aku sangat ingin
mengikuti misa dan kemudian mengaku dosa kepada Pastor Andrasz, tetapi
kesehatanku begitu buruk sehingga aku tidak dapat, baik mengikuti misa maupun
mengaku dosa. Karena hal ini, jiwaku sangat menderita. Sesudah makan pagi,
suster yang bertugas di Kamar Sakit datang dan bertanya, “Suster, mengapa
engkau tidak ikut misa?” Aku menjawab bahwa aku tidak mampu. Ia menggelengkan
kepala dengan sinis dan berkata, “Hari ini adalah Pesta yang sedemikian besar,
dan engkau malah tidak ikut misa!” Lalu, ia meninggalkan kamarku.
Sesudah dua hari aku terbaring di
tempat tidur, terkapar kesakitan, dan ia tidak mengunjungi aku; dan ketika
datang, pada hari ketiga, ia bahkan tidak bertanya apakah aku dapat bangun;
malah ia bertanya dengan gusar, mengapa aku tidak bangun untuk misa. Ketika aku
sendirian, aku berusaha bangun, tetapi aku dicekam kembali oleh rasa sakit, dan
karena itu aku tetap terbaring di tempat tidur dengan hati nurani yang tenang.
Tetapi, hatiku memiliki banyak hal untuk dipersembahkan kepada Tuhan; maka
secara rohani, aku memadukan diri dengan Tuhan selama misa kedua. Sesudah misa
kedua, Suster Kamar Sakit kembali kepadaku, tetapi kali ini dalam kapasitasnya
sebagai Suster Kamar Sakit; ia membawa sebuah termometer. Tetapi, aku tidak
demam, padahal aku sungguh-sungguh sakit keras dan tidak mampu bangun. Maka
keluarlah khotbah lain untuk mengajar aku agar tidak menyerah kepada penyakit.
AKu menjawab kepadanya bahwa di sini yang dianggap sakit serius hanyalah kalau
orang berada dalam sakratulmaut. Tetapi, ketika melihat bahwa ia siap
memberikan kuliah, aku menjawab bahwa untuk saat ini aku tidak membutuhkan
dorongan untuk menjadi lebih bersemangat. Maka, sekali lagi, aku tinggal
sendirian di dalam kamarku.
Hatiku tercabik-cabik karena
dukacita dan kepahitan melanda jiwaku. Maka, aku mengulangi kata-kata ini,
“Selamat datang, Tahun Baru; selamat datang, piala kepahitan.” Yesusku, hatiku
mendambakan Dikau. Tetapi, beratnya sakitku menghalangi aku sehingga aku tidak
dapat berpartisipasi secara ragawi dalam kebaktian komunitas, dan aku dianggap
malas. Penderitaanku semakin menjadi-jadi. Sesudah makan siang, Muder Superior
menjenguk aku sejenak, tetapi ia segera pergi. Aku bermaksud minta agar Pastor
Andrasz datang ke kamarku untuk mendengarkan pengakuan dosaku, tetapi aku
mengurungkan niat untuk mengajukan permintaan itu karena dua alasan: pertama, aku tidak mau memberikan
kesempatan kepada para suster untuk mengerutu, seperti terjadi di atas
sehubungan dengan misa kudus; dan kedua,
aku sendiri tidak mampu melakukan pengakuan dosa karena aku merasa bahwa aku
akan menangis seperti seorang anak kecil. Sesaat kemudian, salah seorang suster
datang menjenguk, dan ia pun mengomeli aku, “Ada
susu dan mentega di oven, Suster; mengapa engkau tidak minum?” Aku menjawab
bahwa tidak seorang pun mengambilkannya untuk aku.
(1454)
Ketika malam tiba, penderitaan fisikku meningkat, dipadu dengan
penderitaan-penderitaan batin. Itu malam yang penuh penderitaan. Keheningan
malam yang luar biasa memungkinkan aku menderita dengan leluasa. Tubuhku
terentang di kayu salib. Sampai pukul sebelas, tubuhku menderita karena sakit
yang luar biasa. Dalam roh, aku pergi ke tabernakel dan membuka sibori, dan
diam-diam seluruh air mataku tertumpah ke dalam Hati Dia, satu-satunya yang
tahu merasakan rasa sakit dan penderitaan. Aku merasakan manisnya penderitaan,
dan jiwaku mulai merindukan sakratulmaut yang manis ini, yang tidak akan
kutukar dengan segala harta dunia sekalipun. Tuhan memberi aku kekuatan roh dan
kasih terhadap orang-orang yang mendatangkan penderitaan ini. Inilah hari
pertama tahun baru.
(1455) Pada
hari ini, aku juga merasakan doa dari suatu jiwa yang indah yang sedang
mendoakan aku dan, dalam roh, ia memberikan berkatnya kepadaku sebagai imam.
Aku menanggapinya dengan doaku yang bernyala-nyala.
(1456) O
Tuhan yang mahabaik, betapa maharahimlah Engkau! Engkau menghakimi setiap orang
menurut situasi hati nuraninya, dan tidak menurut apa kata orang. Rohku
bersukacita dan semakin lama semakin banyak menyerap kebijaksanaan-Mu, yang
semakin hari semakin aku pahami dengan lebih jelas. Bagiku, luasnya
kerahiman-Mu semakin hari menjadi semakin nyata. O Yesusku, buah dari semua
pengetahuan ini bagi jiwaku adalah: aku diubah menjadi suatu nyala kasih
kepada-Mu, Allahku.
(1457) 2
Januari 1938. Hari ini, sementara aku menyiapkan diri untuk menyambut komuni
kudus, Yesus memintaku supaya menulis lebih banyak; tidak hanya tentang rahmat
yang Ia berikan kepadaku, tetapi juga tentang masalah-masalah lahiriah; semua
ini demi penghiburan banyak jiwa.
(1458)
Sesudah malam yang penuh penderitaan ini, imam memasuki kamarku bersama Tuhan
Yesus. Ketika itu, suatu sukacita yang luar biasa memenuhi seluruh diriku
sehingga aku merasa bahwa seandainya imam itu sedikit berlambat, Yesus sendiri
akan melompat dari tangannya dan datang kepadaku.
(1459)
Sesudah komuni kudus Tuhan berkata kepadaku, “Seandainya imam tidak membawa Aku
kepadamu, Aku akan datang sendiri dalam rupa yang sama. Putri-Ku, semua
penderitaanmu malam ini memperoleh rahmat kerahiman untuk jiwa-jiwa dalam
jumlah yang luar biasa banyaknya.”
(1460) “Putri-Ku,
ada sesuatu untuk Kukatakan kepadamu.” Aku menjawab, “Berkatalah, ya Yesus, sebab aku haus akan
kata-kata-Mu.” “Sangatlah tidak menyenangkan hati-Ku bahwa karena para suster
menggerutu, engkau tidak minta agar Pastor Andrasz datang ke kamarmu untuk
mendengarkan pengakuan dosamu. Camkanlah bahwa karena hal ini, engkau memberi
mereka alasan yang bahkan lebih besar untuk menggerutu.” Dengan amat
rendah hati, aku minta ampun kepada Tuhan. O Guruku, tegurlah aku; jangan
membiarkan apa pun yang salah padaku, dan jangan biarkan aku sesat.
(1461) O
Yesusku, ketika orang salah paham mengenai aku dan jiwaku sangat menderita, aku
ingin tinggal sendirian sejenak bersama Engkau. Kata-kata ciptaan yang dapat
mati tidak memberiku penghiburan. O Tuhan, jangan mengutus kepadaku duta-duta
yang hanya berbicara untuk dirinya sendiri dan hanya mengatakan apa yang
didiktekan oleh kodrat mereka sendiri. Penghiburan seperti itu membuatku amat
letih.
(1462) 6
Januari 1938. Hari ini, ketika imam biara membawa Tuhan Yesus, suatu cahaya
keluar dari Hosti; cahaya itu menembus hatiku dan memenuhi aku dengan api kasih
yang berkobar-kobar. Yesus sedang menunjukkan kepadaku bahwa aku harus menjawab
ilham-ilham rahmat-Nya dengan kesetiaan yang lebih besar, dan bahwa aku harus
lebih waspada.
(1463)
Tuhan juga memperlihatkan kepadaku bahwa banyak uskup sedang mempertimbangkan
pesta itu (Pesta Kerahiman Ilahi); juga seorang awam. Sejumlah dari mereka
sangat antusias mengenai karya Allah ini, sementara yang lain memandangnya
dengan kurang percaya; kendati semua itu, karya Allah sungguh dimuliakan. Muder
Irena dan Muder Maria Josefa sedang memberikan semacam laporan kepada para
petinggi Gereja, tetapi mereka dicecar pertanyaan, tidak pertama-tama tentang
karya itu, tetapi tentang diriku. Sehubungan dengan karya itu sendiri, sama
sekali tidak ada keragu-raguan karena kemuliaan Allah sudah bergema.
(1464) Hari
ini, aku merasa jauh lebih sehat. Aku bersukacita bahwa aku akan dapat
bermeditasi lebih khusyuk selama Jam Kudus. Kemudian, aku mendengar suara, “Kesehatanmu
tidak akan sungguh-sungguh pulih. Jangan mengabaikan Sakramen Rekonsiliasi
sebab hal ini tidak menyenangkan hati-Ku. Jangan terlalu memperhatikan gerutu
orang-orang di sekelilingmu.” Suara ini mengherankan aku karena hari
ini aku merasa lebih sehat, tetapi aku tidak begitu memperhatikannya. Ketika
suster mematikan lampu, aku mulai melaksanakan Jam Kudus. Tetapi, sesaat
kemudian, terasa olehku bahwa ada yang tidak beres dengan jantungku. Dalam
keheningan, aku menderita sampai pukul sebelas. Kemudian, aku merasakan
kesehatanku menjadi begitu buruk sehingga aku membangunkan Suster N, yang
tinggal sekamar denganku. Ia memberi aku beberapa tetes untuk diminum, yang
membuatku sedikit lega sehingga aku dapat berbaring. Kini aku memahami
peringatan Tuhan. Aku memutuskan untuk memanggil imam siapa pun, pada hari
berikutnya, dan untuk membeberkan rahasia-rahasia jiwaku kepadanya. Tetapi,
tidak semua kubeberkan sebab sementara aku berdoa bagi orang-orang berdosa dan
mempersembahkan semua penderitaanku bagi mereka, aku mengalami serangan dari
pihak setan.
(1465) Ia
menampakkan diri dalam suatu wujud menakutkan dan berkata kepadaku, “Jangan berdoa untuk orang-orang berdosa,
tetapi untuk dirimu sendiri karena engkau akan dihukum.” Tanpa
memperhatikan si setan, aku terus berdoa dengan menggandakan kepedulianku bagi
orang-orang berdosa. Roh jahat itu berteriak dengan ganas, “Oh, seandainya aku punya kuasa atas engkau!” Lalu ia menghilang.
Aku melihat bahwa penderitaan dan doa-doaku telah membelenggu setan dan
merenggut banyak jiwa dari genggamannya.
(1466)
Yesus, Pencipta keselamatan manusia, tariklah semua jiwa kepada kerahiman
ilahi. Semoga keagungan kerahiman-Mu dimuliakan di bumi dan di alam abadi. O
Pencipta jiwa yang agung, dalam kemurahan-Mu yang tanpa batas, Engkau membuka
sumber-sumber kerahiman yang menyelamatkan sehingga jiwa-jiwa yang rapuh dapat
dikuatkan dalam penziarahan hidup ini. Kerahiman-Mu membentang di sepanjang
hayat kami laksana suatu benang emas dan membuat hubungan kami dengan Allah
tetap tertata rapi. Allah tidak membutuhkan suatu pun untuk membuat diri-Nya
bahagia; segala sesuatu melilu karya kerahiman-Nya. Indraku dipenuhi dengan
sukacita ketika Allah memberiku kesadaran yang lebih mendalam tentang begitu
besarnya sifat Allah, yakni kerahiman-Nya yang tak terhingga.
(1467) 7
Januari 1938. Jumat pertama dalam bulan. Pagi ini, dalam misa kudus, selama
waktu yang singkat, aku melihat Juru Selamat yang menderita. Yang menyentuh
hatiku adalah bahwa Yesus begitu tenang di tengah penderitaan-penderitaan-Nya
yang begitu berat. AKu tahu bahwa ini adalah suatu pelajaran bagiku mengenai
bagaimana aku harus bersikap di tengah aneka penderitaanku.
(1468) Dalam
waktu yang amat singkat, aku merasakan sakit pada tangan, kaki, dan lambungku.
Kemudian aku melihat seorang berdosa yang mendapatkan pahala dari penderitaanku
lalu menghampiri Tuhan. Semua ini untuk jiwa-jiwa yang kelaparan jangan sampai
mereka mati karena kelaparan.
(1469) Hari
ini, aku pergi mengaku dosa kepada imam komunitas. Lewat imam ini, Yesus
meneguhkan aku. O Bundaku, Gereja Allah, engkau sungguh seorang ibu sejati yang
memahami anak-anaknya ...
(1470) Oh,
betapa indahnya bahwa Yesus akan menghakimi kita seturut hati nurani kita dan
tidak menurut perkataan serta penilaian manusia. O kebaikan yang tak terselami,
aku melihat bahwa Engkau penuh kebaikan justru di tindak penghakiman.
(1471) Aku
merasa lemah, dan kodratku menuntut istirahat. Tetapi, aku merasakan ilham
rahmat yang menyuruh aku tetap bertahan dan terus menulis, menulis untuk
memberikan penghiburan kepada jiwa-jiwa, yang sangat kukasihi, dan yang akan
berbagi kebahagiaan dengan aku di alam abadi. Aku amat sangat mendambakan
kehidupan abadi bagi mereka; itulah sebabnya aku menggunakan seluruh waktu
luangku, tidak peduli betapa pun singkatnya, untuk menulis sebagaimana
dikehendaki Yesus dariku.
(1472) 8
Januari. Dalam misa kudus, aku sejenak melihat Pastor Sopocko dan menyaksikan
betapa Allah sangat dimuliakan lewat usaha-usaha kami berdua. Meskipun saling
berjauhan, kami berdua sering bersamaan sebab kami disatukan oleh satu tujuan
yang sama.
(1473) O
Yesusku, Engkaulah satu-satunya kerinduanku! Hari ini, aku ingin menyambut
Engkau dengan hasrat yang lebih besar daripada kapan pun, tetapi justru pada
hari ini, jiwaku lebih gersang daripada kapan pun. Imanku bertumbuh semakin
kuat, dan dengan demikian buah kedatangan-Mu, ya Tuhan, akan semakin melimpah.
Memang seringkali, Engkau datang tanpa menyentuh indraku dan hanya menguasai
hidup batinku; tetapi kadang-kadang, semua indraku pun bersukacita atas
kedatangan-Mu.
(1474)
Sering kali, aku minta kepada Tuhan Yesus akal budi yang diterangi oleh iman.
Permintaan ini kuungkapkan kepada Tuhan dalam kata-kata ini, “Yesus, berilah aku akal budi, suatu akal
budi yang kuat supaya aku dapat memahami Engkau dengan lebih baik; sebab
semakin baik aku mengenal Engkau, semakin berkobarlah kasihku kepada-Mu. Yesus,
aku minta akal budi yang tajam sehingga aku dapat memahami masalah-masalah yang
ilahi dan luhur. Yesus, berilah aku suatu akal budi yang mendalam, yang akan
membuat aku mengerti hakikat ilahi-Mu dan jati diri-Mu sebagai Tritunggal.
Berkat rahmat istimewa-Mu, berilah pikiranku kemampuan dan kecerdasan. Memang,
aku tahu bahwa ada kemampuan yang kami peroleh lewat rahmat yang diberikan
Gereja kepadaku; tetapi masih ada juga suatu harta rahmat yang Engkau berikan
kepada kami, o Tuhan, apabila kami memintanya dari-Mu. tetapi, aku mohon
kepada-Mu, kalau permintaanku ini tidak berkenan di hati-Mu, janganlah Engkau
memberi aku kecenderungan untuk memintanya.”
(1475) Aku
berjuang untuk memperoleh kesempurnaan yang paling besar supaya aku bermanfaat
bagi Gereja; lebih jauh lagi, supaya kesatuanku dengan Gereja lebih erat.
Kekudusan setiap jiwa secara individual memiliki dampak atas seluruh Gereja;
demikian pula kejatuhannya ke dalam dosa. Dengan memperhatikan diriku sendiri
dan orang-orang yang ada di dekat aku, aku makin mengerti betapa besarnya
pengaruhku terhadap jiwa-jiwa lain. Pengaruh itu muncul bukan hanya karena
perbuatan-perbuatan yang luar biasa, sebab perbuatan seperti itu sedari
hakikatnya sudah sangat mengesankan, tetapi juga karena tindakan-tindakan kecil
seperti gerak tangan, pandangan mata, dan banyak hal lain lagi yang terlalu
banyak untuk disebut. Menurut pengamatanku, semua ini memiliki pengaruh
terhadap jiwa-jiwa dan terpancar dalam jiwa-jiwa.
(1476) Oh,
betapa baiknya bahwa peraturan [biara] menuntut silentium yang ketat di kamar
tidur dan tidak mengizinkan kami tetap tinggal di sana kecuali kalau memang
mutlak perlu. Sekarang ini aku memiliki kamar, tempat kami tidur sekamar
berdua. Tetapi, pada waktu aku sakit dan aku harus terbaring di tempat tidur,
aku merasakan betapa memberatkan kalau ada orang lain duduk di kamar tidur
sepanjang waktu. Suster N memiliki beberapa pekerjaan tangan, dan hampir
sepanjang waktu ia duduk di tempat tidur, dan suster yang lain duduk di sana
juga untuk mengajarinya bagaimana mengerjakannya. SUlit sekali melukiskan
betapa semua ini sangat melelahkan aku, khususnya kalau salah seorang sedang
sakit dan harus menjalani malam-malamnya dalam rasa sakit. Setiap kata terasa
terus berulang menusuk-nusuk otak, khususnya kalau mata menjadi berat karena
kantuk. O peraturan, betapa banyak kasih yang ada dalam dirimu ....
(1477)
Dalam Ibadat Sore, ketika Magnificat dilagukan dan sampai pada kata-kata,
“Perkasalah perbuatan tangan-Nya,” suatu permenungan roh yang mendalam
menyelubungi jiwaku, dan aku paham bahwa Tuhan akan segera menggenapi karya-Nya
dalam jiwaku. Kini aku tidak heran bahwa Tuhan tidak lebih dulu membeberkan
segala sesuatu kepadaku.
(1478)
Mengapa hari ini Engkau sedih, ya Yesus? Katakan kepadaku, siapa yang
menyebabkan kesedihan-Mu? Dan Yesus menjawab kepadaku, “Yang menyebabkan kesedihan-Ku
adalah jiwa-jiwa terpilih yang tidak memiliki Roh-Ku; mereka hidup menurut
huruf dan telah menempatkan huruf di atas Roh-Ku, di atas roh kasih. Aku telah
menetapkan seluruh hukum-Ku atas dasar kasih, tetapi Aku tidak melihat kasih,
bahkan dalam Kongregasi-kongregasi hidup membiara. Itulah sebabnya Hati-Ku
dipenuhi dengan kesedihan.”
(1479)
Yesusku, dalam kepahitan dan rasa sakit yang pedih ini, aku masih merasakan
kemesraan Hati ilahi-Mu terhadap aku. Laksana seorang ibu yang baik, Engkau
mendekapkan aku ke dada-Mu, dan sekarang pun Engkau memperlihatakan kepadaku
apa yang tersembunyi di balik selubung.
O Yesusku,
dalam kesunyian dan ketakutan yang mengerumuni aku ini, hatiku masih merasakan
kehangatan tatapan-Mu, yang tidak dapat dienyahkan dariku oleh badai, karena
Engkau memberikan keyakinan tentang kasih-Mu yang agung kepada-Ku, o Allah.
O Yesusku,
di tengah kemalangan hidup yang memilukan ini, Engkau bersinar laksana bintang
yang melindungi aku dari kehancuran. Dan meskipun begitu besar kemalanganku,
aku memiliki kepercayaan yang teguh akan kerahiman-Mu.
O Yesus
yang tersembunyi, di tengah banyak pergulatan saat terakhirku, semoga
kemahakuasaan rahmat-Mu tercurah atas jiwaku, agar pada saat kematian aku dapat
menatap-Mu dan melihat Engkau dari muka ke muka, seperti yang dilakukan oleh
orang-orang pilihan di surga.
O Yesusku,
di tengah banyak bahaya sekeliling aku, aku menyusuri kehidupan dengan sorak
sukacita, kepalaku terangkat dengan bangga, sebab melawan Hati-Mu yang
sedemikian penuh dengan kasih, o Yesus, semua musuh akan hancur, semua
kegelapan akan sirna.
(1480)
Yesus, sembunyikanlah aku dalam kerahiman-Mu dan lindungilah terhadap segala
sesuatu yang bisa menggentarkan jiwaku. Jangan biarkan kepercayaanku akan
kerahiman-Mu dikecewakan. Lindungilah aku dengan kerahiman-Mu yang mahakuasa,
dan hakimilah juga aku dengan lembut.
(1481) Hari
ini, dalam misa kudus, aku melihat Bayi Yesus di dekat bangku tempat aku
berlutut. Ia tampak berusia sekitar satu tahun, dan Ia minta kugendong. Ketika
aku meraih-Nya dengan tanganku, Ia mendekapkan diri ke dadaku dan berkata, “Aku
senang sekali berada di dekat hatimu.” “Meskipun Engkau sedemikian kecil, aku tahu bahwa Engkau adalah Allah.
Mengapa Engkau menampakkan diri dalam wujud bayi yang begitu kecil untuk
bergaul dengan aku?” “Sebab Aku ingin mengajarkan kepadamu sifat
kanak-kanak rohani. Aku ingin engkau menjadi sangat kecil sebab kalau engkau
kecil, Aku dapat mendekap engkau di dekat Hati-Ku, sama seperti saat ini engkau
merengkuh Aku di dekat hatimu.” Saat itu juga aku kembali sendirian.
Tetapi, tak seorang pun memahami perasaan jiwaku; aku sedemikian dalam
membenamkan diri di dalam Allah, ibarat bunga karang yang dilemparkan ke dalam
laut ...
(1482) O
Yesusku, Engkau tahu bahwa aku telah terjerembab dalam begitu banyak
penderitaan karena mengatakan kebenaran. O Kebenaran, yang begitu sering ditindas,
engkau hampir selalu mengenakan mahkota duri! O Kebenaran Kekal, topanglah aku
agar aku memiliki keberanian untuk selalu mengatakan kebenaran, juga kalau hal
itu akan menyebabkan aku harus membayarnya dengan hidupku. O Yesus, betapa
sulitnya dipercaya bahwa ada orang yang pengajarannya lain dari tingkah
lakunya.
(1483)
Itulah sebabnya, selama retret, sesudah cukup lama mengamati kehidupan, aku
memutuskan untuk mengarahkan mataku hanya kepada-Mu, ya Yesus, Engkaulah yang
paling sempurna dari semua model yang ada. O Keabadian, engkau akan mengungkap
banyak rahasia dan menyatakan kebenaran ...
(1484) O
Hosti yang hidup, topanglah aku yang berada di tempat pembuangan ini agar aku
setia berjalan mengikuti jejak Juru Selamat. Tuhan, aku tidak minta agar Engkau
menurunkan aku dari salib, tetapi aku memohon agar Engkau memberi aku kekuatan
untuk tetap teguh di sana. Aku ingin direntangkan di kayu salib seperti Engkau.
Yesus, aku ingin merasakan semua siksaan dan rasa sakit yang Engkau derita. Aku
ingin minum dari piala kepahitan sampai ampas-ampasnya.
Kebaikan
Allah
(1485) O
Kerahiman Allah, yang tersembunyi dalam Sakramen Mahakudus, o suara Tuhan yang
berbicara kepada kami dari takhta kerahiman, “Datanglah kepada-Ku, kamu
semua.”
Percakapan
Allah yang Maharahim dengan Jiwa yang
Berdosa:
Yesus: Jangan
takut akan Juru Selamatmu, hai jiwa yang berdosa. Akulah yang pertama
mengayunkan langkah untuk datang kepadamu karena Aku tahu bahwa dari dirimu
sendiri engkau tidak mampu beranjak kepada-Ku. Hai anak, jangan lari jauh-jauh
dari Bapamu; siaplah untuk berbicara terus terang dengan Allahmu yang maharahim
yang ingin mengucapkan kata-kata pengampunan dan melimpahkan rahmat-Nya atas
dirimu. Betapa Aku sangat mengasihi jiwamu! Aku telah mengukir namamu pada
tangan-Ku; laksana luka yang parah, engkau tergores di dalam hati-Ku.
Jiwa: Tuhan,
aku mendengar suaramu memanggil aku untuk berpaling dari jalan dosa, tetapi aku
tidak memiliki kekuatan atau keberanian untuk melakukannya.
Yesus: Akulah
kekuatanmu! Aku akan menolong engkau dalam perjuangan ini.
Jiwa:
Tuhan, aku mengenal kekudusan-Mu, dan aku takut akan Dikau.
Yesus: Anak-Ku,
engkau takut akan Allah kerahiman? Kekudusan-Ku tidak menghalangi Aku untuk
menjadi maharahim. Camkanlah, hai jiwa, bagimu Aku sudah membangun suatu takhta
kerahiman di bumi - yaitu tabernakel - dan dari takhta ini Aku ingin masuk ke
dalam hatimu. Aku mengelilingi diri-Ku dengan pengawal dan penjaga. Engkau
dapat datang kepada-Ku setiap saat, setiap waktu; Aku ingin berbicara denganmu
dan ingin memberikan rahmat kepadamu.
Jiwa:
Tuhan, aku ragu-ragu apakah Engkau akan mengampuni dosa-dosaku yang begitu
banyak; kepapaanku memenuhi aku dengan kegentaran.
Yesus: Kerahiman-Ku
lebih besar daripada dosa-dosa seluruh dunia. Siapa dapat mengukur jangkauan kebaikan-Ku?
Demi engkau, Aku turun dari surga ke bumi; demi engkau, Aku membiarkan Hati
Kudus-Ku ditikam dengan tombak, dan dengan demikian membuka lebar mata air
kerahiman bagimu. Maka, datanglah dengan penuh harapan untuk menimba rahmat
dari mata air ini. Aku tidak pernah menolak hati yang remuk redam. Kepapaanmu
telah lenyap dalam lubuk kerahiman-Ku. Jangan berbantah dengan Aku mengenai
kemalanganmu. Engkau akan menyenangkan Hati-Ku kalau engkau menyerahkan
kepada-Ku semua penderitaan dan kepedihanmu. AKu akan melimpahkan khazanaj
rahmat-Ku atas dirimu.
Jiwa: O
Tuhan, dengan kebaikan-Mu, Engkau telah mengalahkan hatiku yang membatu. Dalam
kepercayaan dan kerendahan hati, aku menghampiri sidang kerahiman-Mu, tempat
Engkau sendiri membebaskan aku dengan tangan wakil-Mu. O Tuhan, aku merasakan
rahmat dan damai-Mu memenuhi jiwaku yang papa. AKu merasa dipenuhi dengan
kerahiman-Mu, o Tuhan, Engkau mengampuni aku, lebih dari yang berani kuharapkan
atau lebih dari yang dapat kubayangkan. Kebaikan-Mu melampaui segala
keinginanku. Dan sekarang, penuh dengan rasa syukur atas rahmat yang sedemikian
banyak, aku mengundang Engkau masuk ke dalam hatiku. Aku berkelana, seperti
anak pemboros yang hilang; tetapi Engkau tidak berhenti menjadi Bapaku.
Tingkatkanlah kerahiman-Mu kepadaku karena Engkau tahu betapa rapuhnya aku.
Yesus: Anak-Ku,
jangan lagi berbicara tentang kepapaanmu; semua itu sudah dilupakan.
Dengarkanlah, Anak-Ku, apa yang ingin Kukatakan kepadamu. Datanglah lebih dekat
kepada luka-luka-Ku dan ambillah dari Mata Air Kehidupan ini apa saja yang
diinginkan oleh hatimu. Minumlah sepuas-puasnya dari Mata Air Kehidupan ini dan
engkau tidak akan kehausan dalam perjalanan. Pandanglah semarak kerahiman-Ku
dan jangan takut akan musuh-musuh keselamatamu. Muliakanlah kerahiman-Ku.
Percakapan
Allah yang Maharahim dengan Jiwa yang Putus Asa:
Yesus: O
jiwa yang tenggelam dalam kegelapan, jangan putus asa. Tidak segalanya hilang.
Datanglah dan percayalah kepada Allahmu; Dia adalah Sang Kasih dan Sang
Kerahiman.
Tetapi jiwa
itu, yang bahkan tidak mau mendengarkan permintaan ini, terus membenamkan diri
dalam kegelapan.
Yesus
memanggil lagi; Anak-Ku, dengarkanlah suara Bapamu yang Maharahim.
Dalam jiwa
itu muncul jawaban ini, “Bagiku tidak ada
kerahiman,” dan jiwa itu terjerumus ke dalam kegelapan yang lebih pekat,
suatu keputusasaaan yang merupakan cicipan neraka dan membuat dia tidak mampu
menghampiri Allah.
Yesus
memanggil jiwa itu untuk ketiga kalinya, tetapi jiwa itu tetap menutup telinga
dan mata, ia berkeras hati dan putus asa. Kemudian, kerahiman Allah mulai
menyatakan diri, dan, tanpa kerja sama apa pun dari jiwa itu, Allah memberi
kepadanya rahmat terakhir. Kalau ini pun dicampakkan, Allah akan meninggalkan
jiwa itu terbelenggu dalam cinta diri tersebut sampai selama-lamanya. Rahmat
ini muncul dari Hati Yesus yang maharahim dan memberikan kepada jiwa itu suatu
terang istimewa, dan dengan itu jiwa mulai memahami usaha-usaha Allah; tetapi
pertobatan tergantung pada kemauan jiwa itu sendiri. Jiwa itu mengetahui bahwa
baginya, panggilan ini merupakan rahmat terakhir; kalau jiwa itu menunjukkan
secercah kehendak baik, maka selebihnya akan digenapi oleh kerahiman Allah.
[Yesus:] Di
sini, kerahiman-Ku yang mahakuasa bekerja. Berbahagialah jiwa yang memenfaatkan
rahmat ini.
Yesus: Betapa
besar sukacita Hati-Ku ketika engkau kembali kepada-Ku. Karena engkau lemah,
maka Aku meraih engkau ke dalam pelukan-Ku dan membawamu pulang ke rumah
Bapa-Ku.
Jiwa
(seolah-olah bangun dari tidur, bertanya dengan gemetar): Mungkinkah masih ada
kerahiman bagiku?
Yesus: Justru
engkau, Anak-Ku, memiliki hak istimewa atas kerahiman-Ku. Biarlah kerahiman-Ku
bekerja dalam jiwamu yang malang; biarlah sinar rahmat masuk ke dalam jiwamu;
sinar itu akan membawa serta terang, kehangatan, dan kehidupan.
Jiwa:
Tetapi, ketakutan memenuhi hatiku ketika aku membayangkan dosa-dosaku, dan
ketakutan yang mengerikan ini membuat aku ragu-ragu akan kebaikan-Mu.
Yesus: Ketahuilah,
hai jiwa, luka Hati-Ku yang disebabkan oleh semua dosamu tidak separang luka
yang ditimbulkan oleh kurangnya kepercayaanmu sekarang ini, yakni bahwa sesudah
begitu banyak usaha yang dilakukan oleh kasih dan kerahiman-Ku, engkau masih
meragukan kebaikan-Ku.
Jiwa: O
Tuhan, selamatkanlah aku sebab aku binasa. Jadilah Juru Selamatku. O Tuhan, aku
tidak mampu mengatakan sesuatu lagi; hatiku yang malang tercabik-cabik; tetapi
Engkau, o Tuhan ....
Yesus tidak
membiarkan jiwa itu menyelesaikan kata-katanya, tetapi sambil mengangkatnya
dari tanah, dari lubuk kepapaannya, Ia menuntunnya masuk ke dalam kediaman
Hati-Nya; di sana semua dosanya lenyap dengan seketika, dihanguskan oleh nyala
kasih.
Yesus: Hai
jiwa, inilah seluruh harta Hati-Ku. Ambillah apa saja yang engkau butuhkan.
Jiwa: O
Tuhan, aku merasa dibanjiri dengan rahmat-Mu. AKu merasakan bahwa suatu
kehidupan baru kini masuk ke dalam diriku dan, lebih dari segalanya, aku
merasakan kasih-Mu di dalam hatiku. Ini sudah cukup bagiku. O Tuhan, sampai
selama-lamanya aku akan memuliakan kerahiman-Mu yang mahakuasa. Dikuatkan oleh
kebaikan-Mu, aku akan menyerahkan segala dukacita hatiku kepada-Mu.
Yesus: Anak-Ku,
katakan segala-galanya kepada-Ku, jangan menyembunyikan suatu pun dari-Ku sebab
Hati-Ku yang penuh kasih, Hati Sahabatmu yang paling baik, selalu mendengarkan
engkau.
Jiwa: O Tuhan,
kini aku melihat segala sikap tak tahu terima kasihku dan melihat juga
kebaikan-Mu. Dengan rahmat-Mu, Engkau terus memburu aku, sedangkan aku terus
menyia-nyiakan kemurahan Hati-Mu. AKu merasa bahwa sudah sepantasnya aku
dijebloskan ke dasar neraka karena aku mencampakkan rahmat-Mu.
Yesus
(menyela): Jangan tenggelam dalam kepapaanmu; engkau masih terlalu lemah untuk
berbicara mengenai hal itu. Lebih baik, tataplah Hati-Ku yang penuh dengan
kebaikan dan penuhilah hatimu dengan perasaan-Ku. Upayakanlah kelembutan dan
kerendahan hati; bermurah-hatilah kepada sesama, sebagaimana Aku murah hati
kepadamu; dan, apabila engkau mersakan kekuatanmu surut, datanglah ke mata air
kerahiman untuk menguatkan jiwamu; maka engkau tidak akan menjadi letih lagi di
sepanjang perjalananmu.
Jiwa: Kini
aku memahami kerahiman-Mu yang melindungi aku laksana sebuah awan bercahaya dan
menuntun aku ke rumah Bapaku, sambil melindungi aku dari kengerian neraka; aku
telah jatuh ke sana, bukan hanya satu kali, tetapi ribuan kali. O Tuhan, masa
yang kekal pun hampir tidak cukup bagiku untuk memberikan pujian serasi kepada
kerahiman dan kemurahan-Mu terhadapku yang sungguh tak terbatas.
Percakapan
Allah yang Maharahim dengan Jiwa yang
Menderita:
(1487)
Yesus: Hai jiwa, AKu melihat engkau sangat menderita dan engkau tidak memiliki
bahkan kekuatan untuk bercakap-cakap dengan Aku. Maka Aku sendiri akan
berbicara kepadamu, hai jiwa. Meskipun penderitaan-penderitaanmu sangat berat,
jangan putus asa atau patah semangat tetapi katakan kepada-Ku, Anak-Ku, siapa
yang telah berani melukai hatimu? Katakan segala sesuatu kepada-Ku, bersikaplah
tulus dalam berurusan dengan Aku, beberkanlah semua luka hatimu. Aku akan
menyembuhkannya, dan penderitaanmu akan menjadi sumber kesucian bagimu.
Jiwa:
Tuhan, penderitaan-penderitaanku begitu berat dan begitu banyak; semuanya sudah
berlangsung begitu lama sehingga aku menjadi berkecil hati.
Yesus: Anak-Ku,
janganlah berkecil hati. Aku tahu kepercayaanmu kepada-Ku tidak terbatas; Aku
tahu engkau menyadari kebaikan dan kerahiman-Ku. Marilah kita berbicara secara
rinci mengenai segala sesuatu yang membebani hatimu dengan begitu berat.
Jiwa: Ada
begitu banyak ragam penderitaan yang menimpaku sehingga aku tidak tahu mana
yang harus aku bicarakan lebih dulu, atau bagaimana aku mengungkapkannya.
Yesus: Berbicaralah
saja kepada-Ku, seperti seorang sahabat kepada sahabatnya. Sekarang juga
katakanlah, Anak-Ku apa yang menghalangi usahamu untuk maju dalam kesucian!?
Jiwa:
Kesehatanku yang buruk menghambat aku meniti jalan menuju kesucian. Aku tidak
dapat memenuhi tugas-tugasku. Yah, aku seperti barang yang dipermainkan orang.
Aku tidak dapat bermati raga atau berpuasa dengan leluasa, seperti dilakukan
oleh orang-orang kudus. Lebih dari itu, tidak seorang pun percaya bahwa aku
sedang sakit sehingga kepedeihan hati memperberat rasa sakit badani yang sudah
membebaniku; dan aku sering direndahkan. Yesus, bagaimana mungkin seseorang
menjadi saleh dalam situasi seperti itu?
Yesus: Benar,
Anak-Ku, semua itu menyakitkan. Tetapi, tidak ada jalan lain menuju surga
kecuali jalan salib. Aku sudah lebih dulu menapaki jalan itu. Engkau harus tahu
bahwa itulah jalan yang paling pendek dan paling pasti.
Jiwa:
Tuhan, masih ada halangan lain pada jalanku menuju kekudusan. Karena setia
kepada-Mu, aku dianiaya dan sangat menderita.
Yesus: Camkanlah
karena engkau tidak berasal dari dunia ini, maka dunia membenci engkau. Dunia
sudah lebih dulu menganiaya Aku. Penganiayaan adalah tanda bahwa engkau sedang
mengikuti jejak-jejak kaki-Ku dengan setia.
Jiwa:
Tuhanku, aku juga berkecil hati karena, baik para superior maupun bapak
pengakuanku tidak memahami penderitaan-penderitaan batin yang aku alami. Suatu
kegelapan menyelubungi pikiranku. Bagaimana aku dapat maju? Semua ini membuat
aku berkecil hati sehingga aku tidak dapat mendaki menuju puncak-puncak
kesucian.
Yesus: Baiklah,
Anak-Ku, kali ini engkau telah mengatakan banyak hal kepada-Ku. AKu tahu betapa
sakit rasanya tidak dipahami, khususnya oleh orang-orang yang engkau kasihi dan
dengan siapa engkau telah sangat terbuka. Tetapi, cukuplah engkau tahu bahwa
Aku memahami segala penderitaan dan kepapaanmu. Aku senang akan besarnya
kepercayaanmu kepada wakil-wakil-Ku meskipun ada begitu banyak hambatan. Dari
semua ini, belajarlah bahwa tidak seorang pun akan memahami suatu jiwa dengan
sepenuhnya - hal ini melampaui kemampuan manusia. Oleh karena itu, Aku selalu
tinggal di bumi untuk menghibur hatimu yang pedih dan untuk menguatkan jiwamu
sehingga engkau tidak akan jatuh di tengah jalan. Engkau berkata bahwa
kegelapan yang pekat menyelubungi pikiranmu. Mengapa, pada saat-saat seperti
itu, engkau tidak datang kepada-Ku; Akulah Sang Terang yang dengan seketika
dapat mencurahkan ke dalam jiwamu pemahaman yang lebih jelas mengenai kesucian
daripada yang dapat engkau temukan dalam buku apa pun? Tidak seorang bapak
pengakuan pun mampu mengajar dan menerangi suatu jiwa dengan cara ini.
Ketahuilah
juga bahwa kegelapan yang engkau keluhkan sudah lebih dulu Aku alami di Taman
Zaitun, ketika jiwa-Ku hancur luluh dalam sakratulmaut yang membuat Aku merasa
seperti sudah mati. Aku memberi engkau kesempatan untuk ambil bagian dalam
penderitaan-penderitaan itu sebab Aku mengasihi engkau dengan kasih yang
istimewa dan Aku bermaksud menempatkan engkau pada kesucian tingkat tinggi di
surga. Suatu jiwa yang menderita itu paling dekat dengan Hati-Ku.
Jiwa: Satu
hal lagi, Tuhan. Apa yang harus kulakukan kalau aku ditolak dan tidak
diacuhkan, khususnya oleh mereka yang semestinya menjadi tumpuanku di saat-saat
aku sangat membutuhkan?
Yesus: Anak-Ku,
buatlah niat untuk tidak pernah mengandalkan manusia. Percayakanlah dirimu
sepenuhnya kepada kehendak-Ku dengan berkata, “Terjadilah pada-Ku, o Allah,
bukan seperti yang kukehendaki tetapi seperti yang Kaukehendaki.” Kata-kata
ini, kalau diucapkan oleh seseorang dari lubuk hatinya yang paling dalam, dapat
mengangkat jiwa ke puncak kesucian dalam waktu yang singkat. Jiwa seperti itu
sangat menyenangkan Hati-Ku. Jiwa seperti itu mempersembahkan kemuliaan
kepada-Ku. Jiwa seperti itu memenuhi surga dengan aroma keutamaannya.
Ketahuilah bahwa kekuatan yang membuat engkau mampu menanggung
penderitaan-penderitaan berasal dari seringnya engkau menyambut komuni. Oleh
karena itu, sering-seringlah menghampiri sumber kerahiman ini, untuk menimba
apa pun yang engkau butuhkan dengan bejana pengharapan.
Jiwa:
Terima kasih, Tuhan, atas kebaikan-Mu untuk tinggal bersama kami di tempat
pembuangan ini sebagai Allah kerahiman; terima kasih juga karena Engkau telah
memberkati kami dengan cahaya kemurahan dan kebaikan-Mu. Lewat sinar
kerahiman-Mu inilah aku sekarang memahami betapa Engkau mengasihi aku.
(1488)
Percakapan Allah yang Maharahim dengan Jiwa
yang Memperjuangkan Kesempurnaan:
Yesus: Aku
sangat senang dengan usaha-usahamu, wahai jiwa yang giat mengusahakan
kesempurnaan, tetapi begitu sering Aku melihat engkau sedih dan tertekan.
Mengapa? Katakan kepada-Ku, Anak-Ku, apa arti kesedihan itu, dan apa sebabnya!?
Jiwa:
Tuhan, aku merasa sedih karena meskipun memiliki keputusan-keputusan yang
tulus, aku jatuh lagi ke dalam kesalahan-kesalahan yang sama. Pada pagi hari
aku membuat niat tetapi pada petang hari aku melihat betapa sering kali aku
telah menyimpang darinya.
Yesus: Engkau
lihat, Anak-Ku, apakah sesungguhnya dirimu itu. Engkau mengalami
kegagalan-kegagalan karena engkau terlalu banyak mengandalkan dirimu sendiri dan
terlalu sedikit mengandalkan Aku. Tetapi, janganlah terlalu bersedih karenanya.
Engkau berhadapan dengan Allah yang maharahim; di hadapan-Nya kepapaanmu sama
sekali tidak ada artinya. Ingatlah, pengampunan yang Kusediakan tidaklah
terbatas.
Jiwa:
Memang, aku tahu semua itu, tetapi godaan-godaan gencar terus menyerbu aku, dan
beragam keragu-raguan berkecamuk dalam diriku. Lebih dari itu, segala sesuatu
mengganggu hatiku dan membuat aku berkecil hati.
Yesus: Anak-Ku,
ketahuilah bahwa hambatan paling besar untuk kesucian adalah rasa kecil hati
dan kecemasan yang berlebihan. Kedua hal ini melumpuhkan kemampuanmu untuk
mengamalkan keutamaan. Semua godaan bersama-sama tidak boleh mengacaukan damai
yang ada dalam hatimu, bahkan sedetik pun. Kecemasan dan keputusasaan adalah
buah dari cinta diri. Janganlah engkau berkecil hati tetapi berjuanglah untuk
membuat kasih-Ku meraja di ranah cinta-dirimu. Janganlah berkecil hati,
Anak-Ku. Janganlah berputus asa untuk memohon pengampunan karena Aku sellau
siap mengampuni engkau. Sesering engkau minta pengampunan, sesering itulah
engkau memuliakan kerahiman-Ku.
Jiwa: Aku
memahami apa yang lebih sempurna untuk dilakukan, dan apa yang paling
menyenangkan hati_mu. Tetapi, aku menghadapi halangan-halangan besar untuk
bertindak selaras dengan pemahaman ini.
Yesus: Anak-Ku,
kehidupan di bumi ini merupakan suatu pertempuran; suatu pertempuran yang
sengit demi kerajaan-Ku. Tetapi, janganlah takut sebab engkau tidak sendirian.
Aku selalu menopang engkau; sementara bertempur, bersandarlah pada-Ku dan
janganlah takut akan apa pun. Bawalah bejana pengharapan dan timbalah dari
sumber kehidupan - bukan hanya untuk engkau sendiri, tetapi juga untuk
jiwa-jiwa lain, khususnya jiwa-jiwa yang tidak percaya akan kebaikan-Ku.
Jiwa: Ya
Allah, aku merasa hatiku penuh dengan kasih-Mu dan bahwa sinar-sinar kerahiman
dan kasih-Mu telah menembus jiwaku. Atas perintah-Mu, Tuhan, aku kini pergi.
Aku pergi untuk memenangkan jiwa-jiwa. Ditopang oleh rahmat-Mu, Tuhan, aku siap
mengikuti Engkau, tidak hanya ke Tabor, tetapi juga ke Kalvari. Aku ingin
menuntun jiwa-jiwa ke mata air kerahiman-Mu sehingga semarak kerahiman-Mu dapat
terpantul dalam semua jiwa, dan rumah Bapa kami menjadi penuh sesak. Dan
apabila musuh mulai menyerang, aku akan berlindung di balik perisai
kerahiman-Mu.
(1499)
Percakapan Allah yang Maharahim dengan Jiwa
yang Sempurna:
Jiwa:
Tuhanku dan Guruku, aku ingin berbicara dengan Engkau.
Yesus: Berbicaralah,
Anak-Ku terkasih, sebab Aku selalu mendengarkan. Aku menantikan engkau. Apa
yang ingin engkau bicarakan?
Jiwa:
Tuhan, pertama-tama perkenankanlah aku menumpahkan isi hatiku pada kaki-Mu
dalam ucapan syukur yang harum atas begitu banyak berkat yang Kaulimpahkan
atasku; kalaupun aku mau, aku tidak akan mampu menghitungnya. Aku hanya ingat
bahwa dalam hidupku ini tidak sedetik pun aku tidak mengalami perlindungan dan
kebaikan-Mu.
Yesus: Kata-katamu
menyenangkan Hati-Ku, dan ucapan syukurmu membuka harta rahmat yang baru
bagimu. Tetapi, Anak-Ku, kita harus berbicara lebih rinci mengenai hal-hal yang
ada di dalam hatimu. Marilah kita berbicara empat mata dan dengan terus terang,
seperti dua hati yang saling mengasihi.
Jiwa: O
Tuhanku yang maharahim, ada rahasia-rahasia dalam hatiku yang tidak diketahui
dan tidak pernah akan diketahui oleh seorang pun kecuali oleh-Mu sebab kalaupun
aku mau membeberkannya tidak seorang pun akan memahami aku. Wakil-Mu mengetahui
sebagian karena aku mengaku dosa kepadanya, tetapi ia hanya mengetahui sedikit
dan misteri-misteri yang dapat aku ungkapkan; selebihnya tetap tersimpan bagi
kita berdua sampai selama-lamanya, o Tuhanku! Engkau telah menyelubungi aku
dengan mantol kerahiman-Mu, dan serentak mengampuni dosa-dosaku. Tidak sekali
pun Engkau menahan pengampunan-Mu; Engkau selalu berbelas kasihan kepadaku,
Engkau selalu memberikan kepadaku suatu kehidupan rahmat yang baru. Untuk
menghilangkan keragu-raguanku, Engkau telah memercayakan aku kepada asuhan
Gereja-Mu yang penuh kasih; dialah Bunda yang mesra, yang dalam nama-Mu
menyakinkan aku akan kebenaran-kebanaran iman dan memperhatikan masalah-masalah
yang kuhadapi. Khususnya dalam Sidang Kerahiman-Mu, jiwaku menjumpai samudra
kasih, padahal kepada para malaikat yang memberontak Engkau tidak memberikan
waktu sedikit pun untuk menyesal, dan bagi mereka Engkau tidak memperpanjang
saat kerahiman. O Tuhanku, Engkau telah menyediakan imam-imam yang suci untuk
menunjukkan jalan yang aman kepadaku.
Yesus, ada
satu lagi rahasia dalam kehidupanku, rahasia yang paling dalam dan paling
mengasyikkan hatiku, yakni Engkau sendiri ketika Engkau datang kepada hatiku
dalam rupa roti. Di sini, terhamparlah seluruh rahasia kesucianku. Di sini,
hatiku sedemikian bersatu dengan hati-Mu seolah-olah hanya satu hati. Di sini,
tidak ada lagi rahasia sebab semua yang Engkau miliki menjadi milikku, dan
semua yang aku miliki menjadi milik-Mu. Begitulah kemahakuasaan dan mukjizat
kerahiman-Mu. Semua lidah manusia dan lidah malaikat bersama-sama tidak mampu
menemukan kata-kata yang memadai untuk mengungkapkan misteri kasih dan
kerahiman-Mu ini.
Setiap kali
aku merenungkan misteri ini, hatiku tenggelam dalam suatu ekstase kasih. Dalam
keheningan, aku menyatakan segala sesuatu kepada-Mu, Tuhan, sebab bahasa kasih
tidak memerlukan kata-kata; tidak satu denyut jantungku pun lolos dari-Mu. O
Tuhan, begitu besar kerelaan-Mu sehingga Engkau berkenan turun kepadaku, dan
besarnya kerelaan itu membangkitkan dalam jiwaku kasih yang semakin besar akan
Dikau, satu-satunya sasaran cintaku. Kesatuan hidup menjadi nyata dalam
kemurnian yang sempurna, dalam kerendahan hati yang tulus, dalam keheningan
yang lembut, dan dalam gairah yang bernyala-nyala demi keselamatan jiwa-jiwa.
O Tuhanku
yang paling manis, ketika hatiku terombang-ambing di antara dua hal, setiap
saat Engkau mengawasi aku dan mengilhami aku bagaimana aku harus bertindak
dalam situasi itu. Sering kali, Engkau sendiri campur tangan dalam mengambil
keputusan yang sulit. Tidak terbilang banyaknya, lewat pencerahan yang
tiba-tiba, Engkau membuat aku mengetahui apa yang lebih menyenangkan Hati-Mu.
Oh, betapa
banyaknya contoh pengampunan yang tidak diketahui oleh seorang pun. Betapa
seringnya Engkau mencurahkan ke dalam jiwaku keberanian dan ketabahan untuk
terus maju. Engkau sendirilah yang menyingkirkan halangan-halangan dari
jalanku, dengan campur tangan secara langsung dalam tindakan-tindakan manusia.
O Yesus, segala sesuatu yang telah kukatakan kepada-Mu hanyalah bayangan suram
dari apa yang terjadi di dalam hatiku. O Yesusku, betapa berkobar-kobarnya
keinginanku agar orang-orang berdosa bertobat! Engkau tahu apa yang kulakukan
untuk memenangkan mereka bagi-Mu. Setiap pelanggaran terhadap ketetapan-Mu
menggoreskan luka yang dalam di hatiku. Dalam membela kerajaan-Mu, aku tidak
menghemat entah kekuatanku, entah kesehatanku, entah kehidupanku sendiri.
Memang usaha-usahaku tetap tidak terlihat di bumi. Tetapi, semua itu sungguh
berharga dalam pandangan-Mu.
O Yesus,
aku ingin membawa jiwa-jiwa ke mata air kerahiman-Mu agar dengan bejana
pengharapan mereka menimba air kehidupan yang menyegarkan. Jiwa yang sungguh
merindukan kerahiman Allah hendaknya menghampiri Allah dengan pengharapan yang
lebih besar; dan kalau pengharapannya akan Allah menjadi tidak terbatas, maka
kerahiman Allah kepadanya juga akan menjadi tidak terbatas. Ya Allahku, Engkau
mengetahui setiap detak jantungku, Engkau mengetahui betapa besarnya hasratku
agar semua hati berdenyut hanya demi Engkau, agar setiap jiwa memuliakan
keagungan kerahiman-Mu.
Yesus: Anak-Ku
yang terkasih, kesukaan Hati-Ku, kata-katamu lebih merdu dan lebih menyenangkan
Hati-Ku daripada paduan suara para malaikat. Semua harta Hati-Ku terbuka
bagimu. Ambillah dari Hati-Ku ini semua yang engkau perlukan untuk dirimu
sendiri dan untuk seluruh dunia. Demi kasihmu, Aku membatalkan semua hukuman
adil yang mestinya diterima oleh umat manusia. Satu ulah kasih yang murni lebih
menyenangkan Hati-Ku daripada seribu doa yang tidak sempurna. Satu keluh kesah
karena cinta menyilih banyak pelanggaran yang ditimpakan kepada-Ku oleh
orang-orang yang tidak beriman. Keutamaan yang paling kecil pun memiliki nilai
yang tak terbatas dalam pandangan-Ku karena cintamu yang besar akan Daku. Dalam
jiwa yang menghayati cinta-Ku, Aku sendiri meraja seperti di surga. Siang dan
malam Aku menjaganya. Di dalamnya, aku menemukan kebahagiaan; telinga-Ku
terbuka lebar untuk mendengarkan setiap permintaan hatinya; sering kali Aku
sudah memberikan sebelum Ia memintanya. O Anak-Ku, yang sangat Kusayangi, biji
mata-Ku, beristirahatlah sejenak di dekat Hati-Ku dan kecaplah manisnya cinta
yang akan membahagiakan engkau untuk selama-lamanya.
Tetapi,
Anak-Ku, engkau belum sampai di tanah airmu; maka, dengan dikuatkan oleh
rahmat-Ku, berjalanlah dan bertempurlah demi kerajaan-Ku dalam jiwa-jiwa
manusia; bertempurlah dengan gigih seperti yang dilakukan oleh seorang anak
raja; dan ingatlah bahwa hari-hari pembuanganmu akan segera berakhir, dan
bersama itu akan tiba kesempatan untuk menikmati pahala surha. Aku mengharapkan
darimu, Anak-Ku, agar supaya engkau dapat menjawab panggilan-Ku dengan pantas,
terimalah Aku setiap hari dalam komuni kudus. Ia akan memberi kekuatan kepadamu
...
Yesus,
jangan meninggalkan aku sendirian di tengah penderitaan. Engkau tahu, Tuhan,
betapa lemahnya aku ini. Aku adalah suatu jurang yang penuh kejahatan, aku ini
sungguh suatu kehampaan; karena itu, tidaklah aneh kalau Engkau meninggalkan
aku sendirian dan aku jatuh! Aku ini seorang bayi, ya Tuhan, sehingga aku tidak
dapat mengurus diriku sendiri. Tetapi, melampaui segala kesendirian ini, aku
percaya, dan di tengah semua kegelisahanku, aku berharap; maka aku sepenuhnya
diubah menjadi insan yang penuh pengharapan - meskipun sering kali dirundung
kegelisahan. Jangan mengurangi satu pun dari penderitaan-penderitaanku, tetapi
berilah saja aku kekuatan untuk menanggungnya. Berbuatlah terhadap aku menurut
apa yang berkenan di Hati-Mu, Tuhan, tetapi berilah aku rahmat agar aku mampu
mencintai Engkau dalam setiap kesempatan dan situasi. Tuhan, jangan mengurangi
piala kepahitanku, tetapi berilah aku kekuatan agar aku mampu meminumnya sampai
tuntas.
O Tuhan, kadang-kadang
Engkau mengangkat aku supaya aku menikmati penglihatan-penglihatan yang indah;
tetapi, kemudian sekali lagi Engkau membenamkan aku ke dalam kegelapan malam
dan jurang kehampaan sehingga jiwaku merasa seolah-olah sendirian di tengan
padang gurun. Tetapi, di atas semuanya, aku mengandalkan Dikau, ya Yesus,
karena Engkau tidak berubah. Gairah hatiku berubah-ubah, tetapi Engkau selalu
sama, penuh dengan kerahiman.
(1490)
Yesus, sumber kehidupan, kuduskanlah aku. O Kekuatanku, kuatkanlah aku. O Panglimanku,
bertempurlah bagiku. O satu-satunya Terang jiwaku, terangilah aku. O Guruku,
bimbinglah aku. Aku menyerahkan diriku kepada-Mu sebagai seorang anak kecil
menyerahkan diri kepada kasih sayang ibunya. Kalaupun segala sesuatu
bersekongkol melakwan aku, dan meskipun tanah di bawah kakiku terbelah, di
dekat Hati-Mu aku akan tetap merasakan damai. Bagiku, Engkau akan selalu
menjadi seorang ibu yang paling penuh kasih, bahkan Engkau melampaui semua ibu.
Dengan keheninganku, aku akan melambungkan madah penderitaanku, dan Engkau akan
memahami aku melampaui apa pun yang aku ungkapkan ...
(1491) Hari
ini, Tuhan mengunjungi aku dan berkata, “Putri-Ku, jangan takut akan apa yang akan
menimpa engkau. Aku tidak akan menimpakan suatu pun melampaui kekuatanmu. Engkau
mengetahui kekuatan rahmat-Ku; kiranya itu sudah cuku.” Seudah
kata-kata itu, Tuhan memberi aku pemahaman yang lebih gamblang tentang karya
rahmat-Nya.
(1492)
Sebelum komuni kudus, Yesus menasihati aku agar aku sama sekali tidak
menghiraukan apa yang akan dikatakan oleh suster tertentu sebab kelicikan dan
kejahatannya tidak menyenangkan Hati-Nya. “Putri-Ku, jangan berbicara dengan orang
ini, baik mengenai pandangan maupun mengenai pendapat-pendapatmu.” Aku
memohon ampun dari Tuhan atas apa yang tidak menyenangkan Tuhan dalam jiwa itu,
dan aku mohon agar Tuhan menguatkan aku dengan rahmat-Nya apabila suster itu
datang untuk berbicara dengan aku lagi. Ia telah menanyai aku mengenai banyak
hal, yang semuanya kujawab dengan cinta persaudaraan; dan sebagai bukti bahwa
aku berbicara dengannya dari lubuk hatiku, aku telah memberitahukan kepadanya
sejumlah hal yang muncul dari pengalamanku sendiri. Tetapi, maksud hatinya
sungguh sangat berbeda dari kata-kata yang keluar lewat bibirnya, lain di hati
lain di bibir ....
(1493) O
Yesusku, sejak saat aku menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Mu, aku tidak lagi memikirkan
apa pun untuk diriku sendiri. Engkau dapat bertindak terhadap aku menurut apa
yang berkenan di Hati-Mu. Hanya satu hal yang aku pikirkan, yakni apa yang Kauinginkan;
apa yang dapat kulakukan, ya Tuhan, untuk menyenangkan Hati-Mu. Setiap
kesempatan kucermati dan kuperhatikan. Tidak menjadi masalah kalau dalam
masalah ini aku dinilai salah ...
(1494) 15
Januari 1938. Hari ini, ketika suster yang dimaksud Tuhan datang mengunjungi
aku, aku mempersenjatai diri secara rohani untuk bertempur. Memang, ini
menuntut banyak pengurbanan; tetapi aku tidak bergerak sedikit pun dari apa
yang telah diperintahkan Tuhan. Namun, ketika satu jam sudah berlalu, dan
suster itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan pergi, secara batin aku memanggil
Yesus untuk menolong. Kemudian, aku mendengar suara dalam jiwaku yang berkata, “Jangan
takut, Saat ini, Aku menjaga engkau dan akan membantu engkau. Dalam sekejap,
dan seterusnya, engkau akan merasa mudah untuk melanjutkan percakapan.” Dan
pada saat itu juga dua orang suster lain masuk, dan kemudian percakapan menjadi
jauh lebih menyenangkan meskipun masih makan waktu setengah jam lagi.
(1495) Oh,
betapa baiknya memanggil Yesus untuk minta pertolongan pada saat kita
melangsungkan suatu percakapan. Oh, betapa baiknya, pada saat kedamaian,
memohon rahmat untuk mampu menghadapi masalah. Aku paling takut menghadapi
percakapan yang tampaknya konfidensial seperti ini; pada saat-saat seperti ini,
aku sangat memerlukan terang ilahi agar dapat berbicara dengan penuh manfaat,
baik bagi jiwa orang lain maupun bagi jiwaku sendiri. Tetapi, Allah pasti
datang menolong, asal kita meminta pertolongan-Nya. Hendaknya tidak seorang pun
terlalu mengandalkan dirinya sendiri.
(1496) 17
Januari 1938. Hari ini, sejak pagi-pagi buta, jiwaku telah diliputi kegelapan.
Aku tidak dapat mengangkat diri kepada Yesus, dan aku merasa seolah-olah sudah
ditinggalkan oleh-Nya. tetapi, aku tidak mau berpaling kepada ciptaan untuk mencari
terang sebab aku tahu bahwa mereka tidak akan mampu menerangi aku kalau Yesus
menghendaki aku tetap berada dalam kegelapan. Aku berserah kepada kehendak dan
sengsara-Nya yang kudus. Tetapi, semakin lama pergulatanku menjadi semakin
berat. Dalam Ibadat Sore, aku ingin memadukan diri dengan para suster lewat
doa. Ketika Ibadat Sore tiba, dalam pikiranku aku pergi ke kapel, tetapi rohku
tenggelam dalam kegelapan yang bahkan semakin pekat.
(1497) Aku
sungguh-sungguh berkecil hati. Kemudian, aku mendengar suara setan, “Lihatlah, betapa segala sesuatu yang
diberikan Yesus kepadamu serba bertentangan: Ia menyuruh engkau mendirikan
suatu biara, dan kemudian Ia membuat engkau sakit; Ia menyuruh engkau untuk
mempersiapkan penetapan Pesta Kerahiman Ilahi, sedangkan seluruh dunia tidak
menghendaki pesta seperti itu. Mengapa engkau berdoa demi adanya pesta seperti
ini? Pesta ini sama sekali tidak cocok.” Jiwaku tetap tinggal diam. Lewat
doa mohon kehendak yang kuat, aku terus berdoa tanpa masuk ke dalam percakapan
dengan roh kegelapan. Tetapi, rasa jijik yang luar biasa terhadap kehidupan
menguasai diriku sehingga aku harus memohon kehendak yang kuat untuk terus
hidup ....
Sekali
lagi, aku mendengarkan suara si penggoda, “Mintalah
kematian untuk dirimu sendiri, besok sesudah komuni kudus. Allah akan
mendengarkan engkau karena selama ini Ia sudah begitu sering mendengarkan
engkau dan sudah memberi kepadamu apa yang engkau minta.” Aku tetap tinggal
diam. Lewat doa mohon kehendak yang kuat, aku terus berdoa; atau lebih tepat,
aku menyerahkan diri kepada Allah, sambil memohon kepada-Nya dalam hati agar
pada saat ini Ia tidak meninggalkan aku. Hari sudah pukul sebelas malam, dan
suasana di sekelilingku sunyi senyap. Para suster sudah tidur di kamar
masing-masing, dan sendirian jiwaku bergulat dengan godaan yang berat.
Si penggoda
melanjutkan serangannya, “Mengapa engkau
harus peduli dengan jiwa-jiwa lain” Engkau harus berdoa hanya untuk dirimu
sendiri. Mengenai orang-orang berdosa, tanpa doa-doamu pun mereka akan
dipertobatkan. Aku melihat bahwa pada saat ini engkau sangat menderita. Aku mau
memberimu sebuah nasihat yang akan menjadi pangkal kebahagiaanmu: jangan pernah
berbicara mengenai kerahiman Allah; terlebih, jangan mendorong orang-orang
berdosa untuk percaya akan kerahiman Allah sebab mereka harus menerima hukuman
yang adil. Hal lain yang sangat penting: jangan mengatakan kepada bapak-bapak
pengakuanmu, khususnya bapak pengakuan dan imam yang luar biasa di Vilnius itu,
apa yang terjadi dalam jiwamu. Aku mengenal mereka; aku tahu siapa mereka, dan
mereka itu aku mengingatkan engkau untuk berhati-hati terhadap mereka. Engkau
tahu, untuk menjadi seorang biarawati yang baik, cukuplah hidup sama seperti
yang lain. Mengapa engkau mau menanggung begitu banyak kesulitan?”
(1498) Aku
tetap tinggal diam. Lewat doa mohon kehendak yang kuat, aku tetap tinggal di
dalam Allah meskipun suatu rintihan sempat lolos dari hatiku. Akhirnya, si
penggoda itu pergi dan aku, yang sudah kehabisan tenaga, seketika itu juga
tertidur. Pagi hari, sesudah komuni kudus, aku langsung pergi ke kamarku dan
sambil bersujud aku membarui penyerahn diri dalam segala hal kepada kehendak
Allah. “Yesus, aku mohon kepada-Mu,
berilah aku kekuatan untuk bertempur. Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu
yang teramat kudus. Jiwaku sungguh terpikat oleh kehendak-Mu yang teramat
kudus.”
(1499) Pada
saat itu, aku melihat Yesus yang berkata, “Aku senang dengan apa yang sedang engkau
lakukan. Engkau dapat terus menikmati damai kalau, dalam kaitan dengan karya
kerahiman ini, engkau selalu berusaha dengan sebaik-baiknya. Berusahalah
sungguh-sungguh untuk bersikap sejujur mungkin terhadap bapak pengakuanmu.
Dengan menggodamu, setan tidak memperoleh apa pun sebab engkau tidak masuk ke
dalam percakapan dengan dia. Teruslah bersikap seperti itu. Hari ini, dengan
bertempur sedemikian setia, engkau memberikan kemuliaan yang besar kepada-Ku.
Biarlah dikukuhkan dan digoreskan dalam hatimu bahwa Aku selalu menyertaimu,
juga kalau engkau tidak merasakan kehadiran-Ku di tengah pertempuranmu.”
(1500) Hari
ini, kasih Allah membawaku memasuki dunia yang lain. Aku tenggelam di dalam
cinta; aku meluapkan cinta dan aku merasakan bahwa aku dicintai, dan semua ini
kualami dengan penuh kesadaran. Sambil menyadari kemuliaan Allah yang agung dan
kekecilanku sendiri, jiwaku terbenam di dalam Tuhan; tetapi lewat pengetahuan,
ini kebahagiaanku meningkat. ...Kesadaran ini sedemikian nyata di dalam jiwaku
sedemikian kuat dan sekaligus sedemikian lembut.
No comments:
Post a Comment