(1051) Aku telah merasakan
penderitaan-penderitaan yang amat berat pada tubuhku, tetapi aku merasa Tuhan
menopangku karena kalau tidak demikian, aku pasti tidak mampu menanggungnya.
(1052) O Yesusku, aku mohon
kepada-Mu untuk seluruh Gereja: Berilah dia cinta dan terang Roh-Mu, dan
berikanlah kuasa kepada kata-kata para imam supaya hati yang keras dapat
diantar kepada pertobatan dan kembali kepada-Mu, o Tuhan. Tuhan, berilah kami
imam-imam yang saleh; kiranya Engkau sendiri menjaga mereka dalam kekudusan. O
Imam Agung Ilahi, semoga kekuatan kerahiman-Mu mendampingi mereka di mana-mana
dan melindungi mereka dari perangkap dan jerat roh jahat yang terus-menerus
dipasang untuk mencelakakan jiwa-jiwa para imam. Semoga kuasa kerahiman-Mu, o
Tuhan, menghancurkan dan membasmi segala sesuatu yang dapat menodai kesucian
para imam sebab bagi-Mu tidak ada yang mustahil.
(1053) 25 Maret 1937. Kamis Putih.
Dalam misa kudus, aku melihat Tuhan yang berkata kepadaku, “Sandarkanlah kepalamu pada
dada-Ku dan beristirahatlah.” Tuhan mendekapkan aku kepada Hati-Nya dan
berkata, “Aku akan memberimu sebagian kecil dari sengsara-Ku, tetapi jangan
takut, beranilah; jangan mencari keringanan, tetapi terimalah segala sesuatu
dengan penyerahan kepada kehendak-Ku.”
(1054) Ketika Yesus meninggalkan
aku, rasa sakit yang sedemikian nyeri memenuhi jiwaku sehingga tidak mungkin
untuk diungkapkan. Kekuatan fisikku serasa musnah; maka dengan cepat aku
meninggalkan kapel dan pergi tidur. Aku tidak tahu apa yang terjadi di
sekitarku. Jiwaku dipenuhi dengan kerinduan akan Tuhan, dan semua kepahitan
Hati ilahi-Nya ditumpahkan kepadaku. Ini berlangsung sekitar tiga jam. Aku
memohon kepada Tuhan untuk melindungi aku dari tatapan mata orang-orang yang
ada di sekitarku. Meskipun aku ingin makan, aku tidak mampu menelan makanan apa
pun sepanjang seluruh hari, dari pagi sampai petang.
Aku
sungguh ingin meluangkan waktu semalam suntuk bersama Yesus di sel penjara (ciemnica, harafiah berarti “kamar gelap”’ menunjukkan
altar atau kapel, tempat Sakramen Mahakudus disimpan pada hari Kamis Putih) yang gelap.
Aku berdoa sampai pukul sebelas. Pada pukul sebelas, Tuhan berkata kepadaku, “Berbaringlah
dan beristirahatlah. Selama tiga jam Aku telah membiarkan engkau mengalami apa
yang Aku derita sepanjang malam.” Dan, aku langsung pergi tidur.
Tidak
ada kekuatan fisikku yang masih tinggal; penderitaan telah merenggut kekuatanku
sama sekali. Sepanjang seluruh waktu itu, aku seolah-olah pingsan. Setiap
denyut jantung Yesus berdenyut di dalam jantungku dan menembus jiwaku. Kalau
siksaan-siksaan ini hanya terjadi pada diriku, aku pasti tidak terlalu
menderita; tetapi ketika aku memandang Dia yang sangat dicintai oleh hatiku
dengan segenap kekuatannya; ketika aku melihat Ia menderita dan aku tidak dapat
meringankan penderitaan-Nya, hatiku hanyut dalam cinta dan kepedihan. Aku
merasa sedang menghadapi ajal bersama Dia, namun aku tidak dapat mati. Meskipun
demikian, aku tidak akan mau menukar kemartiran ini dengan segala kenikmatan di
seluruh dunia. Sementara aku meniti penderitaan ini, cintaku bertumbuh dengan
tiada taranya. Aku tahu bahwa dengan kemahakuasaan-Nya, Tuhan sedang menopang
aku sebab kalau tidak aku pasti tidak mampu menanggungnya bahkan sedetikpun.
Bersama dengan Dia, aku menjalani, secara istimewa, segala macam siksaan. Dunia
belum tahu apa yang diderita oleh Yesus. Aku mendampingi Dia ke Taman
Getsemani; aku tinggal bersama-Nya di dalam penjara; aku pergi bersama-Nya
menghadapi para hakim; bersama Dia aku menjalani setiap siksaan. Tidak satu pun
dari gerak gerik ataupun pandangan-Nya lolos dari perhatianku. Aku mulai
mengenal kemahakuasaan cinta-Nya dan kerahiman-Nya terhadap jiwa-jiwa.
(1055) 26 Maret 1937. Jumat. Pada
pagi hari, serta-merta aku merasakan siksaan kelima luka Tuhan pada tubuhku.
Penderitaan ini berlangsung sampai pukul tiga. Meskipun secara lahiriah
penderitaan ini tidak tampak, siksaan itu tidak kurang nyerinya. Aku
bersukacita bahwa Yesus melindungi aku dari tatapan mata manusia.
(1056) Pada pukul sebelas Yesus
berkata kepadaku, “Hosti-Ku, engkau telah menyegarkan Hati-Ku yang tersiksa.”
Sesudah mendengar kata-kata itu, aku berpikir bahwa hatiku akan terbakar.
Ternyata Tuhan membawa aku ke dalam kemesraan yang sedemikian hangat dengan
Diri-Nya sehingga hatiku dipadukan dengan Hati-Nya dalam kesatuan cinta dan aku
dapat merasakan gairah Hati-Nya yang paling memabukkan, dan Ia merasakan gairah
hatiku. Api cinta insanku dipadukan dengan gelora cinta-Nya yang kekal. Rahmat
yang satu ini melampaui segala rahmat yang lain. Jati Diri Tritunggal-Nya
menyelubungi aku sepenuhnya, dan aku sama sekali terbenam di dalam Dia.
Kekecilanku, sungguh, seakan-akan bergumul dengan Dia yang kekal dan mahakuasa.
Aku terbenam dalam cinta yang tak terselami dan dalam siksaan yang tak dapat
dipahami oleh karena Sengsara-Nya. Segala hal yang berkaitan dengan Jati Diri
Allah diberikan juga kepadaku.
(1057) Selama ini, Yesus telah
membuat aku memahami dan menduga-duga rahmat ini, dan mencicipinya, tetapi hari
ini Ia memberikannya sepenuhnya kepadaku. Aku bahkan tidak berani
memimpikannya. Hatiku mengalami ekstase yang tanpa henti meskipun secara
lahiriah tidak ada suatu pun yang mengganggu hubunganku dengan sesama atau
kesibukanku dalam berbagai urusan. Tidak ada suatu pun yang dapat mencurigainya
sebab aku telah minta kepada Allah untuk melindungi aku agar ekstaseku tidak
ketahuan oleh manusia. Dan, bersama dengan rahmat ini, masuk juga ke dalam
jiwaku seluruh lautan cahaya, yang membuat aku mampu memahami Allah dan diriku
sendiri. Kekaguman menyelimuti aku sepenuhnya dan mengantar aku seolah-olah
masuk ke dalam suatu ekstase baru [yang dibangkitkan oleh kenyataan] bahwa
Allah telah berkenan turun kepadaku, yang sedemikian kecil ini.
(1058) Pada pukul tiga, aku berdoa
sambil meniarap, dalam bentuk salib, untuk seluruh dunia. Kehidupan Yesus yang
fana telah berakhir. Aku mendengar tujuh sabda-Nya; kemudian Ia memandang aku
dan berkata, “Buah Hati-Ku yang terkasih, engkaulah kelegaan-Ku di tengah siksaan-siksaan
yang mengerikan.”
(1059) Yesus menyuruh aku melakukan
novena menjelang Pesta Kerahiman Ilahi; maka, hari ini aku memulai novena itu
dengan ujud supaya seluruh dunia bertobat dan mengenal Kerahiman Ilahi “....sehingga
setiap jiwa akan memuji kebaikan-Ku. Aku menginginkan kepercayaan dari segala
ciptaan-Ku. Doronglah jiwa-jiwa untuk menaruh kepercayaan yang besar kepada
kerahiman-Ku yang tak terbatas. Biarlah jiwa yang lemah, yang berdosa, tidak
takut menghampiri Aku sebab kalaupun dosanya lebih banyak daripada butir pasir
di seluruh bumi, semua itu akan tenggelam dalam lubuk kerahiman-Ku yang tak
terhingga.”
(1060) Ketika Yesus mengembuskan
napas-Nya yang terakhir, jiwaku terbebas dari rasa sakit, dan selama waktu yang
cukup panjang aku tidak dapat kembali sadar diri. Aku menemukan sejumlah
kelegaan dalam cucuran air mata. Dia yang dicintai oleh hatiku sudah meninggal.
Adakah orang yang akan mampu memahami kepedeihanku?
(1061) Pada petang hari, dari
radio, aku mendengar madah, yakni mazmur-mazmur yang dilagukan oleh para imam (Radio
Polandia menyiarkan ibadat Pekan Suci). Aku mencucurkan air mata, dan
semua rasa sakit muncul kembali dalam jiwaku; aku menangis dengan pedih, dan
tidak mampu menemukan kelegaan dalam penderitaan ini. Kemudian, aku mendengar
suatu suara di dalam jiwaku, “Jangan menangis; Aku tidak menderita lagi.
Demi kesetiaan yang engkau tunjukkan ketika engkau mendampingi Aku dalam
penderitaan dan kematian-Ku, kematianmu sendiri akan menjadi suatu kematian
yang semarak, dan Aku akan mendampingi engkau pada saat terakhir dari hidupmu.
Mutiara Hati-Ku yang terkasih, Aku melihat cintamu sedemikian murni, lebih
murni daripada cinta para malaikat, dan semua ini karena engkau terus berjuang.
Demi engkau Aku memberkati dunia. Aku melihat usaha-usahamu untuk menyenangkan
Aku, dan semua itu menggembirakan Hati-Ku.”
Sesudah
mendengar kata-kata itu, aku tidak menangis lagi, tetapi bersyukur kepada Bapa
Surgawi karena telah mengutus Putra-Nya kepada kita demi karya penebusan umat
manusia.
(1062) Aku melakukan satu jam
adorasi untuk mensyukuri rahmat yang telah diberikan kepadaku dan untuk
mensyukuri penyakitku. Penyakit juga merupakan suatu rahmat yang besar. Sudah
empat bulan aku sakit, tetapi aku tidak merasa telah menyia-nyiakan waktu satu
detik pun. Segala sesuatu bagi Allah dan bagi jiwa-jiwa; aku ingin setia
kepada-Nya di mana pun juga.
Dalam
adorasi ini, aku menyadari cinta dan kebaikan yang luar biasa, yang telah
dilimpahkan Yesus atas diriku; aku juga menyadari perlindungan yang telah Ia
berikan kepadaku terhadap segala yang jahat. Aku sungguh bersyukur kepada-Mu,
ya Yesus, sebab di tengah kesepianku Engkau telah mengunjungi aku; aku juga
bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah mengilhami para superiorku untuk
mengirim aku ke tempat perawatan ini. Ya Yesus, berilah mereka kuasa berkat-Mu
yang luar biasa, dan balaslah semua pengeluaran yang telah mereka tanggung
karena aku.
(1063) HAri ini, Yesus minta
kepadaku untuk menguatkan dan menyakinkan suatu jiwa yang telah membuka diri
kepadaku dan menderitakan kesulitan-kesulitannya kepadaku. Jiwa ini
menyenangkan Tuhan, tetapi ia tidak menyadarinya. Allah selalu menjaganya di
dalam kerendahan hati. Aku telah mengamalkan petunjuk-petunjuk Tuhan.
(1064) O Guruku yang paling manis,
o Yesus yang baik, aku memberikan hatiku kepada-Mu. Bentuklah dan tatalah hatiku seturut
kehendak-Mu. O Kasih yang tak terpahami, aku membuka pintu hatiku kepada-Mu,
laksana sekuntum mawar membuka diri terhadap kesegaran embun pagi. Wahai
Mempelaiku, hanya Engkau yang mengetahui keharuman bunga hatiku. Biarlah
keharuman kurbanku menyenangkan Hati-Mu. O Allah yang kekal, sukacitaku
sepanjang masa, sudah di bumi ini Engkau menjadi surgaku. Semoga setiap denyut
jantungku menjadi madah pujian baru bagi-Mu, o Tritunggal kudus! Kalau aku
mempunyai banyak hati, sebanyak tetes air di samudra atau sebanyak butir pasir
di seluruh bumi, semua akan kupersembahkan kepada-Mu, o Kekasihku, o Harta
hatiku! Siapa pun juga yang aku jumpai dalam hdiupku, tidak peduli siapa
mereka, aku mau menarik mereka semua kepada cinta-Mu. O Yesusku, Keindahanku,
Istirahatku, satu-satunya Guruku, Hakim, Juru Selamat, dan Mempelaiku, semua
sekaligus, aku tahu bahwa gelar yang satu akan mempengaruhi yang lain - segala
sesuatu telah kupercayakan kepada kerahiman-Mu.
(1065) Yesusku, dukunglah aku
apabila hari-hari sulit dan berawan tiba, hari-hari pencobaan, hari-hari
penderitaan; apabila penderitaan dan keletihan mulai menghimpit ragaku dan
jiwaku. Topanglah aku, ya Yesus, dan berilah aku kekuatan untuk menanggung
penderitaan. Jagalah bibirku jangan sampai melontarkan kata keluhan kepada
ciptaan. Hati-Mu yang maharahim adalah harapanku. Aku tidak memiliki suau pun
untuk membela diri kecuali kerahiman-Mu; pada kerahiman-Mu bertumpu seluruh
kepercayaanku.
(1066) 27 Maret 1937. Hari ini, aku
kembali dari Pradnik, sesudah hampir empat bulan dirawat. Atas segala sesuatu
aku mengucap syukur kepada Allah. Aku telah memanfaatkan setiap saat untuk
memuliakan Allah. Ketika aku masuk ke kapel sejenak, aku menyadari betapa
banyaknya aku telah menderita dan berjuang, dalam kaitan dengan seluruh masalah
ini. O Yesus, Kekuatanku, hanya Engkau yang dapat menolong aku; berilah aku
kekuatan.
(1067) 28 Maret. Hari Kebangkitan.
Dalam misa kebangkitan, aku melihat Tuhan dalam keindahan dan semarak, dan Ia
berkata kepadaku, “Putri-Ku, damai sertamu.” Ia memberkati aku dan menghilang,
dan jiwaku dipenuhi dengan kegembiraan serta sukacita yang tak terperikan.
Hatiku dikuatkan untuk menjalani pergumulan dan penderitaan-penderitaan.
(1068) Hari ini, aku mengadakan
percakapan dengan Pastor Andrasz dan ia menganjurkan agar aku sangat
berhati-hati dalam masalah penampakan Tuhan Yesus yang terjadi tiba-tiba.
Apabila ia berbicara mengenai Kerahiman Ilahi, ada suatu kekuatan dan kuasa
yang masuk ke dalam hatiku. Ya Allahku, aku sangat ingin mengungkapkan segala
sesuatu, tetapi aku sangat tidak mampu untuk melakukannya. Pastor mengatakan
kepadaku bahwa Tuhan Yesus itu sangat murah hati dalam menyatakan diri kepada
jiwa-jiwa, tetapi di lain pihak, Ia katakan saja, seperti kikir. “Memang kemurahan Allah itu sangat besar,”
[kata Pastor], “tetapi waspadalah sebab
penampakan yang tiba-tiba itu menimbulkan kecurigaan; memang, secara pribadi,
di sini aku tidak melihat suatu pun yang salah, atau suatu pun yang
bertentangan dengan iman. Tetapi, bersikaplah sedikit lebih hati-hati, dan
apabila Muder Superior datang, engkau dapat berbicara dengannya mengenai
hal-hal ini.”
(1069) 29 Maret 1937. Dalam
meditasi hari ini, aku melihat Tuhan yang tampak sangat indah, dan Ia berkata
kepadaku, “Damai sertamu, Putri-Ku.” Seluruh jiwaku gemetar karena cinta
akan Dia dan aku berkata, “O Tuhan,
meskipun aku mencintai Engkau dengan segenap hatiku, tolong jangan menampakkan
diri kepadaku sebab pembimbing rohaniku telah mengatakan kepadaku bahwa
penampakan-penampakan-Mu yang tiba-tiba ini membangkitkan kecurigaan bahwa
Engkau mungkin saja hanya suatu khayalan. Memang, aku mencintai Engkau lebih
daripada hidupku sendiri, dan aku tahu bahwa Engkau adalah Tuhan dan Allahku,
yang bergaul denganku; tetapi di atas semuanya aku harus taat kepada Bapak
pengakuanku.”
Yesus
mendengarkan kata-kataku dengan serius, tetapi penuh kasih, dan Ia mengucapkan
kata-kata ini kepadaku, “Katakan kepada bapak pengakuanmu bahwa Aku
bergaul dengan jiwamu sedemikian mesra karena engkau tidak pernah mencuri
anugerah-anugerah-Ku. Inilah sebabnya Aku mencurahkan segala rahmat ini ke atas
jiwamu sebab Aku tahu bahwa engkau tidak akan memanfaatkannya hanya untuk
dirimu sendiri. Tetapi, sebagai tanda bahwa kebijaksanaannya selaras dengan
kebijaksanaan-Ku, engkau tidak akan melihat Aku, dan Aku tidak akan menampakkan
diri kepadamu dengan cara ini sampai engkau menyampaikan kepadanya apa yang
baru saja Aku katakan kepadamu.”
(1070) 2 April 1937. Pada pagi
hari, dalam misa, aku mendengar suara ini, “Katakan kepada Superior bahwa Aku
menghendaki agar di sini diadakan adorasi dengan ujud untuk memohon kerahiman
bagi dunia.”
(1071) O Yesusku, hanya Engkau yang
mengetahui apa yang sedang dialami oleh hatiku. O Kekuatanku, hanya Engkau yang
dapat melakukan segala sesuatu. Maka meskipun aku selalu terbuka untuk
menanggung penderitaan-penderitaan yang berat, aku akan tetap setia kepada-Mu
sebab Engkau menopang aku dengan rahmat-Mu yang istimewa.
(1072) 3 April 1937. Hari ini,
Tuhan berkata kepadaku, “Katakan kepada Profesor (mungkin
Pastor Teodor Czaputa, imam komunitas, setiap hari minggu menyampaikan khotbah
di kapel biara) bahwa Aku menghendaki agar pada Pesta Kerahiman Ilahi
ia berkhotbah mengenai kerahiman-Ku yang tak terselami.” Aku
memenuhi permintaan Allah, tetapi imam itu tidak mau menerima amanat Tuhan itu.
Ketika aku meninggalkan kamar pengakuan, aku mendengar suara ini, “Lakukanlah
sebagaimana Aku katakan kepadamu dan tenangkanlah hatimu; masalah ini adalah
urusan antara dia dan Aku. Engkau tidak harus bertanggung jwab mengenai hal
ini.”
(1073) 4 April 1937. Minggu Putih,
yakni Pesta Kerahiman Ilahi. Pada pagi hari, sesudah komuni kudus, jiwaku
dibenamkan dalam Allah. Aku berpadu dengan ketiga Pribadi Ilahi sedemikian rupa
sehingga ketika aku bersatu dengan Yesus, aku serentak bersatu dengan Bapa dan
Roh Kudus. Jiwaku dibanjiri dengan sukacita yang melampaui segala pengertian,
dan Tuhan membuat aku merasakan seluruh lautan serta lubuk kerahiman-Nya yang
tak terbatas. Oh, kalau saja jiwa-jiwa memahami betapa besarnya kasih Allah
kepada mereka! Segala perbandingan, juga yang paling hebat mengungkapkan
kemesraan dan yang paling dahsyat, tidak lebih dari sekadar bayangan kalau
dihadapkan dengan realitanya.
Ketika
aku berpadu dalam Tuhan, aku menjadi tahu betapa banyaknya jiwa yang memuliakan
kerahiman Allah.
(1074) Ketika aku pergi untuk
adorasi, aku mendengar kata-kata ini, “Putri-Ku terkasih, tulislah kata-kata ini:
hari ini hati-Ku telah beristirahat di dalam biara ini. Beritakanlah
kerahiman-Ku dan kasih-Ku kepada dunia.
Api
kerahiman berkobar-kobar di dalam diri-Ku. Aku ingin menumpahkannya ke atas
jiwa-jiwa manusia. Oh, betapa pedihnya penderitaan yang mereka timpakan pada-Ku
apabila mereka tidak mau menerimanya!”
“Putri-Ku, lakukanlah apa saja yang
dapat engkau lakukan untuk menyebarkan devosi kepada kerahiman-Ku. AKu akan
menggenapi apa yang tidak dapat engkau lakukan. Katakan kepada umat manusia
yang sedang sakit ini supaya mereka mendekatkan diri kepada Hati-Ku yang
Maharahim, dan Aku akan memenuhinya denga damai.”
“Putri-Ku, katakan [kepada semua
orang] bahwa Aku adalah Sang Kasih dan Sang Kerahiman sendiri. Apabila jiwa
menghampiri Aku dengan penuh pengharapan, Aku akan memenuhinya dengan rahmat
yang sedemikian melimpah sampai ia tidak mampu menampungnya di dalam dirinya
sendiri, dan akan meluapkannya kepada jiwa-jiwa yang lain.”
(1075) “Jiwa-jiwa yang menyebarkan
devosi kepada kerahiman Ilahi akan Kulindungi seumur hidupnya seperti seorang
ibu yang penuh kasih sayang melindungi bayinya; dan pada saat kematiannya, Aku
tidak akan tampil sebagai seorang Hakim bagi mereka, tetapi sebagai Juru
Selamat yang maharahim. Pada saat terakhir itu, jiwa tidak akan mempunyai
senjata apa pun untuk membela diri kecuali kerahiman-Ku. Berbahagialah jiwa
yang sepanjang masa hidupnya membenamkan diri dalam Sumber Kerahiman sebab ia
tidak akan dihadapkan pada pengadilan.”
(1076) “Tulislah ini: Segala sesuatu
yang ada ini direngkuh dalam pangkuan Kerahiman-Ku lebih erat daripada seorang
bayi di dalam rahim ibunya. Betapa pedihnya luka hati-Ku akibat
ketidakpercayaan terhadap kebaikan-Ku! Yang paling pedih melukai Hati-Ku adalah
dosa tidak adanya pengharapan.”
(1077) Dalam misa kudus, Pembimbing
novis memainkan lagu yang indah mengenai kerahiman Allah. Maka aku minta kepada
Tuhan untuk memberi dia pengetahuan yang lebih mendalam tentang lubuk kerahiman
yang tak terselami ini.
(1078) Ketika aku mengucapkan
selamat malam kepada Tuhan sebelum pergi tidur, aku mendengar suara, “Hosti-Ku
yang sangat dikasihi Hati-Ku, demi engkau Aku memberkati bumi.”
(1079) 7 April 1937. Hari ini,
ketika seseorang masuk ke kapel, aku merasakan suatu rasa sakit yang nyeri pada
tanganku, kakiku, dan lambungku, sama seperti yang dirasakan Yesus selama
Sengsara-Nya. Ini berlangsung hanya sebentar. Tetapi, dengan cara ini, aku mengetahui
bahwa jiwa itu tidak berada dalam rahmat Allah.
(1080) Pada suatu saat, aku melihat
Bapa Suci sedang merenungkan masalah ini (Pesta Kerahiman dan pendirian
Kongregasi baru).
(1081) 10 April 1937. Hari ini,
Muder Superior memberiku suatu karangan mengenai Kerahiman Ilahi untuk kubaca,
dan bersamanya ia memberikan juga suatu repro gambar Kerahiman Ilahi yang telah
dicetak. Artikel itu dimuat dalam Tygodnik
Wilenski (tulisan
Pastor Michael Sopocko mengenai Kerahiman Ilahi yang diterbitkan dalam Mingguan
Katolik Vilnius) dan dikirim kepada kami di Krakow oleh Pastor Michael
Sopocko, rasul Kerahiman Ilahi yang penuh semangat itu. Dalam karangan ini,
termuat juga kata-kata yang telah diucapkan Tuhan Yesus kepadaku, sebagian dari
ucapan-ucapan itu dikutip kata demi kata.
(1082) Ketika aku memegang Mingguan
itu, suatu panah cinta menembus jiwaku - “Karena keinginanmu yang bernyala-nyala, Aku
mempercepat penetapan Pesta Kerahiman Ilahi.” Rohku menyemburkan nyala
cinta yang sedemikian kuat sehingga aku merasa sama sekali terlebur di dalam
Allah.
(1083) Berkat kerendahan hatinya
yang mendalam, jiwa indah yang sedang menyebarkan karya kerahiman Ilahi di
seluruh dunia ini sangat menyenangkan Allah.
(1084) Setiap kali akan menerima
rahmat yang besar, jiwaku mengalami ujian kesabaran karena aku sudah merasakan
rahmat itu, tetapi belum memilikinya. Rohku terbakar oleh ketidaksabaran,
tetapi saatnya belum tiba. Saat-saat seperti ini sungguh ajaib sehingga sulit
untuk dilukiskan.
(1085) 13 April 1937. Hari ini, aku
harus tinggal di tempat tidur sepanjang hari. Aku terserang batuk yang sangat
berat, yang membuat aku sedemikian lemah sehingga aku tidak memiliki kekuatan
untuk berjalan. Rohku senang melakukan karya Allah, tetapi kekuatan fisikku
telah menghilang. Pada saat ini, aku tidak dapat melaksanakan kegiatan-Mu, o
Tuhan, oleh karena itu, aku terus mengulang penyerahan kehendak yang penuh
kasih: berbuatlah padaku seperti yang Engkau kehendaki.
(1086) Memang, godaan-godaan terasa
kuat, gelombang keragu-raguan menghantam jiwaku, dan rasa kecil hati sudah
berkecamuk, semua siap untuk bertindak; tetapi Tuhan menguatkan kehendakku;
menghadapi kehendakku yang kuat ini, segala usaha musuh berantakan seolah-olah
menghantam suatu batu karang. Aku menyaksikan betapa banyaknya rahmat yang
diberikan Allah kepadaku; semua ini terus-menerus menopang aku. Aku sangat
lemah, dan aku menyandarkan segala sesuatu hanya pada rahmat Allah.
(1087) Pada suatu hari, ketika aku
memutuskan untuk mengamalkan suatu keutamaan tertentu, aku malah jatuh ke dalam
kesalahan yang bertentangan dengan keutamaan itu sepuluh kali lebih banyak
daripada pada hari-hari lain. Pada petang hari, aku merenungkan: mengapa, pada
hari ini, aku telah jatuh sedemikian sering, dan aku mendengar suara, “Engkau
terlalu banyak mengandalkan dirimu sendiri, dan kurang mengandalkan Aku.”
Jadi, aku memahami sebab kejatuhanku.
(1088) Pulihnya Kesehatan Secara
Tiba-tiba.
Pada hari Minggu 11 April, aku
menulis surat kepada Pastor Sopocko. Sesudah itu, tiba-tiba kesehatanku menjadi
sedemikian buruk sehingga aku tidak jadi mengirim surat itu, melainkan menunggu
sampai ada tanda yang jelas dari kehendak Allah. Tetapi, kesehatanku menjadi
semakin buruk sehingga aku harus pergi tidur. Batuk amat sangat menyiksa aku
sehingga aku merasa bahwa kalau batuk ini berulang beberapa kali lagi, pasti
akan berakhirlah hidupku.
(1089) Pada 14 April, aku merasa
kesehatanku begitu buruk sehingga aku hampir tidak mampu bangun untuk mengikuti
misa kudus. Aku merasa kesehatanku jauh lebih buruk daripada waktu aku dikirim
ke sanatorium untuk dirawat. Batukku disertai bunyi bengek dan terdengar
bunyi-bunyi sengal di dalam paru-paruku dan merasakan rasa nyeri yang luar
biasa. Ketika aku menyambut komuni kudus, aku tidak tahu mengapa, ada sesuatu
yang mendesak aku untuk mendaraskan doa berikut, dan aku mulai mengucapkan doa
ini, “Yesus, kalau ini memang merupakan
kehendak kudus-Mu, semoga darah-Mu yang murni dan sehat mengalir di dalam
organ-organ tubuhku yang sakit; semoga tubuh-Mu yang murni dan sehat mengubah
tubuhku yang lemah ini; dan semoga kehidupan-Mu yang sehat dan perkasa mengalir
dalam diriku, supaya aku dapat mulai melaksanakan karya yang diperdebatkan ini.
Semua ini akan menjadi tanda yang jelas dari kehendak kudus-Mu bagiku.”
Ketika
aku berdoa seperti itu, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang menggoncang
seluruh organ tubuhku, dan dalam sekejap, aku merasa sungguh-sungguh sehat.
Napasku terasa lega, seolah-olah tidak pernah ada masalah dengan paru-paruku,
dan aku tidak merasakan sakit sama sekali. Hal ini menjadi tanda bagiku bahwa
aku harus mulai melaksanakan karya itu.
(1090) Peristiwa ini terjadi pada
hari terakhir novena kepada Roh Kudus. Sesudah pulihnya kesehatanku, aku merasa
bersatu dengan Tuhan Yesus dengan cara yang sungguh-sungguh rohani. Yesus
memberi aku keyakinan yang kuat, yakni Ia meneguhkan aku dalam kaitan dengan
permintaan-permintaan-Nya. Sepanjang hari itu, aku selalu berada di dekat
dengan Tuhan Yesus dan berbicara dengan Dia mengenai Kongregasi itu secara
rinci.
Yesus
menyalurkan ke dalam jiwaku kekuatan dan keberanian untuk bertindak. Kini, aku
tahu bahwa kalau Tuhan meminta sesuatu dari suatu jiwa, Ia memberikan
kemungkinan untuk melaksanakannya dan lewat rahmat itu Ia membuat jiwa itu
mampu melaksanakannya. Maka, kalaupun jiwa itu tampak papa, atas perintah Tuhan
ia dapat melaksanakan hal-hal yang melampaui harapannya. Dengan tanda ini, jiwa
itu tahu bahwa Tuhan menyertainya, bahwa kekuatan dan kuasa Allah, yang membuat
jiwa itu berani dan perkasa, sungguh nyata di dalam dirinya. Untuk diriku
sendiri, mula-mula aku selalu takut akan kebesaran Allah, tetapi sesudah itu
jiwaku dipenuhi dengan damai yang mendalam yang tidak dapat dikeruhkan oleh
suatu pun, dan serentak dipenuhi dengan kekuatan batin untuk melaksanakan apa
yang diminta Tuhan dalam kesempatan yang khusus itu...
(1091) Kemudian aku mendengar suara
ini, “Pergilah
dan katakanlah kepada superior bahwa kesehatanmu sangat baik.”
Aku
tidak tahu, dan juga tidak tanya, berapa lama kesehatanku akan tetap dalam
keadaan baik. Aku hanya tahu bahwa pada saat ini kesehatanku sedang baik. Hari
esok bukanlah urusanku. Aku hanya minta agar kesehatan ini menjadi bukti
kehendak Allah dan bukan supaya aku terbebas dari penderitaan.
(1092) 16 April 1937. Hari ini,
ketika keagungan Allah menyelubungi aku, jiwaku tahu bahwa Tuhan meskipun
sangat agung, suka akan jiwa-jiwa yang rendah hati. Semakin rendah hati suatu
jiwa, semakin senang Tuhan menghampiri jiwa itu. Dengan menyatukan diri
erat-erat dengan jiwa itu, Tuhan mengangkat jiwa itu ke takhta-Nya sendiri.
Berbahagialah jiwa yang dibela oleh Tuhan sendiri. Aku mengerti bahwa hanya
cintalah yang bernilai; cinta itu agung; tidak suatu pun, tidak suatu karya
pun, dapat dibandingkan dengan satu karya cinta yang murni dari Allah.
(1093) O Yesus, lindungilah aku
dengan kerahiman-Mu dan hakimilah aku dengan penuh kelapangan hati; kalau
tidak, pastilah hukuman adil-Mu akan menimpa aku.
(1094) 17 April. Hari ini, dalam
kuliah katekese, aku mendapat peneguhan mengenai apa yang sudah cukup lama aku
pahami dan aku hayati secara batin, yakni kalau suatu jiwa mengasihi Allah
secara tulus dan bersatu erat dengan-Nya, tidak ada suatu pun yang dapat
mengganggu kehidupan batinnya meskipun jiwa seperti itu hidup di tengah situasi
lahiriah yang sulit; bahkan di tengah kehancuran pun, jiwa itu dapat tetap
murni dan tak bercacat; sebab kasih Allah yang besar memberinya kekuatan untuk
bertempur, dan secara istimewa, bahkan dengan cara yang ajaib, Allah juga
melindungi jiwa yang mengasihi-Nya secara tulus.
(1095) Pada suatu hari, Allah
memberiku pengetahuan batin bahwa meskipun aku dirundung segala macam bahaya,
Ia sendiri tetap menjagaku sehingga kemurnian jiwa dan hatiku akan tetap utuh.
Maka, pada hari itu, aku meluangkan waktu sepanjang hari itu dalam rasa syukur
batin yang berkobar-kobar. Aku bersyukur kepada Allah karena Ia telah berkenan
melindungi aku dari yang jahat; aku juga bersyukur karena aku telah mendapat
perkenan dari Dia, dan Ia sendiri memberiku jaminan mengenai hal ini.
(1096) Beberapa tahun kemudian, Ia
berkenan meneguhkan aku dalam rahmat ini, dan sejak waktu itu aku tidak
mengalami pemberontakan indra melawan jiwa. Hal ini sudah kutulis secara lebih
rinci pada bagian lain dari Buku Harianku
(Buku Harian, no.40). Setiap kali aku mengenangkan rahmat yang tak
terselami ini, nyala cinta yang baru dan rasa syukur kepada Allah mencuat dari
dalam hatiku; dan cinta yang sama ini menuntun aku untuk melupakan diriku sama
sekali.
(1097) Sejak saat itu, aku telah
hidup di bawah mantol keperawanan Bunda Allah. Ia telah menjaga dan mengajar
aku. AKu merasa sangat damai, dekat Hatinya yang tak bernoda. AKu demikian
lemah dan tak berpengalaman karena itu aku mendekap, seperti seorang anak
kecil, Hatinya.
(1098) Meskipun Allah telah
meneguhkan aku dalam keutamaan ini, aku terus-menerus waspada; bahkan
kadang-kadang aku takut akan bayanganku sendiri. Tetapi, semua ini terjadi
hanya karena aku mulai merasakan kasih Allah secara mendalam.
(1099) Rahmat dari Allah ini
diberikan kepadaku justru karena aku adalah orang yang paling lemah dari semua
orang; itulah sebabnya Yang Mahakuasa telah menyelubungi aku dengan
kerahiman-Nya yang istimewa.
(1100) 24 April. Aku dapat
merasakan setiap rahmat yang besar sebelum rahmat itu diberikan: pada saat-saat
seperti itu aku dicekam oleh suatu kerinduan dan keinginan yang luar biasa akan
Allah, dan kemudian aku menantikan rahmat itu. Semakin besar rahmat itu,
semakin jelas firasatnya, dan semakin dahsyat pergulatanku melawan musuh
keselamatanku.
Kadang-kadang, jiwaku berada dalam
keadaan yang hanya dapat kulukiskan dengan menggunakan suatu perbandingan: Ada
dua teman baik. Salah seorang dari mereka menyelenggarakan suatu pesta besar
dan mengundang teman yang lain itu; mereka berdua menatap ke depan menantikan
pesta itu; tetapi saat pesta sudah ditentukan. Nah, saat-saat menjelang
diterimannya rahmat itu terasa demikian kuat sehingga sulit untuk digambarkan.
Saat-saat itu ditandai dengan kerinduan yang membara dan api cinta yang
bernyala-nyala. Aku dapat merasakan Tuhan ada di sana, tetapi aku tidak dapat
menyatukan diri sepenuhnya dengan-Nya sebab saat yang telah ditentukan belum
tiba. Seringkali, sebelum datangnya saat rahmat seperti itu, aku sungguh merasa
tak berdaya dalam pikran, kehendak, dan hati. Aku sungguh-sungguh ditinggalkan
sendirian, dan aku menantikan Allah yang Esa. Ia sendiri menciptakan suasana
seperti ini dalam diriku sebelum kedatangan-Nya.
No comments:
Post a Comment