(1251) 22 Agustus. Pagi ini Santa
Barbara, Perawan, mengunjungi aku dan menganjurkan agar aku mempersembahkan
komuni kudus selama sembilan hari untuk negaraku. “Dengan itu, engkau akan
meredakan murka Allah.” Perawan ini tampak mengenakan mahkota yang terbuat dari
bintang-bintang dan memegang sebilah pedang di tangannya. Kemilau mahkota itu
sama dengan kemilau pedangnya. Dengan pakaiannya yang putih dan rambutnya yang
tergerai indah, ia tampak sedemikian cantik sehingga andaikata aku belum
mengenal Perawan Maria, pasti aku sudah menyangkanya Maria. Kini, aku tahu
bahwa setiap perawan memiliki kecantikan istimewa; setiap orang dari mereka
memancarkan suatu kecantikan yang unggul.
(1252) 25 Agustus 1937. Hari ini,
Pastor Dr.Sopocko tiba dan akan tinggal bersama kami sampai tanggal 30 Agustus.
Aku sangat bergembira. Hanya Allah yang tahu betapa besarnya keinginanku untuk
bertemu dengan dia demi karya Allah yang dilaksanakan lewat dia. Meskipun
demikian, kunjungan ini memiliki juga segi-segi yang tidak menyenangkan.
(1253) Sementara kami merayakan
misa, pada waktu pengangkatan Hosti dalam Doa Syukur Agung, aku melihat Tuhan
Yesus yang tersalib. Ia mengulurkan tangan kanan-Nya dari salib, dan terang
yang memancar dari luka-Nya menyentuh tangan Pastor Sopocko. Ini terjadi dalam
tiga misa, dan aku tahu bahwa Allah akan memberi imam ini kekuatan untuk
melaksanakan karya itu meskipun menghadapi banyak kesulitan dan tantangan. Jiwa
yang menyenangkan Allah selalu disalibkan dengan aneka penderitaan, tetapi aku
sama sekali tidak heran karena inilah cara Allah memperlakukan orang-orang yang
sangat Ia kasihi.
(1254) Hari
ini, tanggal 29 Agustus, aku mendapat izin untuk melakukan percakapan yang
lebih panjang dengan Pastor Sopocko di kamar tamu. Aku diberi tahu bahwa
meskipun ada banyak kesulitan, karya itu semakin maju, dan bahwa Pesta
Kerahiman Ilahi sudah sangat berkembang. Tidak lama lagi perayaan pesta itu
akan menjadi kenyataan, tetapi doa masih diperlukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
tertentu.
(1255) “Mengenai engkau sendiri, Suster, baiklah
engkau tetap berserah kepada kehendak Allah, dan lebih seimbang. Berusahalah
sebaik-baiknya untuk menjaga ketenangan. Kini, dalam kaitan dengan semua
masalah ini, engkau harus menggantungkan diri secara sungguh-sungguh pada
Pastor Andrasz; saya sangat setuju dengan dia. Jangan melakukan suatu pun atas
prakarsamu sendiri, Suster, tetapi dalam semua hal berkonsultasilah dengan
pembimbing rohanimu. Aku minta kepadamu untuk berkepala dingin dan bersikap
setenang mungkin. Satu hal lagi, saya telah mencetak Koronka di balik gambar
Kerahiman Ilahi, dan juga seruan-seruan yang mirip litani; kedua teks ini
dicetak di sampul belakang. Sebuah gambar Kerahiman Ilahi yang lebih besar juga
sudah dicetak dan bersama itu dicetak juga beberapa lembaran yang berisi Novena
Kerahiman Ilahi. Berdoalah, Suster, agar semua itu mendapat pengesahan.”
(1256) 30
Agustus. Pagi ini, Pastor Dr.Sopocko meninggalkan biara. Ketika aku membenamkan
diri dalam doa syukur karena rahmat besar yang telah aku terima dari Allah,
yakni bahwa dapat bertemu dengan Pastor Sopocko, aku bersatu secara istimewa
dengan Tuhan yang berkata kepadaku, “Ia adalah imam yang sesuai dengan Hati-Ku;
usaha-usahanya menyenangkan Aku. Engkau tahu, Putri-Ku, bahwa kehendak-Ku harus
dilaksanakan, dan bahwa yang telah Kujanjikan kepadamu akan Kulaksanakan. Lewat
dia, Aku menyebarkan penghiburan kepada jiwa-jiwa yang menderita dan terbebani.
Karena dia, Aku merasa senang bahwa devosi kepada kerahiman-Ku dimaklumkan. Dan
lewat karya kerahiman ini lebih banyak jiwa akan menghampiri Aku daripada lewat
cara lain, yaitu lewat absolusi yang ia berikan siang dan malam sepanjang sisa
hidupnya sebab dengan berbuat demikian, ia dapat bekerja hanya selama hayat di
kadung badan; sedangkan berkat karya kerahiman, ia dapat bekerja sampai akhir
dunia.”
(1257) Aku
telah melakukan suatu novena untuk ujud agar aku dapat berjumpa dengan dia;
tetapi belum juga aku menyelesaikannya, Allah sudah memberikan rahmat ini kepadaku.
(1258) O
Yesusku, betapa aku kurang memanfaatkan rahmat ini; tetapi rahmat ini tidak
bergantung padaku meskipun dari sudut pandang lain, sungguh sangat tergantung
padaku.
(1259)
Dalam percakapan ini, aku mengetahui betapa jiwanya sangat menderita. Jiwa ini
tersalib mirip dengan Sang Juru Selamat. Ketika, dengan alasan yang masuk akal,
ia berharap untuk mendapatkan penghiburan, ia malah mendapatkan salib. Ia hidup
di tengah banyak teman tetapi tak seorang pun yang ia miliki selain Yesus.
Beginilah cara Allah memperlakukan jiwa yang sangat Ia kasihi.
(1260) Hari
ini, aku mendengar kata-kata ini, “Putri-Ku, hendaknya engkau selalu bersikap
seperti anak kecil terhadap orang-orang yang menjadi wakil-Ku; kalau tidak,
engkau tidak akan memetik manfaat dari rahmat-rahmat yang Kulimpahkan kepadamu
lewat mereka.”
(1261) 1
September 1937. Aku melihat Tuhan Yesus seperti seorang raja dalam keagungan
besar; I memandang bumi dengan murka. Tetapi, karena permohonan Bunda-Nya, Ia
memperpanjang saat kerahiman-Nya.
(1262) 3
September. Jumat pertama dalam bulan. Dalam misa kudus, aku bersatu dengan
Allah. Yesus menunjukkan bahwa tanpa kehendak Allah, hal yang paling kecil pun
tidak akan terjadi di bumi. Sesudah melihat ini, jiwaku masuk ke dalam
ketenangan yang ajaib; aku merasa sungguh-sungguh damai karena karya itu akan
terlaksana sepenuhnya. Allah dapat memperlakukan aku sesuai dengan
kehendak-Nya, dan aku akan memuji Dia karena segala sesuatu.
(1263)
Sampai sekarang, aku terus bertanya-tanya, dengan sedikit cemas, ke mana
ilham-ilham ini akan membawaku. Ketakutanku bertambah ketika Tuhan
memberitahukan kepadaku bahwa aku harus meninggalkan Kongregasi ini. Inilah
tahun ketiga sejak ilham-ilham itu disampaikan kepadaku; kini, jiwaku merasakan
gairah serta desakan untuk bertindak - dan kemudian aku memiliki keberanian
serta kekuatan yang berkobar-kobar; - tetapi, ketika saat yang menentukan untuk
melaksanakan karya itu mendekat, aku merasa ditinggalkan oleh Allah, dan karena
ini suatu ketakutan yang luar biasa menyelimuti jiwaku, dan aku melihat bahwa
ini bukan saat yang dimaksudkan oleh Allah untuk mulai bekerja. Inilah
penderitaan-penderitaan yang tidak aku ketahui bagaimana menuliskannya. Allah
sendiri tahu apa yang aku alami, siang dan malam. AKu merasakan bahwa siksaan-siksaan
para martir yang paling kejam pun akan lebih ringan bagiku daripada apa yang
sedang aku alami meskipun tanpa menumpahkan setetes darah pun. Tetapi, semua
ini demi keselamatan jiwa-jiwa, demi keselamatan jiwa-jiwa, ya Tuhan ....
(1264)
Penyerahan total kepada kehendak Allah merupakan kasih dan kerahiman sendiri
bagiku.
Doa
Penyerahan Diri:
Yesus-Hosti,
saat ini aku menyambut-Mu di dalam hatiku. Lewat kesatuan dengan-Mu ini, aku
mempersembahkan diri kepada Bapa surgawi sebagai hosti kurban, sambil menyerahkan
diriku sepenuhnya dan seutuhnya kepada kehendak Allahku yang maharahim dan
kudus. Mulai hari ini, ya Tuhan, makananku adalah kehendak-Mu. Ambillah diriku
sepenuhnya; perlakukan aku seturut kehendak-Mu. Apa pun yang Kauberikan padaku
lewat tangan kebapaan-Mu, akan kuterima dengan semangat penyerahan diri, damai
dan sukacita. Aku tidak takut akan suatu pun, tidak peduli ke arah mana Engkau
menuntun aku; dengan pertolongan rahmat-Mu, aku akan melaksanakan segala
sesuatu yang Engkau minta dariku. Aku tidak lagi takut akan ilahm-ilham-Mu. Aku
pun tidak akan bertanya-tanya dengan cemas untuk mengetahui ke mana ilham-ilham
itu akan menuntun aku. Bimbinglah aku, o Allah, meniti jalan manapun yang
Engkau sukai; Aku telah menaruh segenap pengharapanku pada kehendak-Mu yang
bagiku merupakan kasih dan kerahiman sendiri.
Apabila
Engkau minta aku tetap tinggal di biara ini, aku akan tinggal; apabila Engkau
minta aku mulai berkarya, aku akan melakukannya; apabila Engkau akan membiarkan
aku dalam ketidakpastian sehubungan dengan karya ini sampai aku meninggal,
terpujilah Engkau; apabila Engkau menetapkan aku harus mati di saat, menurut
perkiraan manusia, hidupku tampak sangat diperlukan, terpujilah Engkau; kalau
Engkau mau memanggil aku di masa mudaku, terpujilah Engkau; kalau Engkau
membiarkan aku hidup sampai usia tua yang matang, terpujilah Engkau; apabila
Engkau; apabila Engkau mengikat aku di tempat tidur penderitaan biarpun seumur
hidupku, terpujilah Engkau; apabila Engkau memberi aku hanya kegagalan dan
kekecewaan selama hidupku, terpujilah Engkau. Kalau Engkau membiarkan
intensi-intensiku yang paling murni dikutuk, terpujilah Engkau. Kalau Engkau
menerangi budiku, terpujilah Engkau. Kalau Engkau membiarkan aku di dalam
kegelapan dan segala macam siksaan, terpujilah Engkau.
Sejak saat
ini, aku hidup dalam damai yang mendalam sebab Tuhan sendiri menggendong aku
dengan tangan-Nya. Ia, Tuhan kerahiman yang tiada tara, tahu bahwa aku hanya
merindukan Dia di dalam segala sesuatu, selalu dan di mana-mana.
(1265) Doa.
O Yesus yang terentang di salib, aku mohon kepada-Mu, berilah aku rahmat supaya
dengan setia aku melakukan kehendak Bapa-Mu yang amat kudus, dalam segala hal,
selalu dan di mana-mana. Kalau kehendak Allah ini kurasakan sangat berat dan
sulit untuk dipenuhi, aku mohon kepada-Mu, ya Yesus, semoga dari luka-luka-Mu
mengalirlah tenaga dan kekuatan kepadaku, dan semoga bibirku terus-menerus
mengulangi, “Jadilah kehendak-Mu, o
Tuhan.” O Juru Selamat dunia, Pencinta keselamatan manusia, dalam siksaan dan
penderitaan-Mu yang mengerikan, Engkau melupakan diri-Mu sendiri untuk hanya
memikirkan keselamatan jiwa-jiwa. O Yesus yang maharahim, berikanlah kepadaku
rahmat untuk bisa melupakan diriku sendiri sehingga aku dapat hidup sepenuhnya
bagi jiwa-jiwa. Dengan demikian, aku membantu Engkau dalam karya keselamatan,
selaras dengan kehendak Bapa-Mu yang terkudus.
(1266) 5
Agustus/September 1937. Tuhan mengizinkan aku mengerti betapa Muder Superior
kami yang terkasih sungguh-sungguh membela aku melawan .... baik dengan doa
maupun dengan tindakan. Terima kasih kepada-Mu, ya Yesus, atas rahmat ini. Hal
ini tidak pernah akan kulupakan; apabila aku bersama dengan Yesus, aku tidak
akan melupakan dia.
(1267) 6
September 1937. Hari ini, aku mulai suatu tugas baru. Aku dipindahkan dari
kebun ke padang gurun, yakni ke pintu gerbang. Aku pergi untuk berbicara dengan
Tuhan sejenak. Aku minta kepada-Nya suatu berkat dan rahmat untuk setia
melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepadaku. Aku mendengar suara ini, “Putri-Ku,
Aku selalu menyertai engkau. Aku telah memberi engkau kesempatan untuk
melaksanakan perbuatan-perbuatan kerahiman yang akan engkau laksanakan selaras
dengan ketaatan. Engkau akan sangat menyenangkan Aku kalau, setiap petang,
engkau akan berbicara kepada-Ku khususnya mengenai tugas ini.” Aku
merasakan Yesus telah memberi suatu rahmat yang baru dalam kaitan dengan
tugasku yang baru ini; dan karena tugas ini, aku telah mengurung diriku
rapat-rapat di dalam Hati-Nya.
(1268) Hari
ini, aku merasa lebih sakit tetapi pada hari ini Yesus telah memberi aku lebih
banyak kesempatan untuk mengamalkan keutamaan. Kebetulan, hari ini aku lebih
sibuk daripada biasanya. Suster yang ditugaskan di dapur dengan amat jelas
memperlihatkan kepadaku betapa ia merasa kesal karena aku datang terlambat
untuk makan meskipun sangat mustahil bagiku untuk datang lebih cepat. Bagaimana
pun aku merasa sangat tidak nyaman sehingga aku minta kepada Muder Superior
untuk mengizinkan aku berbaring. Aku pergi kepada Suster N untuk menggantikan
tempatku, dan sekali lagi aku mendapat cemoohan, “Apa maksudmu, Suster, engkau sedemikian keletihan sehingga engkau
harus pergi tidur lagi? Sungguh memalukan berbaring di tempat tidur.” Aku
menerima seluruh omelan itu, tetapi masalahnya belum selesai. Aku masih harus
minta kepada suster yang bertugas melayani orang sakit supaya membawakan makan
malamku ke kamarku. Ketika aku mengatakan hal ini kepadanya, ia buru-buru
keluar dari kaepl. Ia mengejar aku untuk memberiku teguran, “Mengapa engkau mau tidur, Suster, dan
seterusnya...” Maka aku minta kepadanya untuk tidak embawakan apa-apa
kepadaku. Aku menulis semua ini dengan sangat singkat sebab memang bukan
maksudku untuk menulis hal-hal seperti itu; aku menulisnya hanya untuk memberikan
nasihat kepada jiwa-jiwa agar tidak memperlakukan orang-orang lain seperti ini
karena hal seperti ini tidak menyenangkan Tuhan. Dalam suatu jiwa yang
menderita, kita hendaknya melihat Yesus Yang Tersalib, dan bukan seorang
pemalas atau beban bagi komunitas. Jiwa yang menderita dengan penyerahan diri
kepada kehendak Allah menurunkan lebih banyak berkat bagi biara di mana tidak
ada suster yang sakit. Sering kali Allah memberikan banyak rahmat yang besar
karena jiwa-jiwa yang menderita dan menjauhkan banyak hukuman justru karena
jiwa-jiwa yang menderita.
(1269) O
Yesusku, kapan kami memandang jiwa-jiwa dengan motif yang lebih luhur? Kapan
penilaian-penilaian kami benar? Engkau memberi kami kesempatan untuk
mempraktikkan perbuatan-perbuatan kerahiman, tetapi kami melatih kepandaian
dalam penghakiman. Untuk mengetahui apakah cinta Allah berkembang dalam suatu
biara, orang harus bertanya bagaimana mereka memperlakukan orang sakit, orang
cacat, dan orang-orang lemah yang ada di sana.
(1270) 10
September 1937. Di tengah meditasi, aku mengetahui bahwa semakin murni suatu
jiwa, akan semakin erat persekutuannya dengan Allah dalam tingkat rohani. Ia
menaruh sedikit perhatian pada indra dan hambatan-hambatan yang dilancarkannya.
Allah adalah Roh, dan karena itu aku mencintai-Nya dalam roh dan kebenaran.
(1271)
Ketika itu aku mendengar betapa berbahayanya berada di pintu gerbang pada
hari-hari ini sebab sedang terjadi kerusuhan revolusioner dan amat banyak orang
jahat membenci biara-biara. Maka, aku masuk dan berbicara dengan Tuhan; aku
minta kepada-Nya untuk mengatur segala sesuatu sedemikian rupa sehingga tidak
ada orang jahat yang berani mendekati pintu gerbang biara. Kemudian aku
mendengar kata-kata ini, “Putri-Ku, saat engkau bertugas di pintu
gerbang, Aku menempatkan Kerubim di atasnya untuk menjaganya. Tenangkanlah
hatimu.” Sesudah kembali dari percakapanku dengan Tuhan, aku melihat
suatu awan putih kecil dan, di dalamnya, Kerubim dengan tangan terkatup.
Tatapan matanya seperti halilintar, dan aku memahami bagaimana api kasih Allah
terpancar dalam tatapan mata itu...
(1272) 14
September 1937. Pesta Salib Suci. Hari ini, aku melihat betapa hebatnya
tantangan yang dialami imam ini (Sopocko) dalam kaitan dengan seluruh
permasalahan ini. Bahkan jiwa-jiwa yang saleh yang begitu bersemangat untuk
memuliakan Allah sedang menentang dia. Tetapi imam ini tidak berkecil hati
karena semua itu sebab ia beroleh rahmat istimewa dari Allah.
(1273)
Yesus [berkata], “Putri-Ku, apakah engkau mengira bahwa yang engkau tulis mengenai
kerahiman-Ku itu sudah cukup? Apa yang sudah engkau tulis itu hanyalah satu
tetes air dibandingkan dengan samudra. Aku adalah Sang Kasih dan Sang Kerahiman
sendiri. Tidak ada kepapaan yang dapat
bertanding dengan kerahiman-Ku, juga tidak ada kepapaan yang akan menyerap
habis kerahiman-Ku sebab setiap kali diberikan, [kerahiman-Ku] makin meningkat.
Jiwa yang mengandalkan Kerahiman-Ku adalah jiwa yang paling beruntung sebab Aku
sendiri akan menjaganya.”
(1274) Aku
mengalami siksaan-siksaan yang sangat pedih ketika aku melihat Allah
dilecehkan. Hari ini, aku menyaksikan dosa-dosa berat sedang dilakukan tidak
jauh dari pintu biara kami. Waktu itu petang hari. Aku sedang khusyuk berdoa di
kapel, dan sesudah itu aku pergi untuk mendera diri. Tetapi, ketika aku
berlutut untuk berdoa, Tuhan memperlihatkan betapa suatu jiwa yang ditolak oleh
Allah itu sangat menderita. Aku merasa hatiku dicabik-cabik berkeping-keping,
dan pada saat yang sama aku menyaksikan betapa banyaknya luka yang ditimbulkan
oleh jiwa seperti itu pada Hati Yesus yang maharahim. Makhluk yang celaka itu
tidak mau menerima kerahiman Allah. Semakin banyak Allah melimpahkan
kerahiman-Nya kepada suatu jiwa, semakin besar tuntutan keadilan-Nya terhadap
jiwa itu.
(1275) “Juru
tulis-Ku, tulislah bahwa Aku lebih murah hati terhadap orang-orang berdosa
daripada terhadap orang-orang benar. Demi keselamatan merekalah Aku turun dari
surga; demi keselamatan merekalah Darah-Ku ditumpahkan. Semoga mereka tidak
takut menghampiri Aku; merekalah yang paling membutuhkan kerahiman-Ku.”
(1276) 16
September 1937. Hari ini, aku sangat ingin melakukan Jam Kudus di dahapan
Sakramen Mahakudus, tetapi Allah menghendaki lain. Pada pukul delapan, aku
dicekam dengan rasa sakit yang sedemikian nyeri sehingga aku harus serta merta
pergi tidur. Selama tiga jam aku dicekam rasa sakit; yakni sampai pukul sebelas
malam. Tidak ada obat yang dapat meredakan sakitku, dan apa pun yang aku telan
aku muntahkan. Kadang-kadang rasa sakit itu begitu hebat sampai aku tak
sadarkan diri. Yesus menyadarkan aku bahwa dengan cara ini aku ambil bagian
dalam sakratulmaut-Nya di Taman Getsemani, dan bahwa Ia sendiri mengizinkan
penderitaan-penderitaan ini untuk mempersembahkan doa penyilihan kepada Allah
untuk dosa ibu-ibu jahat yang membunuh bayi-bayi mereka sewaktu masih berada di
dalam kandungan. Sampai sekarang, sudah tiga kali aku mengalami penderitaan
seperti ini. Penderitaan-penderitaan itu selalu mulai pada pukul delapan petang
dan berlangsung sampai pukul sebelas. Tidak ada obat yang dapat meringankan
penderitaan-penderitaan ini. Kalau pukul sebelas tiba, penderitaan-penderitaan
itu berhenti dengan sendirinya, dan pada saat itu aku pun tertidur. Keesokan
harinya, aku merasa sangat lemah.
Penderitaan ini menimpa aku untuk
pertama kalinya ketika aku berada di sanatorium. Para dokter tidak dapat
menemukan sebab-sebab penyakit itu, dan tidak ada suntikan atau obat yang
membantu aku sama sekali; aku sendiri tidak mengerti penderitaan macam apa itu.
Aku memberitahukan kepada dokter bahwa belum pernah dalam hidupku aku mengalami
penderitaan-penderitaan semacam ini, dan dokter pun menyatakan bahwa ia tidak
tahu penyakit macam apa yang aku derita. Tetapi kini, aku memahami hakikat rasa
sakit ini sebab Tuhan sendiri telah memberitahukannya kepadaku ... Tetapi
apabila aku berpikir bahwa barangkali aku akan mengalami penderitaan seperti
ini lagi, aku merasa sangat ketakutan. Tetapi, aku tidak tahu apakah aku akan
pernah mengalami penderitaan seperti ini lagi; aku serahkan hal ini kepada
Allah. Apa yang akan diberikan oleh Allah akan kuterima dengan penyerahan diri
dan penuh kasih. Kalau saja lewat penderitaan-penderitaan ini aku dapat
menyelamatkan hanya satu jiwa dari pembunuhan, terpujilah Tuhan!
(1277) Pada
hari sesudah mengalami penderitaan-penderitaan seperti itu, aku dapat merasakan
keadaan jiwa-jiwa dan sikap mereka terhadap Allah; aku diresapi dengan
pengetahuan yang sejati.
(1278) Aku
menyambut komuni kudus dengan cara para malaikat, katakan begitu. Jiwaku
dipenuhi dengan terang Allah dan menyerap makanan dari Dia. Perasaan-perasaanku
seperti mati. Aku mengalami kesatuan yang murni rohani dengan Allah; ini adalah
keunggulan mutlak jiwa atas raga.
(1279)
Tuhan memberi aku pengetahuan tentang rahmat yang terus-menerus Ia limpahkan
kepadaku. Terang ini menembus diriku makin lama makin dalam, dan aku menjadi
tahu akan perkenan Allah yang tak terselami terhadap aku. Aku tinggal dalam
kamarku untuk melambungkan doa syukur yang panjang, sambil menundukkan wajahku
ke lantai dan mencucurkan air mata syukur. Aku tidak dapat bangkit, terang
Allah memberi aku pengetahuan baru mengenai rahmat-Nya. Baru sesudah percobaan
yang ketiga, aku dapat berdiri. Sebagai anak Bapa surgawi, aku merasakan bahwa
segala sesuatu yang dimiliki Bapa surgawi juga milikku. Ia sendiri mengangkat
aku dari tanah hingga kepada Hati-Nya. Aku merasakan bahwa apa saja yang ada,
itu adalah milikku semata-mata. Tetapi, aku tidak menginginkannya sama sekali
sebab Allah sendiri sudah cukup bagiku.
(1280) Hari
ini, aku tahu betapa Tuhan enggan datang kepada jiwa tertentu dalam komuni
kudus. Ia menghampiri hati itu seperti menghampiri penjara yang gelap, untuk
menjalani siksaan dan penindasan. Maka, aku terus memohon ampun-Nya dan
mempersembahkan doa penyilihan untuk pelanggaran yang dilakukan jiwa itu.
(1281)
Tuhan memberitahukan kepadaku bahwa aku akan bertemu dengan saudaraku
(Stanislaw), tetapi aku tidak dapat
mengetahui bagaimana ini akan terjadi atau mengapa ia harus mengunjungi aku.
Aku tahu bahwa Allah telah memberi dia rahmat panggilan religius, tetapi aku
tidak tahu mengapa ia harus datang mengunjungi aku? Tetapi, aku mengesampingkan
perenungan-perenungan ini. Aku percaya bahwa ia akan datang, itu sudah cukup
bagiku. Aku memusatkan pikiranku pada Allah, sambil mengesampingkan setiap
kecemasan mengenai ciptaan-ciptaan dan memercayakan segala sesuatu kepada
Tuhan.
(1282) Jika
ada orang miskin yang datang ke biara untuk kedua kalinya, aku memperlakukan
mereka dengan ramah, dan aku tidak membiarkan mereka mengetahui bahwa aku tahu
bahwa mereka sudah pernah ke sini sebelumnya; [aku berbuat begitu] untuk tidak
membuat mereka merasa canggung. Dan kemudian mereka berbicara kepadaku dengan
leluasa mengenai kesulitan dan kebutuhan-kebutuhan mereka.
Suster N mengatakan kepadaku bahwa
bukan begitulah caranya memperlakukan para pengemis, dan ia membanting pintu di
hadapan mereka. Meskipun demikian, sesudah suster itu pergi, aku memperlakukan
mereka seperti Sang Guru memperlakukan mereka. Kadang-kadang, dengan tidak
memberikan apa-apa, kita memberi lebih banyak daripada kalau kita memberikan
banyak tetapi dengan cara yang kasar.
(1283)
Sering Tuhan memberi aku pengetahuan batin mengenai orang-orang yang aku jumpai
di pintu biara. Pernah, suatu jiwa yang malang bercerita sedikit tentang
dirinya kepadaku. Dengan memanfaatkan kesempatan yang ada, dengan cara yang
ramah aku membuat dia memahami kepapaan jiwanya. Dan ia pun pergi dalam keadaan
yang lebih baik.
(1284) 17
September 1937. O Yesus, aku menyaksikan begitu, banyak keindahan tersebar di
sekelilingku, keindahan yang terus-menerus aku syukuri. Tetapi aku melihat
sejumlah jiwa yang tampak seperti batu, selalu dingin dan acuh tak acuh. Bahkan
mukjizat pun hampir tidak dapat menggerakkan mereka. Mata mereka selalu
terpancang pada kaki mereka sendiri dan dengan demikian mereka tidak melihat
apa-apa selain diri meeka sendiri.
(1285)
Engkau telah mengelilingi hidupku dengan perhatian-Mu yang mesra dan penuh
kasih, melebihi semua yang dapat aku pahami sebab aku baru akan mengalami
kebaikan-Mu sepenuhnya sesudah selubung itu disingkirkan. Aku ingin agar
seluruh hidupku melulu menjadi ucapan syukur kepada-Mu, o Allah.
(1286)
Syukur kepada-Mu, o Allah, atas segala rahmat yang tak henti-hentinya
Kaulimpahkan kepadaku, rahmat yang menerangi aku dengan kemilau sang surya, karena
dengan rahmat itu, Kautunjukkan kepadaku jalan yang aman.
Syukur
kepada-Mu, o Allah, karena telah menciptakan aku, karena telah memanggil aku
dari tidak ada menjadi ada, karena telah mencetak ke-Allahan-Mu pada jiwaku,
suatu karya cinta yang sungguh maharahim.
Syukur
kepada-Mu, o Allah, atas Baptis kudus yang memasukkan aku ke dalam keluarga
ilahi-Mu, suatu karunia agung yang besar dan tak terpahami yang telah mengubah
jiwaku.
Syukur
kepada-Mu, o Tuhan, atas Pengakuan kudus, sumber kerahiman agung yang tak
kunjung kering, mata air rahmat yang tak terselami; di dalamnya jiwa-jiwa yang
ternoda dosa menjadi murni.
Syukur
kepada-Mu, o Yesus, atas Komuni kudus di mana Engkau memberikan diri-Mu sendiri
kepada kami. Aku merasakan denyut jantung-Mu di dalam dadaku sebab kehidupan
ilahi-Mu Kaukembangkan sendiri di dalam diriku.
Syukur
kepada-Mu, o Roh Kudus, atas Sakramen Krisma, yang mengangkat kami menjadi
ksatria, dan memberikan kekuatan kepada jiwa setiap saat, sembari melindungi
dari yang jahat.
Syukur kepada-Mu,
o Allah, atas rahmat panggilan, sebab dengan dipanggil untuk melayani hanya
Engkau, aku dapat menjadikan Engkau satu-satunya kekasihku, suatu penghormatan
yang tiada tara bagi jiwaku.
Syukur
kepada-Mu, o Tuhan, atas kaul-kaul kekal, atas kesatuan cinta yang begitu
murni, atas perkenan-Mu menyatukan Hati-Mu yang murni dengan hatiku, dan
menyatukan hatiku dengan Hati-Mu dalam ikatan yang paling murni.
Syukur
kepada-Mu, o Tuhan, atas Sakramen Pengurapan, yang, di saat-saat akhir hidupku,
akan memberiku kekuatan; pertolongan dalam pertempuran, tuntunan menuju
keselamatan yang menguatkan jiwa sampai aku bersukacita sepanjang masa.
Syukur
kepada-Mu, o Allah, atas segala bisikan batin, yang dilimpahkan oleh
kebaikan-Mu atas diriku, atas terang batin yang telah diberikan kepada jiwa,
yang dirasakan oleh hati, tetapi tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Syukur
kepada-Mu, o Tritunggal kudus, atas kelimpahan rahmat, yang tanpa henti
Kaulimpahkan sepanjang hayatku. Rasa syukurku akan meningkat seiring dengan
terbitnya fajar yang kekal, ketika, untuk pertama kalinya, akan kunyainyikan
kemuliaan-Mu.
(1287)
Meskipun jiwaku diliputi damai, tak henti-hentinya aku bertempur melawan musuh
jiwaku. Semakin hari semakin banyak perangkapnya kutemukan, dan selalu muncul
pertempuran yang baru. Di sela-sela pertempuran, saat terjadi genjatan senjata,
aku melatih diri dan terus berjaga, jangan sampai musuh mendapat diriku tidak
siap. Dan apabila aku melihat keganasannya semakin beringas, aku tetap tinggal
di dalam benteng, yakni Hati Yesus yang mahakudus.
(1288) 19
September 1937. Hari ini, Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, tulislah bahwa Aku
sungguh sakit hati ketika jiwa-jiwa religius menyambut Sakramen Cinta Kasih
hanya karena kebiasaan, seolah-olah mereka tidak memandang sakramen ini sebagai
makanan istimewa. Dalam hati mereka, Aku tidak menemukan iman atau pun cinta.
Aku sangat enggan masuk ke dalam jiwa seperti itu, Akan lebih baik kalau mereka
tidak menyambut Aku.”
(1289)
Yesus yang amat manis, nyalakanlah api cintaku kepada-Mu dan ubahlah aku
menjadi diri-Mu sendiri. Ilahikanlah aku sehingga perbuatan-perbuatanku dapat
menyenangkan Engkau. Kiranya semua ini digenapi oleh kuasa komuni kudus yang
setiap hari aku sambut. Oh, betapa besarnya kerinduanku untuk sepenuhnya diubah
menjadi Engkau, o Tuhan!
(1290) 19
September 1937. Hari ini, saudaraku sendiri, Stanislaw, mengunjungi aku. Aku
sangat senang dengan jiwa yang elok ini, yang juga berniat membaktikan dirinya
untuk melayani Allah. Dengan kata lain, Allah sendiri sedang menarik dia kepada
cinta-Nya. Kami berbicara panjang lebar mengenai Allah, mengenai kebaikan-Nya.
Dalam percakapan dengan dia itu, aku menjadi tahu betapa jiwanya menyenangkan
Allah. Aku mendapat izin dari Muder Superior untuk lebih sering bertemu dengan
dia. Ketika ia meminta nasihatku mengenai masuk biara, aku menjawab, “Tentulah engkau sendiri yang paling tahu
tentang apa yang diminta Allah darimu.” Aku menyebutkan Serikat Yesus,
tetapi aku menambahkan, “Masuklah ke mana
engkau suka.” Aku berjanji mendoakan dia, dan aku memutuskan untuk
melakukan novena kepada Hati Kudus dengan pertolongan Pastor Piotr Skarga, sambil berjanji memuat iklan dalam Poslaniec Serca Jezusowego (majalah)
sebab ia menghadapi kesulitan besar dalam masalah ini. AKu tahu bahwa dalam hal
ini, doa lebih bermanfaat daripada nasihat.
(1291) 21
September 1937. Pada malam ini, setelah beberapa kali sebentar terjaga dari
tidur, aku mengucap syukur singkat kepada Allah, tetapi dengan segenap hati,
atas segala rahmat yang telah Ia berikan kepadaku dan kepada Kongregasi kami,
[dan] aku merenungkan kebaikan-Nya yang sungguh besar.
(1292) Ketika
aku menyambut komuni kudus, aku berkata kepada Tuhan, “Yesus, tadi malam,
begitu sering kali aku memikirkan Engkau,” dan Yesus menjawab kepadaku, “Dan
Aku sudah memikirkan engkau sejak sebelum Aku menciptakan engkau.” “Yesus,
dengan cara bagaimana Engkau memikirkan aku?” “Dengan cara mengizinkan engkau
mengalami kebahagiaan abadi-Ku.” Sesudah kata-kata ini, jiwaku dibanjiri dengan
cinta akan Allah. Aku tidak dapat berhenti mengagumi betapa besarnya kasih
Allah kepada kita.
(1293)
Sekali peristiwa, aku jatuh lagi ke dalam suatu kesalahan meskipun aku sudah
mengambil keputusan teguh untuk tidak melakukannya; memang kejatuhan itu
hanyalah ketidaksempurnaan kecil dan sedikit banyak tidak aku sengaja; tetapi
karena kejatuhan itu, aku merasakan sakit yang nyeri dalam jiwaku sehingga aku
menghentikan pekerjaanku dan pergi ke kapel sejenak. Sambil merebahkan diri
pada kaki Yesus, dengan cinta dan kepedihan yang nyeri, aku minta ampun kepada
Tuhan; aku merasa sedemikian malu karena dalam percakapanku dengan Dia sesudah
komuni kudus pagi ini aku telah berjanji untuk setia kepada-Nya. Kemudian aku
mendengar suara ini, “Kalau bukan karena ketidaksempurnaan kecil
ini, engkau tidak akan datang kepada-Ku. Ketahuilah bahwa setiap kali engkau
datang kepada-Ku, sambil merendahkan diri dan minta ampun kepada-Ku, Aku
mencurahkan rahmat yang berlimpah-limpah ke atas jiwamu; dengan seketika
ketidaksempurnaan lenyap dari hadapan mata-Ku, dan Aku hanya melihat cinta
serta kerendahan hatimu. Engkau tidak kehilangan suatu pun tetapi memperoleh
banyak...”
(1294)
Tuhan telah memberitahukan kepadaku bahwa ketika suatu jiwa tidak menerima
rahmat yang dimaksudkan baginya, jiwa lain akan langsung menerimanya. O
Yesusku, buatlah aku pantas menerima rahmat-Mu sebab, dari diri sendiri, aku tidak
dapat melakukan suatu pun. Tanpa pertolongan-Mu, aku bahkan tidak mampu
menyebut nama-Mu dengan pantas.
(1295) 25
September 1937. Ketika aku tahu betapa besarnya kesulitan-kesulitan dalam
seluruh karya ini, aku pergi kepada Tuhan dan berkata, “Yesus, tidakkah Engkau melihat bagaimana orang-orang menghalangi
karya-Mu?” Dan aku mendengar suatu suara di dalam jiwaku, “Lakukanlah
apa yang dapat engkau lakukan, dan jangan cemas mengenai sisanya.
Kesulitan-kesulitan ini membuktikan bahwa karya ini adalah karya-Ku.
Tenangkanlah hatimu sejauh engkau sudah melakukan apa yang dapat engkau
lakukan.”
(1296) Hari
ini, aku membuka pintu untuk Muder Superior dan dalam hati aku tahu bahwa ia
akan pergi ke kota untuk urusan yang terkait dengan karya Kerahiman Ilahi. Superior
inilah yang telah memberikan sumbangan paling besar kepada seluruh karya
Kerahiman Ilahi ini.
(1297) Hari
ini secara kurang bijak aku bertanya kepada dua anak miskin apakah di rumah
mereka sungguh tidak mempunyai apa-apa untuk dimakan. Tanpa menjawabku,
anak-anak itu meninggalkan pintu gerbang. Aku tahu, betapa mereka tersinggung
kalau orang berbicara tentang kemiskinan mereka. Maka dengan terburu-buru aku
mengejar mereka dan membawa mereka kembali. Aku memberikan kepada mereka
sebanyak yang boleh kuberikan.
(1298) O
Allah, tunjukkanlah kerahiman-Mu kepadaku, selaras dengan kemurahan Hati Yesus.
Dengarkanlah keluh kesah dan rintihanku, dan pandanglah air mata hatiku yang
hancur.
O Allah
yang mahakuasa dan selalu maharahim, Kemurahan-Mu tak pernah habis. Meskipun
kepapaanku seluas lautan, aku percaya penuh akan kerahiman Tuhan.
O
Tritunggal yang Kekal, o Allah yang mahamurah, kemurahan-Mu tak terhingga. Maka
aku percaya akan lautan kerahiman-Mu, dan merasakan kehadiran-Mu, Tuhan,
meskipun terpisah oleh selubung.
Semua kuasa
kerahiman-Mu, o Tuhan, diagungan di seluruh dunia. Semoga penghormatan ini
tidak pernah berhenti. Maklumkanlah, hai jiwaku, kerahiman Allah dengan penuh
gairah.
(1299) 27
September 1937. Hari ini, Muder Superior dan aku pergi kepada seseorang, tempat
dilukis dan dicetak gambar Kerahiman Ilahi ukuran kecil, litani, dan Koronka,
yang sudah mendapat aprobasi. Kami juga harus melihat gambar ukuran besar yang
sudah diperbaiki. Gambar itu sangat mirip dengan aslinya. Ini semua membuat aku
sangat bahagia.
(1300)
Ketika aku memandangi gambar itu, aku tersentuh oleh cinta akan Allah yang
sedemikian kuat sehingga sejenak, aku tidak tahu di mana aku. Sesudah
menyelesaikan semua urusan, kami pergi ke Gereja Santa Perawan Maria. Kami
mengikuti misa kudus, dalam misa ini, Tuhan memberitahukan kepadaku betapa
banyaknya jiwa akan memperoleh keselamatan lewat karya ini. Kemudian aku masuk
ke dalam percakapan batin dengan Tuhan, sambil bersyukur kepada-Nya karena
telah turun untuk memberikan kepadaku rahmat boleh menyaksikan bagaimana devosi
kepada Kerahiman Ilahi ini tersebar. Aku membenamkan diri dalam doa syukur yang
khusyuk. Oh, betapa besarnya kemurahan Allah! Terpujilah Tuhan, yang setia
kepada janji-janji-Nya ....
No comments:
Post a Comment