(1351) Ya
Yesus, teladanku yang paling sempurna, dengan mataku tertuju pada-Mu, sepanjang
hayatku aku akan mengikuti jejak-Mu, sambil menyelaraskan kodratku dengan
rahmat, seturut kehendak-Mu yang amat kudus dan terang-Mu yang menerangi jiwaku
sambil berharap sepenuhnya pada pertolongan-Mu.
Y.M.Y.
(1352) Kartu
Pemeriksaan Batin
Pemeriksaan
batin khusus.
Kesatuan
dengan Kristus yang maharahim. Karena bersatu dengan Yesus, aku harus setia
kepada-Nya kapan pun dan di mana pun, dan secara batin aku harus bersatu dengan
Dia, sementara secara lahiriah mengamalkan kesetiaan kepada peraturan,
khususnya peraturan mengenai silentium.
BULAN BERHASIL
GAGAL
Nov. 53 2
Des. 104 -
Jan. 78 1
Feb. 59 1
Mar. 50 -
Apr. 61
Mei
Jun.
Jul.
Agu.
Sept.
Okt.
(1354)
Apabila aku ragu-ragu bagaimana harus bertindak dalam situasi tertentu, aku
selalu bertanya kepada kasih. Kasih memberikan nasihat yang paling baik.
BERHASIL
|
11
|
12
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
GAGAL
|
Perintah Allah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kaul Kemiskinan
|
|
|
|
9
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kaul Kemurnian
|
|
|
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kaul Ketaatan
|
|
27
|
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Peraturan
|
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kasih Terhadap Sesama
|
38
|
17
|
73
|
35
|
30
|
21
|
|
|
|
|
|
|
1,1,1
|
Kerendahan Hati
|
7
|
39
|
23
|
34
|
56
|
25
|
|
|
|
|
|
|
2,3,1,1,6
|
Kesabaran
|
23
|
56
|
50
|
17
|
80
|
50
|
|
|
|
|
|
|
|
Silentium
|
11
|
45
|
37
|
28
|
37
|
20
|
|
|
|
|
|
|
|
Nama baik sesama
|
|
15
|
25
|
3
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
1,
|
Misa dan komuni
|
17
|
12
|
13
|
7
|
|
10
|
|
|
|
|
|
|
Misa 6,2,1,12
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Komuni 1,(12)
|
Meditasi
|
6
|
5
|
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pemeriksaan batin khusus
|
7
|
5
|
11
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Sikap thd Allah & bapak pengakuan
|
5
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sikap terhadap Superior
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1,1
|
Sikap thd sesama suster/siswi
|
|
4
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sikap thd kaum awam
|
20
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2,1
|
(1356) Hari
keenam. Ya Allahku, aku siap menerima kehendak-Mu, apa pun juga bentuknya. Ke
mana pun juga Engkau mengarahkan aku, aku akan memuji Engkau. Apa pun yang
Engkau minta dariku akan kulaksanakan dengan pertolongan rahmat-Mu. Apa pun
juga kehendak-Mu yang kudus mengenai aku, akan kuterima dengan sepenuh hati dan
segenap jiwaku, tanpa memperhatikan apa yang dituturkan oleh kodratku yang
sudah rusak ini.
(1357)
Pernah, ketika lewat di dekat sekelompok orang, aku tidak merasakan sengsara
Tuhan. Maka, aku bertanya kepada Tuhan apakah mereka semua berada dalam keadaan
rahmat. “Kalau engkau tidak merasakan penderitaan-Ku, tidak berarti bahwa
mereka semua berada dalam keadaan rahmat. Aku mengizinkan engkau mengetahui
keadaan jiwa-jiwa tertentu dan memberi engkau rahmat penderitaan hanya kalau
Aku mau menggunakan engkau sebagai alat pertobatan bagi mereka.”
(1358) Di
mana ada keutamaan yang tulus, di sana harus juga ada pengurbanan; seluruh
kehidupan ini harus menjadi suatu pengurbanan. Hanya lewat pengurbananlah
jiwa-jiwa dapat bermanfaat. Pengurbanan diriku sendirilah yang, dalam relasiku
dengan sesama, dapat memuliakan Allah. Tetapi, pengurbanan ini harus
mengalirkan kasih Allah sebab segala sesuatu terpusat pada kasih dan
mendapatkan nilainya dari kasih.
(1359) “Camkanlah
bahwa apabila engkau keluar dari retret ini, Aku akan memperlakukan engkau
sebagai jiwa yang sempurna. Aku ingin mengenggam engkau dalam tangan-Ku sebagai
satu alat yang lentur, yang secara sempurna dapat Ku-sesuaikan sepenuhnya
dengan karya-karya-Ku.”
(1360) Ya
Tuhan, Engkau menembus seluruh kehidupanku dan mengetahui juga apa yang ada dalam
lubuk hatiku yang paling tersembunyi. Engkau tahu bahwa hanya Engkau yang
kuinginkan, dan hanya penggenapan kehendak kudus-Mu yang kudambakan. Demi
Engkau dan kehendak kudus-Mu, aku tidak peduli akan kesulitan, penderitaan, dan
penghinaan, atau apa pun juga yang dapat dipikirkan orang.
(1361) “Keputusan
kuatmu untuk menjadi seorang santa sangatlah menyenangkan Hati-Ku. Aku
memberkati usaha-usahamu dan akan memberi engkau kesempatan untuk menyucikan
diri. Waspadalah agar engkau tidak kehilangan kesempatan yang lewat
penyelenggaraan-Ku, Kutawarkan kepadamu untuk penyucianmu. Kalau engkau tidak
berhasil memanfaatkan suatu kesempatan, janganlah gelisah hatimu, tetapi
rendahkanlah dirimu sepenuhnya di hadapan-Ku dan, dengan pengharapan yang
besar, benamkanlah dirimu sepenuhnya dalam kerahiman-Ku. Dengan cara ini,
engkau memperoleh lebih banyak daripada yang hilang darimu sebab kepada jiwa
yang rendah hati dianugerahkan lebih banyak rahmat daripada apa yang diminta
oleh jiwa itu sendiri....”
(1362) Hari
ketujuh. Kini, aku sungguh mengetahui ketetapan mengenai masa depanku; yakni
suatu kepastian batin bahwa aku akan mencapai kesucian. Karena keyakinan yang
kuat ini, jiwaku dipenuhi dengan rasa syukur kepada Allah, dan aku
mengembalikan segala kemuliaan itu kepada Allah sebab aku tahu dengan
sungguh-sungguh bahwa diriku ini bukan apa-apa.
(1363) Aku
akan keluar dari retret ini dalam keadaan yang sama sekali sudah diubah oleh
kasih Allah. Jiwaku mulai menghayati suatu hidup yang baru, dengan tulus dan
berani; memang secara lahiriah hidupku tidak akan berubah, dan tak seorang pun
akan memperhatikannya; tetapi, [sekarang] hidupku dituntun oleh kasih yang
murni dan, secara lahiriah, kerahimanlah yang menjadi buahnya. Aku merasakan
bahwa diriku sudah sepenuhnya dirasuk oleh Allah dan, bersama Allah ini, aku
akan kembali ke kehidupan sehari-hari, yang sedemikian menjemukan, melelahkan,
dan rumit. Semua itu akan kujalani sambil berharap bahwa Allah yang kurasakan
dalam hatiku akan mengubah hal-hal yang rutin itu menjadi sarana kesucian
pribadiku.
(1364)
Dalam retret ini, di tengah keheningan yang sangat teduh, di dekat Hati-Mu yang
maharahim, jiwaku menjadi matang. Dalam sinar cemerlang kasih-Mu, jiwaku telah
kehilangan rasa asamnya dan telah menjadi buah yang matang serta manis.
Kini, aku dapat sungguh bermanfaat
bagi Gereja berkat kesucian pribadiku, yang mendenyutkan kehidupan di seluruh
Gereja karena kita semua merupakan satu tubuh di dalam Yesus. Itulah sebabnya
aku sungguh-sungguh berusaha untuk membuat lahan hatiku menghasilkan buah yang
baik. Barangkali, mata insani tidak pernah melihatnya. Tetapi, akan tiba
harinya orang akan menyaksikan dengan jelas bahwa semua jiwa telah dikenyangkan
dan akan terus dikenyangkan dengan buah ini.
(1365) O
Kasih yang kekal, Engkau telah menyalakan hidup baru di dalam diriku, suatu
hidup penuh kasih dan hidup yang sarat dengan kerahiman. Topanglah aku dengan
rahmat-Mu agar aku dapat memberikan jawaban yang pantas kepada panggilan-Mu
sehingga apa pun yang Engkau kehendaki terjadi dalam jiwa-jiwa berkat aku,
sungguh akan digenapi.
Ya Allahku, aku telah menyaksikan
cemerlangnya fajar abadi. Maka, seluruh jiwaku berlari menuju Engkau, o Tuhan;
tidak ada lagi suatu pun yang menghalangi aku, tidak ada suatu pun yang
mengikat aku ke bumi. Tolonglah aku, o Tuhan, untuk menjalani sisa hidupku
dengan sabar. Di hadapan Keagungan-Mu, kurban kasihku bernyala tanpa henti
tetapi sedemikian tersembunyi sehingga hanya mata ilahi-Mu yang dapat
melihatnya, ya Allah, dan tidak ada makhluk lain yang mampu menangkapnya.
(1366) O
Tuhanku, meskipun begitu banyak hal menyibukkan aku, meskipun karya itu sangat
penting bagi hatiku, meskipun aku mendambakan kemenangan Gereja dan keselamatan
jiwa-jiwa, meskipun segala penganiayaan orang yang beriman kepada-Mu menghimpit
aku, meskipun jatuhnya setiap jiwa menyakitkan hatiku, di atas dan melampaui
semua ini, aku memiliki damai yang sangat teduh di dalam jiwaku. Tidak ada
kemenangan, keinginan, atau penderitaan yang dapat mengganggu damai ini sebab,
bagiku, Engkau melampaui segala penderitaan, ya Tuhanku dan Allahku.
(1367) Hari
kedelapan. O Tuhanku, di hadirat Hati-Mu yang mahakudus, aku mengenang semua
berkat-Mu. Sementara mengenang semua itu, aku sudah merasakan bahwa aku harus
melambungkan syukur istimewa atas begitu banyak rahmat dan berkat dari Allah.
Aku ingin membenamkan diriku dalam doa syukur di hadirat Keagungan Allah, dan
aku akan terus melaksanakan doa syukur ini selama tujuh hari dan tujuh malam.
Memang, secara lahiriah kau akan melaksanakan semua tugasku; tetapi, bagaimana
pun, rohku akan terus-menerus berdiri di hadapan Tuhan, dan semua latihanku
akan dipenuhi dengan roh syukur. Setiap petang, aku akan berlutut selama
setengah jam di kamarku, sendirian bersama Tuhan. Setiap kali terbangun pada
malam hari, aku akan membenamkan diri dalam doa syukur. Dengan cara ini, aku
ingin membalas, sekurang-kurangnya sebagian kecil, berkat Allah yang
berkelimpahan.
(1368)
Tetapi, untuk membuat semua ini lebih berkesan dalam pandangan Allah, dan untuk
menghapus banyangan keragu-raguan yang paling kecil sekalipun dari benakku, aku
pergi kepada pembimbing rohaniku. Kepadanya aku mengungkapkan
keinginan-keinginan jiwaku, yakni keinginanku untuk membenamkan diri dalam doa syukur
seperti itu. AKu mendapat izin untuk semuanya kecuali bahwa aku hendaknya tidak
memaksakan diri untuk berdoa setiap kali terbangun pada malam hari.
(1369)
Dengan sukacita yang sungguh besar, aku kembali ke biara! Dan pada hari
berikutnya, aku memulai laku-syukur agung ini dengan membarui kaul-kaul-Ku. Jiwaku
seluruhnya tengelam di dalam Allah, dan dari seluruh diriku muncullah hanya
satu nyala syukur dan terima kasih kepada Allah. Tidak banyak kata-kata yang
terucap sebab karunia-karunia Allah, seperti api yang berkobar, membakar
jiwaku; segala penderitaan dan dukacita menjadi ibarat kayu yang dilontarkan ke
dalam nyala itu, dan membuat api itu tidak pernah padam. Aku mengundang langit
dan bumi untuk bergabung dalam ucapan syukurku.
(1370)
Retret sudah usai; itulah hari-hari indah ketika aku bersatu mesra hanya dengan
Tuhan Yesus. Aku menjalani retret ini dengan cara seperti yang dikehendaki oleh
Yesus, yakni dalam damai hati yang sangat teduh aku merenungkan karunia-karunia
Allah. Belum pernah aku melakukan retret seperti ini. Jiwaku jauh lebih dikobarkan
oleh damai daripada oleh gejolak atau emosi apa pun. Dalam sinar kasih, aku
melihat segala sesuau seperti adanya.
(1371)
Keluar dari retret ini, aku sama sekali diubah oleh kasih Allah. Ya Tuhan,
ilahikanlah kegiatan-kegiatanku sehingga semuanya akan mendatangkan pahala
untuk kehidupan kekal; memang aku sangat rapuh, tetapi aku percaya akan
kekuatan rahmat-Mu yang akan menopang aku.
(1372) Ya
Yesusku, Engkau tahu bahwa sudah sejak usia belia aku mempunyai keinginan untuk
menjadi santa yang besar; maksudku, aku telah mempunyai keinginan untuk
mencapai Engkau dengan cinta yang sedemikian besar sehingga tidak akan ada jiwa
lain yang mencintai Engkau seperti aku. Mula-mula keinginanku ini berupa niat
yang kurahasiakan, dan hanya Yesus yang mengetahuinya. Tetapi, hari ini aku
tidak dapat menyembunyikan di dalam hatiku; rasanya aku ingin berteriak kepada
seluruh dunia, “Kasihilah Allah sebab Ia
itu baik dan besarlah kerahiman-Nya!”
(1373) O
hari-hari yang serba biasa dan kelabu, dengan mata ceria dan berseri-seri, aku
memandangmu. Betapa penting dan indahnya waktu yang memberi kita kesempatan
untuk mengumpulkan pahala demi surga yang kekal! Aku tahu bagaimana para santo
dan santa menggunakannya.
(1374) 30
Oktober 1937. Hari ini adalah hari kedua dari rangkaian hari-hari syukur. Dalam
upacara religius yang dilaksanakan dalam misa, aku melihat Tuhan Yesus dalam
keindahan yang luar biasa. Ia berkata kepadaku, “Putri-Ku, Aku tidak membebaskan
engkau dari keharusan untuk bertindak.” Aku menjawab, “Tuhan, tanganku terlalu lemah untuk karya
sebesar itu,” “Memang, Aku tahu; tetapi dengan menggandeng tangan kanan-Ku, engkau
akan menyelesaikan segala sesuatu. Oleh karena itu, setialah selalu kepada
bapak-bapak pengakuanmu. Aku akan memberi mereka terang untuk membimbing
engkau.” “Tuhan, aku sudah ingin
memulai karya itu dalam nama-Mu, tetapi Pastor Sopocko terus memintaku
menundanya.” Yesus menjawab kepadaku, “Aku tahu itu; maka lakukanlah apa yang
dapat engkau lakukan, tetapi engkau tidak boleh mundur.”
(1375) 1
November 1937.
Hari ini,
sesudah Ibadat Sore, dilaksanakan prosesi ke tempat pemakaman. Aku tidak dapat
ikut karena aku bertugas menjaga pintu. Tetapi, tugas ini sama sekali tidak
menghalangi untuk berdoa bagi jiwa-jiwa. Ketika prosesi kembali dari tempat
pemakaman ke kapel, jiwaku merasakan kehadiran banyak jiwa. Aku mengerti bahwa
Allah sungguh adil: setiap orang harus melunasi utangnya sampai sen terakhir.
(1376)
Tuhan memberi aku kesempatan untuk mengamalkan kesabaran lewat seseorang, yang
bertugas bersamaku. Ia adalah orang yang paling lamban dari siapa pun yang
pernah aku lihat. Orang harus mempersenjatai diri dengan kesabaran yang luar
biasa untuk mendengarkan cara bicaranya yang membosankan.
(1377) 5
November. Pagi ini, lima orang penganggur datang ke pintu biara dan memaksa
untuk masuk. Cukup lama, Suster N berbantah dengan mereka. Ketika tidak dapat
mengusir mereka, ia kemudian pergi ke kapel untuk menjumpai Muder, yang
menyuruh aku menemui orang-orang itu. Ketika aku masih cukup jauh dari gerbang,
aku mendengar mereka mengedor-gedor pintu dengan keras. Pertama-tama, aku
ragu-ragu dan takut. Aku tidak tahu apakah aku harus membuka pintu atau, seperti
Suster N, berbicara dengan mereka melalui lubang kecil pada pintu. Tetapi,
tiba-tiba aku mendengar suatu suara di dalam jiwaku yang berkata, “Pergi
dan bukalah pintu, dan berbicaralah kepada mereka dengan manis seperti kalau
engkau berbicara dengan Aku.”
Seketika
itu juga aku membuka pintu dan menghampiri orang yang paling beringas di antara
mereka. Aku mulai berbicara kepada mereka dengan sedemikian ramah dan tenang
sehingga mereka tidak tahu bagaimana harus bersikap. Dan mereka pun mulai
berbicara dengan lembut dan berkata, “Baiklah,
sayang sekali biara tidak mempunyai pekerjaan untuk kami.” Dan, mereka pun
pergi dengan tenang. Aku sungguh-sungguh merasa bahwa Yesus, yang kusambut
dalam komuni kudus persis satu jam sebelumnya, telah bekerja dalam hati mereka
lewat aku. Oh, betapa baiknya bertindak menurut ilham dari Allah!
(1378) Hari
ini, aku merasa kurang sehat, dan aku pergi kepada Muder Superior, dengan
maksud mau minta izin untuk pergi tidur. Tetapi, sebelum aku meminta izin,
Muder Superior, berkata kepadaku, “Suster,
engkau harus berjaga di pintu gerbang sebab aku akan membawa anak-anak
mengurusi kubis karena tidak ada orang lain untuk mengerjakannya.” Aku
berkata, “Baik,” dan aku meninggalkan
kamar Muder. Ketika aku sampai di pintu gerbang, aku merasa kuat luar biasa;
aku dapat berjaga sepanjang hari dan merasa sehat. Aku mengalami kuasa ketaatan
suci.
(1379) 10
November 1937. Muder menunjukkan kepadaku buku kecil dengan Koronka, Litani,
dan Novena Kerahiman Ilahi, dan aku minta kepadanya untuk melihat-lihat buku
itu. Ketika aku melihatnya sepintas, Yesus memberi aku pengertian batin [dan
berkata] kepadaku, “Sudah banyak jiwa yang ditarik kepada kasih-Ku berkat gambar ini.
Lewat karya ini, Kerahiman-Ku bekerja di dalam jiwa-jiwa.” Aku mulai
paham bahwa banyak jiwa telah mengalami rahmat Allah.
(1380) Aku
diberi tahu bahwa Muder Superior akan harus menanggung salib sangat berat yang
disertai penderitaan-penderitaan fisik; tetapi penderitaan itu tidak akan
berlangsung lama.
(1381)
Dalam diriku, muncul pemikiran untuk tidak minum obat sampai satu sendok,
tetapi setiap kali hanya sedikit sebab obat itu mahal. Seketika itu juga aku
mendengar suara, “Putri-Ku, Aku tidak berkenan akan perbuatan seperti itu. Terimalah
dengan penuh syukur segala sesuatu yang Aku berikan kepadamu lewat para
superior, dan dengan cara ini engkau akan lebih menyenangkan Hati-Ku.”
(1382)
Ketika Suster Dominika meninggal sekitar 01.00 tengah malam, ia datang kepadaku
dan memberitahukan kepadaku bahwa ia sudah meninggal. Aku berdoa baginya dengan
khusyuk. Keesokan harinya, para suster memberi tahu aku bahwa ia sudah
meninggal, dan aku menjawab bahwa aku sudah tahu sebab ia telah mengunjungi
aku. Suster yang bertugas di kamar sakit minta kepadaku untuk membantu
mendandani jenazahnya. Kemudian ketika aku sendirian bersama jenazah, Tuhan
memberitahukan kepadaku bahwa ia masih menderita di Purgatorium. Aku
menggandakan doaku baginya. Tetapi, berhubung dengan besarnya semangatku untuk
mendoakan para suster kami yang sudah meninggal, aku menjadi kacau mengenai
perhitungan hari. Mestinya, seturut ketentuan peraturan, aku mempersembahkan
doa selama tiga hari; tetapi karena keliru, aku hanya melaksanakan doa selama
dua hari. Pada hari keempat, suster itu memberitahu aku bahwa aku masih
berutang doa kepadanya, dan itulah yang ia butuhkan. Seketika itu juga aku
menentukan ujud untuk mempersembahkan satu hari penuh baginya, dan bukan hanya
hari itu tetapi lebih banyak lagi, sebagaimana dibisikkan kepadaku oleh kasih
akan sesama.
(1383)
Sesudah menghembuskan napasnya, Suster Dominika tampak begitu cantik. Karena
itu, beberapa suster berkata bahwa mungkin ia hanya dalam keadaan koma. Maka,
salah seorang suster menyarankan kepadaku supaya menaruh sebuah cermin pada
mulutnya untuk melihat kalau-kalau ada embun; embun itu akan menjadi tanda
bahwa ia masih hidup. AKu berkata, “Baik,” dan kami melaksanakan seperti yang
ia katakan. Tetapi, cermin itu tidak berembun meskipun tampak seolah-olah
berembun. Kemudian, Tuhan memberitahu aku betapa Ia tidak berkenan akan hal
itu. Tuhan menasihati aku dengan keras agar aku tidak pernah bertindak melawan
keyakinan-keyakinan batinku. Aku merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan
Tuhan dan minta pengampunan-Nya.
(1384) Aku
melihat seorang imam yang sangat dikasihi oleh Allah, tetapi sangat dibenci
oleh setan karena ia sedang menuntun banyak jiwa kepada kesucian tingkat tinggi
dan seluruh upayanya hanya demi kemuliaan Allah. Tetapi, aku terus memohon
kepada Allah agar kesabarannya terhadap orang-orang yang selalu menentang dia
tidak menjadi kendor sebab di mana setan sendiri tidak mampu menjatuhkan orang,
ia akan menggunakan manusia.
(1385) 19
November. Hari ini, sesudah komuni, Yesus memberitahukan kepadaku betapa besar
keinginan-Nya untuk masuk ke dalam hati manusia. “Aku ingin menyatukan diri-Ku
dengan jiwa-jiwa manusia; kesukaan-Ku yang paling besar adalah menyatukan
diri-Ku dengan jiwa-jiwa. Ketahuilah, Putri-Ku, bahwa ketika Aku masuk ke dalam
hati manusia lewat komuni kudus, Aku membawa serta segala macam rahmat yang
ingin Kuberikan kepada jiwa itu. Tetapi jiwa-jiwa itu bahkan tidak
memperhatikan Aku; mereka meninggalkan Aku dan menyibukkan diri dengan hal-hal
lain. Oh, betapa sedihnya Aku karena jiwa-jiwa itu tidak mengenali Sang
Kekasih! Mereka memperlakukan Aku sebagai benda mati.” Aku menjawab
kepada Yesus, “O Harta hatiku, satu-satunya sasaran kasihku dan seluruh
kesukaan jiwaku, aku ingin menyembah Engkau di dalam hatiku seperti Engkau
disembah pada takhta kemuliaan-Mu yang kekal. Kasihku ingin mempersembahkan doa
penyilihan kepada-Mu, sekurang-kurangnya sebagian, untuk kebekuan begitu banyak
jiwa. Ya Yesus, rengkuhlah hatiku yang adalah tempat kediaman-Mu ini; tak
sesuatu pun dapat masuk ke dalam hatiku. Engkau beristirahatlah sendiri di
dalam hatiku ibarat dalam suatu taman yang indah.
O Yesusku,
selamat tinggal; aku sudah harus pergi untuk melaksanakan tugas-tugasku.
Tetapi, aku akan membuktikan kasihku kepada-Mu dengan pengurbanan, yakni dengan
tidak mengabaikan atau menyia-nyiakan satu kesempatan pun untuk mengamalkan
kasih itu.”
(1386)
Ketika aku meninggalkan kapel, Muder Superior berkata kepadaku, “Suster, hari ini engkau tidak akan
menghadiri kuliah katekese, tetapi akan tetap melaksanakan tugas.” Baiklah,
Yesus; dengan demikian, sepanjang hari, aku memiliki sangat banyak kesempatan
untuk berkurban. Aku tidak kehilangan suatu pun berkat kekuatan roh yang aku
timba dari komuni kudus.
(1387)
Dalam hidup ini, ada waktu-waktu tertentu ketika jiwa berada dalam keadaan yang
sedemikian pelik sehingga ia tidak memahami perkataan manusia. Segala sesuatu
membuat dia letih, dan tidak ada suatu pun yang dapat menenangkannya selain doa
yang bernyala-nyala. Dalam doa yang khusyuk, jiwa menemukan kelegaan.
Sebaliknya, kalau ia mencari penjelasan dari makhluk, semua itu hanya akan
membuat dia semakin gelisah.
(1388)
Dalam satu doa, aku tahu betapa jiwa Pastor Andrasz menyenangkan Hati Allah. Ia
adalah anak Allah yang sejati. Jarang sekali keputraan ilahi terpancar
sedemikian cemerlang dalam suatu jiwa seperti dalam jiwa imam ini, dan hal ini
terjadi karena ia memiliki devosi istimewa kepada Bunda Allah.
(1389) O
Yesusku, meskipun aku memiliki semangat yang menggebu-gebu, aku harus tetap
bersikap tenang; ini kulakukan hanya supaya karya-Mu tidak dikacaukan oleh
ketergesa-gesaanku. O Yesusku, Engkau membuat aku mengenal misteri-misteri-Mu,
dan Engkau menghendaki aku menyalurkannya kepada jiwa-jiwa lain. Tidak lama
lagi akan ada kemungkinan bagiku untuk bertindak. Ketika tampaknya sama sekali
hancur, misiku justru akan dimulai, tanpa suatu pun yang dapat menghalangi.
Demikianlah kehendak Allah mengenai hal ini, dan ini tidak akan berubah;
meskipun banyak orang akan menentangnya, tidak suatu pun akan mengubah kehendak
Allah.
(1390) Aku
melihat Pastor Sopocko; pikirannya sangat sibuk. Ia sedang mengerjakan urusan
Allah untuk membeberkan keinginan-keinginan Allah kepada para pejabat Gereja.
Berkat usahanya, suatu terang baru akan memancar dalam Gereja Allah untuk
memberikan penghiburan jiwa-jiwa. Untuk saat ini, jiwanya memang penuh dengan
kepahitan, seolah-olah itulah ganjaran untuk usaha-usahanya dalam urusan Tuhan;
tetapi yang sesungguhnya akan terjadi tidaklah demikian. Aku melihat
sukacitanya yang tidak akan disurutkan oleh apa pun. Sudah di dunia ini Allah
akan memberikan kepadanya sebagian dari sukacita ini. Selama ini belum pernah
aku menjumpai kesetiaan kepada Allah seperti yang ditonjolkan oleh jiwa ini.
(1391) Hari
ini, ketika sedang makan malam di ruang makan, aku merasakan tatapan mata Allah
di dalam lubuk hatiku. Kehadiran Allah yang sedemikian nyata memenuhi jiwaku
sehingga sejenak, aku tidak tahu di mana aku berada. Kehadiran Allah yang
membahagiakan ini terus memenuhi jiwaku dan, kadang-kadang, aku tidak dapat
menangkap apa yang sedang dikatakan oleh para suster kepadaku.
(1392)
Segala kebaikan yang ada dalam diriku terjadi berkat komuni kudus. Dari komuni
kudus, aku mendapatkan segala sesuatu. Aku merasakan bahwa api kudus ini telah
mengubah aku sama sekali. Oh, betapa bahagianya aku menjadi suatu tempat
kediaman bagi-Mu, o Tuhan! Hatiku adalah bait tempat Engkau tinggal
terus-menerus ....
Y.M.Y.
(1393)
Yesus, kesukaan jiwaku, Roti para malaikat, seluruh diriku terbenam di dalam
Engkau; aku menghayati hidup ilahi-Mu sama seperti para pilihan di surga, dan
kesejatian hidup ini tidak akan berhenti meskipun aku dibaringkan di dalam
kubur.
Yesus, Sang
Ekaristi, Allah yang tak dapat mati, yang tanpa henti tinggal di dalam hatiku;
apabila aku memiliki Engkau, kematian pun tidak dapat merugikan aku. Kasih
menuturkan kepadaku bahwa aku akan melihat Engkau pada akhir kehidupan.
Diresapi
oleh kehidupan ilahi-Mu, aku menatap mantap ke surga yang dibuka bagiku;
kematian akan pergi dengan wajah tersipu-sipu, dengan tangan hampa, karena
kehidupan ilahi-Mu memenuhi jiwaku.
Memang,
atas kehendak kudus-Mu, o Tuhan, kematian harus menyentuh jasadku; aku ingin
kematian ini datang secepat mungkin, karena lewat dia, aku akan memasuki
kehidupan abadi.
Yesus, Sang
Ekaristi, Kehidupan jiwaku, Engkau telah mengangkat aku ke alam abadi; ini
terjadi berkat sakratulmaut dan kematian-Mu di tengah siksaan yang keji.
(1394)
Rekoleksi bulanan selama satu hari.
Dalam
rekoleksi ini, Tuhan telah memberi aku terang untuk mengetahui kehendak-Nya
dengan lebih jelas dan untuk menyerahkan diriku seutuhnya kepada kehendak kudus
Allah. Terang ini telah menguatkan aku dalam damai yang sangat teduh, yang
membuat aku memahami bahwa aku tidak perlu takut terhadap suatu pun selain
dosa. Apa pun juga yang diberikan Allah kepadaku, akan kuterima dengan
penyerahan diri mutlak kepada kehendak kudus-Nya; aku pun akan memenuhi
keinginan-keinginan-Nya, sejauh kekuatanku memungkinkan untuk berbuat demikian,
juga kalau kehendak Allah itu akan menjadi sangat berat dan sulit bagiku
seperti halnya kehendak Bapa surgawi bagi Putra-Nya ketika Ia berdoa di Taman
Getsemani. Kini aku memahami bahwa kalau kehendak Bapa surgawi dipenuhi dalam
diri Putra kesayangan-Nya dengan cara seperti itu, kehendak-Nya akan dipenuhi
dalam diri kita dengan cara yang persis sama: dengan menderita, dianiaya,
disiksa, dicela. Lewat semua inilah jiwaku menjadi seperti Yesus. Dan semakin
besar penderitaan, semakin jelas bahwa aku sedang menjadi seperti Yesus. Inilah
jalan yang paling pasti. Seandainya sejumlah jalan lain lebih baik, Yesus pasti
sudah menunjukkannya kepadaku. Penderitaan-penderitaan sama sekali tidak
mengusik kedamaian hatiku. DI lain pihak meskipun aku menikmati damai yang
sangat teduh, damai itu tidak meringankan penderitaan yang aku alami. Meskipun
wajahku sering tertunduk ke bawah dan air mataku mengalir deras, pada saat yang
sama jiwaku dipenuhi dengan damai dan kebahagiaan yang mendalam ....
(1395) Aku
ingin menyembunyikan diri di dalam Hati-Mu yang Mahakudus laksana setetes embun
di dalam mahkota bunga. Tempatkanlah aku dalam mahkota itu terhadap kebekuan
dunia ini. Tidak seorang pun dapat memahami kebahagiaan yang dinikmati hatiku
dalam kesendiriannya, dalam kesendirian bersama Allah.
(1396) Hari
ini, aku mendengar suara di dalam jiwaku, “Oh, seandainya para pendosa mengenal
kerahiman-Ku, pastilah mereka tidak akan binasa dalam jumlah yang begitu
banyak. Katakanlah kepada jiwa-jiwa yang berdosa supaya jangan takut
menghampiri Aku; katakan kepada mereka bahwa kerahiman-Ku sangat besar.”
(1397)
Tuhan berkata kepadaku, “Hilangnya setiap jiwa menenggelamkan Aku ke
dalam kesedihan yang menyayat hati. Engkau selalu menghibur Aku setiap kali
engkau mendoakan orang-orang berdosa. Doa yang paling menyenangkan hati-Ku
adalah doa untuk bertobatnya orang-orang berdosa. Ketahuilah, Putri-Ku, bahwa
doa semacam ini selalu didengarkan dan dijawab.”
(1398)
Adven sudah dekat. Aku ingin mempersiapkan hatiku untuk menyambut kedatangan
Tuhan Yesus dengan silentium dan keheningan roh, sambil menyatukan diriku dengan
Bunda yang Tersuci dan dengan setia mengikuti keutamaan keheningan yang ia
miliki; berkat keutamaan ini, ia diperkenan di mata Allah sendiri. AKu percaya
bahwa di sampingnya, aku akan bertahan dalam keputusan ini.
(1399)
Ketika aku memasuki kapel untuk berdoa sejenak pada petang hari, aku merasakan
tusukan duri yang menyakitkan pada kepalaku. Ini berlangsung dalam waktu yang
singkat, tetapi tusukannya sedemikian sakit sehingga seketika itu juga kepalaku
tertunduk di bangku komuni. Terasa olehku bahwa duri itu telah menusuk sampai
ke otakku. Tetapi, semua ini bukan apa-apa; ini semua demi keselamatan
jiwa-jiwa, untuk memperoleh kerahiman Allah bagi mereka.
(1400)
Aku hidup dari jam yang satu ke jam berikutnya, dan aku tidak dapat berbuat
lain. AKu ingin menggunakan saat sekarang dengan sebaik mungkin, sambil dengan
setia memenuhi segala sesuatu yang diberikan Sang Waktu kepadaku. Dalam segala
hal, aku menggantungkan diri pada Allah dengan pengharapan yang tak
tergoyahkan.
No comments:
Post a Comment