(1101) 23 April 1937. Hari ini, aku
memulai retret tiga hari.
Pada petang hari, aku mendengar
kata-kata ini dalam jiwaku, “Putri-Ku, ketahulah bahwa Aku akan
berbicara kepadamu secara istimewa lewat imam ini sehingga engkau tidak akan
ragu-ragu mengenai keinginan-keinginan-Ku.” Sudah dalam meditasi
pertama jiwaku terkesan oleh kata-kata imam sebagai berikut: Aku tidak boleh
melawan kehendak Allah dan rencana-rencana Allah, apa pun juga bentuknya; dan
begitu aku diyakinkan oleh kepastian dan keautentikan kehendak Allah, aku wajib
melaksanakannya. Tidak seorang pun dapat membebaskan diri dari ini. Apa pun
juga wujud kehendak Allah, begitu aku mulai mengetahuinya, aku wajib
melaksanakannya. Ini hanyalah rangkuman yang amat singkat, tetapi seluruh
meditasi sungguh tergores di dalam jiwaku, dan aku tidak memiliki keraguan
sedikit pun. Aku mengetahui apa yang dikehendaki Allah dariku, dan aku wajib
melaksanakannya.
(1102) Dalam hidupku, ada waktu dan
saat-saat pencerahan rohani, atau pencerahan ilahi, yakni ketika jiwa menerima
pengajaran batin mengenai hal-hal yang tidak pernah diajarkan oleh seorang pun.
Inilah saat-saat datangnya pengetahuan batin yang agung yang diberikan Allah
sendiri kepada suatu jiwa. Ini merupakan misteri agung. ... Aku sering menerima pencerahan dan
pengetahuan tentang kehidupan batin Allah dan tentang sikap hati-Nya yang
mesra; semua ini memenuhi diriku dengan pengharapan yang tak terperikan dan
dengan pengharapan yang tak terperikan dan dengan sukacita yang tak dapat
kutampung dalam diriku; aku ingin meleburkan diri sama sekali di dalam Dia ...
(1103) Inti cinta adalah
pengurbanan dan penderitaan.
Kebenaran terselubung dalam suatu
mahkota duri. Doa melibatkan akal budi, kehendak, dan perasaan.
(1104) Hari ini ada pengajaran yang
indah mengenai kebaikan dan kerahiman Allah. Dalam konferensi ini, jiwaku
merasakan nyala kasih Allah, dan aku memahami apa artinya sabda Allah adalah
sabda yang hidup.
(1105) Latihan khususku masih tetap
sama, yakni kesatuan dengan Kristus yang maharahim dan silentium. Bukan yang
aku letakkan pada kaki Bunda Allah untuk bulan Mei adalah pengamalan silentium.
(1106) Keutamaan tanpa
kebijaksanaan itu sama sekali bukan keutamaan. Hendaknya kita sering mohon
kepada Roh Kudus supaya dianugerahi rahmat kebijaksanaan ini. Kebijaksanaan
meliputi pertimbangan yang cermat, permenungan yang rasional, dan keputusan
yang tegas. Keputusan akhir selalu ada di tangan kita. Kitalah yang harus
memutuskan; dan kita dapat dan wajib meminta nasihat dan pencerahan ...
(1107) Dalam meditasi hari ini,
Allah memberiku terang batin dan pemahaman mengenai apa artinya kesucian dan
apa yang terkandung di dalamnya. Meskipun sudah sering kali aku mendengar hal
ii dalam konferensi-konferensi, hari ini jiwaku memahaminya secara berbeda,
yakni ketika ia mulai memahaminya berkat terang Allah yang memberinya
pencerahan.
Bukan
rahmat, bukan wahyu, bukan penampakan, bukan anugerah yang membuat suatu jiwa
menjadi sempurna, tetapi lebih-lebih kesatuan mesra jiwa itu dengan Allah.
Karunia-karunia itu hanyalah sekadar hiasan bagi jiwa, bukan hakikat atau
kesempurnaannya. Kesucian dan kesempurnaanku ada pada kesatuan erat antara
kehendakku dan kehendak Allah. Allah tidak pernah memperkosa kehendak bebas
kita. Kita mau menerima rahmat Allah atau tidak, terserah sepenuhnya pada kita.
Kita akan bekerja sama dengan rahmat Allah atau tidak, juga terserah pada kita.
(1108) Dalam konferensi petang yang
terakhir, yang merupakan persiapan untuk pembaruan kaul-kaul dengan taat.
Tiba-tiba, jiwaku dicampakkan ke dalam kegelapan batin yang pekat. Jiwaku
dipenuhi dengan kepahitan ketimbang sukacita, dan hatiku ditembus dengan rasa
sakit yang nyeri. AKu merasa sedemikian papa dan tidak pantas untuk menerima
rahmat ini. Dan, sadar akan kepapaan serta kehampaanku, aku tidak akan berani
menghampiri kaki postulan paling muda pun untuk menciumnya. Dalam roh, aku
melihat para postulan itu sangat elok dan menyenangkan Tuhan; sedangkan aku
sendiri, tampak sebagai seonggok kepapaan. Sesudah konferensi, aku
menghempaskan diri pada kaki Allah yang tersembunyi, diiringi derai air mata
dan kepedihan. Aku menceburkan diriku ke dalam lautan kerahiman Allah yang tak
terbatas, dan hanya di sana aku mengalami kelegaan dan merasa bahwa segala kerahiman-Nya yang mahakuasa
menyelubungi aku.
(1109
Inilah hari pembaruan kaul.
Begitu aku bangun,
kehadiran Allah menyelubungi aku, dan aku merasa bahwa Aku adalah seorang anak
Allah yang masih kecil. Kasih ilahi dicurahkan ke dalam jiwaku, dan Allah
memperlihatkan kepadaku betapa segala sesuatu tergantung pada kehendak-Nya. Ia
mengucapkan kata-kata ini kepadaku, “Aku mau memberikan pengampunan penuh
kepada jiwa-jiwa yang pada Pesta Kerahiman Ilahi pergi ke pengakuan dosa dan
menyambut komuni kudus.” Kemudian Ia berkata kepadaku, “Putri-Ku, jangan takut akan apa
pun. Aku senantiasa menyertai engkau, juga kalau engkau tidak merasakannya.
Kerendahan hatimu menarik Aku turun dari takhta-Ku yang mulia, dan Aku
menyatukan diri-Ku erat-erat denganmu.”
(1110) 20
[April 1937]. Tuhan memperlihatkan kepadaku perdebatan yang sedang terjadi di
Vatikan mengenai Pesta itu. Yang Mulia Pacelli melakukan banyak hal sehubungan
dengan masalah ini.
(1111) Hari
ini adalah hari pembaruan, yakni pembaruan kaul yang dilaksanakan dalam suatu
perayaan yang meriah. Ketika para suster sedang mengikrarkan kaul, aku
mendengar para malaikat menyanyi dalam paduan suara: “Kudus, Kudus, Kudus” dengan berbagai nada; mereka menyanyi
sedemikian indah sehingga tidak mungkin dilukiskan dalam suatu bahasa
manusiawi.
(1112) Siang
ini, aku berbicara dengan Muder Pembimbing novis yang terkasih, Muder Maria
Yosefa. Kami berjalan keliling kebun satu kali, dan aku beroleh kesempatan
untuk bercakap-cakap dengan dia meskipun mengenai hal-hal yang cukup umum. Ia
tetap Muder Pembimbing novis yang baik meskipun saat ini ia tidak lagi menjadi
pembimbing novis, tetapi menjadi Superior, yang sudah berlangsung selama
sepuluh tahun sejak aku mengikrarkan kaul-kaulku. Ia mengatakan kepadaku bahwa
mustahil bagi seorang biarawati untuk hidup tanpa salib. Dan ia mengingatkan
aku akan suatu penderitaan yang telah aku alami di Warsawa meskipun aku tidak
pernah menceritakan hal itu kepadanya. Semua rahmat yang telah kuterima selama
masa novisiat muncul kembali dengan segar di hadapan mata jiwaku. Oh, betapa
aku berterima kasih kepadanya! Ketika jiwaku tercebur dalam kegelapan, dan aku
merasa terkutuk, ia meraih aku dari jurang itu dengan kuasa ketaatan.
(1113)
Jiwaku sering dibebani dengan penderitaan, dan tidak ada manusia yang dapat
memahami siksaan-siksaan itu.
(1114) 1 Mei
1937. Hari ini, aku merasakan kedekatan dengan Bundaku, Bunda surgawiku.
Seperti biasa, sebelum komuni kudus, dengan khusyuk aku minta kepada Bunda
Allah agar ia menolong aku mempersiapkan jiwaku untuk menyambut kedatangan
Putranya, dan dengan jelas aku merasakan perlindungannya. Aku memohon dengan
sangat agar ia bermurah hati kepadaku; dan juga, agar ia menyalakan di dalam
diriku api kasih Allah, yang juga berkobar dalam hatinya yang murni pada saat
inkarnasi Sabda Allah.
(1115) 4
Mei. Hari ini, aku pergi untuk mengunjungi Muder Jenderal (Michaela Maroczwska)
sejenak dan bertanya, “Muder yang baik,
apakah Muder memiliki gagasan mengenai rencanaku meninggalkan Kongregasi?” Muder
Jenderal menjawab, “Sampai sekarang,
Suster, aku selalu menahan engkau, tetapi kali ini aku serahkan sepenuhnya
kepadamu untuk memutuskan apa yang engkau inginkan; engkau dapat meninggalkan
Kongregasi atau dapat tetap tinggal.” Maka aku menjawab, “Baiklah.” Aku berpikir untuk langsung
menulis kepada Bapa Suci untuk minta agar ia melepaskan aku dari ikatan
kaul-kaulku. Ketika aku meninggalkan Muder Jenderal, sekali lagi kegelapan
menyelubungi jiwaku, dan aku merasa seolah-olah aku sama sekali sudah
ditinggalkan sendirian. Sementara mengalami siksaan roh ini, aku memutuskan
untuk langsung kembali kepada Muder dan mengatakan kepadanya tentang siksaan
serta pergulatan yang aneh ini. Muder menjawab, “Keinginanmu untuk meninggalkan Kongregasi adalah suatu godaan.” Sesudah
berbicara kepadanya sejenak, aku merasakan suatu kelegaan, tetapi kegelapan itu
masih bertahan. “Kerahiman Ilahi adalah
sesuatu yang indah, dan pastilah ia merupakan karya agung Tuhan sebab karya ini
ditentang begitu hebat oleh setan, dan ia ingin menghancurkannya.”
Begitulah kata-kata dari Muder Jenderal yang baik itu.
(1116)
Tidak seorang pun dapat mengerti atau memahami siksaan-siksaanku, dan aku
sendiri tidak dapat melukiskannya. Tidak ada penderitaan yang lebih berat
daripada penderitaanku. Penderitaan para martir pun tidak seberat penderitaanku
ini sebab pada saat-saat seperti itu kematian akan mendatangkan kelegaan bagi
mereka. Tidak ada suatu pun yang dapat kubandingkan dengan
penderitaan-penderitaanku ini, yakni sakratulmaut jiwaku yang tak berkesudahan.
(1117) 5
Mei [1937]. Hari ini, aku membeberkan jiwaku dalam kamar pengakuan sebab yang
terjadi padaku ini barangkali memang suatu godaan, yakni bahwa pada saat aku
minta untuk diizinkan meninggalkan Kongregasi aku mengalami suatu penderitaan
yang begitu berat dan kegelapan yang begitu pekat. Mendengar hal ini, bapak pengakuan
mengatakan bahwa barangkali saat ini bukan saat yang ditentukan oleh Allah. “Engkau harus berdoa dan menantikan dengan
sabar, tetapi memang benar bahwa penderitaan-penderitaan yang berat tersedia
bagimu. Suster harus menanggung banyak penderitaan dan mengatasi banyak
kesulitan; banyaknya penderitaan itu pasti. Lebih baik menunggu dan banyak
berdoa untuk memohon pengertian yang lebih dalam serta memohon terang ilahi.
Semua ini adalah masalah yang berat.”
(1118) Ya
Allahku! Di saat-saat sulit ini, pembimbing rohaniku sedang tidak ada di tempat
karena ia pergi ke Roma (Pastor Andrasz). Ya Yesus, karena Engkau telah
mengambil dia dariku, maka Engkau sendiri harus membimbing aku, sebab hanya
Engkau yang mengetahui seberapa banyak yang dapat aku tanggung. Aku
mengandalkan kerahiman-Mu.
(1119) Pada
saat-saat aku berada di antara langit dan bumi, aku tetap diam sebab kalaupun
aku berbicara, tidak seorang pun akan memahami apa yang kukatakan! Alam abadi
akan menyatakan banyak hal mengenai apa yang kini kusimpan di dalam hati ....
(1120)
Ketika aku keluar ke kebun, aku melihat bagaimana segala sesuatu meniupkan
sukacita musim semi. Pepohonan, yang dihiasi dengan bunga, menghamburkan bau
harum yang menyengat. Segala sesuatu diliputi sukacita, dan burung-burung bernyanyi
dan berkicau memuji Allah serta berkata kepadaku, “Bersukacitalah dan berbahagialah, Sr. Faustina.” tetapi jiwaku
tetap terpuruk dalam siksaan dan kegelapan. Jiwaku begitu peka terhadap desiran
rahmat [sehingga] ia tahu bagaimana berbicara dengan segala yang tercipta dan
dengan segala sesuatu yang ada di sekelilingku; dan aku juga tahu mengapa Allah
telah menghiasi bumi dengan cara ini. .... Tetapi, hatiku tidak dapat
bersukacita karena Kekasihku telah menyembunyikan diri-Nya dariku, dan aku tidak
akan merasa tenang sebelum menemukan Dia .... Aku tidak tahu bagaimana hidup
tanpa Allah, tetapi aku juga merasakan bahwa Allah, meskipun serba kecukupan
tidak akan merasa bahagia tanpa aku ...
(1121) 6
Mei [1937]. Kenaikan Tuhan.
Sejak pagi
buta ini, jiwaku telah disentuh oleh Allah. Sesudah komuni kudus, aku
menyatukan diri sejenak dengan Bapa surgawi. Jiwaku terserap ke dalam lubuk
cinta yang menyala-nyala. Aku mengerti bahwa tidak ada karya-karya lahiriah
yang dapat dibandingkan dengan cinta Allah yang murni. ... Aku melihat sukacita
Sang Sabda yang menjelma, dan aku dibenamkan dalam Tritunggal Ilahi. Ketika aku
kembali sadar, kerinduan memenuhi jiwaku, dan aku ingin sekali bersatu dengan
Allah. Cinta yang sedemikian bergelora terhadap Bapa surgawi menyelubungi
diriku sehingga aku menyebut hari ini sebagai suatu ekstase cinta yang tak
tersela. Seluruh alam tampak seperti satu tetes kecil dibandingkan dengan
Allah. Tidak ada kebahagian yang lebih besar daripada kebahagiaan ketika Allah
membuat aku memahami secara batin bahwa setiap denyut jantungku menyenangkan
Dia, dan ketika Ia menunjukkan kepadaku bahwa Ia mengasihi aku secara istimewa.
Dengan keyakinan batin yang kuat ini, Allah menyakinkan aku tentang kasih-Nya
terhadap aku dan tentang betapa jiwaku menyenangkan Dia. Keyakinan batin yang
kuat ini membawa damai yang mendalam kepada jiwaku. Sepanjang seluruh hari, aku
tak mampu menikmati makanan apa pun; aku merasa dipenuhi oleh cinta.
(1122)
Allah yang maharahim, Engkau berkenan mengutus Putra-Mu yang tunggal kepada
kami sebagai bukti terbesar dari kasih dan kerahiman-Mu yang tak terselami, dan
juga sebagai bukti bahwa Engkau tidak menolak orang-orang berdosa. Dalam
kerahiman-Mu yang tak terbatas itu, Engkau telah membuka bagi mereka khazanah
harta-Mu; dari khazanah ini, dengan limpah mereka dapat menimba bukan hanya
keselamatan, tetapi juga segala kesucian yang dapat dicapai oleh jiwa. Bapa
yang maharahim, aku ingin agar semua hati berpaling kepada kerahiman-Mu yang
tak terbatas dengan penuh kepercayaan. Di hadapan-Mu, tidak seorang pun akan
selamat kalau tidak didampingi oleh kerahiman-Mu yang tak terbatas. Ketika
Engkau menyatakan misteri kerahiman-Mu kepada kami, sampai kekal pun tidak
cukup waktu untuk bersyukur kepada-Mu dengan semestinya.
(1123) Oh, betapa
bahagiannya merengkuh di dalam jiwa apa yang menurut ajaran Gereja harus kita
percayai. Ketika jiwaku membenamkan diri di dalam cinta, aku dapat memecahkan
masalah-masalah yang paling rumit pun dengan mudah dan cepat. Hanya cinta yang
dapat mengatasi tebing terjal dan puncak gunung. Hanya cinta, sekali lagi,
cinta.
(1124) 12
[Mei 1937]. Suatu kegelapan yang aneh kadang-kadang menyelimuti akal budiku. Di
luar kehendakku, aku tenggelam di dalam kehampaan.
(1125) 20
Mei. Sebulan penuh aku menikmati kesehatan yang bagus. Setelah itu, terlintas
dalam pikiranku bahwa aku tidak tahu mana yang lebih menyenangkan Tuhan:
melayani Dia dalam penyakitku atau dalam keadaan sehat yang sudah aku minta
dari Dia. Maka, aku berkata kepada Tuhan, “Yesus,
lakukanlah padaku apa yang berkenan di hati-Mu.” Dan Yesus mengembalikan
keadaanku seperti sebelumnya.
(1126) Oh,
betapa bahagianya hidup di dalam biara di tengah para suster, tetapi aku tidak
boleh lupa bahwa para malaikat ini berada di dalam tubunh insani.
(1127) Pada
suatu saat, aku melihat setan bergegas kian kemari mencari seseorang di antara
para suster, tetapi ia tidak dapat menemukan seorang pun. Aku mendengar suatu
bisikan batin agar dalam Nama Allah aku memerintahkan kepadanya untuk mengaku
di hadapanku apa yang sedang ia cari di antara para suster. Dan, ia mengaku
meskipun dengan enggan, “Aku mencari
jiwa-jiwa yang malas.” Ketika sekali lagi aku memerintahkan dalam Nama
Allah agar ia mengatakan kepadaku jiwa-jiwa mana dalam kehidupan religius yang
mudah diserang, ia berkata, sekali lagi dengan enggan, “Jiwa-jiwa yang malas dan yang tak berusaha.” Menurut catatanku,
sekarang ini, tidak ada jiwa-jiwa seperti itu di rumah ini. Biarlah jiwa-jiwa
yang rajin dan gigih itu bersukacita.
(1128) 22
Mei 1937. Hari ini, panas terik sehingga sulit untuk ditanggung. Kami semua
mendambakan hujan, tetapi tidak juga turun. Selama beberapa hari langit
berawan, tetapi tidak turun hujan. Ketika aku memandangi tanam-tanaman, yang
merana mendambakan hujan, aku tergerak oleh belas kasihan, dan aku memutuskan
untuk mendaras Koronka sampai Tuhan berkenan menurunkan hujan.. Sebelum makan
malam, langit ditutup dengan awal tebal, dan hujan lebat turun ke atas bumi.
AKu telah mendaras doa ini tak henti selama tiga jam. Dan Tuhan menunjukkan kepadaku
bahwa lewat doa ini, segala sesuatu dapat diperoleh.
23 Mei
1937. Pesta Tritungal yang Mahakudus.
(1129)
Dalam misa kudus, tiba-tiba aku merasa bersatu dengan Tritunggal yang
Mahakudus. AKu menyaksikan keagungan dan kebesaran-Nya. Aku bersatu dengan
Ketiga Pribadi yang mahamulia ini, pada saat yang sama aku juga bersatu dengan
kedua Pribadi yang lain. Sukacita dan kebahagiaan yang dirasakan jiwaku sungguh
tidak terlukiskan. Sangat sedih rasanya bahwa aku tidak mampu melukiskan dalam
kata-kata apa yang terjadi tanpa kata-kata.
(1130) AKu
mendengar suara ini, “Katakan kepada Muder Superior agar ia
mengandalkan engkau sebagai putri yang paling setia dalam Kongregasi.”
(1131)
Sesudah mendengar kata-kata itu, aku menerima suatu pemahaman batin tentang apa
artinya segala ciptaan di hadapan Allah. Sungguh luar biasa dan tak terselami
keagungan-Nya. Dan, kenyataan bahwa Ia turun kepada kita merupakan suatu bukti
dari kerahiman-Nya yang luar biasa ....
(1132)
Segala sesuatu di lembah air mata ini akan berakhir, air mata akan mengering
dan penderitaan akan berhenti. Hanya satu hal yang akan bertahan: cinta akan
Dikau, Tuhan. Segala sesuatu dalam pembuangan ini akan berakhir: penderitaan
dan kegersangan jiwa. Meskipun ia hidup dalam sakratulmaut yang kekal, kalau Allah
menyertainya, tidak sautu pun dapat menggoyahkannya.
(1133) 27
Mei 1937. Hari Raya Tubuh Kristus.
Ketika
sedang berdoa, aku mendengar kata-kata ini, “Putri-Ku, biarlah hatimu penuh
dengan sukacita. Aku, Tuhan, menyertai engkau. Jangan takut akan suatu pun.
Engkau ada di dalam Hati-Ku.” Pada saat itu, aku menyaksikan keagungan
Allah yang besar, dan aku mengerti bahwa tidak suatu pun dapat dibandingkan
dengan pemahaman tentang Allah ini. Dibandingkan dengan pengenalan yang
mendalam akan Allah, keagungan lahiriah tampak pudar seperti noda debu.
(1134)
Tuhan telah mencurahkan damai sedemikian teduh ke dalam jiwaku sehingga tidak
suatu pun akan mengganggunya. Kendati apa pun yang terjadi di sekitarku, tidak
sesaat pun aku kehilangan damaiku. Kalaupun seluruh dunia ini runtuh, ia tidak
akan mengganggu teduhnya keheningan yang ada di dalam hatiku, tempat Allah
bersemayam. Semua peristiwa, segala macam hal yang terjadi, ada di bawah
kaki-Nya.
(1135)
Pengetahuan yang lebih mendalam tentang Allah memberi aku kemerdekaan penuh dan
kebebasan rohani, dan tidak suatu pun dapat mengganggu kesatuan eratku dengan
Allah, tidak juga para malaikat. Aku merasakan bahwa ketika bersatu dengan
Allah, aku ini sungguh bahagia. Betapa bahagiannya merasakan kehadiran Allah dan
hidup dalam kesatuan mesra dengan Dia.
(1136)
Perarakan Sakramen Mahakudus dari Borek mengusung Dia yang harus bersemayam di
kapel kami. Ketika perarakan itu tiba di biara kami, aku mendengar suara yang
datang dari Hosti, “Di sinilah tempat istirahat-Ku.” Dalam kebaktian kepada
Sakramen Mahakudus, Yesus memberitahukan kepadaku bahwa tidak lama lagi
perayaan meriah akan terjadi di tempat ini. “Aku senang beristirahat di dalam
hatimu dan tidak ada suatu pun yang akan menghentikan Aku untuk memberikan
rahmat kepadamu.” Keagungan Allah ini menyelubungi jiwaku, dan aku
membenamkan diri di dalam Dia. Di dalam Dia, aku kehilangan diriku; aku lebur
di dalam Dia ...
(1137) 30
Mei 1937. Hari ini, aku merana merindukan Allah. Kerinduan ini memenuhi seluruh
jiwaku. Aku sungguh-sungguh merasakan bahwa aku sedang berada di tempat
pembuangan. O Yesus, kapan saat yang kurindukan itu tiba?
(1138) 31
Mei. Jiwaku yang tersiksa tidak menemukan pertolongan di mana pun selain dalam
Dikau, o Hosti yang hidup. Segala harapanku ketempatkan pada hati-Mu yang
maharahim. Dengan sabar, aku menantikan turunnya sabda-Mu, ya Tuhan.
(1139) Oh,
betapa sakitnya hatiku ketika aku menyaksikan seorang biarawati yang tidak
memiliki semangat religius! Bagaimana mungkin orang dapat menyenangkan Allah
kalau ia dibuai oleh kecongkakan dan cinta diri? Ia bersikap demikian dengan
dalih memperjuangkan kemuliaan Allah, padahal ia memburu kemuliaannya sendiri!
Ketika aku menyaksikan hal seperti itu dapat bersatu erat dengan Allah? Di
sini, kesatuan dengan Tuhan tidak punya tempat.
(1140) 1
Juni 1937. Pada hari ini dilaksanakan perarakan Tubuh Kristus. Pada altar
pertama, suatu nyala memancar dari Hosti dan menembus hatiku, dan aku mendengar
suara, “Di sinilah tempat istirahat-Ku.” Hatiku bernyala-nyala, dan aku
merasakan bahwa aku diubah sepenuhnya menjadi seperti Dia.
(1141) Pada
petang hari, Tuhan memperlihatkan kepadaku betapa segala barang duniawi singkat
riwayatnya, dan [betapa] segala sesuatu yang tampak agung akan musnah seperti
asap; semua itu tidak memberikan kebebasan kepada jiwa, tetapi keletihan.
Berbahagialah jiwa yang memahami semua hal ini, dan dengan hanya satu kaki
menyentuh bumi. Aku merasa tenang kalau bersatu dengan Dika; semua yang lain
hanya membuatku letih. Oh, betapa aku sungguh-sungguh merasakan bahwa aku
sedang berada di tempat pembuangan! Aku tahu bahwa tak seorang pun mengetahui
kehidupan batinku. Hanya Engkaulah yang memahami aku: Engkau yang tersembunyi
di dalam hatiku dan tetap hidup selama-lamanya.
(1142) 4
Juni. Hari ini adalah Pesta Hati Yesus yang Mahakudus. Dalam misa kudus, aku
dianugerahi pengenalan tentang Hati Yesus, tentang hakikat api cinta yang
mengobarkan Hati Yesus, dan tentang Hati Yesus sebagai suatu Lautan Kerahiman.
Kemudian aku mendengar suatu suara, “Hai Rasul kerahiman-Ku, beritakanlah kepada
seluruh dunia kerahiman-Ku, beritakanlah kepada seluruh dunia kerahiman-Ku yang
tak terhingga. Jangan berkecil hati karena kesulitan-kesulitan yang engkau
hadapi dalam memberitakan kerahiman-Ku. Kesulitan-kesulitan yang menyebabkan
hatimu sedemikian pedih ini memang diperlukan sebagai sarana pengudusanmu dan
sebagai bukti bahwa karya ini adalah karya-Ku. Putri-Ku, cermatlah dalam
menulis setiap kalimat yang Kukatakan kepadamu mengenai kerahiman-Ku sebab
kata-kata-Ku ini dimaksudkan untuk untuk banyak jiwa yang akan memetik manfaat
darinya.”
(1143)
Dalam adorasi, Tuhan memberi aku pengertian yang mendalam mengenaai
masalah-masalah yang terkait dengan karya-Mu.
(1144) Hari
ini, aku mohon pengampunan Tuhan atas segala pelanggaran yang dilakukan di
dalam biara kami, yang menyebabkan Hati Ilahi-Nya menderita.
(1145) 6
Juni 1937. Minggu pertama dalam bulan. Hari ini, aku menjalani retret
bulananku.
Suatu
pencerahan yang kupetik dari meditasi pagi: Apa pun juga yang Kaulakukan
terhadapku, ya Yesus, aku tetap akan mencintai Engkau karena aku adalah
milik-Mu. Tidak menjadi masalah, apakah Engkau membiarkan aku berada di sini
atau menempatkan aku di tempat lain; aku selalu milik-Mu.
Karena
cintalah aku menyerahkan diriku kepada ketetapan-Mu yang paling bijaksana, ya
Allah; kehendak-Mu, o Tuhan, adalah makanan harianku. Engkau, ya Yesusku,
mengenal denyut jantungku; dan Engkau juga mengenal bahwa jantungku berdenyut
hanya bagi-Mu. Tidak satu pun dapat meredakan kerinduanku akan Dikau. AKu merana
karena merindukan Engkau, ya Yesus. Kapan Engkau akan menjemput aku untuk masuk
ke tempat kediaman-Mu?
(1146) “[Biarlah]
para pendosa yang paling jahat menaruh harapan mereka pada kerahiman-Ku. Lebih
dari semua orang lain, mereka memiliki hak untuk mengharapkan samudra
kerahiman-Ku. Putri-Ku, tulislah tentang kerahiman-Ku terhadap jiwa-jiwa yang
menderita. Jiwa-jiwa yang memohon kerahiman-Ku sangat menggembirakan hati-Ku.
Kepada jiwa-jiwa seperti itu, Aku memberikan rahmat yang bahkan lebih banyak daripada
yang mereka minta. Aku tidak dapat menghukum para pendosa, juga pendosa yang
paling jahat, kalau ia mengajukan permohonan kepada kemurahan-Ku; sebaliknya,
Aku akan menyelamatkan dia berkat kerahiman-Ku yang tak terbatas dan tak
terselami. Tulislah: sebelum Aku datang sebagai Hakim yang adil, lebih dahulu
Aku akan membuka lebar-lebar pintu kerahiman-Ku. Dia yang tidak mau masuk
melalui pintu kerahiman-Ku harus masuk melalui pintu keadilan-Ku ...”
(1147)
Pernah, ketika aku merasa terluka karena hal tertentu dan mengeluh kepada
Tuhan, Yesus menjawab, “Putri-Ku, mengapa engkau menggantungkan
hal yang sedemikian penting kepada ajaran dan perkataan manusia? Aku sendiri
akan mengajar engkau; itulah sebabnya Aku mengatur segala sesuatu sedemikian
rupa supaya engkau tidak dapat menghadiri konferensi-konferensi itu. Dalam
sekejap, Aku akan membuat engkau mengetahui lebih banyak hal daripada yang akan
dicapai oleh orang-orang lain lewat kerja keras selama bertahun-tahun.”
(1148) 20
Juni 1937. Kita paling menyerupai Allah ketika kita mengampuni sesama kita.
Allah adalah kasih, kebaikan, dan kerahiman...
“Setiap
jiwa, khususnya jiwa setiap religius, hendaknya memancarkan kerahiman-Ku.
Hati-Ku melimpahkan kemurahan dan kerahiman kepada semua orang. Hati
mempelai-Ku harus menyerupai Hati-Ku; dari hatinya harus membual mata air
kerahiman-Ku bagi jiwa-jiwa; kalau tidak, Aku tidak akan mengakui dia.”
(1149) Pada
beberapa kesempatan, aku menyaksikan bagaimana sejumlah religius membela
kemuliaannya sendiri dengan dalih memperjuangkan kemuliaan Allah, padahal yang
diupayakannya bukanlah kemuliaan Allah, tetapi kemuliaannya sendiri. O Yesus,
betapa sakitnya hatiku karena hal seperti itu! Rahasia apa yang akan dibeberkan
pada hari penghakiman-Mu! Bagaimana mungkin orang dapat mencuri karunia Allah?
(1150) Hari
ini, aku mengalami dukacita yang cukup pedih karena orang tertentu, yakni
seorang awam. Berpangkal pada satu hal yang memang benar, ia mengobral banyak
khayalan. Hal-hal khayal itu dianggap benar dan disebarkan ke seluruh rumah.
Ketika kabar itu sampai ke telingaku, hatiku merasakan suatu tusukan yang
nyeri. Bagaimana orang dapat menyalahgunakan kebaikan orang lain seperti itu?
Tetapi, aku memutuskan untuk tidak mengatakan sepatah kata pun guna membela
diri; malahan aku menunjukkan kebaikan yang lebih besar terhadap orang itu.
Tetapi, aku menjadi sadar bahwa aku tidak cukup kuat untuk menanggung hal ini
dengan tenang sebab cerita khayal itu terus berkembang selama berminggu-minggu.
Aku menyaksikan badai semakin membesar dan taufan mulai menghamburkan pasir
langsung ke dalam mataku. Maka, aku pergi ke hadapan Sakramen Mahakudus dan
berkata kepada Tuhan, “Tuhan Yesus, aku
mohon Engkau memberi aku kekuatan rahmat-Mu yang istimewa sebab aku merasa
tidak akan mampu bertahan dalam pergulatan ini. Lindungi aku dengan perisai
dada-Mu.”
Kemudian aku mendengar kata-kata
ini, “Jangan takut. Aku menyertaimu.” Ketika aku meninggalkan altar, suatu
damai dan kekuatan yang luar biasa memenuhi jiwaku, dan badai yang menerpa
jiwaku itu pun berantakan seolah-olah menerjang batu karang; dan puing-puing
akibat badai itu menimpa mereka yang telah membangkitkannya. Oh, betapa baiknya
Tuhan! Ia memberi ganjaran kepada setiap orang setimpal dengan perbuatannya!
Hendaknya setiap jiwa memohon pertolongan rahmat-Nya yang istimewa karena
kadang-kadang rahmat yang biasa tidaklah cukup.
No comments:
Post a Comment